PASAL – I
PERSYARATAN TEKNIS UMUM
Bagian – bagian tersebut di atas menjadi dokumen kontrak yang mengikat bagi Pelaksana
Pekerjaan dan Pemberi Tugas setelah kontrak ditandatangani.
b. Pemberian Kuasa ini sama sekali tidak berarti mengurangi tanggung jawab Pelaksana
Pekerjaan terhadap pelaksanaan pekerjaan baik sebagaian ataupun keseluruhannya.
1.8 PEMBERHENTIAN PELAKSANAAN / PETUGAS
a. Bila di kemudian hari ternyata pelaksana dan petugas-petugas yang ditunjuk oleh
Pelaksana Pekerjaan, oleh Konsultan Pengawas/MK dianggap kurang atau tidak mampu
menunjukkan kecakapannya maka Konsultan Pengawas/MK berhak memerintahkan
Pelaksana Pekerjaan untuk mengganti Pelaksana/Petugas tersebut.
b. Dalam waktu selambat-lambatnya tujuh (7) hari sesudah surat perintah Konsultan
Pengawas/MK tersebut keluar, Pelaksana Pekerjaan harus sudah menunjuk seorang
Pelaksana/Petugas yang baru.
d. Segala biaya yang diperlukan untuk penyediaan air ini menjadi tanggungan Pelaksana
Pekerjaan.
1.13 PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK SEMENTARA
a. Pelaksana Pekerjaan wajib menyediakan tenaga listrik sementara guna keperluan
pekerjaan yang sedapat mungkin tidak mengganggu/ mengambil dari sumber yang sudah
ada.
b. Pelaksana Pekerjaan wajib menyediakan penerangan umum di dalam dan di luar
bangunan pada malam hari, sesuai petunjuk MK.
c. Segala peralatan dan instalasi yang diperlukan untuk penyediaan listrik ini termasuk
pencabutan dan perapihannya kembali, menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan.
d. Segala biaya yang diperlukan untuk penyediaan tenaga listrik ini menjadi beban
Pelaksana Pekerjaan.
1.25 PERLINDUNGAN TERHADAP MILIK UMUM DAN LINGKUNGAN / BANGUNAN YANG ADA
a. Pelaksana Pekerjaan wajib menjaga jalan-jalan umum. Saluran–saluran (air bersih, air
kotor), pipa-pipa (GAS, PDAM), kabel-kabel (PLN, Telkom) dan sebagainya terhadap
gangguan-ganguan yang diakibatkan dalam pelaksanaan pekerjaan .
b. Pelaksana Pekerjaan wajib membongkar, memindahkan, dan memperbaiki kembali
saluran-saluran, pipa-pipa, kabel dan sebagainya yang mungkin akan terkena atau
mengganggu jalannya pelaksanaan pekerjaan.
c. Pelaksana Pekerjaan wajib memelihara kelancaran lalu lintas dan kondisi lingkungan
selama pekerjaan berlangsung.
d. Pelaksana Pekerjaan wajib memelihara/menjaga bagian bangunan yang tidak dikerjakan
maupun bangunan yang ada di sekitarnya terhadap adanya gangguan yang diakibat
a. Gambar dengan angka adalah yang harus diikuti lebih dari pada ukuran skala dalam
gambar.
b. Ukuran-ukuran yang ada dalam gambar harus diperiksa kembali terhadap keadaan /
kondisi dilapangan.
c. Bila ada keragu-raguan mengenai ukuran maka Pelaksana Pekerjaan wajib
memberitahukan dan meminta penjelasan Konsultan Pengawas / MK.
d. Bila ada ketidaksesuaian antara gambar kerja dan RKS maka hal ini harus segera
dilaporkan pada Konsultan Pengawas / MK untuk dicarikan pemecahannya.
e. Jika Pelaksana Pekerjaan menemukan kekeliruan dalam gambar-gambar dan RKS maka
Pelaksana Pekerjaan wajib melaporkan kepada Konsultan Pengawas / MK pekejaan
untuk mendapatkan penjelasan dan penyelesaian.
1.39 PENYEBUTAN YANG KURANG LENGKAP PADA SPESIFIKASI TEKNIS DAN GAMBAR
Di dalam penyebutan / penjelasan ataupun penggambaran pada spesifikasi teknis maupun
pada gambar mungkin saja terjadi kekurangsempurnaan di dalam penyajiannya, apabila hal ini
terjadi maka tidak berarti bahwa Pelaksana Pekerjaan di dalam penawaran dan
pemasangannya diperbolehkan untuk “kurang sempurna”.
1.40 SUPPLIER
Apabila karena sesuatu dan lain hal pada prosedur pelelangan yang dilakukan,
sedemikian rupa sehingga ada jenis / paket pekerjaan yang harus dikerjakan / disuplay
oleh pihak III atau pihak lain, maka semua ketentuan persyaratan teknis / persyaratan
lelang ini berlaku pula bagi pihak III atau pihak lain ini. Pihak III atau pihak lain yang
dimaksud disini dapat diartikan antara lain: sub-kontraktor, supplier khusus, dengan semua
tanggungjawab kontraktual tetap berada pada Pelaksana Pekerjaan pemenang lelang ini,
dengan ijin Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas / MK.
PASAL - II
PERSYARATAN TEKNIS PERSIAPAN
PASAL – III
PERSYARATAN TEKNIS TANAH
i. Bila ada kelainan/ perbedaan dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi da
n lainnya, Pemborong harus segera melaporkan kepada Pemberi
Tugas/ Konsultan Pengawas. Pemborong tidak diperkenankan melakukan
pekerjaan di tempat tersebut sebelum kelainan/ perbedaan diselesaikan.
e. Tanah humus yang tidak berguna harus disingkirkan dan diangkut keluar dari halam
an atau lokasi kerja. Penyingkiran dan pengangkutan di atas merupakan tanggung
jawab Pemborong. Setiap biaya yang diakibatkan oleh pekerjaan di atas ini harus
sudah diperhitungkan dalam harga borongan.
3.2.7 Pengurugan
Pengurugan harus dilakukan sampai diperoleh peil-peil yang dikehendaki, sebagaimana
dibutuhkan konstruksi atau sesuai dengan yang tertera dalam gambar kerja.
3.2.9 Pemadatan
a. Kepadatan tanah harus diukur dengan nilai dry density contoh tanah sebagai
persentase kepadatan kering maksimum pada kadar air optimum sebagaimana
ditetapkan pada pengujian/ test ini.
b. Semua bahan yang akan digunakan bagi urugan harus sesuai dengan persyaratan
dan harus didapatkan sampai 90% kepadatan kering. Pemadatan dari seluruh
bahan harus dilakukan dengan penyiraman optimum untuk mendapatkan hasil
pemadatan yang dikehendaki Pemberi Tugas/ Konsultan Pengawas.
c. Konsultan Pengawas dapat memerintahkan Pemborong untuk memeriksa
kandungan air pada tanah timbunan untuk menghindari terjadinya konsolidasi.
d. Bila diperlukan memberikan air tambahan ke dalam campuran bahan
untuk mendapatkan kepadatan kering yang dikehendaki, biaya dari
pengadaan, pengangkutan, pemompaan, penyemprotan serta pencampuran dari
air harus dimasukkan dalam harga borongan.
e. Air harus ditambahkan jika atau dibutuhkan dengan angkutan tangki air yang
dilengkapi dengan alat semprotan yang memenuhi syarat segala pekerjaan
pemadatan dari konstruksi atau cara lain tidak diijinkan untuk dilakukan dalam
keadaan apapun juga.
f. Segala bahan untuk pengurugan harus digabungkan dalam suatu rencana operasi
kerja yang disetujui Pemberi Tugas/ Konsultan Pengawas dengan mencantumkan
uraian kerja, seperti penyimpanan, pencampuran sesuai dengan ketetapan
diatas dan pemadatan dilaksanakan dengan ijin yang telah dikeluarkan.
g. Pemborong harus mengurangi sekecil mungkin kekosongan antara kegiatan yang
satu dengan yang selanjutnya. Semua alat pemadatan harus bekerja pada seluruh
daerah untuk menjamin adanya suatu pemadatan yang merata (seragam), semua
pemadatan harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tidak lebih dari 0.20
m atau yang lebih tipis agar dicapai kepadatan yang dikehendaki.
h. Semua bagian yang telah selesai dipadatkan harus dilindungi terhadap kerusa
kan akibat peralatan, aliran air hujan, atau penyebab lainnya.
i. Bilamana terjadi kerusakan seperti tersebut di atas, Pemborong diwajibkan
untuk memperbaikinya.
j. Bila ada bagian tanah yang tidak baik yang menurut pendapat Pemberi
Tugas/ Konsultan Pengawas tidak dibutuhkan, pasir atau tanah liat yang kelebihan,
maka daerah tanah semacam ini harus diperbaiki dengan campuran dari bahan
yang baik, atau dengan membuang bagian ini dan menggantikan dengan bahan lain
agar dapat dijamin keseragaman dari formasi pemadatan.
k. Pengujian/ test untuk kontrol pemadatan harus dilakukan secara berkala dan
teratur. Bila dalam test tertentu dijumpai bagian tanah yang berada di bawah
standar minimum, maka Pemborong wajib untuk menyiram sebagaimana yang
dikehendaki Pemberi Tugas/ Konsultan Pengawas.
PASAL - IV
PERSYARATAN TEKNIS PONDASI
g. Bahan harus disimpan di tempat yang kering, berventilasi baik, terlindung, bersih.
Tempat penyimpanan bahan harus cukup menampung kebutuhan,
dilindungi sesuai dengan jenisnya seperti yang disyaratkan dari pabrik.
h. Sebelum memulai pekerjaan, Pemborong harus memeriksa site yang telah
disiapkan apakah memenuhi persyaratan untuk dimulainya pekerjaan.
i. Bila ada kelainan/ perbedaan dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi
dan lainnya, Pemborong harus segera melaporkan kepada Pemberi Tugas/
Konsultan Pengawas. Pemborong tidak diperkenankan melakukan pekerjaan di
tempat tersebut sebelum kelainan/ perbedaan diselesaikan.
4.2.2 Bahan
a. Batu yang digunakan harus berkualitas terbaik dan merupakan bahan
setempat, padat, bersih, tanpa retak-retak dan kekurangan lain yang mempengaruhi
kualitas.
b. Baik batu gunung maupun batu kali dapat digunakan.
c. Semua pasangan batu kali untuk dinding penahan tanah, pondasi dan pekerjaan
batu kali lainya dilaksanakan dengan adukan1 pc : 4 pasir.
4.2.3 Persyaratan Pelaksanaan
a. Pasangan batu kali harus diukur di lapangan dan dilaksanakan sesuai
dengan gambar.
b. Pekerjaan batu kali yang tidak terlindungi pada saat hujan maka bagian atas
harus diberi perlindungan.
c. Denah dan kedalaman pasangan batu kali harus yang diijinkan atau diperintahkan
oleh Pemberi Tugas/ Konsultan Pengawas. Bila ada bagian yang membutuhkan
perubahan kedalaman/lebar pondasi, harus ijin tertulis dari Pemberi
Tugas/ Konsultan Pengawas.
PASAL - V
PERSYARATAN BETON BERTULANG
f. Bahan harus disimpan di tempat yang kering, berventilasi baik, terlindung, bersih.
Tempat penyimpanan bahan harus cukup menampung kebutuhan, dilindungi sesuai
dengan jenisnya seperti yang disyaratkan dari pabrik.
g. Sebelum memulai pekerjaan, Pemborong harus memeriksa site yang telah
disiapkan apakah memenuhi persyaratan untuk dimulainya pekerjaan.
h. Bila ada kelainan/ perbedaan dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi
dan lainnya, Pemborong harus segera melaporkan kepada Pemberi Tugas/
Konsultan Pengawas. Pemborong tidak diperkenankan melakukan pekerjaan
di tempat tersebut sebelum kelainan/ perbedaan diselesaikan.
5.2.1.4 B a h a n
Bahan menggunakan adukan beton siap pakai (ready mixed concrete) atau
dengan beton adukan di tempat mutu K-250 dengan memakai molen dan kontrol
mutu sesuai dengan spesifikasi ini.
a. Agregat Beton
Berupa batu pecah yang diperolehkan dari pemecahan dengan Wet
System Stone Crusher
Harus sesuai dengan spesifikasi agregat beton menurut ASTM-C 33.
Ukuran terbesar agregat beton adalah 2,5 cm. Atau tidak melebihi ¾
jarak bersih minimum antar tulangan.
Sistem penyimpanan tidak menyebabkan kontaminasi bahan yang
tidak diinginkan.
Agregat harus bersih dari segala kotoran, tidak melebihi 5 %.
b. Agregat Kasar
Agregat kasar untuk beton harus terdiri dari butir-butir yang kasar,
keras tidak berpori dan berbentuk kubus. Bila ada butir pipih jumlahnya
tidak boleh melampaui 20 % dari jumlah berat seluruhnya.
Tidak boleh mengalami pembubukan mesin Los Angeles ASTM –C
131- 55.
Bersih dari zat-zat organis, zat reaktif alkali atau substansi yang
merusak beton.
GRADASI
1” 25 mm 100
¾” 20 mm 90-100
3/8” 95 mm 20-55
c. Agregat Halus
Agregat halus dapat menggunakan pasir alam sesuai yang ditentukan
oleh Direksi/ Konsultan Pengawas
Pasir harus bersih dari bahan organis, zat alkali & substansi yang
merusak beton.
Pasir tidak mengandung jenis substansi tersebut lebih dari 5 %.
Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton.
Pasir harus terdiri dari partikel yang tajam dan keras.
Cara dan penyimpanan menjamin kemudahan pelaksanaan pekerjaan
dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi yang tidak diinginkan.
GRADASI
Saringan Ukuran % Lewat Saringan
d. PC ( Portland Cement )
Semen yang dipakai dari mutu yang disyaratkan dalam SNI 15-2-49-
1994.
Pemborong harus mengusahakan agar satu merek semen saja yang
dipakai untuk seluruh pekerjaan beton. Semen yang digunakan harus
sesuai dengan semen yang digunakan dalam perancangan proporsi
campuran (trial mix).
Semen ini harus dibawa ke tempat dalam area pekerjaan. Diletakan
pada tempat yang rapat air, pada lantai terangkat dan ditumpuk sesuai
urutan pengiriman. Semen yang rusak/tercampur apapun tidak boleh
dipakai dan harus dikeluarkan dari lapangan.
e. Pembesian/ Penulangan
Besi beton harus disimpan dengan cara sedemikian rupa, sehingga
bebas dari hubungan langsung dengan tanah lembab/ basah.
Besi penulangan harus disimpan berkelompok berdasarkan ukuran ma
sing-masing.
Besi penulangan rata maupun bergelombang (deformed bars) harus
sesuai dengan persyaratan dalam NI-2 Bab 3.7 yang dinyatakan
sebagai U-24 dan U 39 seperti dinyatakan dalam persyaratan sebagai
berikut :
- U - 24 polos untuk Ø 8 mm
- U - 39 ulir untuk diameter D ≥ 10 mm (BJTD).
- U - 50 untuk Wire Mesh.
Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas besi yang diminta, maka
disamping adanya sertifikat dari pabrik (melalui supplier), juga harus
ada/dimintakan sertifikat dari laboratorium baik pada saat pemesanan
f. Kawat Pengikat
Berukuran minimal diameter 1 mm sesuai syarat dalam NI-2 Bab. 3.7
g. Air
Air harus bersih dan jernih bebas dari bahan-bahan yang merusak
yang mengandung oli,asam, alkali, garam, bahan organik yang
merugikan beton atau tulangan sesuai persyaratan dalam NI – 2
Bab. 3.6.
Sebelum air untuk pengecoran beton dipergunakan, harus terlebih
dahulu diperiksakan pada laboratorium PAM/ PDAM setempat
yang disetujui Pemberi Tugas/ Konsultan Pengawas dengan biaya
Pemborong.
Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton.
Pemborong harus menyediakan air atas biaya sendiri.
h. Additive
Untuk mencapai slump yang disyaratkan dengan mutu yang tinggi, bila
diperlukan campuran beton dapat menggunakan bahan additive merek
POZZOLITH 300 R atau yang setara, dan disetujui oleh Pemberi
Tugas/ Pegawas.
Additive yang mengandung chloride atau nitrat tidak boleh dipergunakan
Pada beton prategang, beton dengan aluminium tertanam atau pada beton
dengan bekisting baja galvanis.
5.2.1.5 Pelaksanaan
Sebelum dilaksanakan, Pemborong harus mengadakan trial test atau mixed
design yang dapat membuktikan bahwa mutu beton yang disyaratkan tercapai.
Dari hasil test tersebut, Pemberi Tugas/Pengawas menentukan Deviasi Standar
yang akan digunakan untuk menilai mutu beton selama Pelaksanaan.
a. Pengecoran Beton
Pengecoran dapat dilaksanakan setelah Pemborong mendapat ijin
secara tertulis dari Pemberi Tugas/ Konsultan Pengawas. Permohonan
ijin rencana harus diserahkan paling lambat 2 (dua) hari sebelumnya.
Sebelum pengecoran dimulai, Pemborong harus sudah menyiapkan
seluruh stek, anker dan sparing yang diperlukan, pada kolom, balok
beton untuk bagian yang akan berhubungan dengan dinding bata
maupun pekerjaan instalasi. Kecuali dinyatakan lain pada gambar,
maka stek dan anker dipasang dengan jarak setiap 1 meter.
Persetujuan Pemberi Tugas/ Konsultan Pengawas untuk mengecor
beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan
pemasangan besi serta bukti bahwa Pemborong dapat melaksanakan
pengecoran tanpa gangguan. Persetujuan tersebut diatas tidak
mengurangi tanggung jawab Pemborong atas pelaksanaan pekerjaan
beton secara menyeluruh.
Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air
pada semen dan agregat atau semen pada agregat
telah melampaui 1 jam dan waktu ini dapat berkurang lagi jika
Pemberi Tugas/ Konsultan Pengawas menganggap perlu didasarkan
pada kondisi tertentu.
Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga menghindarkan terjadinya
pemisahan material (segregation) dan perubahan letak tulangan.
Cara penuangan dengan alat pembantu seperti talang, pipa, chute dan
sebagainya, harus mendapat persetujuan Pemberi Tugas/ Konsultan
Pengawas.
Alat penuang tersebut harus selalu bersih dan bebas dari lapisan
beton yang mengeras.
Adukan beton tidak boleh lebih dari 2 meter. Selama dapat
dilaksanakan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan
dengan pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang.
Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang initialse atau
telah mengeras dalam batas akan terjadi plastis karena getaran.
Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh
tanah harus diberi lantai dasar/ kerja setebal 5 cm agar menjamin
b. Pemadatan Beton
Pemborong harus bertanggung jawab menyediakan peralatan untuk
mengangkut dan menuang beton dengan kekentalan secukupnya agar
didapat beton padat tanpa menggetarkan secara berlebihan.
Pemborongan penuangan dan penggetaran beton adalah sangat
penting.
Beton digetarkan dengan vibrator secukupnya dan dijaga agar tidak
berlebihan (overvibrate). Hasil beton yang berongga dan terjadi
pengantongan beton tidak akan diterima.
Penggetaran tidak boleh dengan maksud mengalirkan beton.
Pada daerah pembesian yang penuh/ padat harus digetarkan dengan
penggetar frekwensi tinggi, agar menjamin pengisian beton dan
pemadatan yang baik.
Penggetaran dilaksanakan oleh tenaga kerja yang mengerti dan
terlatih.
c. Lantai Kerja
Semua beton yang berhubungan dengan tanah sebagai dasarnya harus
diurug pasir padat setebal 10cm atau sesuai dengan gambar, kemudian
dipasang lantai kerja dengan mutu B0 setebal 5 cm, dengan
adukan 1 : 3 : 5 di bawah konstruksi beton tersebut.
d. Beton Rabat
Beton rabat dengan mutu B0 harus dari campuran 1:3:5, dipasang pada
tempat yang ditunjukkan dalam gambar dan di bawahnya terlebih dahulu
diberikan pasir padat 5 cm.
e. S l u m p (kekentalan beton)
Kekentalan beton untuk jenis konstruksi berdasarkan pengujian dengan
PBI-1971 adalah sebagai berikut:
Slump
Jenis Konstruksi
Max. (mm) (mm) Min.
Kolom 150 75
Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekwensi getaran tinggi, harga
Tersebut di atas dapat dinaikkan sebesar 50%, tetapi dalam hal apapun
tidak boleh melebihi 150 mm.
PASAL VI
PERSYARATAN TEKNIS DINDING DAN PLESTERAN
k. Tebal plesteran 1,5 cm dengan hasil ketebalan dinding finish 15 cm atau sesuai
yang ditunjukkan dalam detail gambar.
l. Ketebalan plesteran yang melebihi 2 cm harus diberi kawat ayam untuk
membantu dan memperkuat daya lekat plesteran pada bagian yang diijinkan
Konsultan MK/Pengawas dan atau Pemberi Tugas.
m. Untuk setiap pertemuan permukaan dalam satu bidang datar yang
berbeda jenisnya, harus diberi/dibuat nat (tali air) dengan ukuran lebar 7 mm
dalamnya 5 mm, kecuali bila ditentukan lain.
n. Plesteran halus (acian) digunakan campuran PC dan air sampai
mendapatkan campuran yang homogen, acian dapat dikerjakan sesudah
plesteran berumur 8 hari (kering betul).
o. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung
wajar tidak terlalu tiba‐tiba, dengan membasahi permukaan plesteran
setiap kali terlihat kering dan melindungi dari terik panas matahari langsung
dengan bahan penutup yang bisa mencegah penyerapan air secara cepat.
p. Kontraktor wajib memperbaiki/mengulang/mengganti bila ada kerusakan
yang terjadi selama masa pelaksanaan (dan masa garansi), atas biaya
Kontraktor selama kerusakan bukan disebabkan oleh tindakan Pemilik/
Pemakai.
PASAL - VII
PERSYARATAN TEKNIS RANGKA ATAP
g. Alat sambung utama untuk kuda-kuda adalah menggunakan sekrup / screw Alat
sambung utama untuk kuda-kuda adalah menggunakan sekrup / screw.
h. Jika dipandang perlu, bahan yang dipakai untuk rangka atap dapat diperiksa di
Laboratorium Penelitian Bahan Bangunan atau Instansi terkait yang ditunjuk.
PASAL - VIII
PERSYARATAN TEKNIS PENUTUP ATAP
PASAL - IX
PERSYARATAN TEKNIS PLAFON
b. Penutup langit‐langit :
Gypsum board yang bermutu baik produk ex. Lokal, tebal = 9 mm
dan Kalsiboard / GRC yang bermutu baik produk ex. Lokal, tebal = 4 mm.
f. Bila ada kelainan/ perbedaan dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi
dan lainnya, Pemborong harus segera melaporkan kepada Pemberi Tugas/
Konsultan Pengawas. Pemborong tidak diperkenankan melakukan pekerjaan
PASAL - X
PERSYARATAN TEKNIS PENUTUP LANTAI DAN DINDING
PASAL - XII
PERSYARATAN TEKNIS PENGECATAN
PASAL – XIII
PERSYARATAN TEKNIS SISTEM ELEKTRIKAL
i. Semua Circuit Breaker harus diberi label/signplate yang terbuat dari Alumunium
mengenai nama beban atau kelompok beban yang dicatu daya listriknya. Label itu
harus terbuat dari plat alumunium atau sesuai standard DIN-4070.
b. Ukuran luas penampang kabel untuk jaringan instalasi listrik Tegangan Rendah
yang digunakan minimal harus sesuai dengan Gambar Perencanaan.
c. Kabel listrik yang digunakan harus mempunyai rated voltage sebesar 600
Volt/1000 Volt.
d. Tahanan isolasi kabel yang digunakan harus sedemikian rupa sehingga arus
bocor yang terjadi tidak melebihi 1 mA untuk setiap 100 M panjang kabel.
e. Kecuali untuk instalasi yang harus beroperasi pada keadaan darurat (seperti
smoke vestibole dan lain-lain seperti ditunjukkan di dalam Gambar Perencanaan)
kabel-kabel yang digunakan adalah kabel PVC dengan jenis kabel yang sesuai
dengan fungsi dan lokasi pemasangannya seperti tabel di bawah ini :
f. Pada kabel instalasi harus dapat dibaca mengenai merk, jenis, ukuran luas
penampang, rating tegangan kerja dan standard yang digunakan.
g. Pada ujung kabel-kabel daya utama harus diberi label/sign plate yang terbuat dari
alumunium mengenai nama beban yang dicatu daya listriknya atau nama sumber
yang mencatu daya kabel/beban tersebut.
13.3.3 Persyaratan Pemasangan
a. Pemasangan kabel instalasi tegangan rendah harus memenuhi peraturan
SNI, SPLN dan PUIL 2000 atau peraturan lain yang diakui di negara Republik
Indonesia.
b. Kabel harus diatur dengan rapi dan terpasang dengan kokoh sehingga tidak
akan lepas atau rusak oleh gangguan gangguan mekanis.
c. Pembelokan kabel harus diatur sedemikain rupa sehingga Jari-jari pembelokan
tidak boleh kurang dari 15 kali diameter luar kabel tersebut atau harus sesuai
dengan rekomendasi dari pabrik pembuat kabel.
d. Setiap ujung kabel harus dilengkapi dengan sepatu kabel tipe press, ukuran
sesuai dengan ukuran luas penampang kabel serta dililit dengan
“excelcior tape” dan difinish dengan bahan isolasi ciut panas yang sesuai.
e. Penyambungan kabel pada kabel daya, kabel instalasi daya dan instalasi
penerangan tidak diperkenankan kecuali untuk pencabangan pada kabel
instalasi daya dan instalasi penerangan. Penyambungan kabel untuk
pencabangan harus dilakukan di dalam junction box atau doos sesuai dengan
persyaratan.
a. Sistem pembumian terdiri dari grounding rod, kabel penghubung antara benda-
benda yang diketanahkan dan peralatan bantu lain yang dibutuhkan untuk
kesempurnaan sistem ini.
b. Grounding rod dari sistem pembumian terbuat dari pipa yang dipabrikasi khusus
(GIP) dan tembaga dengan konstruksi seperti Gambar Perencanaan.
c. Konduktor penghubung antara peralatan (yang digrounding) dengan grounding
rod terbuat dari 'bare copper conductor' atau kabel berisolasi sesuai dengan
Gambar Perencanaan.
d. Tahanan sistem pembumian sedemikian rupa sehingga tahanan sentuh yang
terjadi harus lebih kecil dari 50 Volt.
13.6.3 Pemasangan
a. Grounding rod harus ditanam langsung dalam tanah dengan bagian grounding rod
yang tertanam di dalam tanah minimum sepanjang 6 M dan masing-masing titik
grounding rod mempunyai tahanan tidak lebih dari 1 Ohm.
b. Grounding rod harus ditempatkan di dalam bak kontrol yang tertutup. Tutup bak
kontrol harus mudah dibuka dan dilengkapi dengan handle.
c. Bak kontrol ini mempunyai fungsi sebagai tempat terminal penyambungan dan
tempat pengukuran tahanan pembumian grounding rod. Ukuran bak kontrol harus
sesuai dengan Gambar Perencanaan.
d. Hantaran pembumian harus dipasang sempurna dan cukup kuat menahan ganggu
an mekanis.
e. Penyambungan bagian bagian hantaran pembumian yang tertanam didalam
tanah harus menggunakan sambungan las sedangkan penyambungan dengan
peralatan yang diketanahkan harus menggunakan mur-baut atau sesuai dengan
Gambar Perencanaan.
f. Penyambungan hantaran pembumian dengan grounding rod harus menggunakan
mur baut berukuran M-10 sebanyak tiga titik. Penyambungan ini dilakukan di
dalam bak kontrol.
PASAL – XIV
PERSYARATAN TEKNIS PLUMBING
14.2.2 Sambungan
Untuk pipa kelas S-12.5 dengan diameter 50 mm atau lebih kecil menggunakan
perekat.
f. Fitting, peralatan bantu, peralatan ukur dan lainnya yang memiliki tahanan aliran
yang berlebih tidak diperkenankan dipasang kecuali yang disyaratkan
pada buku ini.
g. Pada belokan dari pipa datar ke pipa tegak harus dipasang alat pengumpul
kotoran yang tertutup (capped dirt pocket).
h. Semua alat ukur harus dalam batas ukur yang baik dan mempunyai keteliti
an yang sewajarnya untuk pengukuran.
i. Selama pemasangan berjalan, Kontraktor harus menutup setiap ujung pipa yang
terbuka untuk mencegah tanah, debu dan kotoran lainnya, dengan dop/blind
flange untuk pipa baja dan copper, pemanasan press untuk pipa PVC.
j. Setiap jaringan yang telah selesai dipasang, harus ditiup dengan udara
kempa (compressed air) untuk jangka waktu yang cukup lama, agar kotoran
kotoran yang mungkin sudah masuk ke dalam pipa dapat terbuang sama sekali.
PASAL – XVI
PEKERJAAN AKHIR
1.5.3 Penutup
Selama pemeliharaan, pemborong wajib merawat, mengamankan dan memperbaiki segala
cacat yang timbul,sehingga sebelum penyerahan kedua dilaksanakan pekerjaan benar-benar
telah sempurna