Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS BIDANG ILMU KOSERVASI GIGI

REQUIREMENT: INLAY-ONLAY

NAMA DPJP:
drg. Restian Febi Andini, M. Biomed

NAMA MAHASISWA/ NIM:


Ghina Nurul ‘Adilah / G4B019012

Komponen
Pembelajaran Resume Diskusi
Daring

Nilai

Tanda Tangan
DPJP

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI
PURWOKERTO
2021
A. TINJAUAN PUSTAKA

Gigi pasca perawatan saluran akar menjadi lebih lemah karena adanya
pembuangan jaringan dentin di mahkota dan saluran akar, yang menyebabkan
perubahan komposisi struktur gigi. Restorasi yang ideal harus dapat melindungi
permukaan oklusal dan menggantikan tonjol-tonjol yang hilang agar dapat secara
optimal melindungi struktur mahkota gigi dan menambah ketahanan. Jenis restorasi
yang diindikasikan bisa restorasi plastis maupun rigid (Fatmawati, 2011).
Restorasi rigid yaitu restorasi yang dibuat di luar mulut dari bahan yang rigid
atau kaku dan di semen pada preparasi kavitas gigi dengan bahan perantara
golongan semen. Restorasi rigid dapat dibagi menjadi restorasi ektrakoronal
(crown), interadikuler (pasak), dan intrakoronal (inlay dan onlay) (Fatmawati,
2011).
Restorasi tuang inlay dan onlay secara umum diindikasikan untuk kavitas atau
preparasi yang besar sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan pembuatan
restorasi secara direk, gigi yang memiliki resiko terjadinya fraktur seperti gigi pasca
perawatan saluran akar, dan sebagai penyangga gigi tiruan lepasan (Qualthrough
dkk., 2005).
a. Inlay
Inlay merupakan restorasi indirek yang terbuat dari bahan emas, resin
komposit, atau material keramik kemudian restorasi dicobakan pada kavitas dan
dilanjutkan dengan sementasi restorasi inlay (Stephen dkk., 2015). Inlay
merupakan restorasi intrakoronal dengan kerusakan mengenai sebagian cusp
atau tambalan yang berada di antara cusp, sehingga ukurannya biasanya tidak
begitu luas (Fatmawati, 2011).
Gambar Restorasi Inlay
Sumber : Qualthrough dkk., 2005

Inlay kelas II pada dasarnya melibatkan permukaan proksimal atau


permukaan gigi posterior, biasanya melibatkan permukaan oklusal dan mungkin
melibatkan permukaan fasial dan/atau lingual dan tidak menutupi atau menutupi
semua kecuali satu cusp gigi (Garg). Terdapat perbedaan restorasi inlay kelas II
dan restorasi amalgam kelas II yaitu dinding restorasi inlay dibuat konvergen
untuk arah insersi serta retensi tambahan pada restorasi inlay berupa bevel pada
cavosurface angle (Reddy dkk., 2017).

Gambar Inlay Kelas II


Sumber: Garg
Gambar Desain Preparasi Inlay
Sumber: Fatmawati, 2011

Indikasi inlay adalah sebagai berikut (Aspros, 2015).


▪ Kerusakan gigi atau karies meliputi permukaan oklusal dan proksimal gigi
posterior dan hanya mengenai sebagian cusp saja atau <1/3 cusp oklusal
▪ Jaringan sehat yang tersisa masih cukup kuat
▪ Tidak terdapat perubahan oklusi
▪ Kondisi gigi vital
Kontraindikasi adalah sebagai berikut (Aspros, 2015).
▪ - Pasien dengan oral hygiene yang buruk
▪ - Pasien dengan frekuensi karies yang tinggi

b. Onlay
Onlay merupakan restorasi intrakoronal bila kerusakan mengenai lebih
dari 1 cusp atau lebih dari 2/3 dataran oklusal karena sisa jaringan gigi yang
tersisa sudah lemah (Fatmawati, 2011). Onlay indikasi secara umum digunakan
sebagai restorasi tuang untuk gigi tunggal. Perlindungan yang diberikan
merupakan perlindungan keseluruhan kuspid pada gigi posterior yang telah
melemah akibat karies ataupun restorasi terdahulu (Gordon, 2008).
Gambar Restorasi Inlay
Sumber : Qualthrough dkk., 2005

Onlay kelas II melibatkan permukaan atau permukaan proksimal, dan


mungkin melibatkan permukaan fasial dan/atau lingual dari gigi posterior dan
menutupi semua cusp (Garg).

Gambar Inlay Kelas II


Sumber: Garg

Indikasi onlay adalah sebagai berikut (Stephen dkk., 2017).


o Pengganti restorasi amalgam yang sudah rusak
o Restorasi karies interproksimal gigi posterior (kavitas mesial dan distal)
o Restorasi gigi posterior yang menerima tekanan oklusal yang kuat
o Restorasi yang menghubungkan penghubung tonjol bukal dan lingual.
o gigi vital atau paska perawatan saluran akar
o Kerusakan kavitas 1/3 sampai 2/3, lebar bukolingual
o Pada kasus mesial oklusal atau distal oklusal disertai keterlibatan tonjol
o Kehilangan titik kontak

Kontraindikasinya adalah sebagai berikut (Stephen dikk., 2017)


o Mahkota klinis yang pendek
o Kerusakan gigi sudah meluas hingga dinding bagian bukal dan lingual atau
palatal
Restorasi onlay didesain untuk mendistribusikan tekanan oklusal gigi
sebagai cara meminimalkan kemungkinan fraktur dikemudian hari. Desain
preparasi onlay, antara lain, adalah sebagai berikut (Gordon, 2008).
▪ Preparasi 2 mm dari groove central ke dalam lantai pulpa.
▪ Pengurangan permukaan oklusal sebesar 1,5 mm.
▪ Dinding gingival ke oklusal divergen sebesar 2-5ºdari lantai pulpa sebagai
retensi.
▪ Pembuatan step oklusal sebesar 0,5 mm sebagai retensi.
▪ Pembuatan counterbevel sebesar 30º pada tepi fasial dan lingual.

Gambar Desain Preparasi Inlay


Sumber: Fatmawati, 2011

1. Macam-macam
a. Logam
Restorasi logam cor melibatkan pembuatan pola lilin yang harus
dikeluarkan dari cor atau die tanpa distorsi. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam desain preparasi inlay kelas II adalah sebagai berikut
(Garg).
1) Inlay
a) Path of draw
Preparasi harus memiliki jalur insersi tunggal (single insertion
path) yang berlawanan dengan beban oklusal dan sejajar dengan sumbu
panjang gigi. Hal ini akan membantu dalam retensi restorasi dan
meminimalkan goyangan selama proses mengunyah (Garg).

Gambar Single Insertion Path


Sumber: Garg

b) Inlay taper
Untuk menghilangkan dan menempatkan pola lilin dan tempat
dudukan dari final casting tanpa hambatan, idealnya, preparasi gigi
intrakoronal harus memiliki bentuk sedikit lancip dengan dinding
sedikit divergen dari gingiva ke permukaan oklusal. Jika
memungkinkan, penempatan bur harus dijaga sejajar dengan sumbu
panjang gigi dan dengan demikian preparasi mengembangkan jalur
penyisipan dan pelepasan casting membentuk sumbu lancip. Taper
optimal terletak pada kisaran 2° hingga 5 ° per dinding (Garg).

c) Circumferential tie
Circumferential tie mengacu pada desain margin cavosurface dari
preparasi gigi inlay. Margin cavosurface dari preparasi inlay dapat
terdiri dari dua jenis yaitu bevels dan flares. Bevel adalah suatu
potongan yang dibuat pada tepi cavosurface angle dinding email
(Roberson dkk., 2013). Tujuan dari bevel adalah untuk membantu
adaptasi bahan restorasi dengan permukaan gigi. Tipe-tipe bevel terbagi
menjadi sebagai berikut (Garg dan Garg, 2015).
❖ Ultrashort or partial bevel
▪ melibatkan kurang dari 2/3 ketebalan enamel
▪ untuk memotong enamel rods pada margin preparasi
▪ tidak digunakan pada restorasi rigid kecuali untuk menghilangkan
jaringan email dari batas margin
▪ Digunakan untuk tipe I casting alloys.
❖ Short bevel
▪ Melibatkan seluruh email tapi tidak melibatkan dentin.
▪ Sebagian besar digunakan untuk restorasi dengan tipe I dan II
casting alloys.
❖ Long bevel
▪ Melibatkan seluruh enamel penuh dan ≤ 1/2 ketebalan dentin.
▪ Mempertahankan resistensi dan retensi pada preparasi
▪ digunakan pada preparasi resin komposit terutama karena
memberikan fracture toughness yang baik, selain itu lebih estetik
karena memberikan gradasi warna yang baik antara tambalan dan
gigi.
▪ Digunakan utuk cast gold alloys tipe I, II dan III.
❖ Full bevel
▪ melibatkan seluruh dinding enamel dan dentin
▪ menghilangkan retensi internal
▪ Biasanya digunakan pada preparasi inlay
▪ Full bevel harus dihindari kecuali pada beberapa kasus yang
mengharuskan.
❖ Hollow ground (concave) bevel
▪ berbentuk cekung dan bukan merupakan bevel dalam arti
sebenarnya
▪ Jarang digunakan
▪ dahulu digunakan pada teknik penambalan resin komposit pada
gigi anterior karena fungsinya untuk memberikan massa material
yang cukup untuk menerima beban kunyah yang diterima
tambalan
❖ Counter bevel
▪ digunakan saat ada penutupan cusp (pembuatan crown) untuk
melindungi dan mendukung cusp
▪ bevel yang condong ke arah gingiva yang dibuat berlawanan
dengan dinding aksial dari perparasi (pada permukaan fasial atau
lingual dari gigi)
❖ Reverse atau inverted bevel
▪ berbentuk inverted atau terbalik dengan bagian tajam menghadap
gingiva / mengarah ke akar gigi.
▪ pada gigi posterior biasanya digunakan pada preparasi MOD
untuk restorasi logam tuang, untuk mencegah bergeraknya
restorasi tuang dan meningkatkan resistensi dan retensi.

Klasifikasi berdasarkan permukaan ditempatkannya bevel


(Roberson dkk., 2013).
a) Gingival bevel :
o pembuangan jaringan email yang tidak ada dukungan dentin
o pada gingival margin akan terbentuk sudut 30o yang dapat dipoles
karena design angularnya
o untuk meingkatkan kesesuaian dari restorasi logam tuang
b) Occlusal bevel :
o untuk memenuhi syarat dinding kavitas ideal
o hanya sedikit melibatkan gigi dan tidak menghilangkan resistensi
dan retensi dari restorasi
c) Functional cusp bevel :
menyediakan ruangan untuk logam yang adekuat di area yang
mempunyai kontak oklusal yang besar

Ada 2 jenis bevel yang baru diperkenalkan oleh Fahl yaitu infinity
bevel (Gambar 3) dan starburst bevel (Gambar 4). Preparasi infinity bevel
dimulai 0,5 mm ke dalam dentin dan dilakukan 2 – 2,5 mm melewati garis
fraktur. Sedangkan starburst bevel adalah bevel yang berbeda panjang,
kedalaman, dan volumenya pada setiap bevel, bentuknya mirip dengan
sinar dari bintang (Pennington dan Parker, 2012).

Infinity bevel
Starburst bevel

Sebagian besar restorasi logam cor terbuat dari paduan yang


dibentuk oleh kombinasi emas dengan logam lain seperti perak, tembaga,
seng, platinum dan paladium. Ada dua teknik fabrikasi restorasi logam cor
yaitu direct technique (teknik langsung) dan indirect technique (teknik
tidak langsung) Teknik langsung dilakukan dengan membuat pola lilin
yang dibuat langsung dari preparasi gigi di dalam mulut, ditanam dan
dicor. Teknik tidak langsung dilakukan dengan membuat pola lilin dibuat
dari model yang dibuat dari cetakan yang diambil (Garg).

Gambar Teknik Indirect dan Teknik Direct


Sumber: (Garg).
b. Komposit
Restorasi dengan resin komposit dapat dilakukan secara indirect
(tidak langsung) berupa inlay dan onlay. Bahan resin komposit untuk
tambalan inlay lebih sering digunakan daripada pemakaian bahan keramik,
sebab kekerasan bahan keramik menyebabkan kesulitan apabila
diperlukan penyesuaian oklusal atau kontur, mudah pecah saat
pemasangan percobaan sehingga menyulitkan operator. Sedangkan resin
komposit dapat dipoles kembali dengan mudah dan efektif, lebih murah
serta restorasi yang berlebihan pada daerah gingival dapat dibuang hanya
dengan menggunakan hand instrument (Fatmawati, 2011). Indikasi inlay
dan onlay komposit adalah sebagai berikut
▪ menggantikan tambalan lama (amalgam) dan atau yang rusak dengan
memperhatikan nilai estetik terutama pada restorasi gigi posterior
(Fatmawati, 2011).
▪ memperbaiki restorasi yang tidak sempurna atau kurang baik, serta
fraktur yang terlalu besar dan apabila pembuatan mahkota bukan
merupakan indikasi (Fatmawati, 2011).
▪ Kerusakna yang cukup luas dengan membutuhkan preparasi, yang lebar
secara fasiolingual dan membutuhkan cakupan cusp (Garg).
▪ Ketika dibutuhkan lebih banyak estetik, karena dengan metode tidak
langsung, estetik yang lebih baik akan diperoleh (Garg).
Kontraindikasi inlay dan onlay komposit adalah sebagai berikut
(Garg).
o kekuatan oklusal yang berat karena restorasi ini dapat menyebabkan
fraktur pada pasien dengan kebiasaan bruxing atau clenching.
o sulit dalam mengontrol kelembaban, ketika isolasi bidang operasi tidak
memungkinkan, sementasi menjadi sulit.
o preparasi subgingiva yang cukup dalam, sehingga pengambilan
cetakan dan penyelesaian preparasi dengan margin subgingiva dalam
sulit dilakukan.
Restorasi inlay dan onlay komposit memiliki keuntungan sebagai
berikut (Garg).
- Lebih sedikit waktu di kursi yang diperlukan karena fabrikasi
laboratorium
- Jauh lebih tahan aus daripada restorasi komposit langsung
- Menunjukkan penyusutan polimerisasi yang lebih sedikit, sehingga
mengurangi kebocoran mikro dan sensitivitas pascaoperasi
- Restorasi tidak langsung telah meningkatkan sifat fisik
- Lebih biokompatibel dengan respon jaringan yang lebih baik.
- Mencapai kontak dan kontur yang lebih baik
- Memperkuat struktur gigi yang tersisa
- Pemolesan ekstraoral mudah dilakukan.
Restorasi inlay dan onlay komposit memiliki kelemahan sebagai
sebagai berikut (Garg).
o Memerlukan lebih banyak jumlah janji pasien
o Sangat sensitif terhadap teknik
o Restorasi membutuhkan keterampilan operator tingkat tinggi
o Keramik mengikis gigi dan restorasi yang berlawanan.
o Ada kebutuhan untuk restorasi sementara.
o Lebih mahal daripada komposit langsung.
o Perbaikan yang sulit dengan keramik.
o Ikatan yang lemah dari restorasi komposit yang dibuat secara tidak
langsung ke semen komposit. Oleh karena itu, mereka membutuhkan
abrasi mekanis dan/atau perawatan kimia untuk adhesi yang tepat pada
semen.
Preparasi gigi untuk inlay dan onlay komposit memperhatikan hal-
hal sebagai berikut (Garg).
▪ Bentuk outline biasanya bergantung pada restorasi dan karies yang
sudah ada. Untuk membuat sudut internal yang bulat dengan
menggunakan bur fisure tappered dengan ujung bulat. Pegang bur
sejajar dengan sumbu panjang gigi. Bentuk outline harus menghasilkan
kurva halus di sekitar cusp.
▪ Selalu bersihkan email yang rusak atau melemah.
▪ Dinding fasial dan lingual harus memiliki 6 sampai 8 derajat divergensi.
▪ Outline harus menghindari kontak oklusal. Area yang akan direstorasi
menggunakan inlay atau onlay membutuhkan jarak bebas 1,5 mm di
semua ekskursi untuk mencegah fraktur.
▪ Isthmus pada preparasi gigi harus lebar untuk mencegah fraktur
restorasi. Dinding aksial harus dijaga kedalamannya 1,5 mm dari
permukaan gigi luar.
▪ Perluas kotak proksimal untuk memungkinkan jarak bebas minimal 0,5
hingga 1 mm untuk mendapatkan margin dan pembuatan cetakan yang
tepat.
▪ Gunakan 90 derajat butt joint untuk semua margin cavosurface. Bevel
dikontraindikasikan karena bulk diperlukan untuk mencegah fraktur.
▪ Setiap undercut, jika ada, harus dihilangkan atau diblokir oleh lapisan
ionomer kaca.
▪ Margin restorasi harus dijaga supragingiva, sebagai isolasi selama
sementasi lebih mudah dan meningkatkan akses untuk memancing.
▪ Untuk perlindungan pulpa, tempatkan semen ionomer kaca modifikasi
resin jika diindikasikan.
▪ Preparasi kembali margin preparasi menggunakan bur finishing dan
instrumen tangan.
▪ Periksa preparasi akhir setelah pelepasan rubber dam. Harus ada celah
1,5 mm untuk mencegah fraktur di semua ekskursi.

c. Porselen
Restorasi inlay dan onlay porselen untuk restorasi gigi posterior dan
memberikan penampilan estestik yang lebih alamiah dibandingkan dengan
inlay dan onlay logam tuang dan lebih tahan abrasi dibandingkan dengan
resin komposit. Porselen tidak sekuat logam tuang tetapi jika sudah
berikatan dengan permukaan email akan menguat pada gigi dengan cara
yang sama seperti pada restorasi resin berlapis komposit atau semen
ionomer-resin komposit (Fatmawati, 2011).
Gambar Desain preparasi onlay porselen. a. pengurangan oklusal 1,5-2 mm;
b. semua sudut cusp dibulatkan; c. kemiringan dinding proksimal 10-
12º
2. Desain cavosurface margin
Pemilihan desain cavosurface margin dapat ditentukan oleh bentuk gigi,
lokasi yang diinginkan, atau merupakan pilihan dari operator.Tipe margin yang
paling sering digunakan untuk restorasi tuang adalah knife-edge, chamfer,
shoulder, chamfer bevel dan shoulder bevel (Blair dkk., 2002).
a. Knife-edge
Tipe ini memerlukan pengurangan gigi yang paling sedikit.
Terkadang digunakan pada gigi yang berbentuk bell-shaped, karena
pembutannya yang lebih sulit, sehingga dapat menyebabkan pengurangan
gigi yang berlebihan.
b. Chamfer.
Tipe ini sering dipilih sebagai akhiran tepi untuk restorasi
ekstrakoronal, mudah dibentuk, dan memberikan ruang untuk ketebalan
yang memadai pada restorasi emas tanpa menyebabkan konturyang
berlebihan dari restorasi. Menghasilkan konsentrasi tekanan yang lebih
rendah, dan dengan mudah dapat masuk ke celah gingiva. Desain ini
memberi tempat yang terbatas untuk restorasi metal keramik sehingga
menghasilkan distorsi margin yang besar dan estetis yang kurang baik.
Selain itu, ketahanan desain ini terhadap tekanan vertikal kurang baik.
c. Shoulder
Tipe ini dipilih terutama pada situasi dimana bagian terbesar
material diperlukan untuk memperkuat restorasi pada daerah tepi gigi,
seperti untukrestorasi all-porcelain atau restorasi metal keramik. Desain
ini sulit dipreparasi, undercut minimum, dan tahan terhadap distorsi
margin. Selain itu, shoulder akan menghasilkan tekanan yang paling
sedikit di daerah servikal dan memberikan tempat maksimum untuk
porselen dan metal, sehingga porselen dapat dibakar pada tepi metal dan
menghasilkan estetis yang baik.
d. Chamfer atau shoulder bevel
Desain ini lebih sering digunakan oleh beberapa dokter yang percaya
bahwa tepi bevel lebih mudah dalam mendapatkan cetakannya dan dapat
membuat tepi gigi dari restorasi tuang lebih mudah dipolis. Bevel biasanya
dikombinasikan untuk bentuk proksimal box. Bevel tersebut bertujuan
untuk mengkompensasikekurangan dalam kecermatan selama proses
casting dan penyemenan, proteksi terhadap enamel margin,
memungkinkan burnishing setelah penyemenan, menambah retensi.
Chamfer dan shoulder memberi bentuk akhiran tepi yang jelas, yang bisa
diidentifikasikan dalam preparasi mahkota sementara dan die. Chamfer
membutuhkan penguranganaksial yang minimal dan cocok untuk restorasi
all-ceramic konservatif. Kedalaman preparasi margin shoulder berkisar 1-
1,5 mm untuk memberikan ketepatan, kedudukan maksimum, dan estetis
yang baik.

3. Tahap Pembuatan Restorasi Inlay dan Onlay


Tahapan pembuatan restorasi inlay dan onlay, yaitu :
a. Preparasi gigi untuk restorasi inlay
2) Syarat prinsip preparasi secara umum perlu diperhatikan, yaitu
memiliki outline form, retention form, dan resistance form yang baik.
Retention form berupa bentuk preparasi kavitas yang dapat menahan
pergeseran atau hilangnya restorasi karena daya angkat dan gaya
dorong. Retention form yaitu preparasi dinding tegak berbentuk box,
dinding tegak lurus divergen membentuk sudut 3-5° serta terdapat
dovetail dan isthmus. Resistance form yaitu bentuk dari kavitas yang
menyebabkan gigi tidak pecah dengan adanya beban kunyah. Undercut
dihilangkan untuk mempermudah saat proses pencetakan serta arah
insersi. Bevel pada cavosurface bertujuan membentuk adaptasi inlay
maupun onlay menjadi lebih baik dengan gigi, mencegah karies
sekunder, serta meningkatkan retensi.

Gambar Outline form preparasi gigi untuk restorasi inlay


Sumber : Krisha, 2011

3) Preparasi bidang oklusal menggunakan tapered fissure bur yang


dilanjutkan ke proksimal untuk membuang karies dan membentuk
dinding yang tegak divergen 5° ke arah oklusal. Kemudian, titik kontak
dengan gigi sebelahnya dihilangkan untuk self cleansing.

Gambar Preparasi bidang oklusal dan proksimal untuk restorasi inlay


Sumber : Rosenstiel, 2006
4) Bevel dibuat pada bagian cavosurface margin serta axio pulpal line
angle dengan lebar bevel 1 mm menggunakan bur fissure dengan
membentuk sudut 45° terhadap pemukaan tersebut.

Gambar 1.5 Pembuatan bevel pada bagian cavosurface margin serta axio
pulpal line angle untuk pembuatan restorasi inay
5) Seluruh bagian yang tajam dihaluskan menggunakan bur fissure
kemudian diberikan basis (zinc phosphate cement) pada seluruh dinding
pulpa dan sebagian dinding gingiva atau daerah dentin yang terbuka

b. Preparasi gigi untuk restorasi onlay


1) Bidang oklusal
Seluruh permukaan oklusal dipreparasi sesuai bentuk anatomi
sampai bebas dari gigi antagonisnya (1,5mm – 2mm) dengan wheel
diamond bur/ fissure bur. Bila ada kavitas kelas 1 oklusal, preparasi
dinding aksial divergen 2-5 kearah oklusal Pada gigi vital dengan
abrasi tanpa kavitas, untuk menambah retensi dibuat groove pada
bidang bukal dan palatal kira-kira ½ tinggi mahkota klinis, ataupun arah
proksimal Untuk mengetahui pengambilan oklusal sudah memenuhi
syarat, dapat dicek dengan menggigit lempang malam merah
2) Bidang proksimal
Pengambilan jaringan bidang proksimal tanpa karies hanya
membebaskan kontak dengan gigi tetangga dengan preparasi berupa
slice. Bidang proksimal dengan karies memerlukan preparasi berbentuk
box (seperti pada inlay) dan eksternal proksimal bebas dari bidang
kontak. Dibuat bevel pada seluruh pertemuan bidang oklusal dengan
bidang bukal. Palatal dan proksimal selebar 2 mm dengan sudut 30º.
3) Finishing
Semua sudut yang tajam dibulatkan serta permukaan gigi
dihaluskan dengan finishing diamond bur.

Gambar Preparasi gigi untuk restorasi onlay


Sumber : Rosenstiel dkk., 2006

c. Pencetakan hasil preparasi


Pencetakan Dilakukan setelah kavitas selesai di preparasi untuk
mendapatkan cetakan negatif kemudian diisi gips tipe IV dengan teknik
one-step impression atau two-step impression menggunakan heavy
body dan light body. Penelitian yang dilakukan Franco dkk., 2011
menunjukkan bahwa pencetakan dengan teknik one-step menghasilkan
akuransi cetakan yang lebih baik dibandingkan dengan metode two-step
impression.

d. Tahap laboratorium (pembuatan inlay atau onlay)


1) Memodel malam
Blue wax dipanaskan hingga plastis dan mudah dibentuk kemudian
ditekan-tekan pada kavitas serta di bentuk sesuai dengan anatomi gigi yang
normal baik cusps maupun fissure. Buat sprue menggunakan kawat
berlapis malam ditempelkan pada titik kontak maupun bagian yang paling
tebal pada model malam. Kemudian, sprue ditarik ke arah vertikal apabila
malam tidak dapat keluar atau terdapat malam yang tertinggal maka dapat
dipastikan bahwa terdapat undercut pada preparasinya. Sprue dibentuk
untuk menjadi saluran logam cair ke arah mould pada bumbung tuang.
Sprue harus memiliki panjang yang cukup untuk memposisikan model
malam dengan tepat di dalam bumbung tuang dengan jarak 6 mm dari tepi
ujung bumbung tuang dan cukup pendek sehingga logam cair tidak
memadat sebelum masuk dalam mould.
2) Pemasangan sprue dan crucible former

Gambar 1.7 Pemasangan sprue dan crucible former


Sumber : Garg, 2008
3) Penanaman pada bumbung tuang
Model malam yang telah jadi dicuci dengan menggunakan sabun,
serta dibersihkan dari minyak, debu dan kotoran lalu ditempatkan pada
crucible form yang terbuat dari selembar malam merah yang dibentuk
kerucut. Kemudian, satukan antara crucible form dan bumbung tuang,
model malam diposisikan berada di tengah bumbung tuang dengan jarak
antara model malam dan tepi bumbung tuang sebesar 6 mm. Selanjutnya,
penanaman model malam menggunakan gips tipe V (investment gips)
dilakukan di atas vibrator untuk mencegah terjadinya porus. Lakukan
pembakaran setelah gips setting atau mengeras.

Gambar 1.8 Penanaman dalam bumbung tuang


4) Menghilangkan malam (buang malam)
Crucible form kemudian dibuka dari bumbung tuang setelah gips
setting dan dilakukan pembakaran di atas tungku atau api untuk
mengeluarkan malam maupun kawat sprue yang tertanam dalam gips.
5) Casting
Casting merupakan pengecoran logam campur (dental alloy) untuk
pembuatan restorasi gigi dari logam. Setelah malam hilang dengan bersih,
lakukan casting pada cetakan malam yang tertinggal pada bumbung tuang
menggunakan casting machine.
6) Pasang coba (try-in) restorasi inlay atau onlay
Sprue logam yang menempel di potong menggunakan carburundum
disk. Ratakan permukaan inlay atau onlay apabila terdapat gelembung
logam menggunakan stone bur. Inlay atau onlay diletakan pada kavitas
kemudian perhatikan kestabilan dan pastikan tidak menyebabkan
traumatic occlusion atau restorasi yang overhanging. Haluskan dengan
finishing bur kemudian lakukan pemolesan menggunakan rubber bur.
7) Sementasi
Letakan kembali inlay atau onlay pada kavitas pada gigi untuk
memastikan bahwa telah sesuai dengan preprasi yang telah dibuat.
Lakukan desinfeksi pada kavitas. Kemudian, sementasi menggunakan
GIC tipe 1 (lutting cement) dan oleskan pada fitting surface inlay atau
onlay, kemudian insersikan pada kavitas. Perhatikan sisi-sisi pertemuan
restorasi dengan gigi menggunakan ujung sonde, apakah terdapat celah
atau permukaan yang tidak rata.

Gambar Material sementasi restorasi inlay dan onlay tuang logam


Sumber : Manappallil, 2015
B. LAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 38 tahun

2. Hasil Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Subyektif :
CC : pasien mengeluhkan gigi geraham belakang bawah kanan
berlubang dan sakit sejak ±2 bulan yang lalu
PI : pasien tidak percaya diri dengan giginya yang berlubang dan sakit
saat sedang beraktivitas dan saat makan atau minum
PDH : pasien pernah mengkonsumsi antibiotik amoxicilin dan
paracetamol untuk meredakan keluhannya, pasien belum pernah
memeriksakan keluhannya ke dokter gigi
PMH : tidak disebutkan dalam kasus
FH : tidak disebutkan dalam kasus
SH : tidak disebutkan dalam kasus
b. Pemeriksaan Ekstraoral :
Pasien dalam keadaan sehat dan tidak ada kelainan
c. Pemeriksaan Intraoral :
▪ gigi 46 terdapat karies profunda perforasi pada bagian mesiooklusal.
▪ Tes perkusi negatif
▪ Tes vitalitas gigi positif

d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiografi periapikal terlihat adanya gambaran radiolusen
pada lapisan enamel hingga tanduk pulpa bagian mesial.
3. Diagnosis
Diagnosis kasus tersebut adalah pulpitis irreversibel pada gigi 46

4. Rencana Perawatan
Rencana perawatan pada kasus tersebut adalah pulpotomi dengan restorasi
akhir onlay logam

5. Prognosis
Prognosis baik karena sisa struktur jaringan keras gigi cukup, area gigi
dapat diisolasi dengan baik, oral hygiene pasien baik, dan pasien kooperatif

6. Prosedur Perawatan
Kunjungan I
1) Pemeriksaan subjektif, objektif, dan penunjang terhadap pasien.
2) Penegakkan diagnosis dan rencana perawatan
3) Penjelasan diagnosis dan rencana perawatan yang akan dilakukan kepada
pasien. Jika pasien menyetujui rencana perawatan, pasien menandatangani
inform consent.
4) Persiapan alat dan bahan

Alat Bahan
Diagnostik set cotton pelet dan cotton roll
Bur Etsa

Rubber dam Bonding

Light cure Microbrush

Finishing disk Wedges

Matrix band
5) Pasien duduk di dental chair dalam kondisi semisupine dan operator
mengatur posisi kerja di sebelah kanan pasien
6) Anastesi dilakukan dengan teknik blok 1cc pada rahang bawah kanan,
dan infitrasi pada muccobuccal fold gigi 46 sebanyak 1cc karena gigi
pasien masih vital, lalu dilakukan
7) Open acceses dengan endoaccess bur sampai mencapai ruang pulpa
diteruskan hingga menemukan orifie dengan diamendo, dilebarkan
hingga orifie terlihat jelas.

8) Dilanjutkan dengan ekstirpasi jaringan pulpa dan melakukan diagnostic


wire photo, didapat hasil panjang kerja akar mesial 21 mm, dan distal
20 mm.

9) Preparasi saluran akar mesial dengan teknik step-back dan


distal dengan crown down pressureless, setiap pergantian
jarum dilakukan irigasi dengan NaOCl 2,5%, dan irigasi
akhir mengunakan kombinasi NaOCl 2,5% dengan CHX
2%. Gigi kemudian dilakukan sterilisasi menggunakan
cresophene dan ditumpat sementara.
Kunjungan II
Pemeriksaan subjektif, objektif, dan penunjang terhadap pasien. Hasil
pemeriksaan pasien masih didapatkan keluhan sehingga tumptan sementara
dibongkar dan dibersihkan dilanjutkan dengan penggantian obat dan penunpatan
sementara, serta diinstruksikan untuk kontrol 3 hari kemudian.
Kunjungan III
1) Pada pemeriksaan subjektif dan objektif, pasien tidak terdapat
keluhan, tes perkusi negatif.
2) Tumpatan sementara dibongkar, obat sterilisasi sebelumnya
dibersihkan, hingga saluran akar telah steril.
3) Persiapan obturasi diawali dengan Trial gutta percha, menggunakan
master cone, yaitu #40 untuk akar mesial dan #30 untuk akar distal, lalu
dikonfimasi dengan radiograf

4) Obturasi menggunakan teknik kondensasi lateral, selaer yang


digunakan berbahan resin. Obturasi menunjukan hasil hermetis

Kunjungan IV
1) Pemeriksaan subjektif dan objektif, pasien tidak terdapat
keluhan, tes perkusi negatif.
2) Pemeriksaan subjektif menunjukan pasien tidak memiliki keluhan,
pemeriksaan subjektif menunjukan hasil perkusi negatif.
3) Pencetakan model studi untuk membuat mahkota sementara.

Kunjungan V
1) Pemeriksaan subjektif dan objektif, pasien tidak terdapat
keluhan
2) Preparasi gigi untuk perawatan onlay, diawali dengan preparasi
oklusi gigi ±2mm agar bebas oklusi dengan gigi antagonis.
Preparasi bagian bukal dan lingual sebanyak 1/3 tinggi mahkota
dengan flat end tappered bur, dan bagian proximal diatas bidang
kontak

3) Pencetakan model kerja pada rahang bawah dengan elastomer dan


rahang atas dengan alginat. Gigi yang telah dipreparasi diberi
mahkota sementara, lalu dicek titik kontak dengan articulating
paper

Kunjungan VI
1) Mahkota sementara dibongkar, lalu dilakukan try in onlay,
kemudian dilakukan cek oklusi, kontak proksimal, dan permukaan
onlay.
2) insersi dan sementasi
3) DHE dan instruksikan pasien untuk kontrol pasca perawatan
Kunjungan VII
1) pemeriksaan subjektif dan objektif post insersi onlay, pasien
tidak memiliki keluhan, dan kondisi restorasi baik serta jaringan
sekitar restorasi baik.
2) Pasien diberi KIE untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut,
dengan menggosok gigi minimal 2 kali sehari (pagi setelah makan,
malam sebelum tidur), bila perlu gunakan benang gigi dan obat
kumur agar lebih baik, dan periksakan kesehatan gigi dan mulut ke
dokter gigi minimal 6 bulan sekali.
C. PEMBAHASAN
Pasien yang didiagnosis dengan pulpitis ireversibel, perawatan untuk pasien
dengan pulpitis ireversible adalah perawatan endodontik. Penggunaan restorasi
mahkota setelah perawatan endodontik perlu pertimbangan karena membutuhkan
pembuangan dinding, sehingga dinding yang tersisa pada gigi setelah dirawat
endodontik cukup tipis. Onlay adalah salah satu restorasi non plastis yang
merupakan rekontruksi gigi yang lebih luas meliputi satu tonjol gigi atau lebih,
dapat menggunakan teknik semidirect maupun indirect. Pada kasus ini dipilih onlay
berbahan dasar logam, karena merupakan indikasi pada gigi dengan kehilangan 2
atau 3 cusp. Adapun pertimbangan pemilihan logam yaitu, biaya yng ekonomis,
sifat fisik logam yang kuat, biokompabilitas jaringan baik, mudah dipoles. Restorasi
ini termasuk restorasi rigid, yaitu restorasi yang dibuat di laboratorium dengan
menggunakan model cetakan gigi yang dipreprasi kemudian disemenkan pada gigi.
Umumnya restorasi ini membutuhkan kunjungan berulang dan penempatan
tumpatan sementara sehingga lebih mahal untuk pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Annusavice, K.J., 2003, Phillip’s Science of Dental Material, 11th edition Elsevier,
St. Louis.
Aspros, A., 2016, Inlays and Onlays Clinical Experience and Literature Review,
Journal of Dental Health, Oral Disorder, and Therapy, 2(1): 1 -7.
Chandra, S., Chandra, S., Chandra, G., 2007, Textbook of Operative Dentistry,
Jaypee publisher, New Delhi.
F. M. Blair, R.W. Wasselz, J. G. Steele. May 2002. Crowns and other extra-coronal
restorations : preparation for full veneer crowns. British dental journal, vol.
192
Fatmawati, D.W.A., 2011, Macam - Macam Restorasi Rigid pasca Perawatan
Endodontia, Jurnal Kedokteran Gigi UNEJ, 8 (2): 96-102.
Franco, E.B., 2011, Accurancy of Single-step Versus Two-step Double Mix
Impression Technique, International Scholarly Research Network, 2011
(2011) : 1-5
Gordon J.C, 2008, 23 May. Considering tooth-colored inlays and onlays versus
crown. Jada vol.139
Krishna, G., 2012, Sturdevamt’s Art and Science of Operative Dentistry: An
Adaptation, Elsevier, India
Qualhtrough, A.J., Satterthwaite, J., Morrow, L., 2005, Principle of Operative
Dentistry, Blackwell Munksgaard, United Kingdom
Reddy, S.K., Munaga, S., 2017, Dental Pulse Volume 1, Swapna Medical Publisher,
Mumbai.
Rosenstiel S.F., Land, M.F., Fujimoto, J., 2006, Contemporary Fixed
Prosthodontics, Elsevier, Missouri.
Scheid, R.C., 2012, Woelfel’s Dental Anatomy, Lippincott William , USA.
Sherwood, A., 2010, Essential of Operative Dentistry, Jaypee, New Delhi.
Stephen, J. S., Nesbit, S.P., 2017, Diagnosis and Treatment Planning in Dentistry,
Elsevier, Missoursi.

Anda mungkin juga menyukai