Anda di halaman 1dari 42

Pengaruh Pemberdayaan Masyarakat oleh Yayasan Pelita Desa Terhadap

Kesejahteraan Masyarakat Sekitar

(Studi pada Masyarakat Ciseeng, Bogor, Jawa Barat )

Disusun oleh :

Afief Adi Dharma

Alfian Rinaldi

Fikri Rahman Sasmaya

Fitri Nadia Prasasti

Novia Nabila Mi’raj

Salsabila Pratiwi

Syifa Nurrahmah

Zulfa Nabilah Luthfi

SMA NEGERI 2 CIBINONG

Jl. Karadenan No.05 Cibinong, Bogor 16913 Telp/Fax. (0251) 8654347


Web. www.sman2cibinong.sch.id Email. Info@sman2cibinong.sch.id
NPSN 200200691 NSS 301202.02.02.01.002

2015/2016
Lembar Persembahan

Karya Tulis Ilmiah ini dipersembahkan secara khusus kepada orang-orang yang

telah berpengaruh dalam kegiatan penulis selama proses pembuatan pembuatan

hingga selesai. Lembar ini dipersembahkan kepada Bapak Wawan Kurniawan

sebagai guru Sosiologi kelas XII tahun ajaran 2014/2015 dan kedua orang tua

saya yang mendukung penuh baik berupa dukungan moril ataupun fisik selama

pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini dan Karya Tulis Ilmiah ini dipersembahkan

untuk diri saya sendiri sebagai referensi penulisan karya. Saya mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala dukungan sehingga saya bisa

berada di jenjang penyelesaian Karya Tulis Ilmiah saya.

Cibinong, 12 Januari 2015

Penyusun
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah S.W.T yang telah
memberikan rahmat beserta nikmat sehat dan iman kepada saya untuk dapat
menyelesaikan tugas Karya Tulis Ilmiah berjudul “Pengaruh Pemberdayaan
Masyarakat oleh Yayasan Pelita Desa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat
Sekitar, studi pada Masyarakat Ciseeng, Bogor, Jawa Barat”.

Tugas ini kami tujukan untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sosiologi

kelas XII. Selain kami juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua kami

yang telah memberikan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung,

teman-teman sekelas kami yang memberikan motivasi dalam mengerjakan tugas,

para narasumber yang telah bersedia memberikan pandangannya untuk membantu

dalam menyelesaikan tugas juga kepada Bapak Wawan Kurniawan sebagai guru

Sosiologi kelas XII yang telah memberikan banyak masukan serta bimbingan

sehingga kami dapat menyelesiakan tugas Karya Tulis Ilmiah ini. Kami berharap

bila Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat yang luas, bukan hanya

kepada para pembaca, tetapi juga kami sendiri sebagai penulis serta peneliti dan

lingkungan sekitar. Semoga Karya Tulis Ilmiah inipun dapat dijadikan sebagai

referensi untuk penelitian serupa di masa depan.

Cibinong, 15 Januari 2015

Penyusun
BAB II

LANDASAN TEORI DAN ANALISA DATA

2.1 Pengertian Landasan Teori

Landasan teori adalah seperangkat definisi, konsep serta proposisi yang

telah disusun rapi serta sistematis tentang variabel-variabel dalam sebuah

penelitian. Landasan teori ini akan menjadi dasar yang kuat dalam sebuah

penelitian yang akan dilakukan. Pembuatan landasan teori yang baik dan benar

dalam sebuah penelitian menjadi hal yang penting karena landasan teori ini

menjadi sebuah pondasi serta landasan dalam penelitian tersebut. Yang dibahas

pada bagian ini adalah teori-teori tentang ilmu-ilmu yang diteliti. Penyajian teori

dalam landasan teori dianggap tidak terlalu sulit karena bersumber dari bacaan-

bacaan. Akibatnya, terjadilah penyajian materi yang tidak proporsional, yaitu

mengambil banyak teori walaupun tidak mendasari bidang yang diteliti. Jadi

seharusnya teori yang dikemukakan harus benar-benar menjadi dasar bidang

yang diteiti. Selain itu, pada bagian ini juga dibahas temuan-temuan penelitian

sebelumnya yang terkait langsung dengan penelitian. Teori yang ditulis orang

lain atau temuan penelitian orang lain yang dikutip harus disebut sumbernya

untuk menghindari tuduhan sebagai pencuri karya orang lain tanpa menyebut

sumbernya. Etika ilmiah tidak membenarkan seseorang melakukan pencurian

karya orang lain. Menurut Jonathan Turner (dalam Babbie, 1992) menyatakan

bahwa teori dalam ilmu sosial adalah penjelasan sistematis tentang hukum-
hukum dan kenyataan-kenyataanyang dapat diamati, yang berkaitan dengan

aspek khusus dari kehidupan manusia.

Sedangkan Menurut Neuman 2003 (dalam Sugiyono, 2012) teori adalah

seperangkat konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang berfungsi untuk

melihat fenomena secara sistematis melalui spesifikasi hubungan antar variabel,

sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.

Selanjutnya, pengertian teori menurut Djojosuroto Kinayati & M.L.A Sumaryati,

teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk dan proposisi untuk

menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan

hubungan antar konsep. Kata teori sendiri memiliki arti yang berbeda-beda pada

setiap bidang pengetahuan, hal itu tergantung pada metodologi dan konteks

diskusi. Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta atau

fenomena yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas secara umum dapat ditarik

kesimpulan bahwa suatu teori adalah suatu konseptualitas antara asumsi, konstru

k, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena yang diperoleh melalui

proses sistematis dan harus dapat diuji kebenarannya, bila tidak maka itu bukan

teori. Teori semacam ini mempunyai dasar empiris, di mana harus melalui proses

eksperimen, penelitian atau observasi, sehingga teori dapat dikatakan berhasil.

Adapun pengertian dari asumsi, konsep, konstruk dan proposisi dalam sebuah

teori (menurut Djojosuroto Kinayati & M.L.A Sumayati : 2004) adalah sebagai

berikut :
 Asumsi adalah suatu anggapan dasar tentang realita, harus

diverivikasi secara empiris. Asumsi dasar ini bisa memengaruhi cara pandang

peneliti terhadapsebuah fenomena dan juga proses penelitian secara keseluruhan,

karena

setiap penelitian pasti menggunakan pendekatan yang berbeda sehingga asumsi

dasarnya pun berbeda pada setiap penelitian.

 Konsep adalah istilah, terdiri dari satu kata atau lebih yang

menggambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu ide ( gagasan ) tertentu.

 Konstruk adalah konsep yang ciri-cirinya dapat diam langsung seperti

pemecahanmasalah.

 Proposisi adalah hubungan yang logis antara dua konsep.

Menurut Mark 1963 dalam (Sugiyono, 2012) membedakan adanya tiga macam

teori. Ketiga teori yang dimaksud ini berhubungan dengan data empiris, teori ini

antara lain:

a. Teori yang Deduktif : Memberi keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan,

atau pikiran spekulatis tertentu kearah data akan diterangkan.

b. Teori Induktif : Cara menerangkan adalah dari data ke arah teori. Dalam

bentuk ekstrim titik pandang yang positivistik ini dijumpai pada kaum

behaviorist.

 c. Teori Fungsional : Di sini nampak suatu interaksi pengaruh antara data

dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori


dan pembentukan teori kembali mempengaruhi data. Teori adalah alur logika

atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang

disusun secara sistematis.

Menurut (Sugiyono,2012) fungsi teori secara umum adalah :

 Menjelaskan (Explanation)

Misalnya, mengapa air yang mendidih pada suhu 100°C bisa menguap, dapat

dijawab dengan teori yang berfungsi menjelaskan. 

 Meramalkan (Prediction)

Misalnya, bila air didihkan pada suhu 100°C

berapa besar penguapannya, dapat dijawab dengan teori yang berfungsi

meramalkan atau memperkirakan.

 Pengendali (Control)

Misalnya, berapa jarak sambungan rel kereta api yang paling

sesuai dengan kondisi iklim Indonesia, sehingga kereta api jalannya tidak

terganggu, dapat dijawab dengan teori yang berfugsi mengendalikan.

Deskripsi teori adalah suatu rangkaian penjelasan yang mengungkapkan suatu

fenomena atau realitas tertentu yang dirangkum menjadi suatu konsep

gagasan, pandangan, sikap dan atau cara-cara yang pada dasarnya menguraikan n

ilai-nilai serta maksud dan tujuan tertentu yang teraktualisasi dalam proses


hubungan situasional, hubungan kondisional atau hubungan fungsional di antara

hal-hal yang terekam dari fenomena atau realitas tertentu. Dengan menyelam

jauh ke dalam deskripsi teori, akan diketahui kekuatan dan kelemahan suatu teori.

Dalam suatu penelitian, deskripsi teori merupakan uraian sistematis tentang teori

dan hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah

teori yang perlu dikemukakan atau dideskripsikan

akan tergantung pada luasnya permasalahan dan jumlah variabel yang diteliti.

Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel

yang diteliti melalui pendefisian dan uraian yang lengkap dan mendalam dari

berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap

hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah. Teori

yang dideskripsikan dalam proposal maupun laporan penelitian dapat digunakan

sebagai indikator

apakah peneliti menguasai teori dan konteks yang diteliti atau didak. Berikut lang

kah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah :

 Tetapkan nama variabel yang diteliti dan jumlah variabelnya.

 Mencari sumber-sumber bacaan (Buku, Kamus, Ensiklopedia, Jurnal

Ilmiah, Laporan Penelitian, Skripsi, Tesis, Disertasi) yang sebanyak-banyaknya

dan relevan.

 Lihatlah daftar isi setiap buku dan pilih topik yang relevan dengan setiap

variabel yang akan diteliti.


 Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber

bacaan, bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain dan pilih definis

i yang sesuai dengan penelitian yang akan diadakan.

 Baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti,

lakukan analisa, renungkan dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentangisi

setiap sumber data yang dibaca.

 Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam

bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip atau

yang digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus

dicantumkan.

Menurut Neuman (dalam artikel Prof. Dr. Mudjia Rahardjo)

mengemukakantentang teori berdasarkan tingkatannya yaitu :

 Teori tingkat Mikro Level.

Dalam tingkat ini memberi penjelasan hanya

terbatas pada peristiwa yang berskala kecil, baik dari sisi waktu, ruang, maupun j

umlah orang. Seperti dalam sosiologi dikenal dengan teori “Face Work” Erving

Goffman yang mengkaji kegiatan ritual dua orang yang saling berhadapan

atau bertatap muka.

 Teori Meso Level.

Teori ini menghubungkan tingkat mikro dan makro, misalnya teori organisasi,

gerakan sosial, atau komunitas teori Collin tentang kontrolorganisasi.


 Teori Makro Level.

Teori ini menjelaskan objek yang lebih luas seperti lembaga sosial, sistem budaya

dan masyarakat secara keseluruhan. Misalnya, teori makro Lenski tentang

stratafikasi sosial.

Cara yang paling mudah dan tepat untuk belajar membuat sebuah landasan teori

adalah dengan membaca sebanyak mungkin tentang karya-karya sejarah dan

budaya yang sudah ditulis. Membuat landasan teori atau kerangka penelitian pada

dasarnya adalah menunjukkan sistimatika berpikir ketika akan memulai sebuah

penelitian dengan menggunakan konsep-konsep yang selama ini berkembang

dalam ilmu pengetahuan sosial dan humaniora. Dalam mengemukakan landasan

teori, yang perlu diperhatikanadalah hal-hal sebagai berikut:

 Pertama, menentukan tema sejarah atau budaya apa, sejarah politik,

sejarah ekonomi, sejarah sosial, sejarah intelektual, budaya lokal, kesenian,

upacara keagamaan dan lain-lain.

 Kedua, menentukan ilmu bantu yang dibutuhkan untuk mendukung

penelitian, seperti sosiologi, antropologi, ilmu politik, ekonomi dan sebagainya,

sesuai dengan tema dan topic penelitian. Ilmu-ilmu bantu kemudian menjadi

pendekatan penelitian. Pendekatan (approach), selain bagian dari metodologi,

juga

merupakan bagian dari metode, oleh karena itu dalam hal ini harus melihat cara a

pa yang terdekat untuk menjelaskan topik yang dipilih. Hal ini juga harus sesuai
dengan kebutuhan dari tema dan topik penelitian. Apakah pendekatan politis,

ekonomis, sosiologis, arkeologis, psikologis dan sebagainya.

 Ketiga, menjelaskan konsep-konsep diperlukan untuk menjelaskan

permasalahan penelitian. Konsep yang dipakai harus dipahami. Biasakan diri unt

uk membuka berbagai macam kamus, terutama yang sesuai untuk kebutuhan and

a untuk memahami konsep atau istilah tertentu, jangan membuat pengertian

dengan pengertian kira-kira. Jika tiga hal ini sudah ditemukan, tinggal menjelaska

n sistematika berpikir dengan meminjam beberapa paradigma atau konsep ilmu

lain yang cocok untuk menjelaskan.

Selanjutnya fokus teori menurut (Maleong, 2002) yaitu teori substantif dan teori

formal. (Gleser dan Strauss dalam Maleong, 2002:37-38) mengemukakan Teori

substantif adalah teori yang dikembangkan untuk keperluan substantif atau

empiris dalam ingkuiri dalam suatu ilmu pengetahuan, misanya antropologi,

sosiologi dan psikologi. Sedangkan, teori formal adalah teori untuk keperluan

formal atau yang disusun secara konseptual dalam bidang ingkuiri suatu ilmu

pengetahuan, misalnya sosiologi. Contohnya prilaku agresif, organisasi formal,

sosialisasi. Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus

berbekal teori. Dalam sebuah penelitian teori yang digunakan harus sudah jelas

karena fungsi teoridalam sebuah penelitian menurut (Sugiyono,2012:57) adalah

sebagai berikut:

 Teori digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup atau

konstruk variabel yang akan diteliti.

 Untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian.


 Memprediksi dan membantu menemukan fakta tentang sesuatu hal yang

hendak diteliti.

 Secara ringkas, menurut Borg dan Gall (1989 : 114-119) dan Latief

(2012 : 43-50) dalam website Prof. Dr. Mudjia Raharjo, M.Si menjelaskan

setidaknya ada enam alasan mengapa kajian pustaka atau teori harus dilakukan,

sebagaimana

uraian berikut : Sangat bermanfaat untuk menajamkan rumusan masalah penelitia

n yang diajukan, sehingga besar kemungkinan rumusan masalah yang sudah

dibuat berubah setelah peneliti membaca pustaka karena telah memiliki wawasan

tentang tema yang diteliti lebih luas daripada sebelumnya. Dengan demikian,

rumusan masalah, terutama dalam penelitian kualitatif, bersifat tentatif. Tidak

sedikit penelitian gagal karena masalah yang diteliti terlalu luas. Rumusan

masalah yang spesifik dan dalam lingkup yang kecil jauh lebih baik daripada

yang luas dan umum. Umumnya, rumusan masalah yang tidak jelas berakibat

pada data yang diperoleh juga tidak jelas, sehingga antara masalah yang hendak

dijawab dan data yang ada tidak sambung. Ujungnya kesimpulannya tidak

berangkat dari data,tetapi pendapat pribadi peneliti. Tentu ini tidak bisa

dibenarkan. Hal demikian bisa dihindari melalui kajian pustaka dengan serius.

 Kajian pustaka tidak saja untuk mempelajari apa yang telah dilakukan

orang lain, tetapi juga melihat apa yang terlewatkan dan belum dikaji oleh

peneliti sebelumnya.Untuk melihat bahwa pendekatan penelitian yang

kita lakukan steril dari pendekatan-pendekatan lain. Sebab, pada umumnya kajian

pustaka justru menyebabkan peneliti meniru pendekatan-pendekatan yang sudah

lama dipakai orang lain, sehingga tidak menghasilkan temuan yang berarti.
Mencoba pendekatan baru —walau mungkin salah— lebih baik daripada

mengulang hal yang sama berkali-kali walau benar. Pengulangan justru

menunjukkan peneliti tidak cukup melakukan pembacaan literatur secara

memadai. Kesalahan metodologis akan disusul dan dikoreksi oleh peneliti

selanjutnya, sehingga menyebabkan ilmu pengetahuan berkembang. Karena itu,

dalam

ilmu pengetahuan kesalahan bukan sesuatu yang aib. Proses demikian oleh Polan

yi disebut sebagai falsifikasi.

 Memperoleh pengetahuan (insights) mengenai metode, ukuran, subjek

dan pendekatan yang dipakai orang lain dan bisa dipakai untuk memperbaiki

rancangan penelitian yang kita lakukan. Rancangan penelitian, lebih-lebih

untuk penelitian kualitatif, bukan sesuatu yang sekali jadi, melainkan terus diperb

aiki agar diperoleh metode yang tepat untuk memperoleh data dan

menganalisisnya. Kenyataan di lapangan ditemukan rancangan penelitian

kualitatif seragam dari satu proyek penelitian ke yang lain. Padahal, walaupun

berangkat dari paradigma yang sama rancangan penelitian kualitatif bisa berbeda

dari penelitian ke penelitian lainnya, karena penelitian kualitatif berangkat dari

kasus atau fenomena tertentu.

 Melalui kajian pustaka, bisa diperoleh pengetahuan berupa rekomendasi

atau saran-saran bagi peneliti selanjutnya. Informasi ini tentu sangat penting

karena rekomendasi atau saran merupakan rangkuman pendapat peneliti setelah

melakukan penelitian. Usai penelitian, kita juga diharapkan bisa memberikan

rekomendasi atau saran bagi peneliti selanjutnya, sebagaimana kita telah

mengambil manfaat dari peneliti sebelumnya. Karena itu, rekomendasi atau saran
yang baik bukan sembarang saran, melainkan usulan yang secara spesifik bisa

diteliti.

Untuk mengetahui siapa saja yang pernah meneliti bidang yang sama dengan

yang akan kita lakukan. Orang yang sudah lebih dahulu meneliti bisa dijadikan

teman diskusi mengenai tema yang kita lakukan, termasuk membahas hal-hal

yang menjadi kekurangan atau kelemahan penelitian, sehingga kita bisa

memperbaiki, karena dia telah memperoleh pengalaman lebih dahulu. Oleh

karena itu untuk dapat membuat sebuah landasan teori yang baik harus

tahu banyak tentang metodologi. Jangan berharap paham tentang landasan teori,

apalagi untuk membuat sebuah landasan teori atau kerangka penelitian yang baik,

jika tidak tahu tentang metodologi.


2.2 Biografi Karl Marx

Gambar 2.2 Karl Marx

Karl Marx adalah seseorang yang lahir dari keluarga progresif Yahudi.

Ayahnya bernama Herschel, keturunan para rabi, walaupun begitu ayahnya

cenderung menjadi deis, yang kemudian meninggalkan agama Yahudi dan

beralih ke agama resmi Prusia, Protestan aliran Lutheran yang

relatif liberal untuk menjadi pengacara. Herschel pun mengganti namanya menjai

Heinrich. Saudara Herschel, Samuel — seperti juga leluhurnya— adalah rabi

kepala di Trier. Keluarga Marx amat liberal dan rumah Marx sering dikunjungi

oleh cendekiawan dan artis masa-masa awal Karl Marx.

Marx menjalani sekolah di rumah sampai ia berumur 13 tahun. Setelah lulus

dari Gymnasium Trier, Marx melanjutkan pendidikan nya di Universitas

Bonn jurusan hukum pada tahun 1835. Pada usia nya yang ke 17, dimana ia
bergabung dengan klub minuman keras Trier Tavern yang mengakibatkan ia

mendapat nilai yang buruk. Marx tertarik untuk belajar kesustraan dan filosofi,

namun ayahnya tidak menyetujuinya karena ia tak percaya bahwa anaknya akan

berhasil memotivasi dirinya sendiri untuk mendapatkan gelar sarjana. Pada tahun

berikutnya, ayahnya memaksa Karl Marx untuk pindah ke universitas yang lebih

baik, yaitu Friedrich-Wilhelms-Universität di Berlin. Pada saat itu, Marx menulis

banyak puisi dan esai tentang kehidupan, menggunakan bahasa teologi yang

diwarisi dari ayahnya seperti ‘The Deity’ namun ia juga menerapkan filosofi

atheis dari Young Hegelian yang terkenal di Berlin pada saat itu. Marx mendapat

gelar Doktor pada tahun 1841 dengan tesis nya yang berjudul ‘The Difference

Between the Democritean and Epicurean Philosophy of Nature’ namun, ia harus

menyerahkan disertasi nya ke Universitas Jena, karena Marx menyadari bahwa

statusnya sebagai Young Hegelian radikal akan diterima dengan kesan buruk di

Berlin.

Marx mempunyai keponakan yang bernama Azariel, Hans dan Gerald yang

sangat membantunya dalam semua teori yang telah ia ciptakan. Di Berlin, minat

Marx beralih ke filsafat dan bergabung ke lingkaran mahasiswa dan dosen muda

yang dikenal sebagai Pemuda Hegelian. Sebagian dari mereka, yang disebut juga

sebagai Hegelian kiri, menggunakan metode dialektika Hegel, yang dipisahkan

dari isi teologisnya, sebagai alat yang ampuh untuk melakukan kritik

terhadap politik dan agama mapan saat itu. Pada tahun 1981, Marx memperoleh

gelar doktor filsafatnya dari Universitas Berlin, sekolah yang dulu sangat

dipengaruhi Hegel dan para Hegelian Muda, yang suportif namun kritis terhadap
guru mereka. Desertasi doktoral Marx hanyalah satu risalah filosofis yang

hambar, namun hal ini mengantisipasi banyak gagasannya kemudian.

Setelah lulus ia menjadi penulis di koran radikal-liberal. Dalam kurun waktu

sepuluh bulan bekerja disana menjadi editor kepala. Namun, karena posisi

politisnya, koran ini ditutup sepuluh bulan kemudian oleh pemerintah. Esai-esai

awal yang dipublikasikan pada waktu itu mulai merefleksikan sejumlah

pandangan-pandangan yang akan mengarahkan Marx sepanjang hidupnya.

Dengan bebas, esai-esai tersebut menyebarkan prinsip-

prinsip demokrasi, humanisme dan idealisme muda. Ia menolak sifat abstrak

filsafat Hegelian, impian naif komunis utopis dan para aktivis yang menyerukan

hal-hal yang dipandangnya sebagai aksi politik prematur.

Ketika menolak aktivis-aktivis tersebut, Marx meletakkan landasan karyanya.

Marx terkenal karena analisisnya di bidang sejarah yang dikemukakannya di

kalimat pembuka pada buku ‘Communist Manifesto’ (1848): ” Sejarah dari

berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah tentang

pertentangan kelas.” Marx percaya bahwa kapitalisme yang ada akan digantikan

dengan komunisme, masyarakat tanpa kelas setelah beberapa periode

dari sosialisme radikal yang menjadikan negara sebagai revolusi keditaktoran

proletariat (kaum paling bawah di negara Romawi).

Marx sering dijuluki sebagai bapak dari komunisme yang berasal dari kaum

terpelajar dan politikus. Ia memperdebatkan bahwa analisis tentang kapitalisme

miliknya membuktikan bahwa kontradiksi dari kapitalisme akan berakhir dan


memberikan jalan untuk komunisme. Di lain tangan, Marx menulis bahwa

kapitalisme akan berakhir karena aksi yang terorganisasi dari kelas kerja

internasional. “Komunisme untuk kita bukanlah hubungan yang diciptakan oleh

negara, tetapi merupakan cara ideal untuk keadaan negara pada saat ini. Hasil

dari pergerakan ini kita yang akan mengatur dirinya sendiri secara otomatis.

Komunisme adalah pergerakan yang akan menghilangkan keadaan yang ada pada

saat ini. Dan hasil dari pergerakan ini menciptakan hasil dari yang lingkungan

yang ada dari saat ini. – Ideologi Jerman-

Hubungan antara Marx dan Marxism adalah titik kontroversi. Marxism tetap

berpengaruh dan kontroversial dalam bidang akademi dan politik sampai saat

ini. Dalam bukunya Marx, Das Kapital (2006), penulis biografi Francis Wheen

mengulangi penelitian David McLellan yang menyatakan bahwa sejak Marxisme

tidak berhasil di Barat, hal tersebut tidak menjadikan Marxisme sebagai ideologi

formal, namun hal tersebut tidak dihalangi oleh kontrol pemerintah untuk

dipelajari.

Marx menikah pada tahun 1843 dan segera terpaksa meninggalkan Jerman untuk

mencari atmosfer yang lebih liberal di Paris. Di sana ia terus menganut gagasan

Hegel dan para pendukungnya, namun ia juga mendalami dua gagasan baru –

sosialisme Perancis dan ekonomi politik Inggris─. Inilah cara uniknya

mengawinkan Hegelianisme, sosialisme dengan ekonomi politik yang

membangun orientasi intelektualitasnya. Di Perancis ia bertemu dengan Friedrich

Engels, sahabat sepanjang hayatnya, penopang finansialnya dan kolaboratornya.


Engels adalah anak seorang pemilik pabrik tekstil dan menjadi seorang sosialis

yang bersifat kritis terhadap kondisi yang dihadapi oleh para kelas pekerja.

Kendati Marx dan Engels memiliki kesamaan orientasi teoritis, ada banyak

perbedaan di antara kedua orang ini. Marx cenderung lebih teoritis, intelektual

berantakan dan sangat berorientasi pada keluarga. Sedangkan, Engels adalah

pemikir praktis, seorang pengusaha yang rapi dan cermat, serta orang yang sangat

tidak percaya pada institusi keluarga. Banyak kesaksian Marx atas nestapa kelas

pekerja berasal dari paparan Engels dan gagasan-gagasannya. Pada tahun 1844

Engels dan Marx berbincang lama disalah satu kafe terkenal di Perancis dan ini

mendasari pertalian seumur hidup keduanya. Dalam percakapan itu Engels

mengatakan, "Persetujuan penuh kita atas arena teoritis telah menjadi gamblang

dan kerja sama kita berawal dari sini."

Tahun berikutnya, Engels mepublikasikan satu karya penting, The Condition of

the Working Class in England. Selama masa itu Marx menulis sejumlah karya

rumit (banyak di antaranya tidak dipublikasikan sepanjang hayatnya),

termasuk The Holy Family dan  The German Ideology (keduanya ditulis bersama

dengan Engels), namun ia pun menulis The Economic and Philosophic

Manuscripts of 1844, yang memayungi perhatiannya yang semakin meningkat

terhadap ranah ekonomi. Di tengah-tengah perbedaan tersebut, Marx dan Engels

membangun persekutuan kuat tempat mereka berkolaborasi menulis sejumlah

buku dan artikel serta bekerja sama dalam organisasi radikal dan bahkan Engels

menopang Marx sepanjang hidupnya sehingga Marx mengabdikan diri untuk

petualang politik dan intelektualnya.


Kendati mereka berasosiasi begitu kuat dengan nama Marx dan Engels, Engels

menjelaskan bahwa dirinya partner junior Marx. Sebenarnya banyak orang

percaya bahwa Engels sering gagal memahami karya Marx. Setelah kematian

Marx, Engels menjadi juru bicara terkemuka bagi teori Marxian dan dengan

mendistorsi dan terlalu menyederhanakan teorinya, meskipun ia tetap setia pada

perspektif politik yang telah ia bangun bersama Marx. Karena beberapa

tulisannya meresahkan pemerintah Prussia, Pemerintahan Perancis pada akhirnya

mengusir Marx pada tahun 1845 dan ia berpindah ke Brussel. Radikalismenya

tumbuh dan ia menjadi anggota aktif gerakan revolusioner internasional. Ia juga

bergabung dengan liga komunis dan diminta menulis satu dokumen yang

memaparkan tujuan dan kepercayaannya. Hasilnya adalah Communist

Manifesto yang terbit pada tahun 1848, satu karya yang ditandai dengan

kumandang slogan politik.

Pada tahun 1849 Marx pindah ke London dan karena

kegagalan revolusi politiknya pada tahun 1848, ia mulai menarik diri dari

aktivitas revolusioner lalu beralih ke penelitian yang lebih serius dan terperinci

tentang bekerjanya sistem kapitalis. Pada tahun 1852, ia mulai studi terkenalnya

tentang kondisi kerja dalam kapitalisme di British Museum. Studi-studi ini

akhirnya menghasilkan tiga jilid buku Capital, yang jilid pertamanya terbit pada

tahun 1867; dua jilid lainnya terbit setelah ia meninggal. Ia hidup miskin selama

tahun-tahun itu, dan hampir tidak mampu bertahan hidup dengan sedikitnya

pendapatan dari tulisan-tulisannya dan dari bantuan Engels.


Pada tahun 1864 Marx terlibat dalam aktivitas politik dengan bergabung

dengan gerakan pekerja Internasional. Ia segera mengemuka dalam gerakan ini

dan menghabiskan selama beberapa tahun di dalamnya. Namun disintegrasi yang

terjadi di dalam gerakan ini pada tahun 1876, gagalnya sejumlah gerakan

revolusioner, dan penyakit yang dideritanya menandai akhir karier Marx. Istrinya

meninggal pada tahun 1881, anak perempuannya tahun 1882, dan Marx sendiri

meninggal pada tanggal 14 Maret 1883. Dalam hidupnya, Marx terkenal sebagai

orang yang sukar dimengerti. Ide-idenya mulai menunjukkan pengaruh yang

besar dalam perkembangan pekerja segera setelah ia meninggal. Pengaruh ini

berkembang karena didorong oleh kemenangan dari Marxist

Bolsheviks dalam Revolusi Oktober Rusia. Ide Marxian baru mulai mendunia

pada abad ke-20.

2.3 Teori Karl Marx

Teori kelas Marxisme bertumpu pada pemikiran bahwa sejarah dari masyarakat

yang ada sampai sekarang adalah sejarah perjuangan kelas. Dengan kata lain,

teori kelas beranggapan bahwa pelaku utama dalam masyarakat adalah kelas-

kelas sosial. Misalnya saja keterasingan manusia adalah hasil penindasan suatu

kelas oleh kelas lainnya. Teori yang dikemukakan oleh Karl Marx ini bukanlah

teori yang eksplisit, melainkan sebuah latar belakang uraian Marx tentang hukum

perkembangan sejarah, kapitalisme dan sosialisme. Dalam teori ini, Marx


membedakan masyarakat berdasarkan mode produksi (teknologi dan pembagian

kerja). Dari masing-masing mode produksi tersebut lahir sistem kelas yang

berbeda dimana suatu kelas mengontrol sistem produksi (kelas pemilik modal)

dan kelas yang lain merupakan produsen langsung serta penyedia layanan untuk

kelas dominan (kelas buruh). Faktor ekonomi inilah yang akhirnya mengatur

hubungan sosial pada masyarakat kapitalisme.

Menurut Lenin, kelas sosial dianggap sebagai golongan sosial dalam sebuah

tatanan masyarakat yang ditentukan oleh posisi tertentu dalam proses produksi.

Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Marx bahwa kelas berakar dalam

hubungan sosial produksi, bukan hubungan dalam distribusi dan konsumsi.

Menurut Marx, pelaku utama dalam perubahan sosial bukanlah individu, tetapi

kelas-kelas sosial. Dalam setiap masyarakat terdapat kelas yang menguasai dan

kelas yang dikuasai atau dengan kata lain terdapat kelas atas dan kelas bawah.

Marx membagi kelas sosial ke dalam tiga kelas, yakni kaum buruh, kaum pemilik

modal dan tuan tanah. Namun, dalam masyarakat kapitalis, tuan tanah

dimasukkan ke dalam kaum pemilik modal.

Kaum pemilik modal merupakan pemilik alat-alat produksi, membeli dan

mengeksploitasi tenaga kerja serta menggunakan nilai surplus (nilai lebih) dari

pekerja untuk mengakumulasi atau memperluas modal mereka. Kaum buruh

merupakan tenaga kerja yang hanya memiliki kemampuan untuk bekerja dengan

tangan dan pikiran mereka. Para pekerja ini harus mencari penghasilan kepada

para pemilik modal.


Dalam sistem kapitalis, kaum buruh dan pemilik modal memang saling

membutuhkan. Buruh hanya dapat bekerja jika pemilik modal membuka tempat

kerja. Pemilik modal membutuhkan buruh untuk mengerjakan kegiatan usahanya.

Akan tetapi, ketergantungan ini tidak seimbang. Buruh tidak dapat bekerja jika

pemilik modal tidak memberikan lapangan pekerjaan, tetapi pemilik modal masih

bisa hidup tanpa buruh karena ia bisa menjual pabriknya kepada orang

lain. Dapat dikatakan bahwa kaum buruh adalah kelas yang lemah, sedangkan

kaum pemilik modal adalah kelas yang kuat. Pembagian masyarakat dalam kelas

atas dan kelas bawah merupakan ciri khas masyarakat kapitalis. Hubungan

antarkelas tersebut pada hakikatnya merupakan hubungan eksploitasi.

Pertentangan antara buruh dan pemilik modal bukan dikarenakan para buruh iri

atau para majikan egois, melainkan karena kepentingan dua kelas itu secara

objektif berlawanan satu sama lain. Terdapat tiga unsur dalam teori kelas yang

dikemukakan Karl Marx. Pertama, besarnya peran segi struktural dibandingkan

segi kesadaran dan moralitas. Pertentangan antara buruh dan pemilik modal

bersifat objektif karena kepentingan mereka ditentukan oleh kedudukan masing-

masing dalam proses produksi. Oleh sebab itu, seruan agar masing-masing pihak

bisa menyelesaikan konflik secara musyawarah tidak bisa dilakukan. Kedua,

kepentingan kelas pemilik modal dan buruh secara objektif sudah bertentangan.

Hal ini menyebabkan masing-masing pihak mengambil sikap yang berbeda

terhadap perubahan sosial. Kaum pemilik modal bersikap konservatif, sedangkan

kaum buruh bersikap revolusioner. Pemilik modal sebisa mungkin

mempertahankan status quo, sedangkan buruh berkepentingan untuk melakukan

perubahan. Ketiga, kemajuan dalam susunan masyarakat hanya bisa dicapai


melalui revolusi. Kelas bawah berkepentingan untuk melawan dan

menggulingkan kelas atas. Sebaliknya, kelas atas berusaha mempertahankan

kekuasaanya. Oleh sebab itu, perubahan sistem sosial hanya bisa dilakukan

dengan jalan kekerasan, melalui revolusi.

Menurut Marx, negara secara hakiki merupakan negara kelas yang berarti negara

secara langsung ataupun tidak langsung dikuasai oleh kelas yang menguasai

bidang ekonomi. Oleh sebab itu, negara bukanlah lembaga yang mengatur

masyarakat tanpa pamrih, tetapi merupakan alat bagi kelas atas untuk

mengamankan kekuasaan mereka. Kedudukan negara tidak netral, melainkan

berpihak pada kelas tertentu. Negara hanya berpura-pura bertindak atas nama

kesejahteraan rakyat, tetapi sebenarnya hanya siasat untuk mengelabui kelas

pekerja. Menurut Marx, semua kelompok masyarakat akan mengalami fase-fase

sebagai berikut:

 Komunisme primitive (suku).

 Perbudakan.

 Feodalisme.

 Sosialisme.

 Komunisme.

Marx membedakan fase sosialisme dengan komunisme penuh atau lengkap.

Perbedaan diantara kedua fase tersebut dapat dilihat dari:

 Produktifitas.
 Hakikat manusia sebagai produsen.

 Pembagian pendapatan.

Dalam fase sosialisme, produktivitas masih rendah dan kebutuhan materi belum

terpenuhi secara cukup. Sementara itu, dalam fase komunisme penuh

produktivitas sudah tinggi sehingga semua kebutuhan materi sudah diproduksi

secara cukup, dengan begitu perekonomian dapat memenuhi kebutuhan semua

anggota masyarakat secara berkelimpahan. Tentang hakikat manusia sebagai

produsen, dalam fase sosialisme manusia belum cukup menyesuaikan diri

sehingga menjadikan kerja sebagai hakikat dari mementingkan intensif materi

untuk bekerja. Pada tahap komunisme penuh, kerja sudah menjadi hakikat.

Manusia bekerja dengan penuh kegembiraan, suka cita. Semua pekerjaan

dilakukan dengan sukarela, dengan efisien, tanpa terlalu mengharapkan insentif

langsung seperti upah yang hanya merupakan produk sampingan dari kerja.

Tentang pembagian atau distribusi pendapatan, dalam fase sosialisme berlaku

prinsip: ”from each according to his ability, to each according to his labor.” (dari

masing-masing sesuai dengan kemampuannya, untuk setiap orang sesuai dengan

pekerjaannya sendiri), sedangkan dalam fase komunisme penuh prinsipnya

adalah: “from each according to his ability, to each according to his needs.” (dari

masing-masing sesuai dengan kemampuannya, untuk setiap orang sesuai dengan

kebutuhannya).

Menurut Karl Marx, pelaku utama perubahan sosial bukanlah individu,

melainkan kelas-kelas sosial. Yang harus diperhatikan adalah bagaimana struktur

kekuasaan diantara mereka, dimana ada kelas-kelas yang berkuasa serta kelas-
kelas yang dikuasai. Disinilah pengertian dari kelas atas dan kelas bawah

menurut Marx. Kedua kelas sosial tersebut sebetulnya saling membutuhkan:

buruh hanya dapat bekerja apabila pemilik modal membuka tempat kerja

baginya, dan majikan hanya akan beruntung jika mesin-mesin dan pabrik-pabrik

diproses oleh buruh. Namun, meskipun si majikan tidak mempunyai keuntungan

kalau pabriknya tidak berjalan, ia masih dapat hidup dari modal yang

dikumpulkannya. Dengan demikian, kelas majikan adalah kelas yang kuat dan

buruh adalah kelas yang lemah. Dan memang pada hakikatnya hubungan antara

kelas atas dan kelas bawah adalah hubungan penghisapan atau eksploitasi. Ada

beberapa unsur dalam teori kelas Karl Marx yang perlu diperhatikan:

 Tampak betapa besarnya peran segi struktural dibandingkan segi

kesadaran dan moralitas. Pertentangan antar buruh dengan majikan bersifat

objektif karena berdasarkan kepentingan objektif yang didasarkan kedudukan

mereka masing-masing dalam proses produksi.

 Karena kepentingan kelas pemilik dengan kelas buruh secara objektif

bertentangan, mereka juga akan mengambil sikap dasar yang berbeda terhadap

perubahan sosial. Kelas pemilik, dan kelas-kelas atas pada umumnya mesti

bersikap konserfatif, sedangkan kelas buruh dan kelas-kelas bawah pada

umumnya, akan besikap progresif dan revolusioner.

 Dengan demikian menjadi jelas mengapa bagi Marx setiap kemajuan

dalam susunan masyarakat hanya dapat tercapai melalui revolusi. Begitu

kepentingan kelas bawah yang sudah lama ditindas mendapat angin, kekuasaan

kelas penindas mesti dilawan dan digulingkan. Apabila kelas bawah bertambah

kuat, kepentingannya pun akan mengalahkan kepentingan kelas atas, jadi akan
mengubah ketergantungan dari pada pemilik dan itu berarti membongkar

kekuasaan kelas atas.

Kemampuan manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhannya tergantung pada

terlibatnya mereka di dalam hubungan hubungan social dengan orang lain untuk

mengubah lingkungan materil melalui kegiatan produktifnya. Hubungan-

hubungan sosial yang elementer ini membentuk infrastruktur ekonomi

masyarakat. Pemilikan atau kontrol yang berbeda atas alat produksi, yang

ditekankan oleh Marx jauh lebih keras daripada perbedaan biologis, merupakan

dasar pokok untuk pembentukan kelas-kelas sosial yang berbeda. Pemilikan atau

kontrol atas alat produksi merupakan dasar utama kelas-kelas sosial dalam semua

tipe-tipe masyarakat, dari masyarakat yang dibedakan menurut kelas yang paling

awal yang muncul dari komunisme suku bangsa primitive sampai kekapitalisme

modern.

Yang berhubungan dengan pembedaan antara dimensi kelas subyektif dan

obyektif adalah perbedaan antara kepentingan kelas. Kesadaran kelas merupakan

kesadaran subyektif akan kepentingan kelas yang obyektif yang mereka miliki

bersama orang-orang lain dalam posisi serupa dalam sistem produksi. Satu faktor

penting adalah semakin terpusatnya kaum buruh proletar dalam aderah-daerah

industry dikota. Karena mereka bekerja bersama-sama dalam kondisi yang

kurang manusiawi dalam pabrik dan hidup berdampingan satu sama lain sebagai

tetangga di kota, kaum proletar semakin sadar akan penderitaan bersama dan

kemelaratan ekonominya. Terpusatnya mereka pada satu tempat memungkinkan

terbentuknya jaringan komunikasi da menghasilkan kesadaran bersama.


2.4 Biografi Emile Durkheim

Gambar 2.2 Emile Durkheim

Emile Durkheim lahir di Epinal, Perancis 15 April 1858. Ia keturunan pendeta

Yahudi dan ia sendiri belajar untuk menjadi pendeta (rabbi). Tetapi, ketika

berumur 10 tahun ia menolak menjadi pendeta. Sejak itu perhatiannya terhadap

agama lebih bersifat akademis ketimbang teologis (Mestrovic, 1988). Ia bukan

hanya kecewa terhadap pendidikan agama, tetapi juga pendidikan masalah

kesusastraan dan estetika. Ia juga mendalami metodologi ilmiah dan prinsip

moral yang diperlukan untuk menuntun kehidupan sosial. Ia menolak karir

tradisional dalam filsafat dan berupaya mendapatkan pendidikan ilmiah yang

dapat disumbangkan untuk pedoman moral masyarakat. Meski kita tertarik pada

sosiologi ilmiah tetapi waktu itu belum ada bidang studi sosiologi sehingga

antara 1882-1887 ia mengajar filsafat di sejumlah sekolah di Paris.


Hasratnya terhadap ilmu makin besar ketika dalam perjalanannya ke Jerman ia

berkenalan dengan psikologi ilmiah yang dirintis oleh Wilhelm Wundt

(Durkheim, 1887/1993). Beberapa tahun sesudah kunjungannya ke Jerman,

Durkheim menerbitkan sejumlah buku diantaranya adalah tentang

pengalamannya selama di Jerman (R. Jones, 1994). Penerbitan buku itu

membantu Durkheim mendapatkan jabatan di Jurusan Filsafat Universitas

Bordeaux tahun 1887. DI sinilah Durkheim pertama kali memberikan kuliah ilmu

sosial di Universitas Perancis. Ini adalah sebuah prestasi istimewa karena hanya

berjarak satu dekade sebelumnya kehebohan meledak di Universitas Perancis

karena nama Auguste Comte muncul dalam disertasi seorang mahasiswa.

Tanggung jawab utama Durkheim adalah mengajarkan pedagogik di sekolah

pengajar dan kuliahnya yang terpenting adalah di bidang pendidikan moral.

Tujuan instruksional umum mata kuliahnya adalah akan diteruskan kepada anak-

anak muda dalam rangka membantu menanggulangi kemerosotan moral yang

dilihatnya terjadi di tengah masyarakat Perancis.

Tahun-tahun berikutnya ditandai oleh serentetan kesuksesan pribadi. Tahun 1893

ia menerbitkan tesis doktornya, The Devision of Labor in Society dalam bahasa

Perancis dan tesisnya tentang Montesquieu dalam bahasa Latin (W. Miller,

1993). Buku metodologi utamanya, The Rules of Sociological Method, terbit

tahun 1895 diikuti (tahun 1897) oleh hasil penelitian empiris bukunya itu dalam

studi tentang bunuh diri. Sekitar tahun 1896 ia menjadi profesor penuh di

Universitas Bordeaux. Tahun 1902 ia mendapat kehormatan mengajar di

Universitas di Perancis yang terkenal, Sorbonne, dan tahun 1906 ia menjadi


profesor ilmu sangat terkenal lainnya, The Elementary Forins of Religious Life,

diterbitkan pada tahun 1912.

Kini Durkheim sering dianggap menganut pemikiran politik konservatif dan

pengaruhnya dalam kajian sosiologi jelas bersifat konservatif pula. Tetapi dimasa

hidupnya ia dianggap berpikiran liberal dan ini ditunjukkan oleh peran publik

aktif yang dimainkannya dalam membela Alfred Drewfus, seorang kapten tentara

Yahudi yang dijatuhi hukuman mati karena penghianatan yang oleh banyak orang

dirasakan bermotif anti-yahudi (Farrel, 1997).

Durkheim merasa sangat terluka oleh kasus Dreyfus itu, terutama oleh pandangan

anti-Yahudi yang melatarbelakangi pengadilannya. Namun Durkheim tidak

mengaitkan pandangan anti-Yahudi ini dengan rasialisme di kalangan rakyat

Perancis. Secara luas ia melihatnya sebagai gejala penyakit moral yang dihadapi

masyarakat Perancis sebagai keseluruhan (Bimbaum dan Todd, 1995). Ia

berkata :

Bila masyarakat mengalami penderitaan maka perlu menemukan seorang yang

dapat dianggap bertanggung jawab atas penderitaannya itu. Orang yang dapat

dijadikan sebagai sasaran pembalasan dendam atas kemalangannya itu, dan orang

yang menentang pendapat umum yang diskriminatif, biasanya ditunjuk sebagai

kambing hitam yang akan dijadikan korban. Yang meyakinkan saya dalam

penafsiran ini adalah cara-cara masyarakat menyambut hasil pengadilan Dreyfus

1894. keriangan meluap di jalan raya.  Rakyat merayakan kemenangan atas apa

yang telah dianggap sebagai penyebab penderitaan umum. Sekurang-kurangnya


mereka tahu siapa yang harus disalahkan atas kesulitan ekonomi dan kebejatan

moral yang terjadi dalam masyarakat mereka; kesusahan itu berasal dari Yahudi.

Melalui fakta ini juga segala sesuatu telah dilihat menjadi bertambah baik dan

rakyat merasa terhibur (Lukes, 1972:345).

Perhatian Durkheim terhadap perkara Dreyfus berasal dari perhatiannya yang

mendalam seumur hidupnya terhadap moralitas modern. Menurut Durkheim,

jawaban atas perkara Dreyfus dan krisis moral seperti itu terletak di akhir

kekacauan moral dalam masyarakat. Karena perbaikan moral itu tak dapat

dilakukan secara cepat dan mudah, Durkheim menyarankan tindakan yang lebih

khusus, seperti menindak tegas orang yang mengorbankan rasa benci terhadap

orang lain dan pemerintah harus berupaya menunjukkan kepada publik bahwa

menyebarkan rasa kebendaan itu adalah perbuatan menyesatkan dan terkutuk. Ia

mendesak rakyat agar “mempunyai keberanian untuk secara lantang menyatakan

apa yang mereka pikirkan dan bersatu untuk mencapai kemenangan dalam

perjuangan menentang kegilaan publik (Lukas, 1972:347).

Tetapi minat Durkheim terhadap sosialisme juga dijadikan bukti bahwa ia

menentang pemikiran yang menganggapnya seorang konservatif, meski jenis

pemikiran sosialismenya sangat berbeda dengan pemikiran Marx dan

pengikutnya. Durkheim sebenarnya menamakan Marxisme sebagai “seperangkat

hipotesis yang dapat dibantah dan ketinggalan zaman” (Lukes, 1972:323).

Menurut Durkheim, sosialisme mencerminkan gerakan yang diarahkan pada

pembaharuan moral masyarakat melalui moralitas ilmiah dan ia tak tertarik pada

metode politik jangka pendek atau pada aspek ekonomi dari sosialisme. Ia tak
melihat proletariat sebagai penyelamat masyarakat dan ia sangat menentang

agitasi atau tindak kekerasan. Menurut Durkheim, sosialisme mencerminkan

sebuah sistem dimana didalamnya prinsip moral ditemukan melalui studi

sosiologi ilmiah di tempat prinsip moral itu diterapkan.

Durkheim berpengaruh besar dalam pembangunan sosiologi, tetapi pengaruhnya

tak hanya terbatas di bidang sosiologi saja. Sebagian besar pengaruhnya terhadap

bidang lain tersalur melalui jurnal L’annee Sociologique yang didirikannya tahun

1898. Sebuah lingkaran intelektual muncul sekeliling jurnal itu dan Durkheim

berada dipusatnya. Melalui jurnal itu, Durkheim dan gagasannya mempengaruhi

berbagai bidang seperti antropologi, sejarah, bahasa dan psikologi yang agak

ironis, mengingat serangannya terhadap bidang psikologi.

Durkheim meninggal pada 15 November 1917 sebagai seorang tokoh intelektual

Perancis tersohor. Tetapi, karya Durkheim mulai memengaruhi sosiologi

Amerika dua puluh tahun sesudah kematiannya, yakni setelah terbitnya The

Structure of Social Action (1973) karya Talcott Parsons.

2.5 Teori Emile Durkheim

Emile Durkheim ( 1858-1912) Akibat revolusi industri yang berlangsung di

Inggris dan daratan Eropa, mengakibatkan perubahan sosial yang sangat cepat

dan meminta banyak korban. Emile Durkheim merisaukan keadaan itu terutama

yang terjadi di Perancis, dasar perubahan yang cepat dan radikal membawakan
akibat (1) Less Failure (kesalahan yang kecil) dan (2) More Failure (kesalahan

yang banyak). Untuk mengatasi dampak perubahan yang sangat cepat itu ia

menawarkan kajian sosiologi perubahan sosial yang merupakan hasil rekayasa

dan perubahan sosial yang stabil dengan tetap berafiliasi kepada status quo.

Masyarakat dianalogikan dengan living organism yang dapat dianalisa dengan

perspektif structure of function. The way society wooks could be analog with a

living organism (cara beroperasinya masyarakat dapat dianogikan dengan suatu

living organism = analogi konsep biologi pada kehidupan sosial). Living

organism dapat diartikan saling berhubungannya antara satu sistem satu dengan

yang lain. Pendekatan sistem adalah pendekatan dengan gambaran tersebut, jika

ada perubahan maka pendekatan sistem akan menolak pengaruh dari dalam,

sebab semua pengaruh perubahan selalu berada diluar sistem (external-factor).

Teori ini diterapkan untuk menganalisis perubahan sosial dilingkungan pedesaan,

atau lebih tepatnya penggunaan teori-teori modernisasi dipedesaan.

Durkheim adalah penganut teori perubahan sosial bertahap, mengenal dua tahap

perkembangan masyarakat yang disebut evolusionistic unilinear. Durkheim

dalam sebagian besar karyanya tidak banyak menyoroti pemikiran Marx,

sebanyak yang telah dilakukan oleh Weber. Hal ini mencerminkan bahwa

Durkheim memang bertolak dari konsep perjuangan politik yang moderat, karena

ia mencoba untuk menjauhkan diri dari percekcokan atau konflik perjuangan

lajimnya dalam seni politik (cuisine politique). Sikap politiknya sangat jelas yaitu

menolak konservatisme dan menolak juga sosialisme revolusioner. Durkheim

lebih menyemaikan diri untuk mengkonsolidasikan diri terhadap segi moralitas,

sehingga perhatian utamanya adalah mendamaikan, mencocokkan, pertumbuhan


individualism-sekuler dengan tuntutan moral yang dihadapi oleh pemeliharaan

kesatuan didalam suatu masyarakat modern yang beraneka ragam (Anthony

Giddens, 1986;244).

Durkheim menolak pendekatan individu sebagai reduksi perilaku ekonomi, yang

menurunkan manusia dalam teori pertukaran pasar dengan sendirinya

menempatkan individu itu tidak bermoral. Tetapi utilitarianisme ini sekarang

telah mati, etika individualisme yang sedang timbul, dengan sendirinya

merupakan suatu fenomena bermoral dan bukannya merupakan fenomena yang

tidak bermoral. Pribadi manusia dianggap kudus, kolektivitas kehidupan manusia

harus diberi kebebasan mengungkapkan hak-hak pribadinya. Memperluas

kesempatan pribadinya agar bisa mengembangkan kemampuan masing-masing

sesuai dengan prinsip-prinsip moral yang sekarang ini yang menjadi dasar dari

orde sosial. Pemikiran Emile Durkheim yang bertolak dari keharmonisan itu,

membuatnya jauh dari pertimbangan konflik yang sangat disukai oleh para

politisi, tetapi lebih dekat pada kelompok eksekutif yang menjalankan praktek

kekuasaan

2.6 Analisis Data

Dari hasil riset serta wawancara yang dilakukan langsung oleh penulis di

lapangan, didapatkan hasil berupa 10 responden, di mana secara sistematis

penulis menyaring kembali jawaban hingga didapatkan 5 responden dengan

jawaban terbaik.
Responden A : Pendi Kusnaedi, Pekerja

Responden B : Zaenal M. Falah, Pekerja

Responden C : Aceng Sopyan, Pekerja

2.6.1 Sudah berapa lama anda di Pelita Desa ?

Responden A : 2 tahun 3 bulan teh

Responden B : kira-kira dari 2009, berarti sekitar 6 tahunan

Responden C : Saya baru 5 bulanan disini

Rata-rata para pekerja di Yayasan Pelita Desa ini telah mulai bekerja

dengan waktu yang masih di bawah sepuluh tahun, bahkan banyak pula yang

masih seumur jagung atau hitungan bulan.

2.6.2 Apa pendidikan terakhir anda?

Responden A : STM

Responden B : Saya pesantren sampai umur 17 tahun

Responden C : SMK tapi ga sampe selesai

Pendidikan yang ditempuh para pekerja di Pelita Desa sebelum mengikuti

program-program di yayasan tersebut tidak jauh dari Sekolah Menengah Atas

(SMA). Akan tetapi Kebanyakan SMA kebawah

2.6.3 Apa perbedaan yang anda rasakan setelah mengikuti program di Yayasan

Pelita Desa?
Responden A : Saya merasa lebih berguna bagi keluarga, disbanding saya nggak

ngapain-ngapain, disini saya juga dapat menghasilkan pendapatan yang halal

Responden B : Alhamdullilah lumayan untuk bantu keluarga, daripada

nganggur,saya apa saja dijalanin

Responden C : Saya sekarang merasa lebih dihargai, orang-orang mulai melihat

saya dari sisi baik, karena dulu orang selalu melihat saya sebelah mata

Sangat banyak dampak positif yang dirasakan masyarakat yang mengikuti

program pelita desa dan membuat mereka merasa nyaman sebagai orang baik

dimasyarakat dan meninggalkan segala aktifitas negatif di masa lampau.

2.6.4 Bagaimana cara Pelita Desa melatih/ mengajarkan anda dan kawan

kawan?

Responden A : Yayasan Pelita Desa ngajarnya langsung praktek, waktu itu saya

baru belajar bentar langsung dikasih kerjaan. Jadi saya belajar sekalian kerja.

Responden B : Ya, memang seminggu sekali sering ada pelatihan. Ngajarin

semacam keahlian praktek. Jadi lumayan keterampilan untuk nyari kerja lain

Responden C : Mereka menndidik dengan sangat sabar, dan dengan pendekatan

yang sangat baik, jadi kitanya gampang ngerti

Metode yang diterapkan dalam program-program pelatihan dan bimbingan

di Yayasan Pelita Desa ini lebih kepada praktik kerja dilapangan. Dan sampaikan

dengan bahasa yang ringan dan mudah dimengerti.

2.6.5 Dari mana anda tahu yayasan Pelita Desa?


Responden A : Iya, saya tau dari teman saya soal Pelita Desa, terus orang tua saya

juga ngedukung saya untuk mengikut program di Pelita Desa

Responden B : kalau saya ditarik sama bapak saya,sehubung bapak saya kerja

disini

Responden C : Saya tahu dari teman saya yang sudah duluan mengikuti program

di Pelita Desa

Mayoritas para pekerja disini awalnya mengetahui tentang yayasan Pelita

Desa dari rekan-rekan dan keluarga. Tentunya kita pasti punya rasa peduli dengan

teman dan keluarga yang memiliki profesi yang tidak baik dan memiliki catatan

kriminal, sehingga kita akan menyarankan sesuatu yang positif untuk kebaikanya

termasuk mengikuti program-program di yayasan ini.

2.6.6 Apa yang membuat anda ingin mengikuti Pelita Desa?

Responden A : Pelita Desa nyadarin saya bahwa kerja disini lebih baik dari pada

Cuma nongkrong nongkrong di warung

Responden B : pengurus disini baik semua,kalau disini diajar keterampilan. Saya

juga suka ngajarin ngaji karyawan lain

Responden C : Karena saya ingin menjadi orang yang lebih baik

Masuk akal jika semua hampir sependapat dengan jawaban-jawaban akan

pertanyaan ini, karena setiap orang yang ikut tergabung dalam yayasan ini

mengharapkan kehidupan yang baik dan bisa diterima kembali sebagai anggota

masyarakat di lingkungan sekitar.


2.6.7 Bagamana perasaan anda selama di Pelita Desa?

Responden A : Disini saya nyaman karena bisa dapat penghasilan tetap, dan

teman -teman bikin saya betah kerja disini.

Responden B : Karena akang teteh disini selalu nasehatin saya, orangnya pada

baik baik, temen temen saya juga hebat, kita ngedukung satu sama lain

Responden C : Senang , karena bisa punya banyak teman baik

Yayasan Pelita Desa ini membut para pekerjanya sangat nyaman dan

merasa lebih tenang karena berbagai aktifitas positif yang mengharuskann kita

berhubungan baik kepada sesama anggota masyarakat.

2.6.8 Setelah mengikuti program, adakah niat untukl melanjutkan program

pendidikan ke jenjang lebih tinggi?\

Responden A : Ngga, saya lebih memilih untuk terus belajar di Pelita Desa

bagaimana cara menjalankan usaha

Responden B : ya tentu saja, menurut saya untuk menjadi orang sukses

dibutuhkan orang cerdas

Responden C : Mau sih, tapi malu saya sekolah SMP bareng anak yang jauh lebih

muda dari saya

Masing-masing orang memilki pandangan dan harapanya sendiri, ada yang

ingin melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi dan ada pula yang

tidak. Wajar saja


2.6.9 Setelah menjadi orang yang lebih baik, apa prioritas utama anda sekarang ?

Responden A : Kalo saya pribadi inginnya buka usaha sendiri, kalo udah usaha

mau nikah

Responden B : saya berencan bikin usaha terus jadi orang sukses, pasn udah

sukses saya mau nge bantu orang orang yang kurang beruntung seperti yang

dilakukan mas Adi kepada kami

Responden C : Prioritas utama saya sekarang, tetep kerja keras dan bantu

memajukan Pelita Desa

2.6.10 Apa harpan anda kedepan untuk yayasan Pelita Desa ?

Responden A : Semoga Pelita Desa semakin maju dan lancar usaha sosialnya

Responden B : saya harap Pelita Desa dapat terus maju usahanya, dan dapat terus

membantu anak kurang beruntung seperti saya

Responden C : Saya berharap Pelita Desa maju terus dan makin banyak

pengunjungnya

PEMBAHASAN

2.7 Jawaban Rumusan Masalah

2.7 Kesimpulan Wawancara


Kesimpulan yang dapat diambil dari seluruh rangkaian penelitian adalah

Yayasan Pelita Desa melakukan pemberdayaan kepada masyarakat sekitar berupa

program-program kepelatihan kerja untuk masyarakat yang berpendidikan rendah

dan memiliki catatan kriminal. Disini masyrakat dilatih untuk terjun langsung ke

lapangan agar mereka dapat lebih mudah paham akan pelajaran yang

disampaikan secara sederhana. Para pekerja disini merasa puas dan senang akan

berdirinya Yayasan Pelita Desa tersebut karena mereka dapat mengembangkan

dirinya menjadi lebih baik dengan memperoleh keahlian tertentu tanpa harus

mengeluarkan biaya sedikit pun.


3.1 Kesimpulan

Dengan terselesaikannya karya tulis ini, kami menyimpulkan bahwa

Yayasan Pelita Desa sangat membantu masyarakat ciseeng, dalam pendidikan dan

ekonomi. Setelah adanya Yayasan Pelita Desa di tengah masyarakat ciseeng

membuat banyak pengaruh baik dalam pembangunan di daerah ciseeng, baik

pembangunan di daerah sekitar maupun mental masyarakat sekitar. Tiada suatu

hal yang sempurna tanpa adanya kesalahan baik yang disenagaja ataupun tidak.

Dengan adanya tugas inipun membantu kami dalam membuat sebuah karya ilmiah

yang tentunya akan sangat membantu di masa mendatang

Anda mungkin juga menyukai