Resume Bidang Konservasi Gigi - Onlay - Ghina Nurul
Resume Bidang Konservasi Gigi - Onlay - Ghina Nurul
REQUIREMENT: INLAY-ONLAY
NAMA DPJP:
drg. Restian Febi Andini, M. Biomed
Komponen
Pembelajaran Resume Diskusi
Daring
Nilai
Tanda Tangan
DPJP
Gigi pasca perawatan saluran akar menjadi lebih lemah karena adanya
pembuangan jaringan dentin di mahkota dan saluran akar, yang menyebabkan
perubahan komposisi struktur gigi. Restorasi yang ideal harus dapat melindungi
permukaan oklusal dan menggantikan tonjol-tonjol yang hilang agar dapat secara
optimal melindungi struktur mahkota gigi dan menambah ketahanan. Jenis restorasi
yang diindikasikan bisa restorasi plastis maupun rigid (Fatmawati, 2011).
Restorasi rigid yaitu restorasi yang dibuat di luar mulut dari bahan yang rigid
atau kaku dan di semen pada preparasi kavitas gigi dengan bahan perantara
golongan semen. Restorasi rigid dapat dibagi menjadi restorasi ektrakoronal
(crown), interadikuler (pasak), dan intrakoronal (inlay dan onlay) (Fatmawati,
2011).
Restorasi tuang inlay dan onlay secara umum diindikasikan untuk kavitas atau
preparasi yang besar sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan pembuatan
restorasi secara direk, gigi yang memiliki resiko terjadinya fraktur seperti gigi pasca
perawatan saluran akar, dan sebagai penyangga gigi tiruan lepasan (Qualthrough
dkk., 2005).
a. Inlay
Inlay merupakan restorasi indirek yang terbuat dari bahan emas, resin
komposit, atau material keramik kemudian restorasi dicobakan pada kavitas dan
dilanjutkan dengan sementasi restorasi inlay (Stephen dkk., 2015). Inlay
merupakan restorasi intrakoronal dengan kerusakan mengenai sebagian cusp
atau tambalan yang berada di antara cusp, sehingga ukurannya biasanya tidak
begitu luas (Fatmawati, 2011).
Gambar Restorasi Inlay
Sumber : Qualthrough dkk., 2005
b. Onlay
Onlay merupakan restorasi intrakoronal bila kerusakan mengenai lebih
dari 1 cusp atau lebih dari 2/3 dataran oklusal karena sisa jaringan gigi yang
tersisa sudah lemah (Fatmawati, 2011). Onlay indikasi secara umum digunakan
sebagai restorasi tuang untuk gigi tunggal. Perlindungan yang diberikan
merupakan perlindungan keseluruhan kuspid pada gigi posterior yang telah
melemah akibat karies ataupun restorasi terdahulu (Gordon, 2008).
Gambar Restorasi Inlay
Sumber : Qualthrough dkk., 2005
1. Macam-macam
a. Logam
Restorasi logam cor melibatkan pembuatan pola lilin yang harus
dikeluarkan dari cor atau die tanpa distorsi. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam desain preparasi inlay kelas II adalah sebagai berikut
(Garg).
1) Inlay
a) Path of draw
Preparasi harus memiliki jalur insersi tunggal (single insertion
path) yang berlawanan dengan beban oklusal dan sejajar dengan sumbu
panjang gigi. Hal ini akan membantu dalam retensi restorasi dan
meminimalkan goyangan selama proses mengunyah (Garg).
b) Inlay taper
Untuk menghilangkan dan menempatkan pola lilin dan tempat
dudukan dari final casting tanpa hambatan, idealnya, preparasi gigi
intrakoronal harus memiliki bentuk sedikit lancip dengan dinding
sedikit divergen dari gingiva ke permukaan oklusal. Jika
memungkinkan, penempatan bur harus dijaga sejajar dengan sumbu
panjang gigi dan dengan demikian preparasi mengembangkan jalur
penyisipan dan pelepasan casting membentuk sumbu lancip. Taper
optimal terletak pada kisaran 2° hingga 5 ° per dinding (Garg).
c) Circumferential tie
Circumferential tie mengacu pada desain margin cavosurface dari
preparasi gigi inlay. Margin cavosurface dari preparasi inlay dapat
terdiri dari dua jenis yaitu bevels dan flares. Bevel adalah suatu
potongan yang dibuat pada tepi cavosurface angle dinding email
(Roberson dkk., 2013). Tujuan dari bevel adalah untuk membantu
adaptasi bahan restorasi dengan permukaan gigi. Tipe-tipe bevel terbagi
menjadi sebagai berikut (Garg dan Garg, 2015).
❖ Ultrashort or partial bevel
▪ melibatkan kurang dari 2/3 ketebalan enamel
▪ untuk memotong enamel rods pada margin preparasi
▪ tidak digunakan pada restorasi rigid kecuali untuk menghilangkan
jaringan email dari batas margin
▪ Digunakan untuk tipe I casting alloys.
❖ Short bevel
▪ Melibatkan seluruh email tapi tidak melibatkan dentin.
▪ Sebagian besar digunakan untuk restorasi dengan tipe I dan II
casting alloys.
❖ Long bevel
▪ Melibatkan seluruh enamel penuh dan ≤ 1/2 ketebalan dentin.
▪ Mempertahankan resistensi dan retensi pada preparasi
▪ digunakan pada preparasi resin komposit terutama karena
memberikan fracture toughness yang baik, selain itu lebih estetik
karena memberikan gradasi warna yang baik antara tambalan dan
gigi.
▪ Digunakan utuk cast gold alloys tipe I, II dan III.
❖ Full bevel
▪ melibatkan seluruh dinding enamel dan dentin
▪ menghilangkan retensi internal
▪ Biasanya digunakan pada preparasi inlay
▪ Full bevel harus dihindari kecuali pada beberapa kasus yang
mengharuskan.
❖ Hollow ground (concave) bevel
▪ berbentuk cekung dan bukan merupakan bevel dalam arti
sebenarnya
▪ Jarang digunakan
▪ dahulu digunakan pada teknik penambalan resin komposit pada
gigi anterior karena fungsinya untuk memberikan massa material
yang cukup untuk menerima beban kunyah yang diterima
tambalan
❖ Counter bevel
▪ digunakan saat ada penutupan cusp (pembuatan crown) untuk
melindungi dan mendukung cusp
▪ bevel yang condong ke arah gingiva yang dibuat berlawanan
dengan dinding aksial dari perparasi (pada permukaan fasial atau
lingual dari gigi)
❖ Reverse atau inverted bevel
▪ berbentuk inverted atau terbalik dengan bagian tajam menghadap
gingiva / mengarah ke akar gigi.
▪ pada gigi posterior biasanya digunakan pada preparasi MOD
untuk restorasi logam tuang, untuk mencegah bergeraknya
restorasi tuang dan meningkatkan resistensi dan retensi.
Ada 2 jenis bevel yang baru diperkenalkan oleh Fahl yaitu infinity
bevel (Gambar 3) dan starburst bevel (Gambar 4). Preparasi infinity bevel
dimulai 0,5 mm ke dalam dentin dan dilakukan 2 – 2,5 mm melewati garis
fraktur. Sedangkan starburst bevel adalah bevel yang berbeda panjang,
kedalaman, dan volumenya pada setiap bevel, bentuknya mirip dengan
sinar dari bintang (Pennington dan Parker, 2012).
Infinity bevel
Starburst bevel
c. Porselen
Restorasi inlay dan onlay porselen untuk restorasi gigi posterior dan
memberikan penampilan estestik yang lebih alamiah dibandingkan dengan
inlay dan onlay logam tuang dan lebih tahan abrasi dibandingkan dengan
resin komposit. Porselen tidak sekuat logam tuang tetapi jika sudah
berikatan dengan permukaan email akan menguat pada gigi dengan cara
yang sama seperti pada restorasi resin berlapis komposit atau semen
ionomer-resin komposit (Fatmawati, 2011).
Gambar Desain preparasi onlay porselen. a. pengurangan oklusal 1,5-2 mm;
b. semua sudut cusp dibulatkan; c. kemiringan dinding proksimal 10-
12º
2. Desain cavosurface margin
Pemilihan desain cavosurface margin dapat ditentukan oleh bentuk gigi,
lokasi yang diinginkan, atau merupakan pilihan dari operator.Tipe margin yang
paling sering digunakan untuk restorasi tuang adalah knife-edge, chamfer,
shoulder, chamfer bevel dan shoulder bevel (Blair dkk., 2002).
a. Knife-edge
Tipe ini memerlukan pengurangan gigi yang paling sedikit.
Terkadang digunakan pada gigi yang berbentuk bell-shaped, karena
pembutannya yang lebih sulit, sehingga dapat menyebabkan pengurangan
gigi yang berlebihan.
b. Chamfer.
Tipe ini sering dipilih sebagai akhiran tepi untuk restorasi
ekstrakoronal, mudah dibentuk, dan memberikan ruang untuk ketebalan
yang memadai pada restorasi emas tanpa menyebabkan konturyang
berlebihan dari restorasi. Menghasilkan konsentrasi tekanan yang lebih
rendah, dan dengan mudah dapat masuk ke celah gingiva. Desain ini
memberi tempat yang terbatas untuk restorasi metal keramik sehingga
menghasilkan distorsi margin yang besar dan estetis yang kurang baik.
Selain itu, ketahanan desain ini terhadap tekanan vertikal kurang baik.
c. Shoulder
Tipe ini dipilih terutama pada situasi dimana bagian terbesar
material diperlukan untuk memperkuat restorasi pada daerah tepi gigi,
seperti untukrestorasi all-porcelain atau restorasi metal keramik. Desain
ini sulit dipreparasi, undercut minimum, dan tahan terhadap distorsi
margin. Selain itu, shoulder akan menghasilkan tekanan yang paling
sedikit di daerah servikal dan memberikan tempat maksimum untuk
porselen dan metal, sehingga porselen dapat dibakar pada tepi metal dan
menghasilkan estetis yang baik.
d. Chamfer atau shoulder bevel
Desain ini lebih sering digunakan oleh beberapa dokter yang percaya
bahwa tepi bevel lebih mudah dalam mendapatkan cetakannya dan dapat
membuat tepi gigi dari restorasi tuang lebih mudah dipolis. Bevel biasanya
dikombinasikan untuk bentuk proksimal box. Bevel tersebut bertujuan
untuk mengkompensasikekurangan dalam kecermatan selama proses
casting dan penyemenan, proteksi terhadap enamel margin,
memungkinkan burnishing setelah penyemenan, menambah retensi.
Chamfer dan shoulder memberi bentuk akhiran tepi yang jelas, yang bisa
diidentifikasikan dalam preparasi mahkota sementara dan die. Chamfer
membutuhkan penguranganaksial yang minimal dan cocok untuk restorasi
all-ceramic konservatif. Kedalaman preparasi margin shoulder berkisar 1-
1,5 mm untuk memberikan ketepatan, kedudukan maksimum, dan estetis
yang baik.
Gambar 1.5 Pembuatan bevel pada bagian cavosurface margin serta axio
pulpal line angle untuk pembuatan restorasi inay
5) Seluruh bagian yang tajam dihaluskan menggunakan bur fissure
kemudian diberikan basis (zinc phosphate cement) pada seluruh dinding
pulpa dan sebagian dinding gingiva atau daerah dentin yang terbuka
1. Identitas Pasien
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 38 tahun
2. Hasil Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Subyektif :
CC : pasien mengeluhkan gigi geraham belakang bawah kanan
berlubang dan sakit sejak ±2 bulan yang lalu
PI : pasien tidak percaya diri dengan giginya yang berlubang dan sakit
saat sedang beraktivitas dan saat makan atau minum
PDH : pasien pernah mengkonsumsi antibiotik amoxicilin dan
paracetamol untuk meredakan keluhannya, pasien belum pernah
memeriksakan keluhannya ke dokter gigi
PMH : tidak disebutkan dalam kasus
FH : tidak disebutkan dalam kasus
SH : tidak disebutkan dalam kasus
b. Pemeriksaan Ekstraoral :
Pasien dalam keadaan sehat dan tidak ada kelainan
c. Pemeriksaan Intraoral :
▪ gigi 46 terdapat karies profunda perforasi pada bagian mesiooklusal.
▪ Tes perkusi negatif
▪ Tes vitalitas gigi positif
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiografi periapikal terlihat adanya gambaran radiolusen
pada lapisan enamel hingga tanduk pulpa bagian mesial.
3. Diagnosis
Diagnosis kasus tersebut adalah pulpitis irreversibel pada gigi 46
4. Rencana Perawatan
Rencana perawatan pada kasus tersebut adalah pulpotomi dengan restorasi
akhir onlay logam
5. Prognosis
Prognosis baik karena sisa struktur jaringan keras gigi cukup, area gigi
dapat diisolasi dengan baik, oral hygiene pasien baik, dan pasien kooperatif
6. Prosedur Perawatan
Kunjungan I
1) Pemeriksaan subjektif, objektif, dan penunjang terhadap pasien.
2) Penegakkan diagnosis dan rencana perawatan
3) Penjelasan diagnosis dan rencana perawatan yang akan dilakukan kepada
pasien. Jika pasien menyetujui rencana perawatan, pasien menandatangani
inform consent.
4) Persiapan alat dan bahan
Alat Bahan
Diagnostik set cotton pelet dan cotton roll
Bur Etsa
Matrix band
5) Pasien duduk di dental chair dalam kondisi semisupine dan operator
mengatur posisi kerja di sebelah kanan pasien
6) Anastesi dilakukan dengan teknik blok 1cc pada rahang bawah kanan,
dan infitrasi pada muccobuccal fold gigi 46 sebanyak 1cc karena gigi
pasien masih vital, lalu dilakukan
7) Open acceses dengan endoaccess bur sampai mencapai ruang pulpa
diteruskan hingga menemukan orifie dengan diamendo, dilebarkan
hingga orifie terlihat jelas.
Kunjungan IV
1) Pemeriksaan subjektif dan objektif, pasien tidak terdapat
keluhan, tes perkusi negatif.
2) Pemeriksaan subjektif menunjukan pasien tidak memiliki keluhan,
pemeriksaan subjektif menunjukan hasil perkusi negatif.
3) Pencetakan model studi untuk membuat mahkota sementara.
Kunjungan V
1) Pemeriksaan subjektif dan objektif, pasien tidak terdapat
keluhan
2) Preparasi gigi untuk perawatan onlay, diawali dengan preparasi
oklusi gigi ±2mm agar bebas oklusi dengan gigi antagonis.
Preparasi bagian bukal dan lingual sebanyak 1/3 tinggi mahkota
dengan flat end tappered bur, dan bagian proximal diatas bidang
kontak
Kunjungan VI
1) Mahkota sementara dibongkar, lalu dilakukan try in onlay,
kemudian dilakukan cek oklusi, kontak proksimal, dan permukaan
onlay.
2) insersi dan sementasi
3) DHE dan instruksikan pasien untuk kontrol pasca perawatan
Kunjungan VII
1) pemeriksaan subjektif dan objektif post insersi onlay, pasien
tidak memiliki keluhan, dan kondisi restorasi baik serta jaringan
sekitar restorasi baik.
2) Pasien diberi KIE untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut,
dengan menggosok gigi minimal 2 kali sehari (pagi setelah makan,
malam sebelum tidur), bila perlu gunakan benang gigi dan obat
kumur agar lebih baik, dan periksakan kesehatan gigi dan mulut ke
dokter gigi minimal 6 bulan sekali.
C. PEMBAHASAN
Pasien yang didiagnosis dengan pulpitis ireversibel, perawatan untuk pasien
dengan pulpitis ireversible adalah perawatan endodontik. Penggunaan restorasi
mahkota setelah perawatan endodontik perlu pertimbangan karena membutuhkan
pembuangan dinding, sehingga dinding yang tersisa pada gigi setelah dirawat
endodontik cukup tipis. Onlay adalah salah satu restorasi non plastis yang
merupakan rekontruksi gigi yang lebih luas meliputi satu tonjol gigi atau lebih,
dapat menggunakan teknik semidirect maupun indirect. Pada kasus ini dipilih onlay
berbahan dasar logam, karena merupakan indikasi pada gigi dengan kehilangan 2
atau 3 cusp. Adapun pertimbangan pemilihan logam yaitu, biaya yng ekonomis,
sifat fisik logam yang kuat, biokompabilitas jaringan baik, mudah dipoles. Restorasi
ini termasuk restorasi rigid, yaitu restorasi yang dibuat di laboratorium dengan
menggunakan model cetakan gigi yang dipreprasi kemudian disemenkan pada gigi.
Umumnya restorasi ini membutuhkan kunjungan berulang dan penempatan
tumpatan sementara sehingga lebih mahal untuk pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Annusavice, K.J., 2003, Phillip’s Science of Dental Material, 11th edition Elsevier,
St. Louis.
Aspros, A., 2016, Inlays and Onlays Clinical Experience and Literature Review,
Journal of Dental Health, Oral Disorder, and Therapy, 2(1): 1 -7.
Chandra, S., Chandra, S., Chandra, G., 2007, Textbook of Operative Dentistry,
Jaypee publisher, New Delhi.
F. M. Blair, R.W. Wasselz, J. G. Steele. May 2002. Crowns and other extra-coronal
restorations : preparation for full veneer crowns. British dental journal, vol.
192
Fatmawati, D.W.A., 2011, Macam - Macam Restorasi Rigid pasca Perawatan
Endodontia, Jurnal Kedokteran Gigi UNEJ, 8 (2): 96-102.
Franco, E.B., 2011, Accurancy of Single-step Versus Two-step Double Mix
Impression Technique, International Scholarly Research Network, 2011
(2011) : 1-5
Gordon J.C, 2008, 23 May. Considering tooth-colored inlays and onlays versus
crown. Jada vol.139
Krishna, G., 2012, Sturdevamt’s Art and Science of Operative Dentistry: An
Adaptation, Elsevier, India
Qualhtrough, A.J., Satterthwaite, J., Morrow, L., 2005, Principle of Operative
Dentistry, Blackwell Munksgaard, United Kingdom
Reddy, S.K., Munaga, S., 2017, Dental Pulse Volume 1, Swapna Medical Publisher,
Mumbai.
Rosenstiel S.F., Land, M.F., Fujimoto, J., 2006, Contemporary Fixed
Prosthodontics, Elsevier, Missouri.
Scheid, R.C., 2012, Woelfel’s Dental Anatomy, Lippincott William , USA.
Sherwood, A., 2010, Essential of Operative Dentistry, Jaypee, New Delhi.
Stephen, J. S., Nesbit, S.P., 2017, Diagnosis and Treatment Planning in Dentistry,
Elsevier, Missoursi.