Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI


PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN
IPA MATERI PESAWAT SEDERHANA SISWA VIII-B
MTs. PENYARING
TAHUN PELAJARAN 2020/2021

Disusun oleh

NURJANNAH
NIP;197602072007102002

MTs. PENYARING
JL. H.M. NUR BALONG DESA PENYARING KECAMATAN MOYO UTARA
KABUPATEN SUMBAWA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
2020
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

1. Judul Penelitian :
”Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar siswa melalui Penerapan Metode Demonstrasi
dalam pembelajaran IPA Materi Pesawat sederhana Siswa Kelas VIII-B Tahun Pelajaran
2020/2021.

2. Peneliti
a. Nama Lengkap : Nurjannah, S.P.
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIP. : 197602072007102002
d. Pangkat/Gol. : Penata / III/c
e. Mata Ajar Diampu : IPA Terpadu
f. Sekolah : MTs. Penyaring
g. Alamat Unit Kerja : Jl. H.M. Nur Balong
h. No. Telp./HP. :

3. Lama Penelitian : 5 bulan


Dari Bulan : Februari 2020
Sampai Bulan : Juni 2020

Mengesahkan
Kepala MTs. Penyaring Peneliti,

Mustakim, S.Ag Nurjannah, S.P.


NIP. 197004152005011005 NIP. 197602072007102002
SURAT PERNYATAAN
KEASLIAN HASIL KARYA

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Nurjannah, S.P.
NIP : 197602072007102002
NUPTK : 2539754656300012
Jabatan : Guru Mata Pelajaran IPA
Unit Kerja : MTs. Penyaring

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah berupa laporan hasil penelitian tindakan
kelas yang berjudul ”Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar siswa melalui Penerapan
Metode Demonstrasi dalam pembelajaran IPA Materi Pesawat sederhana Siswa Kelas
VIII-B Tahun Pelajaran 2020/2021. adalah hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan
jiplakan dari karya sejenis.

Demikian pernyataan ini saya nyatakan secara benar dengan penuh tanggung jawab dan
integritas.

Mengetahui, Sumbawa, Juni 2019


Kepala MTs. Penyaring Peneliti,

Mustakim, S.Ag. Nurjannah, S.P.


NIP. 197004152005011005 NIP. 197602072007102002

KATA PENGANTAR
Peneliti memanjatkan puji syukur kepada Allah atas penyertaan, bimbingan, dan

karuniaNya sehingga peneliti dapat melaksanakan penelitian tindakan kelas dan

menyelesaikan pembuatan laporan penelitian tindakan kelas dengan judul ”Meningkatkan

Aktivitas dan Hasil Belajar siswa melalui Penerapan Metode Demonstrasi dalam

pembelajaran IPA Materi Pesawat sederhana Siswa Kelas VIII-B Tahun Pelajaran

2020/2021

Laporan penelitian ini disusun dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran

dan peningkatan kompetensi guru dalam melakukan penelitian. Penelitian tindakan kelas

ini dapat diselesaikan dengan bantuan banyak pihak, oleh karena itu peneliti

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Mustakim, S.Ag., Kepala MTs. Penyaring

2. Eka Yulianingsih, S.Pd.., selaku kolaborator.

3. Teman-teman guru MTs. Penyaring.

4. Siswa kelas VII B Tahun Pelajaran 2018/2019 MTs. Penyaring..

5. Keluarga tercinta.

6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

penyelesaian penelitian ini.

Peneliti berharap semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi dunia

pendidikan dan menjadi inspirasi bagi rekan-rekan guru untuk melakukan dan

mengembangkan penelitian tindakan kelas.

Sumbawa, Juni 2019

Peneliti
ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya nilai hasil belajar IPA materi pesawat

sederhana yang disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya yaitu cara guru

melaksanakan pembelajaran masih bersifat konvensional yaitu guru hanya

menggunakan metode ceramah sehingga siswa cenderung pasif. Penelitian ini

ditunjukan pada penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran IPA pokok

bahasan pesawat sederhana terhadap kehidupan sehari-hari. Berdasarkan

permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah untuk

meningkatkan aktivitas dan siswa Kelas VIII-B MTs Penyaring  pada pembelajaran IPA

materi pesawat sederhana setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan

metode demonstrasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) yang mengadaptasi model Kemmis & Mc. Taggart dengan dua

siklus, yang pada setiap siklusnya dilakukan dua tindakan. Subjek  penelitian  ini

adalah  siswa VIII-B MTs Penyaring  yang berjumlah 24 siswa. Hasil pembelajaran IPA

materi pesawat sederhana dengan menerapkan metode demonstrasi terbukti mampu

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya

peningkatan aktivitas siswa dari sebelum perbaikan hanya 12 siswa atau 38,71%, naik

menjadi 18 siswa atau 58,06% pada siklus pertama, dan 96,77% atau 30 siswa pada

siklus kedua, dan peningkatan hasil belajar siswa dari rata-rata pada sebelum

perbaikan hanya  60,97, naik menjadi 65,52 pada siklus pertama, dan 76,45 pada siklus

kedua, dengan tingkat ketuntasan belajar sebanyak 11 siswa (35,48%) pada Kondisi

Awal,  54,48% atau 17 siswa pada siklus pertama,  28 siswa atau 90,32% pada siklus
kedua, dan masih ada tiga orang siswa (9,68%) yang belum tuntas. Kesimpulannya

adalah penerapan metode demonstrasi terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan

hasil belajar siswa kelas  VIII-B MTs Penyaring dalam pembelajaran IPA materi

pesawat sederhana.

Kata Kunci:  aktivitas, hasil belajar, metode demonstrasi

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Sistem  Pendidikan  Nasional  diselenggarakan  melalui  dua  jalur  yaitu  jalur

sekolah  dan  jalur  luar  sekolah.  Jalur  pendidikan  di  sekolah  diselenggarakan  melalui

kegiatan  berjenjang  dan  berkesinambungan.   Pendidikan  Dasar  merupakan  bagian

terpadu yang diselenggarakan 9 tahun terdiri dari 6 tahun Sekolah Dasar dan 3 Tahun

Sekolah Lanjutan Pertama.

Kurikulum  di  Sekolah  Dasar  yang  dikembangkan  saat  ini  adalah  Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

menyediakan  pengalaman belajar siswa yang mencakup materi maupun proses sains

dimana ada keseimbangan

antara  kemampuan  konseptual  dan  prosedural.  Oleh  karena  itu,  kurikulum  ini lebih

menekankan  agar  siswa  menjadi  pembelajar  aktif  dan  bersifat  fleksibel.  Kurikulum

ini memuat beberapa mata pelajaran salah satunya adalah IPA.

Tujuan  pendidikan  yang  kita  harapkan  adalah  mencerdaskan  kehidupan

bangsa  dan  mengembangkan  manusia  Indonesia  seutuhnya,  yaitu  manusia

yang  beriman  dan  bertakwa  terhadap  Tuhan  yang  Maha  Esa  dan  berbudi

pekerti  luhur,  memiliki  pengetahuan  dan  keterampilan,  kesehatan  jasmani

dan  rohani,  kepribadian  yang  mantap,  mandiri  serta  rasa  tanggung  jawab

kemasyarakatan  dan  kebangsaan.  Pendidikan  harus  mampu  mempersiapkan

warga  Negara  agar  dapat  berperan  aktif  dalam  segala  aspek  lapangan

kehidupan,  cerdas,  aktif,  kreatif,  terampil,  jujur,  tanggung  jawab  berdisiplin,
demokratis, bermoral baik, dan toleran dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan

bangsa.

Ilmu  Pengetahuan  Alam  (IPA)  adalah  ilmu  pengetahuan  yang mempelajari

tentang gejala alam baik yang menyangkut benda hidup maupun benda mati. IPA

berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

sistematis,  sehingga  IPA  bukan  hanya  pengetahuan  yang  berupa  konsep-konsep,  at

au  prinsip-prinsip  saja,  tetapi  juga  merupakan  suatu  proses

penemuan.  Pendidikan  IPA  diharapkan  dapat  menjadi  wahana  bagi  peserta

didik  untuk  mempelajari  diri  sendiri  dan  alam  sekitar,  serta  prospek

pengembangan  lebih  lanjut  dalam  menerapkannya  di  dalam  kehidupan sehari-

hari.  Proses  pembelajaran  IPA  menekankan  pada  pemberian

pengalaman  langsung  untuk  mengembangkan  kompetensi  agar  dapat menjelajahi

dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Apabila  kita  melihat  fakta  dilapangan,  pada  umumnya  siswa  pandai

dalam  menghapal  tetapi  kurang  dalam  mengaplikasikan  pengetahuan  yang

dimilikinya.  Hal  ini  mungkin  terkait  dengan  kecenderungan  menggunakan

hapalan  sebagai  wahana  untuk  menguasai  ilmu  pengetahuan,  bukan

kemampuan  berpikir.  Oleh  karena  itu  siswa  hanya  terbiasa  menggunakan

sebagian  kecil  dari  potensi  atau  kemampuan  berpikirnya,  sehingga  mereka menjadi

malas untuk berpikir mandiri. Jika hal tersebut terus dibiarkan, maka pembelajaran tidak

akan bermakna. Sehingga hasil belajar siswa akan rendah

dan  pada  akhirnya  tujuan  yang  diharapkan  tidak  akan  tercapai.  Oleh  karena
itu,  dalam  pembelajaran  guru  harus  menggunakan  metode  atau  pendekatan

pembelajaran  tertentu  yang  efektif  sesuai  dengan  materi  yang  hendak disampaikan.

Selain  permasalahan  tersebut  di atas,  masih  banyak  permasalahan  pada

siswa  lainnya  yang  ditemukan  diruang  kelas,  diantaranya  :  Pada  umumnya

siswa  belum  terbiasa  dan  kurang  memiliki  kepercayaan  diri  untuk

mengemukakan  pendapatnya,  motivasi  belajar  siswa  kurang,  tidak

konsentrasi  dalam  proses  pembelajaran,  suka  mengganggu  teman,  dan  suka

melakukan  aktivitas  diluar  pelajaran.  Akibatnya  prestasi  belajar  siswa menjadi

rendah, dengan nilai KKM di bawah rata-rata.

Demikian  pula  yang  terjadi  di  sekolah  kami,  hasil tes pendahuluan

menunjukkan hasil hanya 11 siswa (35,48%) dari 31 siswa dinyatakan tuntas belajarnya,

sedangkan 20 orang siswa (64,52%) tidak tuntas belajarnya.  Jumlah tersebut sangatlah

besar, dan bisa simpulkan bahwa proses pembelajaran tidak berhasil. Hasil  refleksi

menunjukkan bahwa pembelajaran  IPA di kelas VIII-B MTs. Penyaring masih dilakukan

secara konvensional  (pembelajaran  berpusat  pada  guru)  dan  nilai  rata-rata  secara

klasikal pada mata pelajaran IPA yang diperoleh adalah 60,97, hal ini menunjukan belum

mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditentukan yaitu 70.

Berdasarkan data tersebut di atas, maka peneliti meminta bantuan teman

sejawat dan kepala sekolah untuk membantu mengidentifikasi kekurangan dari

pembelajaran yang dilaksanakan. Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang

terjadi dalam pembelajaran, yaitu :

1. Siswa kurang menguasai konsep pesawat sederhana sehingga hasil belajar siswa

rendah.
2. Siswa tidak dapat menjawab pertanyaan guru

3. Tidak ada media atau alat peraga yang mendukung materi pembelajaran.

4. Siswa  tidak  mampu  mengaplikasikan  materi  yang  dipelajarinya dalam

kehidupan sehari-hari.

5. Rendahnya aktivitas siswa pada saat mengikuti proses pembelajaran

Melalui refleksi diri, kaji literatur dan diskusi dengan supervisor dapat diketahui

bahwa kemungkinan faktor penyebab timbulnya masalah di atas adalah :

1.      Pendekatan  pembelajaran yang digunakan guru tidak sesuai dengan karakteristik

siswa sekolah dasar

2.      Penggunaan alat peraga pembelajaran yang kurang bervariasi

3.      Guru tidak melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan penemuan

informasi

4.      Guru kurang memotivasi siswa dalam pembelajaran

5.      Guru dalam menjelaskan materi terlalu cepat.

Melihat permasalahan pembelajaran yang ada, peneliti perlu melakukan upaya

perbaikan karena jika hal tersebut dibiarkan maka tidak menutup kemungkinan akan

menjadi sumber utama penyebab turunnya hasil belajar siswa. Oleh karena itu perlu

diupayakan solusi alternatif dari persoalan tersebut dengan melaksanakan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi pesawat

sederhana melalui melalui penerapan metode demonstrasi pada siswa kelas VIII-B MTs.

Penyaring.
B.     Rumusan Masalah

Dari uraian sebagaimana latar belakang masalah di atas, maka dapat ditentukan

perumusan masalahnya yaitu :

1.      Bagaimana meningkatkan aktivitas siswa dengan menggunakan metode

demonstrasi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi pesawat sederhana?

2.      Bagaimana meningkatkan hasil siswa dengan menggunakan metode demonstrasi

dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi pesawat sederhana?

C.    Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah  :

1.      Untuk meningkatkan aktivitas siswa Kelas VIII-B MTs Penyaring  pada pembelajaran

IPA materi pesawat sederhana setelah dilaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan metode demonstrasi.

2.      Untuk meningkatkan  hasil belajar  siswa Kelas VIII-B MTs. Penyaring  pada

pembelajaran IPA materi pesawat sederhana setelah dilaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan metode demonstrasi.

D.    Manfaat Penelitian

Diharapkan dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan

manfaat secara teoritis dan praktis  :

1. Manfaat Teoritis

a.    Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah untk memperoleh gambaran

mengenai penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran IPA.

b.    Menambah khasanah pengembangan pengetahuan mengenai pembelajaran IPA

materi pesawat sederhana  dengan menggunakan metode demonstrasi.


c.    Sebagai bahan kajian penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

a.       Siswa

1)      Memperbaiki belajar siswa, agar hasil belajar siswa meningkat

2)      Siswa merasa mendapat perhatian khusus dari guru sehingga minat belajar siswa

meningkat

3)      Memberikan  pengalaman  secara  langsung  bagi  siswa,  sehingga  siswamempuny

ai kesan dalam belajarnya. 

4)      Siswa  dapat  menarik  kesimpulan  atau  memecahkan  masalah  setelah

melakukan demonstrasi dalam pembelajaran IPA. 

5)      Untuk memperbaiki pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga

aktivitas siswa dan hasil belajar siswa meningkat.

b.      Guru

1)      Agar guru dapat memperbaiki mutu kinerja atau meningkatkan proses

pembelajaran IPA secara berkesimanbungan.

2)      Untuk  mengembangkan  keterampilan  guru  untuk  menghadapi permasalahan

yang nyata dalam proses pembelajaran di kelas.

3)      Meningkatkan profesionalisme guru.

c.       Bagi Sekolah

1)      Memberikan  landasan  dan  argumentasi  bagi  kebijakan  yang  akan  diambil

guna  meningkatkan  mutu  pendidikan  nasional  melalui  model dan metode

pembelajaran yang tepat di sekolah.

2)      Meningkatkan kualitas pendidikan bagi siswa


3)      Mengembangkan mutu dan hasil belajarnya

4)      Mempunyai kesempatan untuk berkembang pesat


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.    Kerangka Teori

1.      Hakikat Pembelajaran IPA

a.       Pengertian Pembelajaran IPA

Salah  satu  mata  pelajaran  yang  diajarkan  di sekolah  adalah  mata

pelajaran  IPA  yang sangat  penting  sekali  diberikan  di  sekolah-sekolah  baik

itu  sekolah  dasar  maupun  sekolah  menengah.  Dalam  Kurikulum  Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) 2006 (BSNP, 2006: 124) dijelaskan

bahwa :  Pembelajaran  IPA  berhubungan  dengan  cara  mencari  tahu  tentang

alam  secara  sistimatis,  sehingga  IPA  bukanlah  hanya  untuk  memahami

pengetahuan  tentang  fakta-fakta,  konsep-konsep,  prinsip-prinsip  saja  tetapi juga

merupakan suatu proses penemuan.

Pembelajaran  IPA  di  sekolah  menengah  harus  memberikan  kesempatan

kepada  peserta  didik  untuk  mengembangkan  ketiga  aspek  yang  tercakup  di

dalamnya yaitu: Pengetahuan, keterampilan, dan sikap.  Apabila peserta didik

dilibatkan  secara  langsung  maka  pembelajaran  yang  aktif,  kreatif,  efektif, interaktif

dan menyenangkan akan tercapai. Guru yang baik adalah guru yang menjadikan peserta

didik sebagai subjek bukan sebagai objek.

IPA  adalah  bidang  studi  yang  menanamkan  dan  mengembangkan

pengetahuan,  keterampilan,  sikap,  dan  nilai  ilmiah  pada  siswa  serta  rasa mencintai

dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan IPA diharapkan dapat
menjadi alat bagi siswa untuk lebih mengenal diri sendiri dan alam sekitar, dan

kehidupan sehari-hari. IPA secara sederhana mempunyai arti, kumpulan ilmu

pengetahuan yang tersusun secara sistematis tentang gejala alam. IPA merupakan

bagian dari ilmu pengetahuan yang  terdiri  dari  fakta-fakta,  konsep-konsep,  prinsip-

prinsip,  dan  teori-teori yang merupakan produk dari proses ilmiah.

Melalui pembelajaran IPA, kerja ilmiah seperti melakukan

pengamatan,  memprediksi,  dan  keterampilan  IPA  lainnya  serta  keterampilan

berfikir  dapat  dilatih  kepada  peserta  didik  dalam  usaha  memberi  bekal

pengetahuan,  keterampilan,  nilai  dan  sikap  yang  diperlukan  untuk  melanjutkan

pendidikan maupun untuk dapat menyesuaikan diri dengan perubahan–perubahan

di  sekelilingnya.  Oleh  karena  itu  pengembangan  kurikulum  IPA  beralih  dari

pengembangan  kurikulum  berbasis  materi  (content-based)  atau  siswa  belajar

sejumlah  fakta  ke  pengembangan  kurikulum  berbasis  kopetensi  (competency-based), 

 di  mana  ada  keseimbangan  peningkatan  kemampuan konseptual dan prosedural.

Pendidikan IPA    menekankan    pada    pemberian    pengalaman    langsung.  Pada

prinsipnya IPA di sekolah menengah membekali siswa untuk

mengembangkan  kemampuan  berbagai  cara  “mengetahui”  dan  suatu  cara 

 “mengerjakan”  yangdapat  membantu  siswa  untuk  memahami  alam  sekitar  secara  

mendalam  dan  menyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan  dunia yang sangat

cepat.

Pembelajaran  IPA diharapkan dapat menjadi sarana bagi siswa untuk

bisa  belajar  dirinya  sendiri  dan  alam  sekitarnya,  memiliki  keterampilanilmiah,  
bersikap  ilmiah  dan  religius  serta  mampu  dalam  memecahkan masalah-masalah

yang dihadapi dalam kehidupannya dengan lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan

Tuhan  sebagai pencipta alam semesta. IPA adalah ilmu pengetahuan yang rasional dan

objektif tentang alam semesta dan segala isinya,  IPA  membahas  tentang  gejala-

gejala  alam  yang  disusun  secarasistematis  yang  didasarkan  pada  hasil  percobaan 

 dan  pengamatan  yang dilakukan oleh manusia.

b.      Tujuan Pembelajaran IPA

Tujuan  pemberian  mata  pelajaran  IPA  atau  sains  munurut  Sumaji

(1998:35)  adalah  agar  siswa  mampu  memahami  dan  menguasai  konsep-konsep IPA

serta keterkaitan dengan kehidupan nyata. Siswa juga mampu menggunakan

metode  ilmiah  untuk  memcahkan  masalah  yang  dihadapinya,  sehingga  lebih

menyadari dan mencintai kebesaran serta kekuasaan Penciptanya. Pengajaran IPA

menurut Depdikbud (1993/1994:98-99) bertujuan agar siswa: (1)  Memahami  konsep-

konsep  IPA  dan  kaitannya  dengan  kehidupan  sehari-sehari. (2) Memiliki keterampilan

prosesuntuk  mengembangkan  pengetahuan,dan  ide  tentang  alam  di  sekitarnya.  (3)  

Mempunyai  minat  untuk  mengenal  dan mempelajari benda-benda serta peristiwa di

lingkungan sekitar. (4) Bersikap ingin

tahu,  tekun,  terbuka,  kritis,  mawas  diri,  bertanggungjawab,  bekerjasama  dan

mandiri. (5) Mampu menerapkan berbagai macam konsep IPA untuk menjelaskan gejala-

gejala  alam  dan  memecahkan  masalah  dalam  kehidupan  sehari-hari.  (6)

Mampu  menggunakan  teknologi  sederhana  yang  berguna  untuk  memecahkan

suatu  masalah  yang  ditemukan  dalam  kehidupan  sehari-hari.  (7)  Mengenal  dan
memupuk  rasa  cinta  terhadap  alam  sekitar,  sehingga  menyadari  kebesaran  dan

keagungan Tuhan Yang Maha Esa.

Pendidikan  IPA  lebih  menekankan  pada  pemberian  pengalaman  langsung

dan  kegiatan  praktis  untuk  mengembangkan  kompetensi  agar  siswa  mampu

menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Pendidikan  IPA  diarahkan  untuk  “mencari  tahu”  dan  “berbuat”  sehingga

dapat  membantu  siswa  untuk  memperoleh  pemahaman  yang  lebih  mendalam

tentang  alam  sekitar  Menurut  Sumaji  (1998:31),  IPA

berupaya  untuk  membangkitkan  minat  manusia  agar  mau  meningkatkan kecerdasan

dan pemahamannya mengenai alam sekitarnya.

c.       Karakteristik Pembelajaran IPA

Objek kajian pendidikan IPA berada pada berbagai persoalan/fenomena alam.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Supriyadi (1999: 1) bahwa objek kajian IPA adalah

segala fenomena lingkungan (alam) yang berujud titik kecil hingga alam raya yang sangat

besar. IPA menurut Depdiknas (2003: 6) merupakan cara mencari tahu tentang alam

semesta secara sistematis untuk menguasai pengetahuan fakta-fakta, konsep-konsep,

prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah.

Trowbidge dan Byebee (1986: 38) mendefinisikan IPA sebagai berikut : Science is

body of knowledge, formed by of continous inquiry, and compassing the people who are

engaged in the scientific enterprise. Jadi karakteristik IPA yang kemudian

membedakannya dengan ilmu pengetahuan yang lain adalah bahwa IPA ditempuh

melalui berbagai penemuan proses empiris secara berkelanjutan yang masing-masing


akan memberi kontribusi dengan berbagai jalan untuk membentuk sistem unik yang

disebut IPA.

Suyoso (2001: 1-4) mengungkapkan bahwa nilai intelektualitas IPA menuntut

kecerdasan dan ketekunan, dalam mencari jawaban suatu persoalan didasarkan atas

pertimbangan rasional dan objektivitas dengan melalui observasi atau kegiatan

eksperimen untuk memperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Secara lebih terperinci. Robert B. Sund (1973: 12) menjelaskan tentang bagaimana suatu

pemahaman IPA ditemukan atau yang sekarang dikenal sebagai metode IPA (scientific

method). Setidaknya ada enam langkah untuk melakukan proses IPA , yaitu (1) stating

the problem, (2) formulating hypotheses, (3) designing an experiment, (4) making

obsevation, (5) collecting data from the experiment, (6) drawing conclutions.

2.      Metode Demonstrasi

a.       Pengertian Metode Demonstrasi

Pembelajaran  adalah  suatu  proses  kegiatan  belajar  mengajar  yang

dilaksanakan  dalam  suatu  lingkungan  pembelajaran,  baik  lingkungan  fisik, bahan

atau materi, dan sumber-sumber pembelajaran lainnya, sehingga dapat

memungkinkan  siswa  dapat  berinteraksi  secara  maksimal  untuk  mencapai

tujuan  pembelajaran  yaitu  terjadinya  suatu    perubahan  tingkah  laku  yang positif

baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang berbeda dari keadaan

sebelumnya.  Pembelajaran  atau  proses  belajar  mengajar  merupakan  inti  dari

proses  pendidikan,  pembelajaran  dapat  berlangsung  dimanapun  dan kapanpun.

Udin S. Winata Putra, dkk (2004 : 424) menyatakan bahwa “Metode

demontrasi  adalah  cara  penyajian  pelajaran  dengan  mempertunjukkansecara
 langsung  objek  atau  cara  melakukan  sesuatu  untukmempertunjukkan  proses  terten

tu”.  Sedangkan  menurut  Syaiful  BahriDjamarah  (2000:  54),  “Metode  demontrasi 

 adalah  metode  yang  digunakanuntuk  memperlihatkan  suatu  proses  atau  cara  kerja 

 suatu  benda  yang berkenaan dengan bahan pelajaran”.

Metode  Demonstrasi  adalah  suatu  metode  yang  memperhatikan  sesuatu

kepada  seseorang  atau  kelompok  orang.  Melalui  metode  demonstrasi,  guru

memperlihatkan  suatu  proses,  peristiwa,  atau  memperlihatkan  cara  kerja  suatu  alat

kepada peserta didik (Rusyan 2004 :99).

Sanjaya (2006:150) menyatakan bahwa metode  demonstrasi adalah metode

penyajian pelajaran dengan  memperagakan  dan  mempertunjukan  kepada

siswa  tentang  suatu  proses,  situasi  atau  benda  tertentu,  baik  sebenarnya  atau  han

ya sekedar tiruan.

Dari  kedua  pendapat  di  atas,  dapat  disimpulkan  bahwa  metode  demonstrasi

adalah  salah  satu  cara  menyampaikan  materi  pelajaran  dengan  cara  memperlihatkn

suatu proses, peristiwa dan cara kerja sebuah alat kepada peserta didik. Demonstrasi

dapat  dilakukan  dengan  berbagai  cara,  dimulai  dari  yang  sederhana,  sampai  dengn

cara yang lebih kompleks.

Model  pembelajaran  IPA  dengan  pendekatan  belajar  mengajar  yang cocok

untuk anak-anak sekolah menengah Indonesia dengan kondisi, karakteristik

dan  sifat  budaya  Indonesia  adalah  pendekatan  yang  mencakup  kesesuaian antara

situasi dan belajar anak dengan situasi kehidupan nyata di

masyarakat.Model  pembelajaran  yang  cocok  untuk  anak  Indonesia  adalah  melalui

pengalaman langsung (learning by doing) model belajar ini memperkuat daya


ingat  anak  dan  lebih  efektif  sebab  menggunakan  alat-alat  dan  media  belajar yang

ada di lingkungan anak sendiri.

Dalam  pembelajaran  pengalaman  langsung  mempunyai  peranan  yang

sangat  penting  sebagai  pendorong  lajunya  perkembangan  kognitif  anak,

karena  pengalaman  anak  terjadi  secara  spontan  sejak  lahir  sampai  anak

berumur  12  tahun.  Efisiensi  pengalaman  langsung  tergantung  pada konsistensi

antara hubungan metode dan objek dengan tingkat perkembangan

kognitif  anak.  Anak  akan  siap  untuk  megembangkan  konsep  tertentu  hanya bila

anak telah memiliki struktur kognitif (skemata) yang terjadi prasyaratnya yakni

perkembangan kognitif yang hirarkis dan integratif.

Metode  demonstrasi  adalah  suatu  metode  yang  digunakan  untuk

memperlihatkan  sesuatu  proses  atau  cara  kerja  suatu  benda  yang  berkenaan

dengan bahan pembelajaran tertentu.   Dalam prakteknya metode demonstrasi dapat

dilakukan oleh guru atau

anak  didik  itu  sendiri,  metode  demonstrasi  cukup  baik  apabila  digunakan

dalam  pembelajaran  di  sekolah  menengah  pengalaman  dan  kesan  sebagai  hasil

pembelajaran  lebih  melekat  dalam  diri  siswa.  Menurut  pandangan

keberhasilan  belajar  bergantung  bukan  hanya  pada  lingkungan  atau  kondisi belajar,

tetapi pada pengetahuan awal juga. Belajar melibatkan pembentukan

“makna”  oleh  siswa  dari  apa  yang  mereka  lakukan,  lihat,  dan  dengar  (west

dan  pinest).  Pembentukan  makna  merupakan  suatu  proses  aktif  yang  terus

berlanjut.  Jadi  siswa  memiliki  tanggung  jawab  akhir  atas  belajar  mereka sendiri,

seperti dikemukakan oleh Pershan (1994:5).


Terdapat  enam  unsur  penting  dalam  pembelajaran  menggunakan metode

demonstrasi, yaitu :

1)      Menunjukkan proses dengan jelas

2)      Adanya Interaksi dua arah

3)      Kesempatan diskusi lebih luas 

4)      Pengalaman belajar yang autentik dan bermakna

5)      Adanya dorongan agar siswa bisa mandiri

6)      Adanya usaha untuk mengenalkan siswa tentang dunia ilmiah

Implikasi  dari  metode  demonstrasi    di  sekolah  ialah  pengetahuan  itu

tidak  dapat  di  pindahkan  secara  utuh  dari  pikiran  guru  namun  secara  aktif

dibangun  oleh  siswa  itu  sendiri  melalui  pengalaman  nyata  (Piaget  dalam

Dahar  1996:82),  sehingga  disini  peran  guru  berubah  dari  sumber  dan  pemberi

informasi menjadi pendiagnosis dan fasilitator siswa belajar siswa. 

Tyler  (Sutarno,  2003:86),  mengemukakan  beberapa  kebaikan pembelajaran

berdasarkan metode demonstrasi, yaitu :

1)      Pelajaran  berdasarkan  metode  demonstrasi  memberikan  kesempatan kepada siswa

untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan

menggunakan  bahasa  siswa  sendiri,  berbagi  dengan  temannya,  dan mendorong

siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya.

2)      Pembelajaran berdasarkan metode demonstrasi memberi pengalaman yang baru

sehingga pembelajaran di dalam kelas lebih aktif, kreatif, dan menyenangkan. 

3)      Pembelajaran  metode  demonstrasi  memberi  kesempatan  kepada

siswa  untuk  mencoba  gagasan  baru  agar  siswa  terdorong  untuk
memperoleh  kepercayaan  diri  dengan  menggunakan  berbagai

konteks  baik  yang  dikenal  maupun  yang  baru  dan  akhirnya memotifasi siswa untuk

menggunakan berbagai strategi belajar.

4)      Pembelajaran  metode  demonstrasi  mendorong  siswa  untuk memikirkan

perubahan  gagasan mereka setelah menyadari kemajuan mereka

serta  memberi  kesempatan  siswa  untuk  mengidentifikasi  perubahan  gagasan

mereka.

b.      Langkah-langkah Demonstrasi 

Sanjaya,  W.  (2006:151-152)  menyatakan  langkah-langkah  menggunakan metode

demonstrasi sebagai berikut :

1)      Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan :

a)      Rumuskan  tujuan  yang  harus  dicapai  oleh  siswa  setelah  proses  demonstrasi

berakhir.  Tujuan  ini  meliputi  beberapa  aspek  seperti  aspek  pengetahuan,

b)      sikap, atau keterampilan tertentu.

c)      Persiapkan  garis  besar  langkah-langkah  demonstrasi  yang  akan  dilakukan.

Garis-garis  besar  langkah  demonstrasi  diperlukan  sebagai  panduan  untuk

menghindari kegagalan.

d)     Lakukan  uji  coba  demonstrasi.  Uji  coba  meliputi  segala  peralatan  yang

diperlukan.

2)      Tahap Pelaksanaan

a)      Langkah Pembukaan
Sebelum  demonstrasi  dilakukan  ada  beberapa  hal  yang  harus  diperhatikan,  di

antaranya :

1.1  Aturlah  tempat  duduk  yang  memungkinkan  semua  siswa  dapat memperhatikan

dengan jelas apa yang didemonstrasikan.

1.2  Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.

1.3  Kemukakan  tugas-tugas  apa  yang  harus  dilakukan  oleh  siswa,  misalnya

siswa  ditugasakan  untuk  mencatat  hal-hal  yang  dianggap  penting  dari pelaksanaan

demonstrasi

b)      Langkah Pelaksanaan Demonstrasi

Pelaksanaan  metode  demonstrasi  supaya  berjalan  baik,  guru

memperhatikan  hal-hal  berikut:  rumuskan  tujuan  instruksional  yang  dapat

dicapai  oleh  peserta  didik,  susun  langkah-langkah  yang  akan  dilakukan

dengan  demontrasi  secara  teratur  sesuai  dengan  skenario  yang

direncanakan,  persiapkan  peralatan  atau  bahan  yang dibutuhkan  sebelum

demonstrasi  dimulai  dan  atur  sesuai  skenario  yang  direncanakan,  teliti

terlebih  dahulu  alat  dan  bahan  yang  akan  digunakan  agar  demontrasi

berhasil  dilakukan,  serta  perhitungkan  waktu  yang  dibutuhkan  sehingga

kita  dapat  memberikan  keterangan  dari  peserta  didik  bisa  mengajukan pertanyaan

apabila ada keraguan.

Selama demonstrasi berlangsung hendaknya guru memperhatikan hal-

hal  sebagai  berikut: 

1.1  Apakah  demontrasi  dapat  diikuti  oleh  setiap  peserta

didik,  apakah  demontrasi  yang  dilakukan  sesuai  dengan  tujuan  yang  telah
dilakukan,  apakah  keterangan  yang  diberikan  dapat  didengarkan  dan dipahami oleh

peserta didik, apakah peserta didik telah diberikan petunjuk mengenai  hal-

hal  yang  perlu  dicatat,  serta  apakah  waktu  yang  tersedia dapat digunakan secara

efektif dan efisien.

1.2  Mulailah  demonstrasi  dengan  kegiatan-kegiatan  yang  merangsang  siswa

untuk  berpikir,  misalnya  melalui  pertanyaan-pertanyaan  yang  mengandung teka-

teki  yang  mendorong  sehingga  siswa  tertarik  memperhatikan demonstrasi.

1.3  Ciptakan  suasana  yang  menyejukkan  dengan  menghindari  suasana  yang

menegangkan.

1.4  Yakinlah  bahwa  semua  siswa  mengikuti  jalannya  demonstrasi  dengan

memperhatikan reaksi seluruh siswa.

1.5  Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai

dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.

c)      Langkah Mengakhiri Demonstrasi

Apabila  demonstrasi  selesai  dilakukan,  proses  pembelajaran  perlu

diakhiri  dengan  memberikan  tugas-tugas  tertentu  yang  ada  kaitannya  dengan

pelaksanaan  demonstrasi  dan  proses  pencapaian  tujuan  pembelajaran.  Hal  ini

diperlukan  untuk  meyakinkan  apakah  siswa  memahami  proses  demonstrasi  itu

atau  tidak.  Selain  memberikan  tugas  relevan,  ada  baiknya  guru  dan  siswa

melakukan  evaluasi  bersama  tentang  jalannya  proses  demonstrasi  itu  untuk

perbaikan selanjutnya.

Adapun langkah-langkah mengakhiri demonstrasi sebagai berikut :

1.1  Guru membuka kesempatan bagi peserta didik untuk bertanya. 


1.2  Bimbinglah peserta didik ke arah pertumbuhan diskusi kelompok.

1.3  Ambilah sejumlah kesimpulan dari hasil demonstrasi.

1.4  Berikan  kesempatan  kepada  peserta  didik  untuk  mencoba  melakukan

demonstrasi.

1.5  Buatlah laporan hasil demonstrasi secara tertulis.

Metode  demonstrasi  akan  lebih  efektif    bila  peserta  didik  ikut  terlibat  secara

langsung  dalam  proses  demonstrasi  sehingga,  peserta    didik  berkesempatan

mengembangkan  kemampuan  mengamati  segala  benda  yang  sedang  terlibat  dalam

proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan.

c.       Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi

Sebagai suatu metode demonstrasi memiliki beberapa kelebihan diantaranya :

1)      Melalui  metode  demonstrasi  terjadinya  verbalisme  akan  dapat  dihindari,

sebab  siswa  disuruh  langsung  memperhatikan  bahan  pelajaran  yang dijelaskan.

2)      Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi

juga melihat peristiwa yang terjadi.

3)      Dengan  cara  mengamati  secara  langsung  siswa  akan  memiliki  kesempatan

untuk membandingkan antara teori dan kenyataan.

Dengan  demikian  siswa  akan  lebih  meyakini  kebenaran  materi pembelajaran.

Di samping  beberapa  kelebihan,  metode  demonstrasi  juga  memiliki beberapa

kelemahan, diantaranya :

1)      Metode demonstrasi  memerlukan persiapan  yang lebih matang, sebab tanpa

persiapan  yang  memadai  demonstrasi  bisa  gagal  sehingga  dapat

menyebabkan  metode  ini  tidak  efektif  lagi.  Bahkan  sering  terjadi  untuk
menghasilkan  pertunjukkan  suatu  proses  tertentu,  guru  harus  beberapa  kali

mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu banyak.

2)      Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai

yang  berarti  penggunaan    metode  ini  memerlukan  pembiayaan  yang  lebih mahal

dibandingkan dengan ceramah.

3)      Demonstrasa memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus,

sehingga  guru  dituntut  untuk  bekerja  lebih  profesional.  Di  samping  itu demonstrasi

juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses

pembelajaran siswa.

3.      Penerapan  Metode  Demonstrasi  Dalam  Pembelajaran  IPA  Pada Materi Pesawat

Sederhana

Menurut  Piaget  (Darmodjo  dan  Kaligis,  1992  :  22)  tidak  ada  belajar

tanpa  perbuatan.  Hal  ini  disebabkan  perkembangan  intelektual  anak  dan

emosionalnya dipengaruhi langsung oleh keterlibatan secara fisik dan mental

dengan  lingkungannya.  Oleh  karena  itu  guru  mengupayakan  pembelajaran

sains  melalui  aktivitas  kongkret  untuk  semua  tingkat  di  sekolah  menengah.

Pendekatan metode demonstrasi adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran

yang  menyatakan  bahwa  belajar  adalah  proses  yang  aktif,  kreatif,  dan

menyenangkan  yang  dilakukan  siswa.  Tahapan  pada  pendekatan metode

demonstrasi  memuat  empat  langkah  penyelesaian  yaitu  :  apersepsi, eksplorasi,

demonstrasi dan penjelasan konsep.

Pembelajaran  IPA  di  sekolah  menengah  diharapkan  menjadi  wahana  bagi

siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Kurikulum KTSP 2006
menghendaki  pembelajaran  IPA  di  sekolah  menengah  tidak  saja  mampu

menguasai  konsep  IPA  dengan  baik  tetapi  juga  mampu  memahami  proses,

sikap,  dan  nilai  IPA.  Selain  itu,  prestasi  IPA  ditentukan  oleh  kompetensi

kognitif,  psikomotor,  dan  afektifnya.  Proses  pembelajaran  IPA  tidak  saja

menyangkut  oleh  pikir  (minds-on)  akan  tetapi  juga  memperhatikan  oleh tangan

(hands-on) yang berupa kerja praktek. Melalui kerja praktek ini, siswa

dapat  mengembangkan  keterampilan  proses  IPA,  kompetensi  psikomotornya

bahkan  ada  kemungkinan  juga  dapat  berkembangnya  aspek  afektif.  Namun

demikian,  pembelajaran  yang  menekankan  pada  minds-on/hands-on  selama

ini  belum  terlaksana  dengan  baik.  Hal  ini  dikarenakan  pembelajaran  masih

menggunakan  cara  belajar  yang  tradisional  dan  cara  mengajar  yang konvensional.

Guru  menjadi  pusat  dalam  pembelajaran,  siswa  hanya  duduk,

dengar,  catat  dan  hapal.  Siswa  sangat  pandai  menghapal,  tetapi  kurang terampil

dalam mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliknya.

Pembelajaran  IPA  dengan  pendekatan  metode  demonstrasi  dirancang

dengan  menerapkan  langkah-langkah  demonstrasi  dan  alat  peraga  yang

sesuai.  Hal  pertama  yang  dilakukan  dalam  pembelajaran  IPA  dengan

menggunakan  metode  demontrasi  adalah  menetapkan  tujuan  pembelajaran,

mempersiapkan  atau  menyediakan  alat  dan  bahan  (fasilitas)  yang  akan digunakan

pada saat

demontrasi.  Dalam  menyusun  skenario  pembelajaran  dan  perangkat  pembelajaran

lain yang dapat menunjang terlaksananya pembelajaran. Semua persiapan ini


dilakukan  oleh  guru,  setelah  semua  persiapan  tersebut  dipersiapkan  dengan baik

barulah pelaksanaan bisa dimulai. 

Pelaksanaan  pada  kegiatan  awal  siswa  dengan  bimbingan  guru

merumuskan  masalah  yang  berkenaan  dengan  materi  pesawat  sederhana.

Dilanjutkan  pada  jenis-jenis  pesawat  sederhana  dengan  pengajuan  hipotesis yaitu

jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan.

Setelah  merumuskan  hipotesis  langkah  selanjutnya  pada  kegiatan  inti

pembelajaran,  guru  terlebih  dahulu  membagi  siswa  menjadi  kelompok  besar karena

jumlah seluruh siswa yang menjadi subjek penelitian adalah 25 orang,

maka  dibagi  menjadi  lima  kelompok,  maka  setiap  kelompok  terdiri  dari  5 orang

siswa. Pembagian kelompok ini ditentukan oleh guru dengan

alasan  agar  setiap  kelompok  lebih  terkondisikan  agar  siswa  yang  kurang

pandai  dengan  siswa  yang  pandai.  Setelah  setiap  kelompok  dikondisikan

dengan  baik,  barulah  guru  menjelaskan  langkah-langkah  demontrasi  dan

membagikan lembar demontasi.

Lembar  demontrasi  ini  berisi  petunjuk  pelaksanaan  demontasi  dan

beberapa  pertanyaan  yang  harus  di  jawab  oleh  siswa  secara  berkolompok

mengenai  perencanaan  demontrasi,  setiap  kelompok  melaksanakan demontrasi yang

sama yaitu mengindentifikasi jenis-jenis pesawat sederhana,

selama  pelaksanaan  demontrasi  berlangsung  guru  bertindak  sebagai fasilitator.  
4.      Aktivitas Belajar Siswa

a.       Pengertian Aktivitas 

Menurut  Anton  M.  Mulyono  (2001:  26)  aktivitas  siswa  artinya  kegiatan  atau

keaktifan.  Jadi  segala  sesuatu  yang  dilaksanakan  atau  kegiatan-kegiatan  yang terjadi

baik fisik maupun non fisik merupakan suatu aktivitas.

Aktivitas  belajar  merupakan  segala  kegiatan  yang  dilakukan  dalam  proses

interaksi  (guru  dan  siswa)  dalam  rangka  mencapai  tujuan  belajar.  Aktivitas  yang

dimaksudkan  disini  penekanannya  adalah  pada  siswa  dalam  proses  pembelajaran

terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya

dalam Depdiknas (2005: 31) belajar aktif adalah “suatu sistem belajar mengajar yang

menekankan  keaktifan  siswa  secara  fisik,  mental,  intelektual,  emosional  gunamemp

eroleh  hasil  belajar  berupa  perpaduan  antara    aspek  kognitif,  afektif psikomotor”.

dapat  mengarah  kepada  tingkah  laku  yang  lebih  baik.  Seperti  yang

dikemukakan  oleh  Gagne  (1984)  dalam  Syaiful  (2010:  13),  belajar  adalah

suatu  proses  dimana  suatu  organisme  berubah  perilakunya  sebagai  akibat

pengalaman. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa  yang kompleks sebagai

tindakan belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. 

Dimyati dan Mudjiono dalam Syaiful (2010: 13) mengemukakan siswa

adalah  penentu  terjadinya  atau  tidak  terjadinya  proses  belajar.  Dari pengertian  di

atas  dapat  disampaikan  proses  ditandai  dengan  adanya

perubahan  dalam  diri  seseorang  sebagai  hasil  pengalaman  dan  latihan.

Perubahan  hasil  belajar  dapat  ditimbulkan  dalam  berbagai  bentuk  seperti

perubahannya  pengetahuan,  sikap  dan  tingkah  laku.  Proses  belajar  adalah
proses  aktif  dan  reaksi  terhadap  semua  situasi  yang  ada  disekitar  individu serta

diarahkan pada satu tujuan. 

Sedangkan  aktifitas  belajar  pada  dasarnya  merupakan  proses  interaksi

antara  guru  dan  peserta  didik.  Kualitas  hubungan  antara  guru  dan  peserta

didik  dalam  proses pembelajaran  sebagian  besar  ditentukan  oleh  pribadi

pendidik  dalam  mengajar  dan  peserta  didik  dalam  belajar.  Keaktifan  itu beraneka

ragam bentuknya. 

Keaktifan itu meliputi keaktifan dalam pengindraan (yakni mendengar,

melihat,  mencium,  merasa,  dan  meraba),  mengolah  ide-ide, menyatakan  ide,

dan  melakukan  latihan-latihan  yang  berkaitan  dengan  pembentukan

keterampilan  jasmani.  Untuk  itu meningkatkan  keaktifan  siswa  belajar  perlu

upaya  yang diciptakan melalui penataan komunikasi dalam proses mengajar, penataan

ruang kelas, penerapan prinsip belajar sambil berbuat. 

Proses  belajar  mengajar  adalah  suatu  proses  melihat,  mengalami,

mengamati  dan  memahami  sesuatu  yang  dipelajari  untuk  memperoleh  hasil

yang  ditentukan  melalui  pembinaan,  pemberian  penjelasan,  pemberian bantuan dan

dorongan dari pendidik. Semakin besar keterlibatan peserta didik

dalam  aktivitas  belajar  mengajar,  maka  semakin  besar  pula  kemungkinan

peserta  didik  memahami  dan  menguasai  bahan  pelajaran  yang  disajikan,

sehingga  aktivitas  antara  guru  dan  peserta  didik  dalam  belajar  dapat menetukan

keberhasilan proses pembelajaran yang efektif. 

Proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek psikofisis

peserta  didik,  baik  jasmani  maupun  rohani  sehingga  akselerasi  perubahan
perilakunya  dapat  terjadi  secara  cepat,  tepat,  mudah,  dan  benar,  baik berkaitan

dengan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.

Aktivitas dalam belajar dapata memberikan nilai tambah (added value) bagi

peserta didik, berupa hal berikut.

1)      Peserta  didik  memiliki  kesadaran  (awareness)  untuk  belajar  sebagai wujud

adanya motivasi internal (driving force) untuk belajar sejati.

2)      Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri yang dapat

memberikan dampak terhadap pembentukkan pribadi yang integral.

3)      Peserta didik belajar dengan menurut minat dan kemampuannya.

4)      Menumbuhkembangkan  sikap  disiplin  dan  suasana  belajar  yang demokratis di

kalangan peserta didik.

5)      Pembelajaran  dilaksanakan  secara  konkret  sehingga  dapat

menumbuhkembangkan  pemahaman  dan  berpikir  kritis  serta menghindarkan

terjadinya verbalisme.

6)      Menumbuhkembangkan  sikap  kooperatif  di  kalangan  peserta  didik

sehingga  sekolah  menjadi  hidup,  sejalan,  dan  serasi  dengan  kehidupan masyarakat

di sekitarnya.

Keaktifan  siswa  selama  proses  belajar  mengajar  merupakan  salah  satu

indikator  adanya  keinginan  atau  motivasi  siswa  untuk  belajar.  Siswa  dikatakan

memiliki  keaktifan  apabila  ditemukan  ciri-ciri  perilaku  seperti  :  sering  bertanya

kepada  guru  atau  siswa  lain,  mau  mengerjakan  tugas  yang  diberikan  guru,  mampu

menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan sebagainya.


Seorang  pakar  pendidikan,  Trinandita  (1984:59)  menyatakan  bahwa  hal  yang

paling  mendasar  yang  dituntut  dalam  proses  pembelajaran  adalah  keaktifan  siswa.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi

antara  guru  dengan  siswa  ataupun  siswa  dengan  siswa  itu  sendiri.  Hal  ini  akan

mengakibatkan  suasana  kelas  menjadi  segar  dan  kondusif,  dimana  masing-masing

siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal  mungkin.  Aktivitas yang timbul

dari  siswa  akan  mengakibatkan  pula  terbentuknya  pengetahuan  dan  keterampilan

yang akan mengarah pada peningkatan prestasi. merupakan suatu aktivitas

5.      Hasil Belajar

Hasil  belajar  merupakan  serangkaian  data,  kecakapan,  keterampilan,

kematangan,    pemahaman,  dan  kemampuan  yang  dimiliki  oleh  seseorang  setelah

melalui suatu proses belajar.

Hasil  belajar  merupakan  kemampuan  yang  diperoleh  individu  setelah proses

belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik

pengetahuan,  pemahaman,  sikap  dan  keterampilan  mahasiswa  sehingga  menjadi

lebih baik dari sebelumnya. Sebagaimana yang dikemukakan Hamalik (1995: 48)

hasil  belajar  adalah  “Perubahan  tingkah  laku  subjek  yang  meliputi  kemampuan

kognitif,  afektif  dan  psikomotor  dalam  situasi  tertentu  berkat  pengalamannya

berulang-ulang”.  Pendapat  tersebut  didukung  oleh  Sudjana  (2005:3)  “hasil belajar

ialah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor

yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya”.  

Di dalam menyelenggarakan pendidikan, suatu proses belajar mengajar dapat

dilihat  dari  terjadinya  perubahan  yang  diharapkan  sesuai  dengan  tujuan  yang  telah
dirumuskan. Tujuan yang dimaksud tersebut berupa hasil belajar siswa. Hasil belajar

merupakan segala  prilaku  yang  dimiliki  siswa  sebagai  akibat  proses  belajar  yang

ditempuh.  Belajar  dapat  diartikan  sebagai  suatu  proses  yang  dilakukan  seseorang

secara  sadar  untuk  mendapat  suatu  perubahan  tingkah  laku  yang  menyangkut  segi

-segi pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan sebagainya.

Hilgard  (dalam Sanjaya,  2006:110)  menyatakan  bahwa  belajar  adalah  proses

perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan, baik latihan di dalam laboratorium

maupun dalam lingkungan rumah. Belajar menurut konsepsi modern adalah suatu

proses perubahan tingkah laku dalam arti seluas-luasnya meliputi pengamatan,

pengenalan, pengertian pengetahuan, perbuatan, keterampilan perasaan, minat,

penghargaan dan sikap Rusyan, (1993:9).

Dari hasil penelitian yang dikemukakan oleh Bloom (dalam Semiawan dan

Munandar, 2004 ; 4) berangkat dari pola distribusi normal, anak-anak yang terletak di

ujung sebelah kiri dan kanan tidak dapat memanfaatkan secara baik layanan pendidikan

yang disediakan sekolah untuk kelompok normal atau kelompok biasa. Hasil belajar

sangat dipengaruhi oleh interaksi semakin baik semakin  baik hasil belajar, dan semakin

rendah interaksi semakin rendah pula hasil belajarnya.

Bertitik  tolak  dari  pendapat  di  atas,  maka  dapat  disimpulkan  bahwa  belajar

merupakan proses  perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar yang direfleksikan ke

dalam tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar juga merupakan

konsep  yang  bersifat  umum,  di  dalamnya  terdapat  apa  yang  dinamakan  prestasi

belajar.  Sedangkan  prestasi  belajar  adalah  tingkat  keberhasilan  siswa  dalam

mempelajari  materi  pelajaran  di  sekolah  yang  dinyatakan  dalam  bentuk  skor  yang
diperoleh  dari  hasil  tes  mengenai  sejumlah  materi  pelajaran.  Oleh  karena  itu,  untu

k  mengetahui  sejumlah mana perubahan yang dialami oleh siswa dilakukan kegiatan

penilaian, yaitu tindakan

atau  kegiatan  untuk  melihat  sejauh  mana  tujuan  pembelajaran  dapat  dicapai  oleh

siswa  dalam  bentuk  hasil  belajar  yang  diperoleh  setelah  mereka  menempuh  proses

belajar. Jadi hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang tejadi

pada  siswa  setelah  menempuh  pengalaman  belajar  (Nana  Sujana,  1991).  Perubahan

hasil belajar menyangkut tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.

B.     Kerangka Pikir

Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas VIII-B MTs Penyaring  pada mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi pesawat sederhana, secara klasikal hasil

belajar siswa masih rendah, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya

adanya rendahnya aktivitas belajar siswa yang berujung pada rendahnya hasil belajar

siswasecarakeseluruhan.  Berdasarkan  temuan  di  sekolah,  pembelajaran  IPA  tersebut

,  ternyata proses pembelajaran yang berlangsung

masih  cenderung  menekankan  aspek  kognitif,  dimana  konsep-konsep  yang

diajarkan  hanya  sekedar  pengetahuan  kurangnya  penghayatan  dan  kurangnya

realisasi  sebagai  sikap  hidup  dan  perilaku  yang  nyata,  siswa  bersifat  pasif dalam

aktivitas belajarnya sebab guru hanya menggunakan metode ceramah.   Berdasarkan

data tersebut, peneliti meminta bantuan teman sejawat untuk membantu

mengidentifikasi masalah dalam proses pembelajaran. Dari hasil diskusi terungkap

beberapa masalah yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu  rendahnya


aktivitas dan hasil belajar siswa. Dari hal di atas peneliti ingin melaksanakan penelitian

tindakan kelas peningkatan hasil belajar IPA materi pesawat melalui penerapan metode

monstrasi pada siswa kelas VIII-B MTs. Penyaring

Dalam bentuk bagan, kerangka pikir pelaksanaan perbaikan pembelajaran IPA

materi pesawat melalui penerapan metode monstrasi sebagaimana gambar di bawah

ini :

Gambar 2.1  Kerangka Berpikir

C.    Hipotesis Penelitian

Dengan mempertimbangkan dan merujuk pada beberapa pendapat ahli, disusunlah

hipotesis tindakan sebagai berikut :

1.      Penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas VIII-B MTs

Penyaring dalam pembelajaran IPA materi pesawat sederhana.

2.      Penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-B MTs

Penyaring dalam pembelajaran IPA materi pesawat sederhana.

D.    Indikator dan Kriteria Keberhasilan

Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa dalam

mempelajari materi pembelajaran. Siswa dinyatakan meningkat hasil belajar  dengan kriteria

mencapai penguasaan materi di atas KKM atau mendapat nilai minimal 70. Adapun indikator

yang digunakan untuk mengukur peningkatan  aktivitas belajar adalah siswa memperhatikan

penjelasan guru, membaca buku, bertanya, mengerjakan latihan, dan menulis intisari atau

kesimpulan hasil pembelajaran.


Kriteria keberhasilan yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan proses

pembelajaran melalui upaya perbaikan pembelajaran sebagai berikut :

1.         Proses perbaikan pembelajaran  dinyatakan berhasil apabila siswa mendapat nilai minimal 65.

2.         Proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila 85% dari jumlah siswa tuntas

belajar.

3.         Proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila 85% dari jumlah siswa mengalami

peningkatan aktivitas belajar selama proses pembelajaran berlangsung.

Anda mungkin juga menyukai