Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Paprika (Capsicum annuum L.)


Paprika (Capsicum annuum L.) adalah tumbuhan penghasil buah yang
berasa manis dan sedikit pedas. Dalam pengertian internasional, paprika dipakai
untuk menyatakan hampir semua varietas C.annuum, termasuk yang pedas.
Nama-nama tertentu, seperti pepperoni, diberikan untuk paprika dengan ciri
penampilan, penggunaan, atau rasa yang khas. Tanaman paprika (Capsicum
annum L.) merupakan salah satu komoditas penting yang dibudidayakan.
Tanaman paprika bukan tanaman asli Indonesia, tetapi berasal dari negara
Amerika. Paprika merupakan salah satu jenis cabai yang sering disebut cabai
manis atau sweet paper (Prihmantoro,1999). Tanaman paprika berasal dari
Amerika Tengah dan Amerika Selatan dimana banyak spesies telah
dibudidayakan beratus tahun sebelum Colombus mendarat di benua tersebut
(Alberta, 2004). Penanaman paprika menyebar ke Eropa dan Asia setelah tahun
1.500-an. Pada awal penyebaran di Eropa, tanaman paprika dibudidayakan di
lahan terbuka (outdoor). Adapun gambar dari buah paprika sebagai berikut.

Gambar 1. Buah paprika (Capsicum Annum L.)

Menurut Prihmantoro (1995), tanaman paprika mempunyai nama ilmiah


Capsicum annuum var. grossum atau sering disingkat dengan Capsicum grossum.

5
6

Cabai ini termasuk satu keluarga dengan tanaman tomat dan terong, yaitu famili
Solanaceae. Untuk lebih jelasnya, klasifikasi paprika adalah sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales
Familia : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annuum
Varietas : Grossum

Paprika membutuhkan kondisi tertentu untuk pertumbuhannya, yaitu suhu


24-30 pada siang hari dan 9-12 pada malam hari. Meskipun demikian
tanaman paprika masih dapat bertahan pada suhu 38 . Menurut Primantoro
(1995), di Indonesia tanaman paprika cocok ditanam di dataran tinggi yang
bersuhu 16-25 . Sementara periode penanaman paprika secara hidroponik
berlangsung selama 10-12 bulan yang terbagi menjadi 1,5 bulan untuk semai
benih menjadi bibit, 3 bulan masa vegetatif, dan 6 bulan masa generatif. Panen
dilakukan 5 bulan setelah semai, seminggu sekali selama 6 bulan. Waktu panen
tanaman paprika tergantung pada kondisi pertanaman, biasanya tanaman paprika
dapat dipanen mulai umur 3 sampai 3,5 bulan dengan buah paprika masih hijau.
Paprika warna hijau ini bila dibiarkan akan terus menjadi buah paprika yang
berwarna merah, kuning, orange, tergantung pada varietasnya.
Menurut Gunawan (2009), paprika dikelompokkan berdasarkan 4 warna
utama, yaitu merah, hijau, kuning dan jingga. bentuk buah paprika mirip lonceng
sehingga dinamakan bell pepper. Meskipun aroma buah paprika pedas menusuk,
namun rasanya tidak pedas, bahkan cenderung manis sehingga disebut sweet
pepper. Paprika pada umumnya dibedakan menurut bentuk, warna, dan ukuran.
Pada umumnya bentuk paprika dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu yang
berbentuk blok (blocky) atau lonceng (bell) dan yang berbentuk lonjong (lamujo).
Paprika hijau merupakan paprika yang paling banyak dibudidayakan dan
dikonsumsi. Selanjutnya paprika merah menempati urutan kedua. Urutan ketiga
7

atau yang paling jarang dibudidayakan adalah paprika kuning (Prihmantoro,


1995). Tanaman paprika yang mengalami layu sementara ditandai dengan layu
pada siang hari dan pada malam hari akan tampak segar kembali.

2.2 Media Tanam


Media tanam digunakan sebagai tempat berpegangan akar tanaman yang
ditanam dan untuk menyerap larutan nutrisi saat disiram atau diteteskan kemudian
larutan nutrisi tersebut diserap oleh perakaran (Hartus, 2002). Media tanam yang
baik adalah media yang mampu menyediakan air dan unsur hara dalam jumlah
cukup bagi pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat ditemukan pada tanah dengan
tata udara yang baik, mempunyai agregat yang baik, kemampuan menahan air
yang baik dan ruang untuk perakaran yang cukup. Berbagai jenis media tanam
dapat digunakan, tetapi pada prinsipnya penggunakan media tanam sebaiknya
yang mampu menyediakan nutrisi, air, dan oksigen bagi tanaman. Penggunaan
media yang tepat akan memberikan pertumbuhan yang optimal bagi tanaman.
Menurut Khaeruddin (1999), media tanam yang baik memiliki sifat fisik yang
baik memiliki struktur remah, daya serap dan daya simpan yang baik serta
kapasitas udara yang cukup.
Media tanam yang dapat digunakan untuk paprika adalah arang sekam,
tanah dan campuran kompos. Wadah yang dapat digunakan adalah polibag
dengan diameter 30 cm atau slab (bantalan) ukuran 0,8 m x 0,25 m. Pada setiap
slab dibuat 2 lubang tanam dengan jarak 30, 40 atau 50 cm dan jarak antar barisan
100-120 cm (Moekasan, 2008). Selain itu pada media tanam, air mengisi ruang
pori dan terikat kuat oleh banyaknya air yang dikandung oleh media tersebut.
Media tanam mempengaruhi jumlah air maksimum yang dapat disimpan oleh
media tanam dan untuk memudahkan akar tanaman untuk menyerap air
secukupnya dari media untuk proses pertumbuhan dan perkembangann tanaman
paprika.

2.2.1 Arang Sekam


Arang sekam merupakan hasil pembakaran dari sekam padi dengan warna
hitam banyak digunakan sebagai media hidroponik secara komersial di Indonesia.
8

Berdasar analisis Japanese Society for Examining Fertilizer and Fodders,


komposisi arang sekam paling banyak mengandung SiO2 yaitu 52 % dan unsur C
sebanyak 31 %. Komposisi lainnya adalah FeO2, K2O, MgO, CaO, MnO dan Cu
dalam jumlah yang sangat kecil, juga mengandung bahan-bahan organik
(Douglas, 1985). Sedangkan menurut analisis Suyekti (1993), arang sekam
mengandung N 0,32 %, P 0,15 %, K 0,31, Ca 0,96 %, Fe 180 ppm, Mn 80,4 ppm,
Zn 14,10 ppm dan pH 6,8. Sekam padi merupakan bahan organik yang berasal
dari limbah pertanian yang mengandung beberapa unsur penting seperti protein
kasar, lemak, serat kasar, karbon, hidrogen, oksigen dan silika. Sekam merupakan
sumber bahan organik yang mudah didapat yang berpotensi untuk dimanfaatkan
sebagai bahan pembawa pupuk hayati (Mori, 1993). Media arang sekam didapat
dari proses pembakaran sekam padi yang tidak sempurna agar tidak
menghilangkan kandungan hara pada arang sekam tersebut. Sementara media
arang sekam atau sekam bakar biasanya digunakan sebagai media tanam untuk
tanaman paprika. Arang sekam memiliki karakteristik ringan dengan berat jenis
0,2 kg/l, kasar sehingga sirkulasi udara tinggi, kapasitas menahan air tinggi,
berwarna kehitaman sehingga dapat mengabsorbsi sinar matahari dengan efektif
(Wuryaningsih, 1996).

2.2.2 Tanah
Tanah adalah suatu benda alam yang terdapat dipermukaan kulit bumi
yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan. Tanah
juga dapat terbentuk oleh bahan-bahan organik sebagai hasil pelapukan sisa-sisa
tumbuhan dan hewan yang merupakan medium atau tempat tumbuhnya tanaman
dengan sifat-sifat tertentu, yang terjadi akibat dari pengaruh kombinasi faktor-
faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu
pembentukan (Yuliprianto, 2010). Menurut Notohadiprawiro (1998), tanah adalah
hasil pengalihragaman bahan mineral dan organik yang berlangsung dimuka
daratan bumi dibawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang bekerja selama
waktu sangat panjang, dan mewujud sebagai suatu tubuh dengan organisasi dan
morfologi. Tanah adalah salah satu sistem bumi, yang bersama dengan sistem
9

bumi yang lain, yaitu air alami dan atmosfer, menjadi inti fungsi, perubahan, dan
kemantapan ekosistem.
Fungsi-fungsi vital yang dikerjakan tanah dalam ekosistem mencakup:
1) Memberlanjutkan kegiatan, keanekaan, dan produktivitas hayati
2) Mengatur dan membagi-bagi aliran air dan larutan
3) Menyaring, menyangga, mendegradasi, imobilisasi, dan detoksifikasi
bahan-bahan organik dan anorganik, termasuk hasil samping industri dan
kota serta endapan atmosfer
4) Menyimpan dan mendaurkan hara dan unsur-unsur lain di dalam biosfer
bumi
5) Memberikan topangan bagi bangunan sosioekonomi dan perlindungan bagi
khasanah arkeologi yang berhubungan dengan pemukiman manusia.
Menurut Afandi (2005), tanah memiliki sifat-sifat kimia, biologi dan fisika.
Fisika tanah adalah penerapan konsep dan hukum-hukum fisika pada kontinum
tanah-tanaman atmosfer. Sifat fisik tanah berperan penting dalam mendukung
pertumbuhan tanaman. Sifat fisik tanah, seperti kerapatan isi dan kekuatan tanah
sudah lama dikenal sebagai parameter utama dalam menilai keberhasilan teknik
pengolahan tanah. tanah dalam arti lain yaitu semua bahan,organik,dan
anorganik,yang ada di atas lapisan batuan tetap. Bahan tanah tersusun atas empat
komponen, yaitu bahan padat mineral, bahan padat organik, air, dan udara. Bahan
padat mineral terdiri atas sibir batuan dan mineral primer, lapukan batuan dan
mineral, serta mineral skunder. Bahan padat organik terdiri atas sisa dan
rombakan jaringan jasad, terutama tumbuhan, zat humik, dan jasad hidup
penghuni tanah, termasuk akar tumbuhan hidup. Air mengandung berbagai zat
terlarut. Maka disebut juga larutan tanah. Udara tanah berasal dari udara atmosfer,
akan tetapi mengalami perubahan susunan karena saling tidaknya dengan tanah.
Tanah mempunyai arti penting bagi tanaman khususnya tanaman paprika. Tanah
mendukung kehidupan tanaman, tanah memiliki fungsi untuk memberikan unsur
hara dan sebagai media perakaran, menyediakan air dan sebagai tempat
penampungan air, menyediakan udara untuk respirasi akar dan sebagai tempat
bertumpunya tanaman.
10

2.2.3 Tanah Campur Kompos


Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran
bahan-bahan organik organik dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks
dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang terdapat di
dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena
dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia (Kononova, 1961). Menurut
Stevenson (1994), bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang
terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa
mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang
stabil atau humus. Selain itu, pencampuran tanah dengan kompos dapat
memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik
tanah kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah dan
meningkatkan pori-pori makro, mikro dan menyeimbangkan sirkulasi udara yang
baik serta daya serap air yang tinggi.

2.3 Air yang Tersedia untuk Tanaman


Air tersedia adalah kadar air yang berada diantara kapasitas lapang (field
capacity) dan titik layu permanen (permanent wilting point). Volume air tanah
antara field capacity (Fc) dan titik kritis (θc) disebut sebagai air segera tersedia
(readily available water, RAW) sedangkan antara field capacity (Fc) dan titik
layu permanen (Pwp) disebut air tersedia (AW). Air segera tersedia (RAW)
adalah air yang bisa dimanfaatkan oleh tanaman untuk memenuhi kebutuhan
airnya dan pertumbuhannya tidak terhambat. Artinya seberapa besar kebutuhan air
atau evapotranspirasi semuanya bisa disuplai dari air segera tersedia (RAW)
tersebut (Rosadi, 2012).
Menurut Hansen (1979), air segera tersedia merupakan bagian dari air tanah
tersedia yang siap dipakai untuk menghubungkan kepada bagian air yang tersedia
yang sangat mudah untuk diambil. Cekaman kekeringan pada tanaman disebabkan
oleh kekurangan suplai air di daerah perakaran dan permintaan air yang
berlebihan oleh daun dalam kondisi laju evapotranspirasi melebihi laju absorbsi
air oleh akar tanaman. Kemampuan akar untuk menyerap air beserta unsur-unsur
hara yang terlarut di dalamnya dipengaruhi oleh faktor genetis, kemampuan akar
11

untuk mentranslokasikan unsur-unsur tersebut dari akar menuju ke daun serta


kemampuan akar untuk menyebarkan atau memperluas sistem perakaran ke jarak
yang lebih jauh untuk memperoleh suplai hara (Harjadi, 1988). Faktor-faktor yang
mempengaruhi air tersedia untuk tanaman paprika yaitu sebagai berikut.

2.3.1 Tekstur, Struktur dan Kedalaman Tanah


Menurut Haridjadja (1980) tekstur tanah adalah distribusi besar butir-butir
tanah atau perbandingan secara relatif dari besar butir-butir tanah. Butir-butir
tersebut adalah pasir, debu dan liat. Gabungan dari ketiga fraksi tersebut
dinyatakan dalam persen dan disebut sebagai kelas tekstur. Pada umumnya tanah
asli merupakan campuran dari butiran-butiran yang mempunyai ukuran yang
berbeda-beda (Braja, 1993). Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah.
Kelas tekstur tanah dikelompokkan berdasarkan perbandingan banyaknya butir-
butir pasir, debu dan liat
Struktur tanah merupakan suatu sifat fisik yang penting karena dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman serta tidak langsung berupa perbaikan
peredaran air, udara dan panas, aktivitas jasad hidup tanah, tersedianya unsur hara
bagi tanaman, perombakan bahan organik, dan mudah tidaknya akar dapat
menembus tanah lebih dalam. Tanah yang berstruktur baik akan membantu
berfungsinya faktor-faktor pertumbuhan tanaman secara optimal, sedangkan tanah
yang berstruktur jelek akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman.
Struktur tanah yang jelek tentunya sebaliknya dengan keadaan diatas dan kegiatan
yang berupa pengolahan tanah, pembajakan, pemupukan termasuk pengapuran
dan pupuk organik, lebih berhubungan dengan aspek struktur daripada aspek
tekstur tanah (Sarief, 1986).
Kedalaman efektif adalah kedalaman tanah yang masih dapat ditembus
oleh akar tanaman. Pengamatan kedalaman efektif dilakukan dengan mengamati
penyebaran akar tanaman. Banyaknya perakaran, baik akar halus maupun akar
kasar, serta dalamnya akar-akar tersebut dapat menembus tanah dan bila tidak
dijumpai akar tanaman, maka kedalaman efektif ditentukan berdasarkan
kedalaman solum tanah (Hardjowigeno, 1995).
12

2.3.2 Sistem Perakaran Tanaman Paprika


Perakaran tanaman paprika merupakan akar tunggang yang terdiri atas
akar utama (primer) dan akar lateral (sekunder), dari akar lateral keluar serabut-
serabut akar (akar tersier). Panjang akar primer berkisar 35-50 cm. Akar lateral
menyebar dengan panjang berkisar 35-45 cm (Kurnianti, 2010). Perakaran
tanaman tidak dalam dan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah
yang gembur, porous (mudah menyerap air), dan subur (Bambang Cahyono,
2003). Akar mempunyai dua tipe pertumbuhan, yaitu: pertumbuhan primer dan
sekunder. Pada suatu fase tertentu pertumbuhan tanaman, dapat terjadi akarnya
mengalami pertumbuhan primer dan sekunder pada waktu yang bersamaan, hanya
saja letaknya berbeda. Perbedaan kedua pertumbuhan itu berasal dari jaringan
meristem. Pertumbuhan primer berasal dari jaringan meristem apikal, sedangakan
pertumbuhan sekunder berasal dari jaringan meristem cambium (Agustina. 2004).
Akar tanaman berfungsi untuk memperkuat berdirinya tumbuhan, untuk menyerap
air dan zat-zat makanan yang terlarut di dalam air tadi dari dalam tanah, untuk
mengangkut air dan zat-zat makana tadi ke tempat-tempat pada tubuh tumbuhan
yang memerlukan dan kadang-kadang sebagai tempat untuk penimbunan makanan
(Estiti,1985)

2.4 Kapasitas Lapang


Kapasitas lapang merupakan keadaan tanah yang cukup lembab yang
menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya
tarik gravitasi.. Kapasitas lapang tidak tetap dan dipengaruhi oleh tekstur, struktur,
kandungan bahan organik, keseragaman dan kedalaman lahan (Guslim, 1997).
Apabila air gavitasi telah habis, kadar kelembaban tanah disebut kapasitas
lapang (field capacity). Air kapasitas lapang merupakan kapasitas dimana air oleh
gaya gavitasi dengan daya ikat air oleh tanah sama besarnya. Kapasitas lapang
dapat diukur dengan menghitung kadar kelembaban tanah sesudah suatu
pemberian air yang cukup besar untuk menjamin pembasahan yang merata pada
tanah yang akan diperiksa. Pengamatan pengurangan kelembaban tanah dengan
menentukan kelembaban pada waktu yang berbeda-beda sesudah pemberian air
sangat berguna dalam memahami dan menginterpretasikan secara tepat
13

karakteristik kapasitas lapang tanah. Namun demikian, tanah haruslah dikeringkan


secara baik sebelum penentuan lapangan yang dapat dipercaya dapat dilakukan
dengan cara ini. Konsep kapasitas lapang sangat berguna dalam mendapatkan
sejumlah air yang tersedia dalam tanah untuk penggunaan oleh tanaman. Sebagai
contoh, kapasitas lapang diukur 2 hari setelah kejadian hujan (Hansen, 1992).

2.5 Titik layu sementara


Titik layu sementara adalah kondisi kandungan air pada media tanam dimana
akar tanaman untuk saat tertentu tidak dapat menyerap air, sehingga tanaman
mengalami kelayuan sementara. Disebut titik layu sementara karena tanaman
masih dalam keadaan hidup hanya saja tanaman tidak mendapatkan air, bila
tanaman disiram kembali dengan air maka tanaman akan hidup kembali.
(Abdurachman, 1999).

2.6 Titik Layu Permanen


Titik layu permanen yaitu kandungan air tanah paling sedikit dan
menyebabkan tanaman tidak mampu menyerap air sehingga tanaman mulai layu
dan jika hal ini dibiarkan maka tanaman akan mati (Kartasapoetra, 1991).
Tanaman akan tetap layu baik pada siang ataupun malam hari. meskipun ke dalam
tanah ditambah lengasnya atau tidak bisa segar kembali meskipun tanaman
ditempatkan ke dalah ruangan yang jenuh uap air.
Faktor titik layu permanen dan titik layu sementara dapat mempengaruhi
perubahan morfologi dan warna pada tanaman yakni tanaman menjadi kering dan
berwarna kuning hingga coklat pada daunnya. Kemudian struktur tanamannya
juga terpengaruhi dengan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil (Anonim, 2007).
Selain itu berat kering dan berat basah suatu tanaman berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman. karena tanaman yang memiliki berat kering yang sedikit
dan berat basahnya tinggi maka kadar air yang ada pada tanaman tersebut tinggi
sehingga kebutuhan air terhadap tanaman tercukupi. Kemudian tanaman yang
memiliki berat kering tinggi dan berat basahnya rendah maka kadar air yang ada
pada tanaman tersebut rendah sehingga kebutuhan air terhadap tanaman tidak
terpenuhi (Suhartono, 2008).
14

2.7 Pengaruh Kekurangan dan Kelebihan Air Pada Tanaman


2.7.1 Dampak Kelebihan Air pada Tanaman
James (1988) dalam Rosadi (2012), mengemukakan konsep defisiensi
maksimum yang dibolehkan maximum allowable deficiency (MAD) untuk
menduga jumlah air yang dapat digunakan tanpa pengaruh yang merugikan
tanaman. Volume air irigasi yang diberikan tergantung kepada banyaknya air
tersedia dalam tanah. Air tersedia semakin tinggi dengan semakin tingginya level
MAD dan berbanding terbalik dengan volume air irigasi yang harus diberikan
setiap kali penyiraman. Semakin tinggi level MAD, maka semakin tinggi kadar air
yang harus dipertahankan di dalam tanah, sehingga air tersedia semakin tinggi.
Pada umumnya kelebihan air pada tanaman biasanya terlihat ketika awal musim
hujan dan pada saat pertengahan musim hujan. Dampak bagi tanaman yaitu proses
transpirasi terganggu karena tingginya nilai Rh. Keadaan ini diperparah dengan
sulitnya proses pendinginan secara konduksi lewat daun, karena panas pada fase
musim ini juga tinggi. Akibatnya tanaman akan kepanasan, daun dan batang
tanaman nampak layu meski masih nampak hijau pada kondisi parah ranting dan
daun akan menguning dan rontok (Hanafiah, 2007). Kesalahan yang sering
dilakukan pada fase ini, melihat tanaman nampak layu timbul anggapan tanaman
kurang air. Padahal kelayuan muncul bukan karena kekurangan air (seperti pada
musim panas), namun akibat terganggunya proses penyerapan air karena proses
transpirasi terhambat (Hardjowigeno, 1992).

2.7.2 Dampak Kekurangan Air Pada Tanaman

Pertumbuhan tanaman sangat dibatasi oleh jumlah air yang tersedia dalam
tanah, karena air mempunyai peranan penting dalam proses kehidupan tanaman.
Kehilangan air pada tanaman dapat terjadi melalui transpirasi dan fiksasi karbon
dioksida. Kekurangan air akan mengganggu aktivitas fisiologis maupun
morfologis, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air
yang terus menerus akan menyebabkan perubahan irreversible (tidak dapat balik)
dan pada gilirannya tanaman akan mati. Kebutuhan air bagi tanaman dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain jenis tanaman dalam hubungannya dengan tipe
dan perkembangannya, kadar air tanah, dan kondisi cuaca (Fitter dan Hay, 1981).
15

Kekurangan air akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil, perkembangannya


menjadi abnormal. Kekurangan yang terjadi terus menerus selama periode
pertumbuhan akan menyebabkan tanaman tersebut menderita dan kemudian mati.
Sedang tanda-tanda pertama yang terlihat ialah layunya daun-daun. Peristiwa
kelayuan ini disebabkan karena penyerapan air tidak dapat mengimbangi
kecepatan penguapan air dari tanaman. Jika proses transpirasi ini cukup besar dan
penyerapan air tidak dapat mengimbanginya, maka tanaman tersebut akan
mengalmi kelayuan sementara (transcient wilting), sedang tanaman akan
mengalami kelayuan tetap, apabila keadaan air dalam tanah telah mencapai
permanent wilting percentage. Tanaman dalam keadaan ini sudah sulit untuk
disembuhkan karena sebagaian besar sel-selnya telah mengalami plasmolisia
(Harwati, 2007).

Anda mungkin juga menyukai