STRUKTUR GEOLOGI
biostratigrafi dan umur, daerah ini dapat dibagi menjadi 2 domain yang sangat
gunungapi dan pluton Tersier dan pinggiran benua Sundaland, serta kelompok
timur, memperlihatkan struktur yang sangat rumit. Hal ini disebabkan oleh
(Simandjuntak, 1997)
Struktur penting di daerah ini adalah sesar lipatan, selain itu terdapat kekar
terdapat di daerah ini berupa sesar naik, sesar sungkup, sesar geser dan sesar
sesar utama tampaknya aktif kembali. Sesar Matano dan sesar Palu-Koro
mengiri. Diduga kedua sesar itu masih aktif sampai sekarang (keduanya bersatu di
bagian baratlaut Lembar. Diduga pula kedua sesar terscbut terbentuk sejak
sistem sesar “transform”. Sesar lain yang lebih kecil berupa tingkat pertama
dan/atau kedua yang terbentuk bersamaan atau setelah sesar utama tersebut.
Dengan demikian sesar-sesar ini dapat dinamakan Sistem Sesar Matano-Palu-
Koro. (Simandjuntak, 1997)
lemah, lipatan tertutup dan lipatan tumpang tindih. Pada yang pertama kemiringan
lapisannya landai biasanya tidak melebihi 3° yang dapat digolongkan dalam jenis
lipatan terbuka. Lipatan ini berkembang dalam batuan yang berumur Miosen
baratdaya-timurlaut. Pada yang kedua, baik yang simetris maupun yang tidak,
kemiringan lapisannya antara 500 dan tegak, ada juga yang terbalik. Lipatan ini
batuan malihan dan di beberapa tempat dalam serpentin yang terdaunkan. Lipatan
terdahulu, sehingga ada sumbu lipatan pertama (f1) yang berimpit dengan yang
kemudian (f2), di samping f1 terpotong oleh f2. Lipatan kedua (f2) ini
mengalami deformasi lagi pada Plio-Plistosen, dan membentuk lipatan fasa ketiga
(f3) dengan sumbu lipatan yang berarah baratlaut-tenggara, sama dengan lipatan
pada batuan sedimen muda. Jenis lipatan ini dalam ukuran megaskopis
dalam beberapa perioda. Pola dan arah kekar ini sesuai dengan jenisnya, ac; b atau
lereng benua. Pada akhir Trias terjadi pemekaran pinggiran benua yang kemudian
disusul pengendapan Formasi Batebeta secara selaras di atasnya pada awal Jura.
Pada Zaman Jura Formasi Nanaka diendapkan secara tidak selaras di atas
batuan yang lebih tua, dalam lingkungan darat hingga laut dangkal. Di bagian
neritik luar diendapkan Formasi Tetambahu dan Formasi Masiku pada akhir Jura
hingga permulaan Kapur. Ketiga satuan ini terbentuk di pinggiran benua yang saat
Pada Zaman Kapur, dibagian lain dalam cekungan laut dalam di sebelah
barat terjadi pemekaran dasar samudera, dan membentuk kerak samudera yang
pelagos di atas kerak samudera ini berlangsung hingga Zaman Kapur Akhir
(Formasi Matano).
Pada Zaman Kapur Akhir, lempeng samudera yang bergerak ke arah barat
rumpang parit busur di pinggiran yang aktif di sebelah barat, diendapkan batuan
sedimen jenis “flysch”, Formasi Latimojong pada Kapur Atas. Pengendapan
batuan ini disusul oleh Formasi Toraja pada Kala Eosen dan kegiatan gunungapi
bawah laut pada Kala Oligosen (Vulkanik Lamasi) yang berlangsung terus hingga
Miosen (Volkanik Rampi dan Tineba). Satuan batuan ini sekarang merupakan
Pada Kala Oligosen, sesar Sorong yang menerus ke sesar Matano dan
Banggai-Sula bergerak ke arah barat dan memisahkan diri dari benua Australia.
bergerak ke arah barat. Dalam pada itu, di bagian barat lajur penunjaman dan
busur luar tersesarsungkupkan di atas rumpang parit busur dan busur gunungapi,
Pada Akhir Miosen hingga Pliosen, batuan kiastika halus sampai kasar
lingkungan laut dangkal dan terbuka dan sebagian berupa endapan darat yang
tentang pola struktur geologi, identifikasi jenis struktur, umur dari struktur yang
geologi didasarkan pada data yang diperoleh berupa data yang bersifat primer
1. Struktur kekar
2. Struktur sesar
4.2.1 Kekar
Kekar adalah susunan regular dari sepanjang retakan yang mana tidak
mengalami pergerakan (Mc Clay, 1987). Menurut Asikin (1979) kekar adalah
sebutan untuk struktur rekahan dalam batuan dimana tidak ada atau sedikit sekali
bentuknya, Hodgson dalam Asikin (1979) membedakan kekar menjadi dua bentuk
kekar, yaitu; kekar sistematik dan kekar yang tak sistematik. Kekar sistematik
selalu dijumpai dalam pasangan (set), tiap pasangan ditandai oleh arahnya yang
serba sejajar, atau hampir sejajar bila dilihat dari kenampakan di atas permukaan.
Kekar tak sistematik dapat dijumpai saling bertemu, tetapi tidak selalu memotong
kekar lainnya.
dengan litologi berupa Sekis, dimana data hasil pengukuran kekar dianalisis
tegasan utama maksimum (σ1) dan tegasan utama minimum (σ3) serta perkiraan
σ3
σ2
(2)
σ1
(3)
Gambar 4.3 Pengolahan data kekar : (1) Plot data kekar pada streonet (Schmidt Net); (2)
Pola kontur berdasarkan frekuensi kekar; (3) Kenampakan tegasan maksimum, tegasan
menengah, tegasan minimum
Dari hasil pengolahan data kekar pada litologi sekis dengan menggunakan
tegasan utama (σ2) N 350/26° E, dan tegasan utama minimum (σ3) N 242/77° E
dan dapat diketahui jenis sesar yang berkembang pada daerah penelitian adalah
4.2.2 Sesar
Menurut Van der Pluijm, 2004, sesar adalah setiap permukaan atau zona di
menurut Asikin (1979), sesar atau fault merupakan rekahan pada batuan yang
pergerakan relatif dan jenis gaya yang menyebabkannya, struktur sesar terbagi
1. Sesar naik, merupakan sesar yang “hanging wall”nya relatif bergerak naik
3. Sesar geser, merupakan sesar dimana kedua blok yang patah bergerak
secara mendatar, diakibatkan oleh gaya kompresi, terbagi atas sesar geser
horizontal. Dalam hal ini bidang sesar adalah vertikal dan arah
horizontal. Kemiringan dari bidang sesar adalah kurang dari 45° sampai
horizontal.
gejala sesar yang terdapat pada daerah tersebut. Gejala ini berupa gejala primer
dan gejala sekunder. Gejala primer merupakan bukti keterdapatan sesar pada suatu
daerah, dimana terbentuk oleh pengaruh langsung dari sesar itu sendiri.
daerah, akan tetapi bukan terbentuk dari pengaruh langsung dari sesar tersebut.
topografi dapat dikenali seperti dengan adanya pelurusan sungai, kelokan sungai
ataupun data sekunder serta korelasi terhadap tektonik regional maka sesar yang
pembahasan maka sesar ini diberi nama belakang berdasarkan nama geografis
daerah yang dilalui sesar tersebut. Pengamatan gejala struktur geologi di lapangan
dapat menjadi terganggu dan terhambat oleh faktor-faktor, diantaranya ; tingkat
gawir sesar atau bidang sesar; b) breksiasi, gouge, milonit, ; c) deretan mata air; d)
gejala struktur minor seperti: cermin sesar, gores garis, lipatan dsb. Sedangkan
pergeseran aliran sungai (bentuk sungai membelok tiba-tiba melalui jalur sesar
yang lurus).
Sesar Naik Paneki yang bekerja pada daerah penelitian memanjang dari
arah utara hingga selatan. Alur sesar ini melewati daerah Kansintuwu pada satuan
Sekis. Adapun Indikasi sesar yang dijumpai pada zona sesar dan daerah sekitarnya
didasarkan pada pendekatan teori Reidel (dalam McClay 1987) yang merupakan
modifikasi dari teori Harding 1974, serta penggabungan dengan data hasil analisis
kekar dan penciri sesar yang dijumpai di lapangan. Pembentukan struktur geologi
pada daerah penelitian sangat erat hubungannya dengan struktur regional. Gaya
didasarkan pada pola umum hasil pengolahan dan analisa data kekar dengan
menggunakan stereografi.
sehingga batuan mencapai fase deformasi plastis, dimana rekahan pada batuan
Sesar ini sesuai dengan teori riedel yang searah dengan tegasan utama maksimum
(σ1) akan membentuk sesar naik sebagai thrust. Berdasarkan batuan yang dilewati
oleh sesar ini maka dapat diketahui umur dari sesar naik ini yaitu post Trias
S TRAIN ELIP SOID E M EN URUT M EKANIS ME PEM BEN TKA NKEKAR DAERAH P EN ELITIAN
REIDEL DALAM MC CLAY(1 98 7) NORM AL TAHAP I TAHAP II
σ3 σ3 σ3
σ1 σ1
σ1 EXTENT
F AUL
I ON
TS
P
T HR
US T
AULTS
F
R
F OL DS
R
EXT E N T IO N
AULTS
F
P
T HRUS T
F AUL
TS
σ1
σ1 σ1
σ3 σ3 σ3