Anda di halaman 1dari 8

NASIONAL ESSAY COMPETITION SCIENCE WEEK 2018

UNIVERSITAS 11 MARET

Pengembangan Emulsifier dari Limbah Lumpur Kelapa Sawit dan Abu


TKKS sebagai Formulasi pada Oil Base Mud (OBM) yang Terbarukan dan
Ramah Lingkungan

DiusulkanOleh :
M.Ilham Ramadani Xxxxxxxxxxx 2017

Riska Nurapita Xxxxxxxxxxxx 2017

UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018
1

I. PENDAHULUAN
Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi yang paling banyak
digunakan, tercatat menurut BPH migas pada tahun 2017 penggunaan bahan
bakar minyak (BBM) mencapai 48,66 juta kiloliter. Semakin tinggi penggunaan
BBM ini mengakibatkan semakin langkanya BBM tersebut, sehingga untuk
mengatasi masalah tersebut perlu dilakukannya Eksplorasi minyak bumi. Dalam
kegiatan eksplorasi ini tidak pernah lepas dari pengeboran bumi dan dalam
pengeboran tersebut selalu digunakan lumpur pengeboran yang biasa disebut Oil
Base Mud (OBM). Lumpur ini digunakan untuk menjaga agar kegiatan
pengeboran dapat dilakukan secara aman dan efisien. Caranya dengan
mengangkat serpihan bor, mendinginkan dan melumasi pahat dan rangkaian bor,
mencegah dan menghambat korosi, serta membersihkan dasar lubang (Wastu, dkk.
2015). Saat ini OBM jarang digunakan karena mahal, tidak terbaharukan (non
renewable) dan tidak ramah lingkungan (Soares, dkk. 2011). Oleh karena itu,
perlu dilakukan upaya untuk menemukan alternatif lumpur dari bahan yang
terbaharukan (renewable) dan ramah lingkungan sehingga pencemaran yang
dihasilkan semakin berkurang.

Menurut lumus (1986) OBM merupakan lumpur yang terdiri dari


campuran zat cair (base oil), zat padat (solid), dan zat pengontrol (aditif). Zat
aditif berupa emulsifier yang berfungsi untuk menggurangi tegangan permukaan
antara base oil dan solid sehingga kedua zat tersebut dapat bercampur. Masalah
tidak ramah lingkungan, tidak terbaharukan dan mahal dari OBM dikarenakan
bahan dasar dari emulsifier. Hal itu dikarenakan emulsifier konvensional berbahan
dasar minyak bumi. Oleh karena itu, dilakukanlah pengembangan emulsifier yang
berbahan dasar minyak nabati. Salah satu minyak nabati yang potensial
dimanfaatkan sebagai bahan dasar emulsifier adalah limbah lumpur kelapa sawit.

Limbah lumpur kelapa sawit merupakan limbah yang dihasilkan dalam


proses pengolahan kelapa sawit, dimana lumpur kelapa sawit mengandung
sebagian besar asam lemak bebas (R-COOH). Asam lemak bebas ini sebagian
besar terdiri dari 41-46,8% asam palmitate (C16:0) dan 37-40,8% asam oleat
(C18:1). Berdasarkan jumlah atom C maka limbah lumpur kelapa sawit
2

berpotensial digunakan sebagai bahan dasar pembuatan emulsifier. Sehingga


dengan pembuatan emulsifier dari limbah lumpur kelapa sawit ini diharapkan
dapat digunakan menjadi formulasi dalam pembuatan oil base mud (OBM) untuk
membantu dalam mengeksplorasi BBM, sehingga kebutuhan BBM bisa semakin
tercukupi. Serta pembuatan emulsifier dari limbah lumpur kelapa sawit ini
diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif dalam pengolahan limbah kelapa
sawit serta bahan dasar emulsifier yang murah, ramah lingkungan, dan dapat
diperbaharui.

II. PEMBAHASAN

Gambar 1. Eksplorasi minyak bumi

Eksplorasi minyak bumi merupakan salah satu usaha untuk menemukan


sumber bahan bakar yang ada di perut bumi guna mencukupi kebutuhan bahan
bakar minyak (BBM) di dunia. Kegiatan eksplorasi ini selalu dilakukan dengan
mengebor lapisan bumi untuk mendapatkan kandungan minyak tersebut. Menurut
American petroleum institute (API) keberhasilan pengeboran minyak bumi
dipengaruhi oleh penggunaan lumpur pengeboran, dimana lumpur ini berfungsi
sebagai media pendingin, pengendalian formasi sumur, pengontrol fluida yang
hilang kedalam formasi serta untuk mengangkat serpihan-serpihan batudari dasar
lubang kepermukaan. Lumpur pengeboran terbagi kedalam tiga jenis yakni :
water base mud (WBM), gaseous drilling fluid (GDF) dan oil base mud (OBM).
Salah satu lumpur pengeboran yang sering digunakan dalam pengeboran lapisan
bumi ini adalah oil base mud (OBM).
Oil base mud (OBM) merupakan lumpur pengeboran dengan fase
pendispresi berupa minyak (base oil) dan lebih banyak digunakan dibandingkan
dengan lumpur pengeboran lainnya. Karena OBM ini lebih stabil baik dalam
3

penggunaan pada suhu tinggi dan tidak menyebabkan stuck atau penjepitan pada
rangkaian pipa, serta meningkatkan laju pengeboran dan mengurangi pengaratan
pada rangkaian alat tersebut. Namun dibalik kelebihan tersebut oil base mud
(OBM) ini juga memiliki 3 kekurangan, dimana harga dari OBM mahal,
berpotensi menyebabkan kebakaran dan memerlukan penambahan emulsifier
khusus yang dapat menyebabkan oil-wet, serta pembuangan OBM harus
dilakukan dengan penanganan khusus karena bahan pembuatan OBM adalah
minyak sehingga dapat mencemari lingkungan.
Saat ini pengembangan OBM terus dilakukan, hal ini dikarenakan karena
pentingnya OBM pada proses pengeboran minyak bumi, serta untuk mengurangi
dampak negatif yang dihasilkan oleh OBM itu sendiri. Salah satu pengembangan
yang dilakukan adalah dengan mengganti bahan dasar pembuatan OBM yang
bersifat tidak terbarukan (non-renewable) dan tidak ramah lingkungan, dan
diganti menjadi bahan yang lebih ramah lingkungan dan terbarukan (renewable).
Salah satu bahan yang berpotensi dikembangkan dan melimpah di Indonesia
adalah limbah lumpur kelapa sawit. Dimana limbah ini mencapai 23% dari 100%
cairan hasil ekstraksi pada produksi crude palm oil (CPO) (Astar, 2011). Bila
dikaji lebih jauh maka dari 1 ton produksi Tandan Buah Segar (TBS) dapat
menghasilkan sebanyak 230 kg limbah lumpur kelapa sawit. Berdasarkan hal
tersebut maka limbah lumpur kelapa sawit sangat berpotensi untuk dikembangkan.
Limbah lumpur kelapa sawit merupakan limbah yang dihasilkan dalam
proses pengolahan kelapa sawit, Dimana lumpur kelapa sawit mengandung
sebagian besar asam lemak bebas (R-COOH). Kandungan dari asam lemak
tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Table 1. Komposisi Asam Lemak limbah lumpur kelapa sawit


Jenis Asam Lemak (IUPAC) Nama Trifıal Komposisi (%)
Asam dodekanoat (C12:0) Asam Laurat 0,1 - 1,0

Asam tetradekanoat (Cl4:0) Asam miristat 0,9 - 1,5


Asam heksadekanoat (C16:0) Asam palmitat 41,8 - 46,8
Asam oktadekanoat (C18:0) Asam stearate 4,2 - 5,1

Asam 9-oktadekanoat (C18:1) Asam oleat 37,3 - 40,8


4

Asam 9,12-oktadekadienoat (C18:2) Asam linoleate 9,1 - 11,0


Asam 9,12,14-oktadekatrienoat (C18:3) Asam linolenat 0 — 06

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kandungan asam lemak


bebas ini sebagian besar terdiri dari 41-46,8% asam palmitat (C16:0) dan 37-
40,8% asam oleat (C18:1). Jika ditinjau dari jumlah atom karbon (C) pada
kandungan limbah lumpur tersebut, maka limbah ini berpotensial digunakan
sebagai bahan dasar pembuatan emulsifier, dimana emulsifier ini nantinya akan
digunakan sebagai formulasi dalam pembuatan oil base mud (OBM).
Emulsifier yang digunakan dalam pembuatan OBM harus memiliki
stabilitas panas yang tinggi dan memiliki resistensi terhadap air. Oleh karena itu,
limbah lumpur kelapa sawit tidak dapat langsung digunakan sebagai OBM tapi
harus dimodifikasi sehingga memenuhi kriteria dalam formulasi OBM. Salah satu
cara modifikasi yang dilakukan adalah mengganti bagian hidrofilik asam lemak
dengan menggunakan unsur logam. Adanya unsur logam tersebut dapat
meningkatkan resistensi terhadap air dan memiliki stabilitas termal yang tinggi
(Kusnadi,2011). Salah satu unsur logam yang potensial digunakan sebagai bahan
modifikasi adalah kalium.
Kalium merupakan unsur metal golongan IA atau yang biasa disebut
logam alkali. Logam ini memiliki titik didih sebesar 758,8 ℃ sehingga memiliki
stabilitas termal yang tinggi (Licker, 2003). Menurut hasil penelitian dari kusnadi
(2011) bahwa penggunaan logam alkali pada pembuatan OBM memiliki stabilitas
termal yang baik. Sehingga sebagai salah satu untus golongan IA kalium (K)
sangat berpotensi dikembangkan sebagai pengganti gugus hidrofilik tersebut.
Salah satu sumber kalium yang potensial adalah abu tandan kosong kelapa sawit
(TKKS). Abu TKKS merupakan hasil pembakaran dari TKSS sebagai bahan
bakar Boiler. Saat ini, abu TKKS hanya dimanfaatkan sebagai bahan pengganti
pupuk. Menurut Kittikun dkk (2014), abu hasil pembakaran TKKS memiliki
kandungan kalium yang tinggi yaitu sebesar 45-50%. Oleh karena itu, abu TKKS
pontensial dimanfaatkan sebagai sumber kalium karena memiliki kandungan
kalium yang tinggi.
5

Produk oil base mud (OBM) yang dihasilkan dari pengolahan limbah
lumpur kelapa sawit dan logam kalium dari hasil pembakaran abu TKKS tersebut
berupa sabun kalium. Metode yang digunakan dalam pembuatan OBM ini adalah
saponifikasi. Mekanisme reaksi saponifikasi dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2. Mekanisme Reaksi Saponifikasi Sabun Kalium


Berdasarkan reaksi diatas akan dihasilkan sabun kalium, Dimana Sabun
kalium yang dihasilkan tidak bisa langsung digunakan sebagai OBM, tapi harus di
uji sifat fisika dan kimia terlebih dahulu, dimana dalam pengujian tersebut sabun
kalium di uji viskositas, yield point, gel strength, filtration loss, dan kestabilan
emulsi. Pengaruh sifat fisika dan kimia dalam lumpur pengeboran dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 2. Pengaruh Sifat Fisika dan Kimia Lumpur Pengeboran Terhadap
Lumpur Pengeboran
No Sifat Fisika dan Kimia
Fungsi Lumpur Pengeboran
Lumpur Pengeboran
1 Densitas Menahan tekanan formasi agar tidak terjadi blow
out dan mencegah terjadinya break down
formation
2 Viskositas Menunjukkan kekentalanlumpur dalam suatu
aliran (rheology)
3 Gel Strength Menunjukkan kekentalan lumpur dalam kondisi
diam pada periode tertentu
4 Yield point Menunjukkan kekentalan lumpur dalam kondisi
dinamis atau gerak pada periode tertentu
6

5 Filtration Loss Menunjukkan jumlah filtrate yang hilang dari


komponen cair lumpur pengeboran yang masuk
ke dalam formasi dan ditembus oleh mata bor
6 Kestabilan Emulsi Mengetahui kestabilan dari tipe emulsifier yang
digunakan (oil in water atau water in oil)

Berdasarkan tabel diatas maka pembuatan emulsifier dari limbah lumpur


kelapa sawit sebagai bahan dasar pembuatan oil base mud (OBM) harus
memenuhi sifat fisika dan kimia yang telah ditetapkan, sehingga dengan demikian
akan dihasilkan OBM yang berkualitas dan ramah lingkungan.

III. PENUTUP
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa pembuatan
emulsifier dari limbah lumpur kelapa sawit berpotensi dikembangkan sebagai
bahan dasar dalam pembuatan oil base mud (OBM) dengan cara dilakukan
modifikasi pada gugus hidrofilik asam lemak bebas menggunakan unsur logam
kalium dari limbah abu tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Oil base mud yang
dihasilkan harus memiliki kandungan sifat fisika dan kimia sesuai standar OBM
komersil, sehingga OBM yang dihasilkan dapat diaplikasikan dalam pengeboran
perut bumi pada eksplorasi minyak bumi.
DAFTAR PUSTAKA

Astar I. 2011. Esterifikasi Asam Lemak dalam Lumpur Minyak Kelapa Sawit
dengan Methanol dan Katalis Kaolinit Terimpregnasi AlCl3. Program
sarjana, Universitas Tanjungpura, Pontianak.

BPH Migas, 2017, Konsumsi BBM Nasional per Tahun – Konsumsi BBM JBU,
JBKP, JBT Dari Tahun 2006-2017, www.bphmigas.go.id/konsumsi-
bbmnasional, diakses pada tanggal 10 september 2018.

Choo, Y.M. 2004. Transesterficatin of palm oil: effect of reaction parameters.


Journal of oil palm research, 16(2):1-11

Hanif, Iqbal, Abdul H, 2015, Analisis Lumpur Bahan Dasar Minyak Saraline dan
Smooth Fluid pada Temperatur Tinggi dalam Pengujian Laboratorium,
Seminar Nasional Cendekiawan, Universitas Trisakti

Kusnadi, Ellen. 2011. Sintesis Metallic Bioemulsifier dari Palm Sludge Oil dan
Uji Kompetibilitas dengan Smooth Fluid 05 PT Pertamina. Program
sarjana, Universitas Tanjungpura, Pontianak.

Lummus, J.L. 1986. Drilling Fluid Optimization, A Practical Field Aprroach.


Penn Well Pub. Co., Tulsa:Oklahoma.

Soares VLP, Elizabeth RL, Jorge de ARJR, Luciani NB dan Regina SVN, 2011,
New Application for soybean Biodiesel Glycerol, Universidade Federal
do Rio de Janeiro Brazil, Applications and technology, in Tech.

Wastu RA, Hamid A dan Yanti W, 2015, Evaluasi Penggunaan Sistem Lumpur
Synthetich Oil Base Mud dan KCL Polymer pada Pemboran Sumur
SKW23 Lapangan Sukowati Job Pertamina Petrochina East Java,
Seminar Nasional Cendikiawan 2015:168-174.

Anda mungkin juga menyukai