Peran Perawat Sebagai Advokat Pelayanan
Peran Perawat Sebagai Advokat Pelayanan
DISUSUN OLEH:
Perawat adalah sebagai salah satu aset penting bagi sebuah rumah sakit. Perawat
menjadi garda terdepan rumah sakit yang berhubungan langsung dengan pasien dalam
waktu 24 jam. Kualitas asuhan sebagaimana seharusnya dituntut penuh dalam peran
penting perawat. Salah satunya peran perawat sebagai advokat pasien dimana seorang
perawat membutuhkan perlindungan dari perawat dari setiap tindakan medis yang diberikan
kepada pasien dalam proses kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya (Afidah & Madya,
2013). Sebagai contoh peran perawat pada tindakan ECT (Electro Conclusive Therapy)
peran perawat pada situasi ini adalah bagaimana perawat memberikan penjelasan secara
detail tentang tindakan yang diberikan dan peran sebagai advokat dalam pemberian
informed consent sebagai persetujuan pasien dengan tindakan yang diberikan dan pasien
atau keluarga sudah memahami secara jelas tindakan yang akan dilakukan (Kandar, dkk,
2015). Peran advokasi perawat dalam pemberian asuhan keperawatan dilakukan untuk
menghindari terjadinya kesalahan pemberian asuhan keperawatan. Hal ini juga mencegah
terjadinya malpraktik yang akibatnya merugikan pasien bahkan kematian pasien (Suryani,
dkk, 2013).
Selama berada dalam masa perawatan dirumah sakit sangat mungkin terjadinya
human error oleh tenaga kesehatan yang mampu merugikan pasien. Sebagai satu – satunya
yang berhubungan langsung dengan pasien, seorang perawat dituntut untuk lebih hati – hati
dan teliti dalam setiap tindakan yang di lakukannya, baik itu dalam kolaborasi dengan
dokter dalam instruksi pemberian obat – obatan oral, tindakan injeksi, bahkan sampai
tindakan pemberian transfusi. Perawat harus memastikan apakah hal tersebut dapat
berdampak baik kepada pasien. Bukan malah merugikan atau sampai mengakibatkan
kematian pasien. Dalam latarbelakang penelitiannya Felle (2018) menuliskan bahwa ada
beberapa contoh kelalaian perawat yang merugikan pasien salah satunya adalah seorang
bayi menjadi hangus dalam incubator karena kelalaian perawat dalam mengontrol suhu
incubator. Sebagai dasar seorang perawat adalah menghargai hak – hak pasien sebagai
pengguna layanan kesehatan. Ada tiga komponen perawat sebagai advokat bagi pasien
yaitu pelindung penentuan diri pasien, mediator, dan sebagai pelaku. Perawat juga harus
melindungi pasien sebagai manusia yang utuh sesuai dengan hukum yang berlaku (Suyanti,
dkk, 2014). Simamora (2013) dalam penelitiannya juga membahas tentang perawat
sebelum memberikan tindakan tidak menjelaskan informasi tentang tindakan prosedur
pemberian terapi yang akan dilakukan, dalam hal ini pasien berhak memutuskan tindakan
terapi tersebut ditolak atau diterima oleh pasien. Dalam kasus ini peran perawat sebagai
advokasi pasien belum terlaksanakan.
Tujuan Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Hasil penelitian Afidah dan Madya (2013) mendapatkan 3 tema dalam penelitian
mereka yaitu defenisi peran advokasi perawat, pelaksanaan tindakan peran advokasi
perawat dan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan peran advokasi. Tiga tema tersebut
diuraikan bahwa defenisi peran advokasi peran perawat dalam salah satunya adalah
pembelaan terhadap pasien serta perlindungan kepada pasien dalam hal kesehatan, cara
hidup sehat dan biaya. Sedangankan pelaksanaan tindakan dalam peran tersebut perawat
mengatakan bahwa peran perawat melakukan perlindungan terhadap tindakan kolaborasi
yang akan dilakukan dengan memberikan alasan logis dimana ketika dipaksakan untuk
dilakukan makan akan memperburuk keadaaan pasien. Peran perawat juga memberikan
informasi yang tepat agar keadaan pasien semakin membaik, contohnya dalam hal
memberikan informasi diit. Peran perawat sebagai advokat dalam hal perawat menjadi
penengah antara tim dokter seperti dalam pemberian obat – obat untuk menghindari hal –
hal yang merugikan pasien. Perawat juga mengalami beberapa faktor yang mempengaruhi
terlaksananya peran sebagai advokat bagi pasien seperti perawat diposisikan sebagai asisten
atau berada dibawah kepemimpinan dokter, sehingga untuk melakukan peran sebagai
advokasi pasien seringkali terabaikan. Faktor lainnya adalah kurangnya jumlah tenaga
perawat yang tidak sebanding dengan jumlah pasien yang mereka tangani. Peran perawat
sebagai advokasi ini juga didukung oleh instansi rumah sakit yang selalu mendukung
perawat untuk menjalankan perannya sehingga informasi kepada pasien terlaksanakan dan
tidak merugikan pasien.
Perawat harus menghargai pasien yang dirawatnya sebagai manusia yang utuh
sehingga tidak menjadi beban selama menajalani perannya sebagai advokat pasien. Namun
beberapa penghambat yang dialami perawat dalam menjalankan perannya adalah salahnya
paradigma perawat sebagai pembantu atau asisten dokter (Suryani, dkk, 2013) yang masih
menjadi pencetus hilangnya kepercayaan diri perawat dalam melaksanakan peran sebagai
advokasi tersebut. Tingkatkan pendidikan juga harus ditingkatkan agar perawat dapat
meningkatan ilmu pengetahuan sehingga pada saat pelaksanaan asuhan keperawatan yang
dilaksanakan bisa lebih dilakukan dengan teliti. Kemudian hal yang terpenting untuk
melaksanakan peran sebagai advokasi pasien adalah bagaimana seorang perawat dapat
berkomunikasi dengan baik dengan pasien maupun dengan mitra sejawat. Komunikasi
adalah bentuk aksi untuk melakukan interaksi yang akan memberikan informasi silang
antara pasien dan mitra sejawat. Apabila komunikasi antar perawat dan pasien atau
keluarga akan memberikan feedback yang positif antara kedua pihak. Yang tentunya akan
membantu proses perawatan yang lebih mudah dan pasien akan merasa nyaman dengan
tindakan yang dilakukan. Sehingga peran perawat sebagai advokasi pasien salah satunya
mediator antara pasien dan tenaga kesehatan lainnya dapat tercapai (Irfanti, 2019).
Dari beberapa hasil penelitian tersebut kita menyadari bahwa perawat adalah
sebagai aset utama layanan kesehatan yang harus mampu memberikan pelayanan yang
berkualitas. Perannya sebagai seorang advokasi bagi pasien dan keluarga adalah bentuk
nyata integritas seorang perawat dalam memberikan pelayanan berkualitas. Ketelitian dan
pemahaman setiap prosedur yang akan dilakukan harus tertanam dalam diri seorang
perawat. Seorang perawat dapat dikatakan sebagai sahabat baik pasien dalam layanan
rumah sakit. Perlu bagi perawat untuk meningkatkan pengetahuan dan ilmu yang
dimilikinya agar memiliki kepercayaan diri untuk membela hak – hak pasien dan
keselamatan pasien. Saran penulis pada kajian ini adalah sebagai sejawat yang berhubungan
langsung dengan pasien perlu saling mengingatkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan,
meskipun banyak kesenjangan, konflik, dan latarbelakang yang berbeda, sebagai suatu tim
harus bekerjasama dalam memberikan pelayanan yang berkualitas dan berintegritas.
DAFTAR PUSTAKA
Afidah, E.N., & Madya, S. (2013). Gambaran Pelaksanaan Peran Advokat Perawat Di
Rumah Sakit Negeri di Kabupaten Semarang, Vol.1, No.2. Diakses dari
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JMK/article/view/1008
Felle, Z.R. (2018). Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Advokat Bagi Pasien
Di Rumah Sakit Umum Abepura, Jurnal Tropis Papua Vol.1, No.1, ISSN: 2654 –
5756.
Hartini, Fithrie L., & Julia R. (2018). Hubungan Kualitas Asuhan Keperawatan Dengan
Kepuasan Pasien BPJS di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado. Journal of
community and emergency 6 (1). Diakses dari
https://ejournal.unpi.ac.id/index.php/JICE/article/view/101/92
Irfanti, F.Y. (2019). Model Komunikasi Perawat Dalam Memberikan Informasi Kepada
Keluarga Pasien di Rumah Sakit Bhayangkara Haji Samsoeri Metorjoso Surabaya,
Vol. 01, No.02, 133-136. Diakses dari
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/Commercium/article/view/
27298/24970
Kandar, Maria S., & Tofi’ah. (2015). Pelaksanaan Peran Perawat Sebagai Advokad Dalam
Pemberian Informed Concent Tindakan ECT Premedikasi Di RSJD Dr. Amino
Gondhoutomo Provinsi Jawa Tengah. Diakses dari
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/1602/1654
Kusnanto. (2004). Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC
Nurul. (2018). Perawat sebagai advokat bagi pasiennya, petingkah? Artikel Keperawatan,
diakses dari https://www.perawat.co/perawat-sebagai-advokat-bagi-pasiennya-
pentingkah/
Simamora, R.H. (2013). Upaya Pembinaan Perawat di Rumah sakit Ngesti Waluyo Parakan
Temanggung Jawa Tengah. Jurnal keperawatan soedirman, Vol. 8, No.2. Diakses
dari http://jks.fikes.unsoed.ac.id/index.php/jks/article/view/482/249
Suryani, M., Setyowati, & Luknis, S. (2013). Pemahaman Dan Perilaku Perawat Dalam
Melaksanakan Peran Advokat Pasien Di Rumah Sakit. Diakses dari
http://182.253.197.100/e-journal/index.php/ilmukeperawatan/article/view/156/180
Suyanti, Nurfika A., & Anisah A. (2014). Prespektif Pasien Dengan Perlindungan Social
Kesehatan tentang Peran Advokasi Perawat di Ruang Inap Kelas III Rumah Sakit
Paru Jember, e-jurnal Pustaka Kesehatan, Vol.2, No.1. Diakses dari
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/article/view/609/437
Triwibowo, C., Zainuddin, H., & Soep. (2016). Studi Kualitatif: Peran Handover Dalam
Meningkatkan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit, Jurnal Pena Medika Vol.6,
No.2, 72-79, ISSN: 2086-843X. Diakses dari
http://www.jurnal.unikal.ac.id/index.php/medika/article/view/392/350
Umasugi, M.T. (2018). Peran Perawat Dalam Menangani Pasien TB Paru Di Ruang Igd
RSUD Telehu Provinsi Maluku Tahun 2015. Global Health Science, Vol. 3, No.3,
ISSN: 2503-5088 (p) 26622-1055 (e). Diakses dari
http://jurnal.csdforum.com/index.php/GHS/article/view/276/128