Anda di halaman 1dari 3

TUGAS APRESIASI DRAMA

Menganalisis Drama Bila Malam Bertambah Malam Karya Putu Wijaya

Nama : Wisnu Galang Virgiawan


NIM : 2101420072
Rombe l : PBSI 3 2020
Mata Kuliah : Apresiasi Drama

Dosen Pengampu : 1. Mulyono, S. Pd., M. Hum.


2. Muhamad Burhanudin, S. S., M. A.

A. Tema
Tema yang digunakan dalam naskah drama “Bila Malam Bertambah Malam” adalah
status social. Kutipan dialog untuk menjadi bukti adalah sebagai berikut.

GUSTI BIANG
“cinta? ibu dan ayahmu kawin tanpa cinta. Apa itu cinta? Yang ada hanyalah kewajiban
menghormati leluhur yang telah menurunkanmu, menurunkan kita semua di sini. Kau tak
boleh kawin dengan dia, betapapun kau mengkehendakinya. Aku telah menyediakan
orang yang patut untukmu. Jangan membuatku malu. Ibu telah menjodohkan kau sejak
kecil dengan Sagung Rai.”

GUSTI BIANG
“kalau ingin kau pelihara sudra itu karena nafsumu, terserahlah. Boleh kau pelihara selir.
Kau boleh berbuat sesukamu, sebab aku telah memeliharanya sejak kecil. Tetapi untuk
mengawininya dengan upacara tidak bisa.”

WAYAN
“Dia pura-pura saja tidak tahu siapa laki-laki yang selalu tidur dengan dia. Sebab
sesungguhnya kami saling mencintai sejak kecil, sampai tua bangka ini. Hanya karena
kesombongan ya terhadap martabat kebangsawanannya menyebabkan dia menolakku,
lalu dia kawin dengan bangsawan penghianat itu, semata-mata hanya soal kasta.
Meninggalkan tiang tetap mengharapkannya. Tiang ditinggalkannya, sedangkan cinta itu
semakin mendalam.

B. Latar
Latar dibagi menjadi tiga, yaitu latar waktu, tempat, dan suasana
1. Latar waktu : malam hari
Bukti kutipan :

NYOMAN
“nah itu sebabnya kalau belum santap malam. Apalagi sejak beberapa hari ini Gusti
sudah tidak mau minum jamu lagi, minum sekarang ya?”

WAYAN: “malam-malam begini?”

2. Latar tempat : di rumah Gusti Biang


Bukti kutipan :
GUSTI BIANG
“Ya! Leak itu tidak boleh masuk rumahku ini. Setan itu juga! Biar mati dua-duanya
sekarang! Kalau kau mau ikut pergi terserah. Aku akan mempertahankan
kehormatanku. Kehormatan suamiku, kehormatan Sanggung Rai, kehormatan
leluhur-leluhur di puri ini”.

3. Latar suasana : menegangkan


Bukti kutipan :

GUSTI BIANG
Jangan berbantah denganku. Kau sudah tua dan rabun, lubang telingamu sudah
ditempati kutu busuk. Kau sudah tuli, malas dan suka berbantah, cuma bisa bergaul
dengan si belang. Kau dengar itu kuping tuli?

C. Tokoh dan penokohan


1. Berdasarkan perannya terhadap jalan cerita
- Tokoh Protagonis : Nyoman dan Wayan
- Tokoh Antagonis : Gusti Biang
- Tokoh Tritagonis : RatuNgurah

2. Berdasarkan perananya dalam lakon serta fungsinya


- Tokoh Sentral : Gusti Biang, dan Nyoman
- Tokoh Utama : Ratu Ngurah
- Tokoh Pembantu : Wayan

D. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan dalam naskah drama tersebut adalah bahasa sehari-hari
sehingga mudah dibaca dan diperankan. Bukti kutipan :

NYOMAN
Nah, itu sebabnya kalau belum santap malam. Apalagi sejak beberapa hari ini Gusti
sudah tidak mau minum jamu lagi, minum sekarang ya?

GUSTI BIANG
Kau .. kau setan, kukira ular belang jatuh dari pohon, bikin sakit jantungku kumat lagi.
NYOMAN
GUSTI BIANG
takut sekali dengan ular, kenapa?

GUSTI BIANG
Binatang itu menggigit dan menjijikkan.

NYOMAN
Tapi tidak semua ular berbahaya.

E. Amanat
Manusia adalah makhluk social yang bersifat saling membutuhkan. Oleh karena itu kita
tidak boleh saling memandang seseorang dari luarnya saja. Hal ini akan menyebabkan
terputusnya tali silaturahmi antar manusia sehingga tidak daapat saling membantu lagi.
Janganlah menilai orang seenaknya. Cari tahu kebenarannya sebelum menilai.

Anda mungkin juga menyukai