NIM :200901602049
PRODI : AKUTANSI D4
Perusahan yang memiliki posisi yang baik seperti mempunyai "kaki di masa sekarang" dan
"kaki di masa depan". Pernyataan positioning perlu agak aspiratif sehingga merek memiliki
ruang untuk tumbuh dan meningkat. Positioning mengharuskan pemasar mendefinisikan
dan mengkomunikasikan persamaan dan perbedaan antara merek mereka dan pesaingnya.
(1) menentukan kerangka acuan dengan mengidentifikasi target pasar dan persaingan
yang relevan,
(2) mengidentifikasi POP dan POD yang sesuai dengan kerangka acuan, dan
(3) menciptakan mantra merek untuk merangkum posisi dan esensi merek.
Positioning bersifat dinamis berkembang dan berubah sesuai kondisi pasar, jika dirasa
positioning saat ini kurang menguntungkan, maka bisa dilakukan repositioning atau
melakukan perubahan posisi merek. Misalnya, pada tahun 1970-an Guinness diposisikan
sebagai minuman orang-orang tua dan tidak mengikuti mode. Pergeseran demografis,
sebagai akibat dari baby boom pada. Penyeleksian pasar-pasar target juga mempengaruhi
positioning. Sebagai contoh, minuman ringan yang ditargetkan pada anak remaja dan
minuman ringan yang ditargetkan pada orang dewasa akan menghasilkan positioning
sangat berbeda karena penggunanya pun berbeda. Karena itu, positioning yang efektif
memerlukan pemahaman mendalam tentang pasar, kebutuhan, segmen, dan target pasar
yang diseleksi.
Sebuah titik awal yang baik dalam mendefinisikan kerangka acuan kompetitif untuk brand
positioning adalah menentukan kategori keanggotaan-produk (category membership)
yaitu suatu produk atau set produk beserta merek pesaing dan produk substitusinya.
Tampaknya tugas sederhana bagi sebuah perusahaan untuk mengidentifikasi pesaing.
Telkomsel mengetahui bahwa XL adalah pesaing kuat bagi merek Simpati; pabrikan sepeda
motor Yamaha tahu persis bahwa sepeda motor merek Honda adalah pesaing terberatnya.
Pesaing actual atau pesaing langsung jelas lebih mudah diidentifikasi dari pada pesaing
tidak langsung, seperti pesaing potensial yang baru muncul masuk di industri, yang
biasanya mereka mempunyai modal besar dan disertai penguasaan teknologi tinggi,
contohnya pabrikan merek pembalut wanita Softex tidak mengantisipasi munculnya
pesaing dengan merek Laurier yang menawarkan produk dengan banyak kelebihan dan
kesan yang lebih dinamis. Pesaing dari barang substitusi yang tidak kita antisipasi
kehadirannya, tapi mampu menggerus pasar secara signifikan. Sebagai contoh adalah
industri transportasi tidak sadar bahwa perkembangan industri telekomunikasi .
Strategi Pemasaran Sesuai Siklus Produk Tahap siklus hidup produk
2. Pertumbuhan -Periode pengenalan pasar yang cepat dan peningkatan laba yang
substansial.
b. Deliverable oleh perusahaan Perusahaan harus memiliki sumber daya internal dan
komitmen secara layak dan menguntungkan, menciptakan dan memelihara asosiasi merek
di benak konsumen. Desain produk dan tawaran pemasaran mendukung asosiasi yang
diinginkan. Apakah asosiasi itu memerlukan perubahan produk secara nyata atau hanya
perlu pergeseran persepsi konsumen tentang produk/merek itu. General Motors berusaha
untuk mengatasi persepsi publik bahwa Cadillac bukan merek modern dan terkesan muda,
dan sehingga dia melakukan terobosan melalui desain berani dan image kontemporer.
Asosiasi merek yang ideal bersifat antisipatif (preemptive), bisa dipertahankan
(defensible), dan sulit diserang. Hal ini umumnya lebih mudah bagi pemimpin pasar seperti
ADM, Visa, dan SAP mempertahankan posisi mereka karena telah terbukti kinerja dan
layanan produknya sementara Fendi, Prada dan Hermes yang posisinya didasarkan pada
mode harus selalu mengikuti keinginan pasar yang dinamis.
c. Membedakan dari pesaing. Konsumen harus melihat asosiasi merek sebagai sesuatu khas
dan unggul dari pesaing. Pemanis pengganti gula merek Splenda menyalip pesaingnya
Equal dan Sweet 'n Low sehingga menjadi pemimpin pasar pada tahun 2003 dengan
membedakan diri pada keaslian sebagai produk dari gula.
2. Points of Parity (POP) Points of Parity (POP) adalah asosiasi terhadap merek yang tidak
bersifat sangat penting/unik, namun juga dimiliki merek lain yang menjadi kompetitor.
POP biasanya tidak menjadi alasan konsumen memilih merek, tapi absennya POP dapat
menjadi alasan kuat yang menurunkan nilai merek. Penekanannya adalah memunculkan
POD memang hal penting, dan saat yang sama penting juga eksis dalam kompetisi pasar
dengan memastikan adanya POP dalam penawaran barang atau jasa anda. POP perlu ada
dalam merek karena konsumen melihatnya sebagai esensial yang memastikan legitimasi
dan kredibilitas merek. Sebagai contoh, para konsumen tidak akan memandang sebuah
restoran sebagai restoran bagus dan berkelas jika tidak bisa menawarkan makanan
berkualitas, pelayanan, kebersihan, higienitas, harga, porsi dan interior yang nyaman.
Secara umum, kategori-kategori POP dapat berubah seiring waktu karena faktor kemajuan
teknologi, peraturan pemerintah, atau tren konsumen, namun bisa dipastikan bahwa
kehadiran POP wajib jika merek yang dikelola ingin tetap eksis di pasar
3. POP versus POD Tawaran benefit atau manfaat suatu produk sebagai identitas Points of
Parity (POP) dalam jumlah yang memadai harus mendapat kepercayaan konsumen bahwa
merek tersebut “cukup baik”di dimensi itu. Ada zona atau berbagai titik toleransi dan
penerimaan terhadap POP. Dalam mengkomunikasikan POPnya, merek tidak perlu dilihat
sebagai sama persis dengan pesaing, tapi konsumen harus merasa bahwa merek tersebut
cukup baik pada atribut atau manfaat tertentu. Jika konsumen menyadari hal tersebut,
mereka akan bersedia untuk mendasarkan evaluasi dan keputusan mereka pada faktor-
faktor lain yang berpotensi lebih menguntungkan bagi merek. Produk teh “less sugar”
mungkin akan terasa tidak seenak teh dengan gula penuh, tetapi dibutuhkan rasa yang
tidak begitu berbeda untuk bersaing secara efektif dengan terdapat titik perbedaan, namun
merek juga harus menunjukkan superioritas yang jelas. Sebagai contoh konsumen yakin
bahwa Louis Vuitton merupakan tas yang paling bergaya, energizer adalah baterai tahan
lama, sepatu Bata merupakan sepatu awet, serta mobil Lamborghini sebagai mobil balap
paling kencang. Terkadang kunci sukses positioning tidak banyak tergantung POD, tetapi
mengkomunikasikan POP secara efektif.
4. Memilih POD dan POP yang Efektif Pemasar biasanya fokus pada manfaat merek dalam
memilih POP dan POD yang membentuk posisi merek. Atribut merek umumnya berperan
sebebagai pendukung dengan memberikan "alasan untuk percaya" atau "bukti" bahwa
merek tersebut secara kredibel mampu memberikan manfaat seperti yang ditawarkan.
Pemasar sabun Dove, misalnya, berbicara tentang bagaimana sabunnya mampu membuat
kulit lebih lembut dan putih. Konsumen biasanya lebih tertarik pada manfaat dan apa yang
akan mereka dapatkan dari produk itu. Beberapa atribut mungkin mendukung manfaat
tertentu dan dapat berubah dari waktu ke waktu. Dalam memilih manfaat khusus sebagai
POP dan POD untuk memposisikan merek, peta persepsi mungkin berguna. Peta persepsi
adalah representasi visual persepsi dan preferensi konsumen, yang memberikan gambaran
kuantitatif tentang situasi pasar dan cara konsumen melihat produk, jasa dan merek
berbeda dalam berbagai dimensi. Dengan gambaran tersebut, seorang marketer bisa
melihat peluang kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi.
5. Mengkomunikasikan POD dan POP Salah satu kesulitan umum dalam menciptakan
positioning merek kompetitif yang kuat adalah banyak atribut atau manfaat yang
membentuk POP dan POD berkorelasi negatif. Sebagai contoh, mungkin akan sulit
memposisikan merek "murah" dan "kualitas tertinggi”pada saat yang bersamaan. Sebagai
contoh perusahaan ConAgra kesulitan ketika harus meyakinkan konsumen bahwa
makanan beku “Healthy Choice” yang diproduksinya enak dan baik untuk kesehatan,
karena enak dan sehat umumnya terjadi secara berlawanan
Mantra Merek
Mantra merek (brand mantra) adalah sebuah ungkapan mengenai hati dan jiwa sebuah
merek yang erat kaitannya dengan konsep merek lain seperti brand essence dan core
brand promise. Mantra merek biasanya berbentuk tiga sampai lima frase kata yang
menggambarkan esensi tak terbantahkan atau semangat brand positioning. Tujuannya
memastikan semua karyawan dalam organisasi dan semua mitra pemasaran eksternal
memahami bahwa merek mewakili mereka berhadapan dengan konsumen, sehingga
diharapkan mereka akan dapat bertindak sesuai soul merek tersebut. Mantra merek adalah
alat hebat yang dapat memberikan bimbingan tentang produk apa yang diperkenalkan
merek, bagaimana iklan yang sesuai, serta dimana/bagaimana menjualnya. Mantra merek
dirancang untuk internal. Slogan merek merupakan terjemahan eksternal yang secara
kreatif mencoba melibatkan konsumen. Meskipun mantra merek Nike adalah “authentic
athletic performance”, namun slogan eksternalnya adalah “Just Do It”.
●Komunikatif : Sebuah mantra merek yang baik harus menjelaskan kategori usaha,
menetapkan batas-batas merek dan juga menjelaskan keunikan merek tersebut.
● Sederhana : Mantra merek yang efektif harus mudah diingat, kalimat pendek, namun
bermakna dan berarti dalam hidup.
●Inspiratif : Idealnya mantra merek juga harus membumi yang relevan bagi semua
karyawan.
D.Strategi Diferensiasi
Membangun merek yang kuat dan menghindari jebakan komoditas harus dimulai dengan
membangun keyakinan diri bahwa bisa membuat perbedaan dari produk apapun.
Keunggulan kompetitif adalah kemampuan perusahaan tampil dengan satu atau lebih cara,
yang pesaing tidak bisa atau tidak cocok menirunya. Michael Porter mendesak perusahaan
membangun keunggulan kompetitif berkelanjutan. Namun hanya sedikit yang mampu
benar-benar menunjukkan keunggulan kompetitif berkelanjutan, sisanya hanya mampu
membuat pengungkit (leverageable).
Variabel diferensiasi yang umumnya menarik bagi konsumen berhubungan dengan aspek
produk dan layanan. Swatch menawarkan jam tangan modis berwarna-warni, GEICO
menawarkan asuransi yang dapat dipercaya dengan harga diskon. Beberapa variable
diferensiasi yang bisa dipakai antara lain: Diferensiasi Karyawan. Perusahaan dapat
memiliki karyawan yang lebih terlatih dan menyediakan layanan pelanggan yang unggul.
Diferensiasi Saluran. Perusahaan dapat mendesain cakupan, keahlian dan kinerja saluran
distribusinya sehingga bisa lebih efektif dan efisien, agar konsumen lebih mudah untuk
mendapatkan produknya. Diferensiasi Image. Perusahaan dapat menciptakan image yang
kuat dan berbeda dengan para pesaing, yang disesuaikan dengan kebutuhan sosial dan
psikologis konsumen. Diferensiasi Jasa. Sebuah perusahaan jasa membedakan diri
dengan merancang sistem pengiriman lebih baik dan lebih cepat, menyediakan solusi
lebih efektif dan efisien kepada konsumen dengan fokus pada jenis diferensiasi yakni
keandalan, ketahanan dan inovasi.
- Diferensiasi Citra (Image). Perusahaan dapat mengukur citra yang kuat dan menarik.
E. Emotional Branding
Banyak ahli pemasaran percaya bahwa brand positioning harus memiliki komponen
rasional dan emosional. Dengan kata lain, posisi yang baik harus berisi POD dan POP yang
menarik secara logika dan emosi. Untuk melakukan hal ini, sebuah merek harus bisa
mengenali kebutuhan konsumennya, baik kebutuhan fungsi produk maupun kebutuhan
emosional. Mederma telah menemukan bahwa wanita yang membeli produknya tidak
hanya untuk tujuan pengobatan fisik, tetapi juga meningkatkan diri self esteem, maka
kebutuhan emosional ini dimasukkan dalam materi iklan produknya.
2. Pertumbuhan -Periode pengenalan pasar yang cepat dan peningkatan laba yang
substansial.
REVIEW:
Masalah penelitian
1. Apakah positioning dan brand awareness berpengaruh terhadap keputusan
pembelian handphone Blackberry pada mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi UGM.
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai peneliti dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan menganalisis pengaruh positioning dan brand awareness terhadap
keputusan pembelian handphone BlackBerry pada mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi
UGM
2. posisi merek handphone akan menjadi faktor yang menentukan dalam keputusan
pembelian.
3. Keputusan pembelian handphone BlackBerry dari deskripsi responden dilakukan
oleh responden pria dan wanita, belum menikah, dengan usia 20–25 tahun
Lingkup Penelitian
Munculnya era berbasis teknologi seperti saat ini, hampir semua orang memiliki
handphone sebagai sarana untuk berkomunikasi. Hal ini dikarenakan sifatnya yang dapat
dibawa kemanamana untuk mendukung aktivitas sehari-hari. Selain berfungsi sebagai alat
telekomunikasi, handphone saat ini dilengkapi dengan berbagai fitur-fitur dan fasilitas
yang menjadikannya menjadi semakin bermanfaat dan menarik. Mahasiswa yang sebagian
besar terdiri dari golongan anak muda merupakan salah satu pangsa pasar yang potensial
bagi produsen handphone, khususnya mahasiswa Fakultas Ekonomi UGM yang sedang
menempuh pendidikan Strata 1 (S1) pada umumnya aktif dalam mengikuti perkembangan
teknologi dan selalu up to date. Memiliki handphone dengan teknologi canggih dan sedang
fenomenal merupakan suatu tantangan tersendiri bagi mereka salah satunya adalah
Blackberry. Seiring berjalannya waktu harga BlackBerry saat ini telah mengalami
penyesuaian sehingga ANALISIS POSITIONING DAN BRAND AWARENESS TERHADAP
KEPUTUSAN PEMBELIAN HANDPHONE BLACKBERRY PADA MAHASISWA FAKULTAS
EKONOMI UGM Lukia Zuraida STIE Widya Wiwaha Yogyakarta, e-mail:
lukiabrownies@yahoo.com Dwi Novitasari STIE Widya Wiwaha Yogyakarta, e-mail:
novita@stieww.ac.id Abstract This research analyzed positioning and brand awareness on
decision to purchase Blackberry handphone. The research done in 2013 using 100 students
of economic faculties, UGM. The analytical method used was multiple regression. The
results showed that a significant differences between positioning with purchasing
decisions as indicated by the significance value below 0.005 and brand awareness with
purchasing decisions have significance value below 0.000. This suggests that the higher
positioning and brand awareness will be increased purchasing decisions. Keywords:
positioning, brand awareness, purchase decision, Blackberry. sudah terjangkau bagi
konsumen di Indonesia. Harga yang sudah terjangkau ini memungkinkan BlackBerry dapat
dimiliki oleh golongan anak muda seperti para mahasiswa. Sebagai smartphone,
BlackBerry hadir dengan berbagai atribut produk menarik yang tidak ada pada handphone
merek lain. BlackBerry memiliki kualitas baik dan dikemas dengan gaya/desain menarik.
BlackBerry hadir dengan keypad qwerty, memiliki layar dengan ukuran yang lebar
dipadukan dengan trackpad/trackball yang membuat tampilannya semakin unik. Salah
satu yang menjadi keunggulan BlackBerry dibandingkan merek handphone lainnya adalah
fitur BlackBerry Messenger (BBM). BBM mirip dengan Yahoo Messenger namun dilakukan
melalui jaringan BlackBerry dengan saling bertukar nomor identitas (pin) dengan sesama
pengguna BlackBerry. Fenomena persaingan antara perusahaan yang ada telah membuat
setiap perusahaan menyadari suatu kebutuhan untuk memaksimalkan aset-aset
perusahaan
demi kelangsungan perusahaan yang menghasilkan produk handphone. Salah satu aset
untuk mencapai keadaaan tersebut adalah merek. Merek menjadi semakin penting karena
konsumen tidak lagi puas hanya dengan tercukupi kebutuhannya. Merek berfungsi
mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penyaji dan
membedakannya dari produk sejenis dari penyaji lain (Kotler, 2004). Bagi banyak
perusahaan, merek dan segala yang diwakilinya merupakan aset yang paling penting,
karena sebagai dasar keunggulan kompetitif dan sumber penghasilan masa depan (Muafi
dan Effendi, 2001). Banyak perusahaan yang melakukan inovasi terhadap produk dalam
usahanya melakukan positioning dan tidak memperhatikan apakah informasi yang
disampaikannya dapat tersimpan dalam memori pelanggan. Mereka melupakan bahwa hal
terpenting dalam menempatkan posisi produknya adalah terletak pada kemampuan
mereka untuk mendapatkan kepercayaan pelanggan mengenai apa yang ditawarkannya.
Jika hal ini tidak dicermati dengan baik oleh pemasar, maka mereka akan kehilangan
kredibelitasnya di mata pelanggan yang sekaligus dapat menyebabkan turunnya volume
penjualan atau market share produk yang dipasarkan. Salah satu usaha untuk menarik
konsumen produk handphone yaitu dengan pengenalan merek. Pengenalan merek adalah
tingkat minimal dari kesadaran merek. Kesadaran merek adalah kesanggupan seorang
calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu
ketegori produk tertentu (Tjiptono, 2005). Menggambarkan keberadaan sebuah merek
handphone didalam pikiran konsumen yang telah terpengaruh oleh aktivitas promosi yang
terintergrasi dan meningkatkan kesadaran merek adalah suatu keberhasilan merek
handphone dalam rangka memperluas pasar. Blackberry merupakan salah satu merek
smartphone yang telah dikenal dan menempatkan posisi produknya dibenak konsumen
sebagai smartphone yang memiliki spesifikasi tinggi serta kualitas baik. Brand awareness
dan positioning yang dimiliki oleh Blackberry mampu memberikan dampak baik bagi
produsennya karena mendorong konsumen untuk melakukan pembelian Blackberry.
Berdasarkan hal tersebut rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah
positioning dan brand awareness berpengaruh terhadap keputusan pembelian handphone
Blackberry pada mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi UGM. Sedangkan tujuan yang ingin
dicapai peneliti dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
positioning dan brand awareness terhadap keputusan pembelian handphone BlackBerry
pada mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi UGM.
Tujuan Penelitian
Landasan Teori
RERANGKA TEORITIS Beberapa penelitian tentang positioning dan brand awareness telah
dilakukan untuk beberapa produk yang berbeda tetapi belum ada yang melakukan
penelitian dengan menggunkan produk smartphone khususnya Blackberry. Penelitian yang
dilakukan oleh Hasma Laely Mustain (2012) dalam judul “Analisis Pengaruh Strategi
Positioning terhadap Keputusan Pembelian pada Konsumen Starbucks Coffee di Makassar”
menunjukkan semakin tinggi Starbucks meningkatkan strategi positioning-nya
berdasarkan atribut produknya, maka semakin tinggi keputusan pembelian konsumen.
Positioning dalam penelitian ini dikaitan dengan strategi managemen pemasaran Starbucks
Coffee yang mampu menarik konsumen untuk membeli. Posisi produk adalah cara produk
didefinisikan oleh konsumen berdasarkan beberapa atribut penting-tempat yang diduduki
produk dalam benak konsumen dibandingkan dengan produkproduk pesaing. Positioning
suatu produk menuntut perusahaan untuk menanamkan keunikan manfaat dan
diferensiasi merek ke dalam benak pelanggan. Jika posisi perusahaan itu sendiri dekat
dengan pesaing lainnya, perusahaan itu harus menyeleksi dan kemudian mencari
perbedaan lebih lanjut melalui perbedaan-perbedaan tersendiri. Hal ini membuktikan
bahwa keputusan pembelian ANALISIS POSITIONING DAN BRAND AWARENESS
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN ANDPHONE BLACKBERRY PADA MAHASISWA
FAKULTAS EKONOMI UGM JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 1 No. 2 (Juli 2014) 127
pelanggan sangat dipengaruhi oleh penerapan posisi produk yang dilakukan oleh pihak
manajemen perusahaan tersebut. Berdasarkan penelitian ini maka akan dilihat bagaimana
variabel positioning Blackberry sebagai salah satu produk smartphone yang memiliki
keunikan dan perbedaan dalam benak konsumen dibandingkan pesaingnya sehingga
konsumen melakukan keputusan pembelian. Penelitian lainnya yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Lusi Indah Mayasari (2011) dengan judul “Citra Merek, Analisis Pengaruh
Persepsi terhadap Kualitas, Nama Merek, dan Brand Awareness terhadap Keputusan
Pembelian Sabun Pencuci Pakaian Bubuk Attack” Pengujian hipotesis menggunakan uji t
menunjukkan bahwa keempat variabel independen yang diteliti terbukti secara positif dan
signifikan mempengaruhi variabel dependen keputusan pembelian. Kesadaran akan nama
dapat menandakan keberadaan komitmen, dan inti yang sangat penting bagi suatu
perusahaan. Secara logika, suatu nama dikenal karena beberapa alasan, mungkin karena
program iklan perusahaan yang ekstensif, jaringan distribusi yang luas, eksistensi yang
sudah lama dalam industri, dll. Jika kualitas dua merek sama, kesadaran akan merek akan
menjadi faktor yang menentukan dalam keputusan pembelian konsumen. Berdasarkan
penelitian ini akan dilihat sejauh mana variabel brand awareness Blackberry terhadap
keputusan pembelian konsumen dikarenakan Blackberry merupakan produk smartphone
yang sudah dikenal luas konsumen. A. Positioning Positioning dapat diartikan sebagai
tindakan merancang penawaran dan citra perusahaan untuk menempati suatu posisi
tertentu/khas (dibandingkan para pesaing) di dalam benak pelanggan sasarannya (Kotler,
2007). Kartajaya (2004:11) mempunyai definisi sendiri, positioning didefinisikan sebagai
the strategy to lead your customer credible, yaitu upaya mengarahkan pelanggan anda
secara kredibel atau dengan kata lain upaya untuk membangun dan mendapatk
B. Brand Awareness (Kesadaran akan merek) Merek (brand) adalah nama dan simbol yang
diberikan produsen yang bersifat membedakan barang atau jasa yang dihasilkan produsen
lain. Suatu produk dapat mempunyai brand awareness yang baik, kualitas yang baik, dan
brand association yang cukup banyak, tetapi belum tentu LUKIA ZURAIDA & DWI
NOVITASARI 128 JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 1 No. 2 (Juli 2014) mempunyai loyalitas
merek. Sebaliknya, produk yang memiliki loyalitas merek dapat dipastikan memiliki
kesadaran merek yang tinggi, kualitas yang baik, dan asosiasi yang cukup dikenal (Husein,
2000). Merek yang memiliki top of mind yang tinggi mempunyai nilai yang tinggi. Jika
suatu merek tidak tersimpan dalam ingatan, merek tersebut tidak dipertimbangkan di
benak konsumen. Biasanya merek-merek yang disimpan dalam ingatan konsumen adalah
merek yang disukai atau dibenci (Durianto dkk, 2004). Brand Awareness adalah
kesanggupan seorang pengguna untuk mengenali dan mengingat kembali suatu merek
sebagai bagian dari suatu produk tertentu. Pengukuran Brand Awareness, menurut Aaker
(2004), didasarkan pada pengertian-pengertian yang mencakup tindakan dalam kesadaran
akan merek yaitu : 1. Top of Mind, menggambarkan merek yang pertama kali diingat atau
disebut responden ketika ditanya tentang suatu produk. 2. Brand Recall, atau pengingatan
kembali merek, mencerminkan merek-merek apa saja yang diingat responden setelah
menyebut merek pertama. 3. Brand Recognition, atau pengenalan merek. 4. Unware of
Brand, merupakan tingkatan yang paling rendah dimana responden tidak mengenal merek
suatu produk meskipun sudah diberi bantuan.
Pihak-pihak yang terlibat dalam keputusan pembelian Menurut Kotler dalam Benjamin
Molan (2004: 201) ada lima peran yang dimainkan orang dalam keputusan pembelian :
● Pencetus: Seseorang yang pertama kali mengusulkan gagasan untuk membeli produk
atau jasa.
● Pemberi pengaruh: Seseorang dengan pandangan atau saran yang mempengaruhi
keputusan.
● Pengambil keputusan: Seseorang yang memutuskan setiap komponen dari suatu
keputusan pembelian, apakah membeli atau tidak dan dimana akan membeli.
● Pembeli: Orang yang melakukan pembelian yang sesungguhnya.
● Pemakai: Seseorang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa yang
bersangkutan
Beberapa penelitian tentang positioning dan brand awareness telah dilakukan untuk
beberapa produk yang berbeda tetapi belum ada yang melakukan penelitian dengan
menggunkan produk smartphone khususnya Blackberry. Penelitian yang dilakukan oleh
Hasma Laely Mustain (2012) dalam judul “Analisis Pengaruh Strategi Positioning terhadap
Keputusan Pembelian pada Konsumen Starbucks Coffee di Makassar” menunjukkan
semakin tinggi Starbucks meningkatkan strategi positioning-nya berdasarkan atribut
produknya, maka semakin tinggi keputusan pembelian konsumen. Positioning dalam
penelitian ini dikaitan dengan strategi managemen pemasaran Starbucks Coffee yang
mampu menarik konsumen untuk membeli. Posisi produk adalah cara produk
didefinisikan oleh konsumen berdasarkan beberapa atribut penting-tempat yang diduduki
produk dalam benak konsumen dibandingkan dengan produkproduk pesaing. Positioning
suatu produk menuntut perusahaan untuk menanamkan keunikan manfaat dan
diferensiasi merek ke dalam benak pelanggan. Jika posisi perusahaan itu sendiri dekat
dengan pesaing lainnya, perusahaan itu harus menyeleksi dan kemudian mencari
perbedaan lebih lanjut melalui perbedaan-perbedaan tersendiri. Hal ini membuktikan
bahwa keputusan pembelian
pelanggan sangat dipengaruhi oleh penerapan posisi produk yang dilakukan oleh pihak
manajemen perusahaan tersebut. Berdasarkan penelitian ini maka akan dilihat bagaimana
variabel positioning Blackberry sebagai salah satu produk smartphone yang memiliki
keunikan dan perbedaan dalam benak konsumen dibandingkan pesaingnya sehingga
konsumen melakukan keputusan pembelian. Penelitian lainnya yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Lusi Indah Mayasari (2011) dengan judul “Citra Merek, Analisis Pengaruh
Persepsi terhadap Kualitas, Nama Merek, dan Brand Awareness terhadap Keputusan
Pembelian Sabun Pencuci Pakaian Bubuk Attack” Pengujian hipotesis menggunakan uji t
menunjukkan bahwa keempat variabel independen yang diteliti terbukti secara positif dan
signifikan mempengaruhi variabel dependen keputusan pembelian. Kesadaran akan nama
dapat menandakan keberadaan komitmen, dan inti yang sangat penting bagi suatu
perusahaan. Secara logika, suatu nama dikenal karena beberapa alasan, mungkin karena
program iklan perusahaan yang ekstensif, jaringan distribusi yang luas, eksistensi yang
sudah lama dalam industri, dll. Jika kualitas dua merek sama, kesadaran akan merek akan
menjadi faktor yang menentukan dalam keputusan pembelian konsumen. Berdasarkan
penelitian ini akan dilihat sejauh mana variabel brand awareness Blackberry terhadap
keputusan pembelian konsumen dikarenakan Blackberry merupakan produk smartphone
yang sudah dikenal luas konsumen
Jenis penelitian ini adalah deskriptif, menurut Moh. Nasir (2003:63) tujuan dari penelitian
deskriptif adalah membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta fenomena yang diteliti. Dengan metode ini
dilakukan penyusunan data, menganalisa dan menginterpretasikan tentang data yang
dikumpulkan atau variabel yang diteliti. Jenis data dalam penelitian ini terbagi menjadi
data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah
sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan langsung dari obyeknya (Santosa dan
Tjiptono, 2001). Data primer yang ada dalam penelitian ini merupakan data yang berasal
dari responden, meliputi data tentang variabel positioning dan brand awareness terhadap
keputusan pembelian Blackberry. Data primer ini diperoleh dari hasil kuesioner yang
disebarkan kepada responden. Data tersebut akan dikumpulkan melalu survey. Adapun
kuesioner terbagi atas 3 bagian: (a) Pertanyaan yang berhubungan dengan variabel
positioning, (b) Pertanyaan yang terkait dengan variabel brand awareness, dan (c)
Pertanyaan tentang keputusan pembelian. Data sekunder adalah data yang berasal dari
kajian pustaka yang berhubungan dengan penelitian ini. Populasi dalam penelitian ini
adalah mahasiswa jurusan Manajemen (S1) Fakultas Ekonomi UGM sebagai pengguna
Blackberry. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non
probability sampling dimana tiap responden yang memenuhi kriteria populasi tidak
memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono,
2009:81). Metode non probability sampling yang digunakan adalah convenience sampling
dimana pengambilan sampel dilakukan dari pengguna yang mudah diakses dan bersedia
menjadi responden. Adapun sampel yang dipilih sebanyak 100 orang mahasiswa jurusan
manajemen (S1) Fakultas Ekonomi UGM. Alasan peneliti mengambil sampel sebanyak 100
responden adalah sesuai dengan pendapat Roscoe dalam Sugiono (2009:91) menyatakan
bahwa : Ukuran sampel lebih dari 30-an kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan
penelitian, dimana sampel dipecah ke dalam sub sampel (pria dan wanita) ukuran sampel
minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat. Dalam penelitian multivarite (termasuk
analisis regresi berganda), ukuran ukuran sampel sebaiknya beberapa kali (lebih disukai
10 kali) lebih besar dari variabel dalam studi.
Temuan penelitian
1.ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Profil Responden Kuesioner yang disebarkan
kepada responden sebanyak 110 dan berdasarkan hasil seleksi sampel menunjukkan
bahwa data yang dapat diolah sebanyak 100 kuesioner disesuaikan dengan kriteria yang
telah ditentukan dalam pengambilan sampel (respon rate 42%). Deskripsi responden yang
dideskripsikan berdasarkan jenis kelamin, status pernikahan, usia, pendidikan, dan uang
saku per bulan yang dapat dilihat pada tabel 1.
2. Uji Reliabilitas dan Validitas Penelitian ini hendak menguji apakah terdapat hubungan
antara Positioning (X1 ) dan Brand Awareness (dengan kinerja pegawai (Y). Hasil uji
statistik untuk uji validitas dan reliabilitas
3. Hasil Uji Regresi Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis
regresi linier berganda dengan uji t. Uji regresi untuk menguji positioning dan brand
awareness secara signifikan keputusan pembelian. Hasil analisis regresi berganda dalam
penelitian ini disajikan
Kesimpulan
empat hal terkait dengan cara membangun positioning yang kuat, yakni customer,
company, competitor, dan change. Tulisan berikut adalah lima cara bagaimana
mengkomunikasikan positioning itu agar sampai dan mudah dipahami oleh konsumen.
1. Be Creative
Kreativitas dalam mendesain positioning mutlak diperlukan. Alasannya, desain positioning
bukan standar-standar saja dan tidak memiliki daya tarik. Kreativitas ini diperlukan untuk
merebut perhatian konsumen. Harapannya, positioning yang kreatif ini dengan gampang
tertanam di benak para pelanggannya secara positif.
2. Simplicity
Agar gampang dipahami dan diterima oleh pelanggan, positioning harus bisa disampaikan
sesederhana mungkin. Dengan penyampaian yang sederhana, pelanggan tidak usah
berpikir keras untuk memahaminya.
3. Flexible
Positioning yang baik harus dinamis. Positioning ini harus dikontekstualkan dengan tren
perubahan yang ada, baik tren pasar maupun tren perilaku pelannggan. Sebab itu,
repositioning secara kontinu itu diperlukan.
4. Own, Dominate, Protect
Positioning yang kuat harus tersusun dari kata-kata pilihan yang ampuh merebut atensi
pelanggan. Positioning juga sebisanya mendominasi kategori yang akan dimasuki. Secara
kontinu, posisi dominan tersebut dipertahankan dari positioning pesaing/
5. Use Their Language
Bahasa sangat menentukan dalam penyampaian positioning. Gunakan komunikasi dengan
bahasa yang digunakan oleh target pasar agar mudah dipahami dan membangun
kedekatan dengan pengalaman mereka.
Diferensiasi merek (brand differentiation) adalah proses yang dilakukan oleh perusahaan
untuk memastikan merek mereka khas dan menonjol dibandingkan dengan merek pesaing.
Perusahaan melakukannnya dengan memilih kualitas unik yang ditawarkan produk dan
mempromosikannya dengan cara yang paling tepat sasaran
Diferensiasi merek melibatkan identifikasi manfaat atau fitur berwujud dan tidak berwujud
yang dapat digunakan untuk membedakan merek dari produk atau layanan yang bersaing.
Fitur atau manfaat berwujud cenderung menjadi manfaat sadar dan rasional seperti fungsi
merek yang tepat dan apa yang dicapai atau diberikan kepada pelanggan. Manfaat tidak
berwujud cenderung menjadi fitur emosional atau bawah sadar yang ingin disematkan oleh
merek, misalnya gaya, keselamatan, atau kebutuhan fisiologis lainnya.
Strategi diferensiasi termasuk menampilkan harga rendah; layanan yang nyaman, efisien dan
cepat; pilihan yang lebih besar; produk terbaru atau paling trendi; prestis atau nilai terbaik
secara keseluruhan; dan keandalan.
3.JELASKAN Apa strategi yang cocok pada setiap tahap siklus hidup produk?
Pengelolaan strategi siklus hidup produk didasarkan pada empat tahapan, yaitu tahap
perkenalan, petumbuhan, kedewasaan, dan penurunan. Pada setiap siklus hidup produk,
akan terdapat karakteristik dan tantangan yang berbeda pula. Oleh karena itu, sebuah
strategi pemasaran yang tepat akan sangat dibutuhkan untuk menghadapi tantangan
tersebut.
Dalam meluncurkan produk baru, manajemen pemasaran dapat membentuk suatu tingkat
tinggi atau rendah bagi setiap variabel pemasaran, seperti harga, promosi, distribusi, dan
mutu produk. Dalam hal harga dan promosi menurut Arman dkk (2006), manajemen dapat
melaksanakan satu dari empat strategi yaitu:
Peluncuran produk baru dengan harga tinggi dan level promosi tinggi. Strategi ini dapat
diterima dengan asumsi sebagian besar pasar potensial tidak menyadari produk itu, harga
yang diminta, perusahaan menghadapi persaingan potensial dan untuk membangun
preferensi merek.
Peluncuran produk baru dengan harga tinggi dan sedikit promosi. Strategi ini bila ukuran
pasar terbatas, sebagian besar sadar tentang produk itu, pembeli bersedia membayar harga
tinggi, dan persaingan potensial belum mengancam.
Peluncuran produk dengan harga rendah dan biaya promosi besar. Strategi ini cocok
digunakan jika pasar tidak menyadari kehadiran produk, sebagian pembeli peka terhadap
harga, terdapat persaingan potensial yang kuat, biaya produksi menurun sejalan dengan
skala produksi dan pengalaman.
Peluncuran produk dengan harga rendah dan promosi rendah. Strategi ini bila pasar besar,
mempunyai kesadaran yang tinggi tentang harga, dan terdapat beberapa persaingan
potensial. Perusahaan harus menekan biaya produksi agar dapat menjual produk dengan
harga rendah kepada masyarakat.
Dalam tahap pertumbuhan, perusahaan yang melakukan strategi perluasan pasar akan
memperkuat posisi persaingannya, tentu saja akan menambah biaya yang cukup besar.
Perusahaan dalam tahap pertumbuhan akan menghadapi pilihan antara pangsa pasar yang
besar dan keuntungan saat ini yang tinggi.
Dengan mengeluarkan uang untuk peningkatan produk dan distribusi, perusahaan dapat
menghadapi posisi yang dominan. Dengan kata lain, perusahaan akan melepaskan
keuntungan saat ini untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar pada tahap
berikutnya.
Penjualan datar atas dasar per kapita karena kejenuhan pasar, dan masa depan penjualan
ditentukan oleh pertumbuhan populasi dan permintaan pengganti.
Dalam tahap ini, jika sebuah produk mulai mengalami penurunan, maka perusahaan harus
mulai memikirkan cara-cara untuk kembali menaikkan minat konsumen terhadap produk
tersebut.Terdapat tiga cara bermanfaat yang dapat mengubah jumlah pemakaian terhadap
suatu merek (brand), yaitu:
Strategi penetapan posisi dan diferensiasi perusahaan harus berubah karena produk, pasar
dan pesaing berubah sepanjang siklus hidup produk. Mengatakan bahwa produk memiliki
siklus hidup berarti menegaskan empat hal:
Evolusi Pasar
Evolusi pasar (market evolution) adalah siklus hidup pasar (atau industri) yang
menggambarkan perkembangan bertahap dari suatu pasar. Siklus ini memiliki bentuk
mirip dengan siklus hidup produk dengan sejumlah tahap yang berbeda:
Embrionik: kelas produk dan definisi industri yang hampir identik, tingkat pemekaran
yang bertahap, dan ada ketidakpastian tentang produk
Pertumbuhan: struktur industri berkembang, pengenalan kelas produk baru menjadi lebih
mudah ketika konsumen menjadi lebih luas, dan saluran yang memfasilitasi pemasaran
kelas produk terbentuk