Anda di halaman 1dari 7

tutorial 1 modul 2 blok 20

TIM MEDIS SIAP SEDIA...

Sebagai tenaga dokter Pacu Jalur, Dokter Ruswaldi mendampingi


atlet cabang olahraga Dayung yang akan bertanding di Taluk Kuantan,
Kuangsing. Sebelum berangkat ke Kuangsing, Dokter Ruswaldi
mempersiapkan alat kesehatan dan obat-obatan yang diperlukan.

Pada saat pertandingan, salah satu atlet mengalami cedera sprain pada
daerah bahu sinistra. Setelah sampai garis finish tim medis memberikan
pertolongan pada atlet tersebut. Selanjutnya dokter pertandingan
memutuskan atlet tersebut tidak dapat mengikuti pertandingan
berikutnya.

terminologi :

1.alat kesehatan
Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, dan/atau implan yang tidak mengandung
obat yang digunakan untuk mengidentifikasi, mencegah, mendiagnosis suatu penyakit
atau kondisi seseorang. Alat Kesehatan ini terdiri dari peralatan medis dan peralatan
habis pakai.
2.cedera sprain
sprain adalah cedera yang disebabkan adanya peregangan yang berlebihan sehingga
terjadi cedera pada ligamen.gejala: nyeri,bengkak,hematoma,tidak dapat menggerakkan
sendi,kesulitan untuk menggunakan ekstremitas yang cedera.

Sendi disambung menjadi satu dan dikuatkan oleh jaringan ikat yang disebut
ligamen. Seluruh sendi diselimuti oleh selaput berisi cairan lubrikasi yang merawat
sendi serta memberikan bantalan ekstra terhadap goncangan. Sprain adalah cidera
sendi yang biasanya melibatkan robek ringan (trauma mikro) pada ligamen dan
kapsul sendi.

. Sprain - Cedera yang mengenai ligamen yang dapat ditimbulkan oleh peregangan
yang berlebihan terhadap ligamen tersebut. - Sprain dibagi menjadi : Derajat 1:
robekan di bagian kecil ligamen Derajat 2: robekan di hampir separuh ligamen
Derajat 3: robekan yang mengenai seluruh ligamen Derajat 4: terlepasnya ligamen
yang diikuti dengan fraktur tulang

4.bahu sinistra
bahu sebelah kiri

5.dokter pertandingan
identifikasi masalah

1.apa saja alat kesehatan dan obat obatan yang diperlukan oleh seorang dokter
saat menjadi tim medis dalam suatu pertandingan?

Perlengkapan tim medis yang harus disiapkan adalah;

a) Tas dokter.

- Alat untuk diagnosa.

Termometer

Stetoskop

Tensimeter

Otoskop/Opthalmoskop

Senter kecil

14b - Obat-obatan. Analgesic/antipiretik tablet


Analgesic/antipiretik injeksi

NSAID/COX2-inhibitors tablet

Adrenalin injeksi

Tablet Antasida, anti emetik, antibiotika, antihistamin, hypnotik/sedativ, antitusive,


throat-lozenges, antidiare

Antiasma inhalasi

Salep antibiotika, kortikosteroid, antiinflamatory.

Obat tetes mata, tetes telinga.

15 - Es
Disposable ice-pack, reuseable ice-pack, cryocuff for knee & ankle injury.

- Alat operasi.

Minor Surgery kits.

16 - Peralatan
Oral airway, splints, triangular sling bandage, tounge depressors.

Rigid sports tape, hypoallergenic tape, elastic sportstape, compression bandage.


Adhesive felt, adhesive foam.

Skin care pad

Adhesive spray, coolant spray.

Finger splint, cervical collar, steril gloves, masker.

Suncream, massage oil.

Intravenous fluid & infusion needles.

2.apa peran tim medis dalam suatu pertandingan?

peranan tim medis sangat penting olahraga prestasi


Tim medis disini berperan dalam ;
a) Menjaga kesehatan atlet
b) Evaluasi kesehatan atlet sebelum sesi
latihan
c) Conditioning
d) Pendidikan kesehatan
e) Pencegahan cedera, pengobatan
f) Rehabilitasi medik.
Tim medis untuk olahraga harus didukung berbagai jenis profesi kesehatan

Organisasi Tim medis dalam olahraga prestasi terdiri dari :


Dokter
Dokter gigi
Physioterapist
Masase terapis
Paramedic
Sport nutrisionist
Sport Psychologist

Physical trainer
Exercise Physiologist
Podiatrist
Strength dan conditioning Specialist.
Asisten dokter
Atletic trainer
Ahli biomekanika
Pelatih
Pekerja sosial

Peran tim medis dibagi dalam tiga fase, yaitu :


Fase prakompetisi
Fase kompetisi
Fase post kompetisi
Fase Prakompetisi
Pemeriksaan kesehatan awal ( Pre Participation Examination)
Pemeriksaan kesehatan tahunan (annual medical examination).

Pemeriksaan kesehatan awal (ppe)


Dilakukan pada waktu atlit partama kali akan masuk kedalam tim
Pemeriksaan kesehatan meliputi :
a) Tinggi dan berat badan, dilakukan oleh pelatih.
b) Pemeriksaan visus dan tanda vital, dilakukan oleh
paramedic.
c) Riwayat penyakit dahulu,.pemeriksaan fisik umum,
dilakukan oleh dokter
d) Pengukuran anthropometri dan lemak tubuh
dilakukan oleh sport nutrisionist.
e) Pemeriksaan ortopedik yang dilakukan oleh dokter
spesialis ortopedi, spesialist olahraga atau spesialis
rehabilitasi medik.

f) Pemeriksaan fleksibility dan strength, dilakukan oleh physioterapist.

g) Pemeriksaan laboratorium darah rutin dan urine lengkap, pemeriksaan laboratorium kimia
darah (HBsag, anti HAV, anti HCV, glukosa, ureum/creatinin oleh dokter spesialist patologi klinik.

h) Pemeriksaan rontgen thorax oleh dokter spesialist radiologi, dan bagi atlet tinju yang
mempunyai riwayat trauma kepala, perlu pemeriksaan EEG atau MRI

i) Pemeriksaan resting EKG oleh Physiologist dan dokter

j) Pemeriksaan Speed, agility, power, balance, dan endurance, dilakukan oleh pelatih.

9 Fase Kompetisi
Menghadapi cedera yang masih belum sembuh selama masa fase pra kompetisi.

Menghadapi lingkungan tempat pertandingan: cuaca dingin, dan cuaca panas.

Cuaca dingin dapat menyebabkan frostbite

Cuaca panas dapat menyebabkan Heat stroke.

10 Pada atlet yang baru sembuh dari cedera, sistem muskuloskeletal rentan t trauma.
Physioterapis harus mengkoreksi kelemahan – kelemahan sistem muskuloskeletal

Masase terapis mempersiapkan sistem tubuh menghadapi beban yang berat.


Pada waktu tim sedang bertanding cedera dapat terjadi:

Luka lecet

luka tajam

Fraktur

Dislokasi

Sprain

Strain

trauma kepala

serangan jantung

12 Setiap kejadian dilapangan, dokter segera mendiagnosa dan mengobatinya.


Penanganan selanjut diserahkan kepada physioterapis dan masase terapis.

Physioterapis harus mahir melakukan manual terapinya.

Pemasangan taping dan bandage tidak jarang diperlukan.

RICE adalah satu – satu penanganan cedera akut dilapangan.

13 Fase Post Kompetisi

Tim medis harus menangani cedera, baik cedera akut , atau cedera kronik.

Perbedaan penanganan cedera pada atlet dengan bukan atlet, adalah waktu penanganan

Penanganan cedera yang tepat dan cepat , deficit fungsional yang sudah terjadi dapat segera
dikoreksi.

Rehabilitasi yang tepat dapat mengembalikan fungsi system musculoskeletal dengan sempurna,

18 Tujuan dari rehabilitasi dapat dibagi dalam;


Menetapkan diagnose yang tepat

Meminimalisir efek local yang merugikan pada cedera akut.


Mempercepat terjadinya penyembuhan

Mempertahankan fitness level

Mengembalikan fungsi normal system musculoskeletal.

3.apa yang menjadi bahan pertimbangan dokter dalam memutuskan seorang atlet dapat
kembali bertanding atau tidak?

19
Factor yang harus dipertimbangkan oleh tim medis :

tim medis harus mampu mengambil keputusan, kapan seorang atlet yang telah mengalami
cedera dapat kembali berbertanding

Factor yang harus dipertimbangkan oleh tim medis :

1) Kondisi atlet sebelum, seperti ;

keadaan kesehatan jantung dan system musculoskeletal sudah diperiksa, dan dinyatakan sudah
baik

Seluruh factor predisposisi terjadinya cedera sudah dikoreksi.

Tingkat kompetisi memang memungkin untuk atlet kembali bertanding.

20 2) Kondisi selama pertandingan;


Diagnosa sudah tepat.

keadaan atlet tidak bertambah buruk selama pertandingan.

Cedera yang dialami oleh atlet tidak memberi efek negative pada atlet yang lain.

21 3) Kondisi setelah pertandingan.


Semua fungsi yang terganggu akibat cedera segera dipulihkan.

Psikologis atlet harus segera dipulihkan.

Di Indonesia, tim medis yang seminat dalam bidang kesehatan olahraga terhimpun dalam
PPKORI
4.bagaimana pertolongan pertama pada sprain?

Penanganan Strain dan Sprain Bahr (2003) menyatakan bebrapa hal dapat mengatasi strain dan
sprain yaitu :

(a) Sprain/strain tingkat satu Pada keadaan ini, bagian yang mengalami cedera cukup
diistirahatkan untuk memberi kesempatan regenerasi.

(b) Sprain/strain tingkat dua Pada keadaan ini penanganan yang dilakukan adalah berdasarkan
prinsip RICE (Rest, Ice, Compession and Elevation). Tindakan istirahat yang dilakukan
sebaiknya dalam bentuk fiksasi dan imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang
cedera tidak dapat digerakan) dengan cara balut tekan, spalk maupun gibs. Tindakan imobilisasi
dilakukan selama 3-6 minggu. Terapi dingin yang dilakukan dilakukan pada fase awal cedera.
Pada fase lanjut terapi dingin digantikan dengan terapi panas. Pada keadaan subkronis dimana
tanda tanda peradangan sudah menurun dilakukan terapi manual berupa massage. Pada fase
akhir dapat dilakukan terapi latihan untuk memaksimalkan proses penyembuhan.

(c) Sprain/strain tingkat tiga Pada keadaan ini, penderita diberi pertolongan pertama dengan
metode RICE dan segera diikirim kerumah sakit untuk dijahit dan menyambung kembali robekan
ligamen, otot maupun tendo.

Anda mungkin juga menyukai