Anda di halaman 1dari 4

RITUAL BAKAR JAGUNG / TUN KWAR GA

Bakar Jagung / Tun Kwar Ga adalah sebuah Tradisi di desa Lusilame Atawolo yang terjadi
setiap tahun . ini merupakan sebuah wujud syukuran panen angkota keluarga / suku terhadap
leluhur lera wulan tanah ekan. Syukuran ini biasa terjadi pada bulan Maret dan April . Sebelum
Bakar jagung diadakan Ritual Hebure were dua hari sebelumnya. Kepala suku dan penuang
tuang ( mi tuak ) suku harus hadir dalam ritual Hebure Were ini . Bahasa yang digunakan setelah
tuang Tuak dan Tiwa were oleh kepala suku adalah Ina ama tua magu, tea bukenen nebe go
durut tuak tiwe were go lewo golen je klure mal tawa leu tuak tawa ori weolem oligem han
jemjua tit habo hala. Der be leu , leu tuak tawa ori meu, raya anak meu nek weolem oligem”.
Pada hari halyang telah ditentukan barang – barang yang disiapkan adalah
1. Jagung muda 8 batang
2. Ikan Mas ( keror ) 8 ekor
3. Kelapa muda dan kemiri
4. Sirih dan pinang
5. Tuak
6. Were
Setelah matahari terbenam kepala suku dan keturunannya memasukan bagian mereka
( jagung,ikan,tuak kelapa muda,sirih pinang)kedalam rumah besar . Sementara itu keturunan Mi
tuak antrian didepan rumah untuk menunggu kepala suku menerima bagiannya mereka ( jagung
muda dan tuak serta ikan ).
Semua anggota suku, baik pria dan wanita semuanya harus berada dalam rumah besar untuk
mengikuti seremonial tahunan ini . Kepala suku ( Bruin ) , mi tuak , bleta brino( orang yang
ditugaskan) , serta ata kwinai( saudari yang tugaskan )harus berada dekat di kamarnya moyang .
Kepala suku setelah memberikan tuak dan were menyampaikan kembali pada leluhur bahwa hari
ini adalah hari puncaknya. ‘Go durut tuak tiwa were nebe go gepereng meki elor titen jema je
be ke tit tea buken go tun kwat tu gan dan tite habohala. Keempat anggota inti suku setelah
amet perata lalu meminum tuaknya.
Bleta brino suku tugasnya setelah itu adalah membakar jagung. Yang diperhatikan dalam bakar
jagung ini adalah batangnya tidak boleh hangus dan kumisnya tidak boleh dimakan api. Mi tuak
mengambil jagung dan mengambilnya dari bagian atas, serta ikan bagian sayap lalu dimasukan
kedalam tempurung yang berisi tuak untuk dimakan . Makanannya ini suma untuk memandikan
kepala suku dari bagian kepala sampi jari kaki sebanyak 4 kali . Tujuannya untuk memberikan
kekuatan kepada kepala suku dalam tahun berikutnya.
Setalah itu jagung muda, ikan mas kering dibagi oleh Bleta brino untuk kepala suku, Mi tuak ,
bleta brino, dan ata kwinai( saudari yang tugaskan) sesuai urutan dalam tatanan suku.
Setelahnya tuak untuk mereka berempat lalu sirih pinang. Setelah itu bleta brino mengambil
jagung dan ikan untuk dibawah keluar selanjutnya untuk dibakar diluar rumah untuk semua
anggota suku dan kenalannya sanak saudara yang hadir saat itu. Setelah semua itu barulah
Jagung dibagi bersama ikannya kepala semua orang dilanjutkan dengan tuak kepala semua
orang. Barulah setelah itu semuanya makan malam yang didahului oleh kepala suku, mi tuak dan
Bleta brino ( orang yang ditugaskan ) sekalian si bleta memanggil semua kerabat yang ada untuk
mencicipi makanan yang disiapkan oleh keluarga
Keesokanya sebelum matahari terbit sebuah acara yang tak kalah penting adalah Emu karat
( kelapa yang muda yang belum ada isinya ) mi tuak memakan sirih pinang dan kemiri sekalian
selanjutnya diletakan pada sebuah daun koter. Kepala suku menggunakan air kelapa muda untuk
mericiki semua anggota suku dan semua yang hadir saat itu.Mi tuak memberikan kemiri dan
sirih pinang pada dahi untuk anak pria dan untuk wanita pada kerongkongan . Ini sebagai symbol
kekuatan dari suku leluhur lewotanah buat anak – anak suku dan semua warga yang hadir
Inilah adat tradisi kami anak suku Namang Bnat lolo/ Koka dalam ritual bakar jagung muda
untuk makan dirumah adat kami.
FOTO RITUAL BAKAR
JAGUNG / TUN KWAR GA

Anda mungkin juga menyukai