Anda di halaman 1dari 11

KOMPOSISI JENIS PLANKTON DI KOLAM NO.

23 BDP

KELOMPOK 8

Stephan Christo (C24170055)


Angelina Rambe (C24170056)
Amanah Zakiah (C24170057)
Ahmad Faisal (C24170063)
Asyam Al Hakim (C24170067)
Fahrul Afifi (C24170068)
Indah Fajrina A (C24170075)
Yasya Hanifa (C24170076)
Sang Ayu Putu D (C24170080)
Hanif Wildan (C24170083)

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
ABSTRAK

KOMPOSISI JENIS PLANKTON DI KOLAM NO.23 BDP


Kata kunci:

ABSTRACT

KELOMPOK 8
Keywords:

Stephan Christo (C24170055)


Angelina Rambe (C24170056)
Amanah Zakiah (C24170057)
Ahmad Faisal (C24170063)
Asyam Al Hakim (C24170067)
Fahrul Afifi (C24170068)
Indah Fajrina A (C24170075)
Yasya Hanifa (C24170076)
Sang Ayu Putu D (C24170080)
Hanif Wildan (C24170083)

Laporan Praktikum
Mata Praktikum Planktonologi

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
Judul Laporan Praktikum : Komposisi Jenis Plankton di Kolam No.23 BDP
Kelompok :4

Disetujui oleh

Abdul Luthfi
Asisten Pembimbing

Tanggal Presentasi Tugas Akhir:

PRAKATA
Bogor, September 2019

Kelompok 8

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Fitoplankton merupakan mikroalga sehingga di dunia pembenihan sering disebut


dengan alga. Alga merupakan organisme yang tersedia melimpah di alam. Mikroalga
mempunyai tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan tanaman
terestrial. Sehingga, ada beberapa mikroalga yang berpotensi untuk dibudidayakan utuk
tujuan tertentu, misalnya sebagai pakan alami ikan maupun sebagai sumber energi
alternatif baru. Salah satu mikroalga yang sering dibudidayakan adalah Chaetoceros sp
(Velasco 2016).
Pertumbuhan fitoplankton sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungannya, seperti
unsur hara dalam media kultur serta kualitas air seperti salinitas, pH, suhu, dan
intensitas cahaya yang optimum (Chilmawati 2008). Unsur hara makro misalnya adalah
N, P, K, S, Na, Si, dan Ca sedangkan unsur hara mikro adalah Fe, Zn, Mn, Cu, Mg, Mo,
Co, B, dan lain-lain. Setiap unsur hara mempunyai fungsi-fungsi khusu yang tercermin
pada pertumbuhan dan kepadatan fitoplankton yang ingin dicapai tanpa
mengesampingkan pengaruh kondisi lingkungan. Unsur N, P, dan S penting untuk
pembentukan nutrien. Unsur K berfungsi dalam pembentukan metabolisme karbohidrat.
Unsur Fe dan Na berperan dalan pembentukan klorofil. Sedangkan Si dan Ca
merupakan bahan pembentuk dinding sel atau cangkang. Serta B 12 banyak digunakan
untuk memacu pertumbuhan melalui ransangan fotosintetik. Penggunaan unsur hara
makro dan mikro dalam media kultur Chaetoceros sp. sangat penting untuk
mendapatkan nilai produktivitas kultur yang tinggi serta kualitas biomassa yang baik
sehingga kebutuhan Chaetoceros sp. dapat tercukupi untuk pembenihan laut
(Indarnawan 2012).
Chaetoceros sp. adalah mikroalga yang sering dimanfaatkan sebagai pakan
alami karena mengandung protein, karbohidrat, dan asam lemaknya yang cukup tinggi
untuk pertumbuhan larva. Chaetoceros sp. juga memiliki komponen aktif yang
berpotensi untuk pengembangan di bidangan farmasi. Jenis Chaetoceros yang sudah
diteliti diantaranya adalah Chaetoceros gracilis (Setyaningsih 2012). Faktor pendukung
dalam pertumbuhan Chaetoceros sp. selain dipengaruhi oleh nutrien juga dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan didalam media kultur yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
mikroalga antara lain cahaya, suhu, pH, kandungan CO2 bebas dan salinitas (Sylvester
et al., 2002). Suhu secara langsung mempengaruhi efisiensi fotosintesis dan merupakan
faktor yang menentukan dalam pertumbuhan mikroalga.
Kepadatan fitolankton sangat penting untuk diketahui sehingga ketika dapat
mengetahui bagaimana pola pertumbuhan fitoplankton yang sedang dibiakkan. Ketika
kita mengetahui pola pertumbuhannya, kita dapat menentukan waktu panen yang tepat
untuk jenis fitoplankton yang dibiakkan. Kepadatan fitoplankton dihitung dengan
menggunakan haemocytometer. Haemocytometer merupakan suatu alat yang terbuat
dari gelas yang apabila kita amati dibawah mikroskop kita akan melihat alat tersebut
terbagi menjadi kotak-kotak pada dua bidang. Cara perhitungan kepadatan fitoplankton
dengan haemocytometer adalah dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu dengan
tisu, lalu delas penutupnya dipasang. Fitoplankton yang akan diamati kepadatannya
diteteskan meggunakan pipet tetes pada parit yang melintang hingga penuh. penetesan
harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi gelembung udara dibawah gelas
penutup. Selanjutnya haemocytometer tersebut diamati dengan menggunakan
mikroskop dan dicari bidang berkotak-kotaknya (Sari dan Manan 2012).
Materi kultur plankton ini sangat erat hubungannya dengan faktor lingkungan,
kandungan unsur hara, sanitasi agar tidak terjadi kontminan, dan kualitas air/ media
yang digunakan. Ketika syarat dalam melakukan kultur terpenuhi maka fitoplankton
yang dibiakkan dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang optimum.
Fitoplankton yang bertumbuh dan berkembang dengan baik dapat kita ketahui
kelimpahan dan bagaimana pola pertumbuhannya. Oleh karena itu, sangat penting bagi
keilmuan manajemen perairan untuk mengetahui hal tersebut sehingga keberadaan
fitoplankton jenis tertentu keberadaannya dapat berkelanjutan. Praktikum kali ini
bertujuan untuk mengetahui nilai kelimpahan dan laju pertumbuhan Chaetoceros sp.
dalam skala laboratorium.

Perumusan Masalah

Keberadaan plankton di suatu perairan dipengaruhi oleh kandungan nutrient dan


intensitas cahaya di perairan tersebut. Selain itu, kondisi ekologis perairan juga dapat
mempengaruhi kelimpahan plankton. Plankton yang terdapat di kolam budidaya BDP
memanfaatkan bahan organik sisa pakan dan feses untuk pertumbuhannya sebagai
nutrien. Oleh sebab itu, praktikum ini diperlukan untuk mengetahui jenis dan faktor apa
saja yang dapat mempengaruhi keberadaan plankton di suatu perairan serta untuk
mempelajari hubungan keragaman jenis plankton dan kelimpahan jenis plankton.

Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui keanekaragaman, keseragaman,


kelimpahan, dominansi fitoplankton dan zooplankton di kolam Budidaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

TINJAUAN PUSTAKA

1. Fitoplankton
Fitoplankton merupakan organisme pertama yang terganggu karena adanya beban
masukan yang diterima oleh perairan. Ini disebabkan karena fitoplankton adalah organisme
pertama yang memanfaatkan langsung beban masukan tersebut. Fitoplankton merupakan
parameter biologi yang dapat dijadikan indikator untuk mengevaluasi kualitas dan tingkat
kesuburan suatu perairan, serta mengetahui jenis-jenis fitoplankton yang mendominasi, adanya
jenis fitoplankton yang dapat hidup karena zat-zat tertentu yang sedang blooming, dapat
memberikan gambaran mengenai keadaan perairan yang sesungguhnya. (Sari et al 2014).
Cahaya matahari mempengaruhi dalam proses fotosintesis juga menyebabkan fitoplankton
berdistribusi secara horizontal. Fitoplankton yang dijadikan sebagai indikator kualitas
perairan berhubungan dengan indeks saprobitas perairan. Indeks saprobitas perairan diukur
menggunakan jenis fitoplankton yang ditemukan, karena setiap jenis fitoplankton
merupakan penyusun dari kelompok saprobik tertentu yang akan mempengaruhi nilai
saprobitas (Maresi et al 2015)

2. Zooplankton
Zooplankton merupakan salah satu biota yang mempunyai peranan penting
karena sebagai mata rantai penghubung produser primer dengan biota yang berada pada
tingkat trofik yang lebih tinggi. Zooplankton juga merupakan salah satu komponen
dalam rantai makanan yang diukur dalam kaitannya dengan nilai produksi suatu
ekosistem. zooplankton berperan ganda baik sebagai konsumen tingkat pertama maupun
konsumen tingkat ke dua, dimana merupakan penghubung diantar plankton dan nekton.
kelimpahan zooplankton sangat tergantung pada kelimpahan fitoplankton, karena
fitoplankton adalah makanan bagi zooplankton, dengan demikian kelimpahan
zooplankton akan tinggi di perairan yang tinggi kandungan fitoplanktonnya (Junaidi et
al 2018)

METODE

Waktu dan Lokasi

Praktikum lapang dilaksanakan pada hari Sabtu, 17 Agustus 2019 pada pukul
05.30-06.00 WIB di Kolam Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. Analisis dan identifikasi hasil sampel dilaksanakan pada hari
Kamis, 31 Agustus 2019 pukul 09.00-12.00 WIB di Laboratorium Biologi Makro 1
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk mengambil sampel yaitu plankton net, botol film,
lugol, spidol, selotip kertas, dan ember. Plankton net digunakan untuk menyaring
plankton, ember digunakan untuk mengambil sampel air yang akan disaring ke plankton
net, botol film untuk menyimpan air sampel yang sudah disaring dengan plankton net,
lugol digunakan untuk mengawetkan air sampel, selotip kertas dan spidol untuk
memberi nama sampel.

Prosedur Analisis Data

Indeks Diversitas
Untuk menghitung kelimpahan plankton digunakan rumus sebagai berikut
(Odum, 1971)
( ax 1000 ) xc
d=
1

Dimana :
d = Kelimpahan plankton (plankter/l)
a = Jumlah rata-rata plankton dalam 1 ml pada S-R
c = ml Plankton pekat volume air tersaring
l = Volume sampel air tersaring (ltr)

Untuk menghitung indeks keanekaragaman (H’) dihitung dengan menggunakan rumus


‘’Indeks of Diversites” dari Simpson (Odum, 1971):

H’ = -Σ (ni / N) in (ni/N)
Dimana :
ni = Jumlah individu setiap spesies
N = Jumlah individu seluruh spesies
H’ = Indeks keanekaragaman
Untuk menghitung indeks dominansi dihitung dengan rumus “indeks of dpminance”
dari Simpson (Odum. 1971):

D = Σ (ni /N)2
Dimana :
D = Indeks Dominansi
Ni = Jumlah individu setiap spesies
N = Jumlah total individu yang teramati

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pembahasan

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Saran

DAFTAR PUSTAKA

Chilmawati D, Suminto. 2008. Penggunaan media kultur yang berbeda terhadap


pertumbuhan Chlorella sp. Jurnal Saintek Perikanan. 4(1): 42-49.
Indarnawan T, Mubarak AS. Mahasri G. 2012. Pengaruh konsentrasi pupuk Azzola
pinnata terhadap populasi Chaetoceros sp. Journal of Marine and Coastal
Science. 1(1): 61-70.
Junaidi M , Nurliah, Fariq Azhar.2018. Struktur Komunitas Zooplankton di Perairan
Kabupaten Lombok Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal Bologi Tropis,
18 (2) : 159 – 169
Maresi S R P, Priyanti, Etyn Yunita.2015. Fitoplankton sebagai bioindikator saprobitas
perairan di situ Bulakan kota Tangerang. Jurnal Biologi .8 (2) : 114-122.
Odum, E. P. 1971. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta (ID) : Gajah Mada University
Press.
Sari A M, Sahala Hutabarat , Prijadi Soedarsono.2014. Struktur komunitas plankton
pada padang lamun di pantai pulau panjang, Jepara. Diponegoro Journal Of
Maquares.3(2) :82-91
Sari IP, Manan A. 2012. Pola pertumbuhan Nannochloropsis oculata pada kultur skala
laboratorium, intermediate, dan massal. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan.
4(2): 123-127.
Setyaningsih I, Desniar, Purnamasari E. 2012. Antimikroba dari Chaetoceros gracilis
yang dikultivasi dengan lama penyinaran berbeda. Jurnal Akuatika. 3(2): 180-
189.
Velasco LA. Carrera S, Barros J. Isolation, culture and evaluation of Chaetoceros
muelleri from the Caribbean as food for the native scallops, Argopecten nucleus
and Nodipecten nodosus. Latin American Journal of Aquatic Research. 44(3):
557-568.

Anda mungkin juga menyukai