Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM KULINARI II

MASAKAN KONTINENTAL - PIE SHINY BROWNIES

OLEH :
KELOMPOK III

ALDIMAS RIKONATE (1902031004)


AMANDA LUTHFIAH (1902031016)
ELDA PUPUT JULRIANG ZEBUA (1902031016)
ELVIRA SAFITRI (1902031017)
HELDA SUMAWITA GOWASA (1902031019)

DOSEN PENGAMPU : AGNES SRY VERA NABABAN SST,M.KES

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi

kami berkat dan rahmatNya.Sehingga kami bisa menyelesaikan Laporan

Praktikum Mata Kuliah Kulinari II. Laporan ini disusun berdasarkan tugas dan

proses pengamatan yang telah kelompok III lakukan. Tugas kelompok kami

berjudul "Pie Shiny Brownies".

Dalam penyusunan laporan ini,kami mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu kami dalam proses pembuatan dan penyusunan

laporan ini.

Medan,09 Februari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................... 1
1.2 Tujuan Pratikum.......................................................... 2
1.3 Manfaat Pratikum........................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................ 3


2.1 Definisi Makanan Penutup (Dessert).......................... 3
2.2 Sejarah Hidangan Penutup (Dessert).......................... 6
2.3 Fungsi Hidangan Penutup (Dessert) .......................... 6
2.4 Bahan bhan Hidangan Penutup (Dessert)................... 7
2.5 Proses Pengolahan...................................................... 7

BAB III METODE............................................................................... 9


3.1 Alat Dan Bahan........................................................... 9
3.2 Waktu Dan Tempat..................................................... 9
3.3 Prosedur Kerja............................................................ 10
3.4 Diagram Alir............................................................... 10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................. 11


4.1 Hasil............................................................................ 11
4.2 Uji Organoleptik......................................................... 11
4.3 Pembahasan................................................................. 11
4.4 Dokumentasi............................................................... 12

BAB V PENUTUP............................................................................. 13
5.1 Kesimpulan Tinjauan Pustaka..................................... 13
5.2 Kesimpulan Hasil........................................................
5.3 Kesimpulan Pembahasan............................................
5.4 Saran........................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gizi kuliner adalah perpaduan antara ilmu dan seni. Untuk


mempelajari gizi kuliner, dibutuhkan pengetahuan ilmu gizi dan ilmu
bahan makanan serta pengetahuan tentang alat-alat penyelenggaraan
makanan. Kata kuliner berarti suatu seni mengola bahan makanan yang
dimulai dari memilih bahan makanan dan mempersiapkan bahan makanan
yang dimasak. Memasak makanan dan bagaimana menyajikan makanan
atau hidangan yang menarik yang dapat menggugah selera makan dan
lezat rasanya. Gizi kuliner merupakan perpaduan antara pengetahuan ilmu
gizi dan ilmu makanan serta seni mengolah bahan makanan yang dapat
menghasilkan suatu hidangan yang siap santap yang lezat, sehat, bergizi,
menarik sehingga menbggugah selera makan (Tarwojo, 1998)

Makanan kontinental merupakan berbagai jenis makanan yang


berasal dari negara yang memiliki daratan luas seperti Eropa, Amerika,
dan Australia. Makanan kontinentenal identik dengan pola menu yang
terstruktur terdiri dari beraneka jenis hidangan. Pola menu yang dikenal
dalam makanan continental secara garis besar ada dua macam yaitu
Classical Menu dan Modern Menu. Modern menu terdiri Soup, Mian
Course (Fish/Meat/Poultry) dan Dessert dan ada juga yang terdiri dari Hot
Appetizer, Soup, Cold Appetizer, Main Course (Fish/Meat/Poultry) dan
Sweet/Dessert.

Hidangan penutup (dessert) adalah hidangan yang disajikan setelah


hidangan utama atau biasa disebut dengan istilah pencuci mulut. Hidangan
penutup biasanya mempunyai rasa manis dan menyegarkan, terkadang ada
yang rasa asin atau kombinasinya. Seiring dengan jalannya waktu dan
perkembangan kuliner, saat ini hidangan penutup (dessert) telah menjadi
menu yang sangat popular, semua orang bisa menikmati makanan penutup

1
(dessert) dimanapun dan kapanpun. Namun, hidangan penutup juga
mengalami perubahan signifikan, yang semulanya disajikan setelah makan
malam, kini hidangan penutup dinikmati dari sarapan, makan siang hingga
menjadi camilan. Saat ini hidangan penutup (dessert) tidak lagi sekedar
menjadi menu pelengkap di restoran maupun café-café, banyak restoran
yang menjadikan hidangan penutup (dessert) sebagai menu utamanya.
(Heartline Radio, 2014)

1.2 Tujuan Pratikum


1. Mengetahui definisi dari makanan penutup
2. Mengetahui fungsi makanan penutup
3. Mengetahui bahan-bahan yang mejadi dasar pembuatan makanan
penutup
4. Mengetahui bahan tambahan dari makanan penutup
5. Mengetahui besar porsi makanan penutup
6. Mengetahui contoh-contoh makanan penutup

1.3 Manfaat Pratikum

Adapun manfaat dari penelitian untuk menambah wawasan


informasi pembaca tentang hidangan penutup (Dessert)

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi Makanan Penutup (Dessert)

Hidangan penutup adalah bagian hidangan yang pada umunya


disajikan pada akhir makan malam, biasanya terdiri atas makanan yang
manis walaupun kadang-kadang berupa makanan yang memiliki rasa yang
kuat seperti keju. Kata hidangan penutup sendiri merupakan
pengalihbahasaan dari kata dessert di bahasa Inggris yang berasal dari
bahasa Prancis Kuno desservir yang artinya “ untuk membersihkan meja”.
Kata dessert sering digunakan pada Inggris-Hiberno, American English,
Canadian English, Australian English dan bahasa Prancis

Hidangan penutup (dessert) adalah hidangan yang disajikan setelah


hidangan utama (main course) sebagai hidangan penutup atau bisa disebut
dengan istilah pencuci mulut. Dessert biasanya mempunyai rasa manis dan
menyegarkan, terkadang ada yang berasa asin atau kombinasinya. Permen,
puding, dan “afters” lebih sering digunakan dalam berbagai jenis
hidangan penutup dari persemakmuran Inggris. Menurut Debrett
“pudding” adalah istilah yang lebih tepat, :dessert” atau “hidangan
penutup” hanya digunakan apabila makanannya berasal dari buah-buahan,
dan permen adalah koloquial atau istilah informal.

Kadang kala, hidangan penutup ini terlihat sebagai makanan terpisah


atau makanan ringan daripada hidangan, dan dapat dimakan beberapa
setelah makanan utama (biasanya dengan informal). Beberapa restoran
menspesialisasikan diri pada hidangan penutup. (Heartline Radio, 2014)

2.2. Sejarah Hidangan Penutup (Dessert)

Pada masa bangsa romawi menguasai eropa, kemenangan


peperangan dirayakan dengan pesta pora yang hebat, yaitu dengan
diadakannya pesta – pesta yang melanda di Negara – Negara Eropa. Salah

3
satunya adalah Negara Perancis. Pada acara pesta disajikan hidangan yang
istimewa, sehingga Negara Perancis terkenal dengan masakan yang
modern dan mengembangkannya sampai ke seluruh dunia (Nurani, 2010).

Pada jaman Louis XIV seni memasak mengalami kemajuan pesat.


Resep yang dahulunya hanya disusun secara metodis menjadi suatu ilmu,
muncul buku – buku masakan yang sampai sekarang berkembang dengan
pesat. Pada tahun 1656 Mme. La chanceliere memperkenalkan menu
Banquete yang pertama kali kepada Louis XIV. Di Eropa pada abad XIV
terjadi revolusi agama dan politik. Banyak orang Eropa yang melarikan
diri ke Amerika. Perpindahan penduduk meningkat, imigrasi terjadi secara
besar – besaran dilakukan oleh orang Eropa. Mereka tidak hanya
membawa keluarga dan hartanya, tetapi kebudayaannya pula ikut
berkembang. Menu orang Amerika sebagian bersumber dari Eropa dan
senada dengan menu Eropa (Nurani, 2010).

Makanan kontinental diberikan dalam sebuah hidangan dengan


sususan menu. Menu adalah suatu susunan makanan dan minuman untuk
satu kali makan. Susunan menu makanan kontinental terdiri dari berbagai
macam makanan yang dimakan secara bergiliran yang disebut
courses/kosis dan mempunyai urutan tertentu. Menu yang sederhana dapat
hanya terdiri dari satu atau dua giliran santapan saja tetapi dapat terdiri
dari bermacammacam masakan yang disajikan berturut-turut menurut
urutan yang telah ditentukan. Urutan menu Kontinental
adalah (Pintarilmu, 2019):

1) Santapan mula dingin atau panas (appetizer cold atau hot hor’s


deeuvre)
2) Sup (soup)
3) Entrée
4) Santapan utama (maindish) yang dapat berupa ikan (fshdish),
daging (meatdish) atau ayam (pouldish)

4
5) Santapan penutup (dessert)
6) Keju (cheese)
7) Buah (fruits)
8) Kopi (cofee)
9) Likeur (ligour)
Melihat banyaknya giliran menu hidangan tersebut perlu
dikombinasikan dengan baik sehingga semua giliran menu dapat
dihidangkan. Ketentuan ketentuan yang perlu diperhatikan mengenai
urutan giliran santapan tersebut adalah sebagai berikut (Pintarilmu, 2019):

1) Pada menu yang luas, dapat dihidangkan 2 macam sup agar para tamu
dapat memilih antara sup yang berwarna muda atau sup yang
berwarna tua yang biasanya lebih tajam rasanya atau antara
consumme dan potage.
2) Masakan yang rasanya lebih tajam dihidangkan sesudah makanan
yang rasanya agak tawar.
3) Hidangan dingin diberikan sesudah hidangan panas dari bahan yang
sama, kecuali hors d’ oeuvre yang selalu merupakan giliran pertama
dalam menu.
4) Saji sayuran diberikan antara 2 macam saji daging atau sesudah 1 saji
daging.
5) Saji ikan atau daging yang dingin merupakan giliran terakhir sebelum
santapan.
Kadang kala, hidangan penutup ini terlihat sebagai makanan terpisah
atau makanan ringan daripada hidangan, dana dapat dimakan beberapa
saat setelah makanan utama (biasanya dengan setting informal). Beberapa
adat atau kultur tidak memiliki hidangan terakhir manis yang terpisah.
Namun, mereka mencampurkan makanan manis dan unik selama seluruh
hidangan seperti makanan Tionghoa. Namun kadang, mereka menyisakan
hidangan penutup pada acara tertentu.

5
2.3. Fungsi Hidangan Penutup (Dessert)

Fungsi dessert dalam giliran hidangan (course) adalah sebagai


hidangan yang menyegarkan setelah menyantap hidangan utama (main
course) yang terkadang mempunyai aroma atau rasa yang amis serta
menghilangkan rasa enak. Pada awalnya hidangan dessert yang disajikan
berupa buah-buahan yang segar tanpa proses pengolahan. Seiring dengan
perkembangan zaman, hidangan dessert mulai bervariasi dengan
mengambil dasar (basic) dari beberapa hidangan seperti cake, pie, ice
cream, dan sebagainya yang dipadukan dengan sauce, buah, syrup, cream
atau perpaduan antara bahan dasar, sehingga menciptakan hidangan
dessert yang lezat dan menarik.
.
2.4. Bahan-Bahan Hidangan Penutup (Pie Shiny Brownies)

Pie merupakan salah satu jenis produk pastry yang terdiri atas
adonan kulit (pie shells) dan toping, biasanya berbentuk lembaran, bulat,
mangkuk, bunga teratai dan sebagainya (Gislen, 2012). Kulit pie berbahan
dasar tepung terigu. Kulit pie merupakan salah satu produk pastry dengan
karakteristik renyah, kering dan gurih. Bahan dasar untuk membuat kulit
pie adalah tepung terigu, mentega, telur dan garam (Gislen, 2012).
Menurut (Ismayani, 2007) brownies adalah jenis cake coklat yang
padat awalnya merupakan adonan terbuat dari tepung terigu, telur, lemak,
gula pasir dan coklat masak dengan cara dipanggang atau dioven.
Brownies termasuk kedalam jenis family cake yang berwarna coklat dan
tidak mengembang, namun mempunyai tekstur dalam yang moist
(lembab), dan bagian atas brownies bertektur kering. memiliki rasa yang
manis khas aroma khas coklat. Sedangkan menurut (Astawan, 2009)
Brownies adalah salah satu jenis cake yang berwarna coklat kehitaman
dengan tekstur sedikit lebih keras dari pada cake karena brownies tidak
membutuhkanpengembang atau gluten.

6
Pada dasarnya ini adalah gabungan dari crust pie yang renyah dan
adonan brownies, jadi sejatinya bisa memakai resep brownies andalan
masing-masing. Kelebihan dari pie ini ada pada texturenya yang kering
dan ketahanannya di suhu ruang, jika biasanya sajian pie dengan isian vla
seperti pie buah atau fruit tart hanya bertahan satu hari di suhu ruang maka
pie brownies ini bisa tahan 3 sampai 4 hari di suhu ruangan dan lebih lama
jika disimpan di kulkas. Untuk sistem pengemasan pie brownies juga jauh
lebih mudah di kemas dibanding pie dengan vla karena dia tidak akan
tumpah atau lengket. Sebagai hiasan untuk mempercantik tampilan pie
brownies biasanya saya menggunakan coklat putih leleh yang dicoretkan
diatas adonan brownies setelah matang atau bisa juga menggunakan
almond slice yang dipanggang bersamaan dengan pemanggangan bagian
pie (Sashy, 2015). 
a. Tepung terigu

Tepung Terigu adalah tepung atau bubuk halus yang berasal dari
bulir gandum dan digunakan sebagai bahan dasar pembuat kue, mi, dan
roti. Kata terigu dalam bahasa Indonesia diserap dari bahasa Portugis,
“trigo”, yang berarti “gandum” (APTINDO, 2012).

Tepung terigu mengandung banyak zat pati yaitu karbohirat


kompleks yang tidak larut dalam air.Tepung terigu juga mengandung
protein dalam bentuk gluten, yang menentukan kekenyalan makanan yang
terbuat dari bahan terigu. (APTINDO, 2012).

Ciri khas pada tepung terigu adalah mengandung gluten, yaitu


protein gluten yang tidak larut dalam air, dan mempunyai sifat elastis
seperti karet (Koswara, 2006). Tepung terigu berdasarkan kandungan
protein digolongkan menjadi 3 macam yaitu hard flour/terigu protein
tinggi, medium flour/terigu protein sedang, dan soft flour. Kandungan
protein pada hard flour sebesar 12-13%, medium flour 10-11% dan soft
flour 8-9% (Faridah et al, 2008). Protein yang tinggi akan dapat
menghasilkan kekerasan pada tekstur ( Matz, 1972 ).

7
Kandungan Gizi Tepung Terigu

Berat Energi Protein Lemak KH Ca P Vit.A Vit.B1


100 g 333 g 9,0 g 1.0 g 77,2 0,0 150 0 0.10
g mg mg
Sumber: TKPI, 2017

b. Telur

Telur merupakan salah satu bahan pangan yang berasal dari hewan
ternak, memiliki kandungan gizi yang tinggi karena didalamnya
terkandung zat-zat makanan yang diperlukan tubuh seperti asam-asam
amino, vitamin, serta mempunyai daya cerna yang tinggi (Sirait,1986)

Telur merupakan bahan pangan yang memiliki semua kandungan


zatgizi kecuali vitamin C dan vitamin K. Telur mengandung vitamin B12
yang dapat memperbaiki fungsi saraf, yang biasanya terdapat pada daging.
Selain itu, telur juga mengandung lesithin (emulsifier alami) yang
banyakmengandung cholin.Cholin berperan dalam metabolisme lemak,
dalampemindahan kolesterol melalui peredaran darah, dan merupakan
komponen penting pada membran sel dan jaringan saraf.Di dalam telur
terkandung asam amino esensial yang tidak dapat diproduksi tubuh
(Wirakusumah, 2005).

Kandungan Gizi Telur

Berat Energi Protein Lemak KH Ca P Vit.A Vit.B1


100 g 154 g 12,4 g 10,8 g 0,7 g 256 11,19 61 mg 0,12
mg mg mg
Sumber: TKPI, 2017

c. Coklat
Cokelat merupakan salah satu produk kakao yang paling istimewa
dibanding produk-produk lainnya.Cokelat memiliki tiga sifat utama yang
membedakannya dari produk-produk lai, yaitu kekhasan citarasa, tekstur,

8
dan warnanya. Padatan cokelat berperan sebagai pemberi citarasa dan
warna, sedangkan lemak dalam cokelat berperan dalam mengendalikan
tekstur produk.Kompleksitas citarasa cokelat terdiri dari ratusan
komponen yang yang sangat spesifik dan tidak bisa digantikan oleh
sumber lain. Rasa khas cokelat tidak lain adalah suatu kombinasi yang
seimbang dari rasa dasar pahit, asam, dan manis yang tersusun dari
komponen-komponen unik dalam cokelat (Misnawi dan Jinap, 2008).

Pada pembuatan Pie Shiny Brownies menggunakan cokelat batang


dan cokelat bubuk. Bubuk coklat dihasilkan dari bungkil yang merupakan
residu pengempaan pasta, setelah terlebih dahulu dilakukan penghalusan
dan pengayakan serta pencampuran dengan bahan - bahan tambahan
lainnya (Widyotomo, 2004).

Coklat bubuk atau cocoa powder terbuat dari bungkil/ampas biji


coklat yang telah dipisahkan lemak coklatnya. Bahan baku cokelat bubuk
biasanya memiliki kadar lemak yang tinggi, dengan kadar lemak antara
10%-12% dan ukuran partikel antara 15-30 um (Vogt et al., 1994).
Berdasarkan latar belakang tersebut, untuk mengetahui proses pembuatan
kakao bubuk, maka perlu dilakukan percobaan mengenai pengolahan
coklat bubuk (Nuraeni, 1995).

Cokelat manis terdiri dari cokelat padat, susu, gula, lemak nabati
dan sedikit lesithin. Kandungan cokelat padat di cokelat jenis ini lebih
banyak dibandingkan cokelat pekat sedangkan kandungan gulanya jauh
lebih besar (Atkinson, Banks, France, & McFadden, 2010).

Kandungan Gizi Cokelat Bubuk

Berat Energi Protein Lemak KH Ca P Vit.A Vit.B1


100 g 48,9 715 30.0
311 g 8,0 g 4,0 g - -
g mg mg
Sumber: TKPI, 2017

Kandungan Gizi Cokelat Manis

9
Berat Energi Protein Lemak KH Ca P Vit.A Vit.B1
100 g 565 g 9,0 g 35,0 g 53,6 200 405,5 - 00,8
g mg mg mg
Sumber: TKPI, 2017

2.5 Proses Pengolahan

Pada Praktikum ini menggunakan dua metode, yaitu au bain marie


dan baking. Metode au bain marie merupakan suatu metode yang
menggabungkan merupakan metode tim dan panggang pada suhu
terkontrol. Metode ini dilakukan dengan cara wadah kecil berisi adonan
dimasukkan dalam wadah lebih besar yang telah diisi dengan cairan
biasanya air. Metode ini sering digunakan dalam proses pelelehan coklat.
Metode au bain marie dapat digunakan sebagai teknik pemanggangan cake
yang lebih sering dikenal sebagai steam bake, bake in a waterbath atau
double boiler. Au bain marie menjaga suhu bahan dalam wadah kecil
berada di bawah titik didih cairan dalam wadah yang lebih besar sehingga
dapat mencegah overheating. Kelebihan metode ini adalah proses
pematangan secara perlahan sehingga cake matang sempurna hingga ke
tengah, bertekstur lembut dan halus tapi tidak menghasilkan lapisan kerak
di luar dan dapat mencegah permukaan retakretak atau pecah. Tekstur
halus didapatkan dari bantuan uap air selama proses pemanggangan
(Foster, 2013).

Baking merupakan teknik memasak makanan dengan panas kering


oleh konveksi (penghantar) uap udara panas di dalam oven. Beberapa oven
domestik menggunakan dua elemen pemanas, yaitu satu berada di bawah
untuk baking dan satu berada di atas untuk broiling. Energi panas di dalam
oven tidak menyentuh bahan makanan secara langsung tetapi melalui
udara panas yang dialirkan dari celahcelah/lubang oven. Oven dapat
dipanaskan dengan api, aliran listrik dan gelombang elektromagnetik
(microwave oven). Makanan yang dipanggang dalam oven mendapat
panas secara tidak langsung dari udara panas yang dialirkan di dalam

10
oven. Baking umum digunakan dalam pembuatan roti, cakes, pastries, pie,
tarts, dan quiches. Dinding oven tradisional terbuat dari aluminiun atau
stainless stell yang dibuat berlapis sehingga terdapat rongga ditengahnya.
Oven tradisional menampung panas dari perapian, kemudian dialirkan ke
atas melalui rongga yang berada pada dinding oven. Dinding oven tersebut
dibuat berlubang pada bagian bawah dan atas supaya udara panas dapat
dialirkan ke seluruh ruangan dalam oven (Mulyatiningsih, 2017).

BAB III

11
METODE

3.1. Alat Dan Bahan

 Alat yang digunakan :


Cetakan, kompor gas, Oven, mixer, piring, sendok, mangkok, panci,
spatula, garpu, dan lain lain
 Bahan yang digunakan :
Tepung terigu, mentega, 2 butir telur, gula pasir, coklat batang, cocoa
powder, minyak, dan kacang mete
3.2. Waktu Dan Tempat

Praktikum tentang modifikasi protein di laksanakan pada Hari


Rabu, Tanggal 19 Februari 2021 pada pukul 10.00 – 11.00 Praktikum ini
bertempat di laboraturium gizi institute kesehatan Helvetia.

3.3. Prosedur Kerja


a. Siapkan bahan
b. Campurkan tepung terigu dan mentega untuk membuat kulitnya,
aduk hingga membentuk adonan
c. Cairkan coklat batang, mentega, dan minyak. Diamkan hingga
dingin
d. Lalu mixer telur, mentega, gula pasir dan baking powder hingga
mengembang
e. Masukkan coklat yang sudah dicairkan, tepung terigu, cocoa
powder dan aduk hingga merata
f. Kemudian, oles mentega pada cetakan
g. Pipihkan adonan kulit pie pada cetakan dengan rata
h. Selanjutnya masukkan adonan brownies pada cetakan yang sudah
ada kulit pie dan tambahkan kacang mete
i. Masukkan oven hingga mata
j. Pie shiny brownies siap disajikan

12
3.4. Diagram Alir

Lelehkan
Buat adonan kulit
coklat, mentega
pie
dan minyak

Mixer telur,
Pipihkan adonan mentega, gula, dan
kulit pie pada Campur adonan baking soda
cetakan

Masak pada Oven


Masukkan adonan
hingga matang
brownies

Siap disajikan

BAB IV

13
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.2. Uji Organoleptik

Menu Rasa Tekstur Warna Keterangan


Pie shiny Rasa pada kulit Tekstur pada Warna pada Pada
brownies pienya adalah kuli pie kulit pie praktikum ini
manis dan rasa renyah berwarna bisa
mentega sedangkan kekuningan dikatakan
sedangkan rasa tekstur pada sedangkan berhasil
pada browniesnya browniesnya tetapi pada
browniesnya lembut seperti berwarna kulit pienya
cukup familiar brownies coklat atau kurang
persis seperti biasa berwarna hitam matang
rasa brownies berasal dari
pada umumnya coklat batang
dan cocoa
powder

4.3. Pembahasan

14
Pada hasil uji organoleptic tabel diatas dapat diketahui bahwa pada
rasa Rasa pada kulit pienya adalah manis dan rasa mentega sedangkan rasa
pada browniesnya cukup familiar persis seperti rasa brownies pada
umumnya. Pada tekstur Tekstur pada kuli pie renyah sedangkan tekstur
pada browniesnya lembut seperti brownies biasa. Pada warna Warna pada
kulit pie berwarna kekuningan sedangkan browniesnya berwarna coklat
atau berwarna hitam berasal dari coklat batang dan cocoa powder. Dan
Pada praktikum ini bisa dikatakan berhasil tetapi pada kulit pienya kurang
matang.
4.4 Alasan Memilih Resep
Alasan kami memilih resep pie shiny browies adalah sudah sangat
lazim dikonsumsi dikalangan masyarakat. Dan pie shiny brownies sering
dijadikan semacam cemilan bagi anak muda maupun orang tua, karena
seluruh masyarakat menyukai jenis makanan ini.
a. Keuntungan
Bahan yang digunakan terjangkau atau mudah ditemukan dan dalam
pembuatan adonan pie shiny brownies. Dan bahan pada resep ini mudah
didapatkan dan cara pembuatan tidak terlalu susah bisa dibuat bersama
keluarga.
b. Kerugian
Tidak ada kerugian dalam resep ini, dikarenakan bahan yang
digunakan mudah didapat dan harganya terjangangkau serta proses
pembuatan yang tidak memakan waktu yang lama dan proses pembuatan
yang sederhana dengan hasil yang sangat enak dan bergizi.

4.5 Dokumentasi

15
BAB V

16
PENUTUP

5.1. Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Makanan kontinental diberikan dalam sebuah hidangan dengan


sususan menu. Urutan menu Kontinental adalah (Pintarilmu, 2019):

1) Santapan mula dingin atau panas (appetizer cold atau hot hor’s deeuvre)
2) Sup (soup)
3) Entrée
4) Santapan utama (maindish) yang dapat berupa ikan (fshdish),
daging (meatdish) atau ayam (pouldish)
5) Santapan penutup (dessert)
6) Keju (cheese)
7) Buah (fruits)
8) Kopi (cofee)
9) Likeur (ligour)
Hidangan penutup (dessert) adalah hidangan yang disajikan setelah
hidangan utama atau biasa disebut dengan istilah pencuci mulut. Hidangan
penutup biasanya mempunyai rasa manis dan menyegarkan, terkadang ada
yang rasa asin atau kombinasinya.

Pie Shiny Brownies merupakan gabungan dari crust pie yang renyah
dan adonan brownies, jadi sejatinya bisa memakai resep brownies andalan
masing-masing. Kelebihan dari pie ini ada pada texturenya yang kering dan
ketahanannya di suhu ruang, jika biasanya sajian pie dengan isian vla seperti
pie buah atau fruit tart hanya bertahan satu hari di suhu ruang maka pie
brownies ini bisa tahan 3 sampai 4 hari di suhu ruangan dan lebih lama jika
disimpan di kulkas. Untuk sistem pengemasan pie brownies juga jauh lebih
mudah di kemas dibanding pie dengan vla karena dia tidak akan tumpah atau
lengket. Sebagai hiasan untuk mempercantik tampilan pie brownies biasanya
saya menggunakan coklat putih leleh yang dicoretkan diatas adonan brownies

17
setelah matang atau bisa juga menggunakan almond slice yang dipanggang
bersamaan dengan pemanggangan bagian pie (Sashy, 2015). 

5.2 Kesimpulan Hasil


Menu Rasa Tekstur Warna Keterangan
Pie shiny Rasa pada kulit Tekstur pada Warna pada Pada
brownies pienya adalah kuli pie kulit pie praktikum ini
manis dan rasa renyah berwarna bisa
mentega sedangkan kekuningan dikatakan
sedangkan rasa tekstur pada sedangkan berhasil
pada browniesnya browniesnya tetapi pada
browniesnya lembut seperti berwarna kulit pienya
cukup familiar brownies coklat atau kurang
persis seperti biasa berwarna hitam matang
rasa brownies berasal dari
pada umumnya coklat batang
dan cocoa
powder

5.3 Kesimpulan Pembahasan


Pada hasil uji organoleptic tabel diatas dapat diketahui bahwa pada
rasa Rasa pada kulit pienya adalah manis dan rasa mentega sedangkan rasa
pada browniesnya cukup familiar persis seperti rasa brownies pada
umumnya. Pada tekstur Tekstur pada kuli pie renyah sedangkan tekstur
pada browniesnya lembut seperti brownies biasa. Pada warna Warna pada
kulit pie berwarna kekuningan sedangkan browniesnya berwarna coklat
atau berwarna hitam berasal dari coklat batang dan cocoa powder. Dan
Pada praktikum ini bisa dikatakan berhasil tetapi pada kulit pienya kurang
matang.

5.4 Saran

18
Tiada kesempurnaan di dunia ini, kami sangat mengharapkan kritik
maupun saran dari laporan praktikum yang berjudul “Resep Pie Shiny
Brownies” ini tujuannya hanyalah demi kesempurnaan. Dan semoga
laporan yang telah kami susun bermanfaat bagi kita semua

DAFTAR PUSTAKA

19
Aasholah. 2018. Manfaat Gula Psir untuk Kesehatan dan Kecantikan.
(Online) (https://www.agrotani.com/manfaat-gula-pasir-untuk-kesehatan-
dan-kecantikan/ diakses pada tanggal 19 Februari 2021 pukul 15.26)

APTINDO (Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia). 2012. (Online)


(http://www.aptindo.or.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=111:permintaan-terigu-
terusmeningkat&catid=1:latestnew&Itemid=50)

Astawan M. 2009. A Z Ensiklopedia Gizi Pangan. Jakarta : Dian Rakyat (Online)


(Digilib.unhas.ac.id diakses pada tanggal 19 Februari 2021 pukul 20.07
WIB)

Darwin, P. 2013. Menikmati Gula Tanpa Rasa Takut. Sinar Ilmu, Yogyakarta.

Faridah DN et al. 2008. Penuntun Praktikum Analisis Pangan. Bogor : Fakultas


Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Gisslen, Wayne. 2012. Professional Baking. (Cetakan ke-7). Kanada : John Wiley
& Sons. Inc. (Online) (lib.unnes.ac.id diakses pada tanggal 21 Februari 2021
pukul 13.25)

Ismayani. 2007:5. Cara Pembuatan Brownies. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.


(Online) (Digilib.unhas.ac.id diakses pada tanggal 19 Februari 2021 pukul
20.07 WIB)

Koswara, 2006, Teknologi Modifikasi Pati. Ebook Pangan.

Matz, S. 1972. Bakery Technology and Engineering. Second edition. The AVI
Publishing Co, Inc, Westport, Connecticut. 229-230 p

Misnawi, Susijahadi, Jinap,S. Teguh Wahyudi, Novrita Putriani, 2006. Pengaruh


Konsentrasi Alkali dan Suhu Koncing terhadap Citarasa, Kekerasan, dan
Warna Permen Cokelat , Pelita Perkebunan, Vol. 22 Agustus 2006, Pusat
Kopi dan Kakao, Indonesia. (Online) (ejournal.kemenperin.go.id diakses
pada tanggal 21 Februari 2021 pukul 13.35)

20
Mulyatiningsih, Endang., 2017, Teknik -Teknik Dasar Memasak, Yogyakarta,
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. (Online) (staff.uny.ac.id
diakses pada tanggal 17 Februari 2021 pukul 21.15)

Nuraeni, 1995. Coklat Pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran. Penebar


Swadaya. Jakarta.

Nurani, Atat Siti., 2010, Sejarah Makanan Kontinental. (Online) (file.upi.edu


diakses pada tanggal 20 Februari 2021 pukul 18.22)

Radio Heartline Network, 2014, Demam Hidangan Penutup di Indonesia. (Online)


(library.binus.ac.id diakses pada tanggal 20 Februari 2021 pukul 20.41)

Reski. 2012. (Online) (https://repository.unpas.ac.id/2065/12/BAB%2011.pdf


diakses pada tanggal 20 Februari 2021 pukul 11.58)

Sashy, 2015, Pie Brownies. (Online) (https://www.sashylittlekitchen.com/2015/10
/pie-brownies.html?m=1 diakses pada tanggal 20 Februari pukul 20.47)

Sirait,C.H. 1986. Telur dan Pengolahannya.Pusat Penelitian dan Pengembangan


Peternakan.Bogor.

TKPI, 2017,Tabel Komposisi Pangan Indonesia, Jakarta, Kemenkes.

Tyas, Agnes Siwi Purwaning., 2017 Identifikasi Kuliner Lokal Indonesia Dalam
Pembelajaran Dalam Bahasa Inggris (Online)
(https://jurnal.ugm.ac.id/jpt/article/download/24970/16061 akses pada
tanggal 19 febuari 2021 pukul 21.06)

Vogt, S, W.Krempel, dan J.Suchard. 1994. Process for Producing A Soluble


Cocoa Product. Food Chemistry.United States Patent. Hlm 1-6

Widyotomo, S, Sri Mulato, dan Handaka. 2004. Mengenal Lebih Dalam


Teknologi Pengolahan Biji Kakao. Warta Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.

Wirakusumah, Emma S. 2005. Menikmati Telur. Jakarta. Gramedia.

21
22

Anda mungkin juga menyukai