Anda di halaman 1dari 15

EKONOMI MIKRO ISLAMI

TEORI PERMINTAAN ISLAM

Dosen Pengampu:
Roisiyatin, S. EI., M.Si.

Disusun Oleh:

Dea Melinda (E.201905396)


Tati Andrayani (E.201905176)
Hendra Sumaryanto (E.201905472)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI SYARIAH
INSTITUT UMMUL QURO AL-ISLAMI
2021 M / 1442 H
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Ekonomi Mikro Islam dengan judul “Teori Permintaan Islam”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah
ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bogor, 18 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Teori Permintaan Islam.................................................................................3
B. Hukum antara Permintaan dan Penawaran...................................................4
C. Al-Ghazali: Keseimbangan Penawaran dan Permintaan..............................7
BAB III......................................................................................................................
PENUTUP..............................................................................................................10
A. KESIMPULAN...........................................................................................10
B. SARAN.......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dasar dari pengembangan ilmu ekonomi mikro tidak akan terlepas pada
permasalahan penentuan tingkat harga yang di diderivasikan dari proses
mekanisme pasar. Sedangkan mekanisme pasar sendiri terbentuk karena adanya
perpaduan antara teori permintaan dan teori penawaran yang dapat berjalan
dengan baik. Sehingga kita pun harus mengakui bahwa analisis ekonomi mana
pun tidak akan pernah terlepas dari kedua teori dasar tersebut. Artinya teori
permintaan dan teori penawaran adalah dasar dari pembentukan ilmu ekonomi
yang lebih luas.
Objek dari ilmu ekonomi adalah konsumen, produsen, dan government.
Dimana kesemua objek tersebut akan dipertemukan dalam mekanisme pasar, baik
pasar tenaga kerja, pasar barang ataupun pasar modal. Dalam ekonomi Islam
setiap keputusan ekonomi pada seseorang terikat dari nilai-nilai moral dan agama
karena setiap kegiatan senantiasa dilandaskan kepada Al-Qur’an dan hadist.
Pandangan ekonomi islam mengenai teori permintaan relatif sama
dengan ekonomi konvensional. Namun ada batasan-batasan dari individu untuk
berlaku sesuai dengan syariat Islam, norma dan moral merupakan prinsip utama
dalam ekonomi islam. Sehingga teori ekonomi yang terjadi akan berbeda dengan
teori ekonomi konvensional.
Teori permintaan islami membahas tentang permintaan barang halal,
barang haram, hubungan antara keduanya. Dalam motif permintaan, Islam
menekankan pada tingkat kebutuhan konsumen terhadap barang tersebut
sedangkan motif permintaan konvensional lebih didominasi oleh nilai-nilai kep
uasan. Konvensional menilai bahwa egoism merupakan nilai yang konsisten
dalam mempengaruhi seluruh aktifitas manusia, berbeda dengan konvensional
ekonomi Islam bertujuan mendapatkan kesejahteraan atau kemenangan akhirat
karna kehidupan yang abadi adalah di akhirat.

1
B. Rumusan Masalah
1. Teori Permintaan Secara Islami
2. Hukum Antara Permintaan dan Penawaran
3. Al-Ghazali : Keseimbangan Penawaran dan Permintaan

C. Tujuan
1. Sebagai tugas persentasi kelompok.
2. Sebagai bahan membaca mahasiswa tentang Teori Permintaan Islam.
3. Sebagai bahan bacaan tentang Teori Permintaan Islam secara umum di
kemudian hari.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Permintaan Secara Islami

Pengertian permintaan ialah banyaknya jumlah barang yang diminta pada


suatu pasar tertentu dalam periode tertentu.1 namun secara konvensinonal
Permintaan ialah keterkaitan dengan jumlah permintaan berupa harga, permintaan
yang menunjukkan tinggi atau rendahnya permintaan mengenai suatu barang atau
jasa dari pembeli. Banyaknya komoditas barang yang diminta di pasar dengan
harga yang telah ditentukan pada jumlah pendapatan tertentu serta pada periode
tertentu disebut permintaan.2

Jadi Permintaan ialah jumlah barang yang diminta konsumen dalam


suatu pasar yang jumlahnya tergantung dari jumlah pendapatan yang di peroleh
dan terdapat hubungan yang pasti antara harga pasar yang baik serta kuantitas
yang diminta dari yang baik, hal-hal lain tetap konstan. Hubungan antara harga
dan kualitas membeli disebut jadwal permintaan. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi permintaan itu sendiri diantaranya : 1) Harga barang yang diminta;
2) Tingkat pendapatan; 3) Jumlah penduduk; 4) Harga barang lain atau substitusi;
5) Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat; 6) Corak
distribusi pendapatan dalam masyarakat; 7) Citarasa masyarakat; 8) Ramalan
mengenai masa yang akan datang.3

Menurut Ibnu Thaimiyah Teori permintaan ialah Keinginan terhadap


sesuatu berupa barang atau jasa yang sesuai dengan batasan syariah dan halal serta
Thoyyib. Konsep yang digunakan dalam teori permintaan dalam perspektif islam
ialah ketika menilai atau menentukan komoditi (barang atau jasa) bahwa tidak
semua bisa digunakan atau di konsumsi, alasannya karena harus bisa membedakan
1
Muhammad.” Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam”, (Yogyakarta;BPFP, Cetakan pertama
2004), hlm. 113.
2
Elvira, Rini. “Teori Permintaan (Komparasi Dalam Perspektif Ekonomi Konvensional Dengan
Ekonomi Islam)”. Jurnal Islamika, Volume 15 Nomor 1 tahun 2015. Hlm 15.
3
Sadono sukirno,” Mikro Ekonomi Teori Pengantar”. (Jakarta; Rajagrafindo persada, Edisi Ketiga).
Hlm. 76.

3
antara barang atau jasa yang halal dan haram. Dalam fungsi permintaan juga
diartikan sebagai pendekatan yang maslahah, dimana maslahah ini bisa diukur
dalam satuan nominal, dengan memperoleh maslahah yang maksimum atau
optimal dalam konsumsi maka konsumen akan mencapai falah atau
kesejahteraan.

Selain itu Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa ada hal-hal yang


mempengaruhi permintaan, diantaranya : 1) Keinginan dari masyarakat mengenai
suatu barang yang bermacam-macam jenisnya; 2) Keinginan selalu tidak sama; 3)
Jumlah dari calon pembeli pada suatu barang; 4) Kualitas konsumen yang mana
memiliki pendapatan atau gaji menjadi salah satu ciri kualitas konsumen yang
baik; 5) tingkat kebutuhan suatu barang; 6) Metode dalam pembayarannya tunai
atau angsuran; 7) Besarnya dalam transaksi ketika biaya transaksi dari suatu
barang mengalami penurunan maka akan terjadi permintaan naik.4

B. Hukum Antara Permintaan dan Penawaran


Menurut Muhammad , hukum permintaan ialah bila harga suatu barang
naik, maka permintaan barang tersebut akan turun, sebaliknya bila harga barang
tersebut turun maka permintaan akan naik. Atau dengan kata lain hukum
permintaan ialah makin rendahnya suatu barang maka makin banyak permintaan
terhadap barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang atau jasa
maka makin sedikit permintaan terhadap barang atau jasa tersebut.5
Di dunia perdagangan Arab pada masa zaman kenabian,sudah ada
pemikiran yang menjadi kesepakatan bersama bahwa tinggi rendahnya permintaan
terhadap barang komoditas ditentukan oleh harga yang bersangkutan. Pemahaman
saat itu mengatakan bahwa bila tersedia sedikit barang, maka harga akan menjadi
mahal dan bila ketersediaan barang banyak maka barang akan murah. Abu Yusuf
tercatat sebagai ulama terawal yang mulai menyinggung mekanisme pasar. Ia
memperhatikan peningkatan dan penurunan produksi dalam kaitannya dengan
perubahan harga.
4
Nine haryanti, “teori Permintaan dalam Perspektif Ekonomi Islam Dan Konvensional”. Jurnal
Ilmu Akuntansi dan Bisnis syariah, Volume I, Nomor 02, 2019. hal. 216.
5
Muhammad, Op. Cit.114.

4
Dalam literatur kontemporer, fenomena yang berlaku pada masa Abu
Yusuf dapat dijelaskan dalam teori permintaan. Teori ini menjelaskan hubungan
antara harga dengan banykanya kuantitas yang diminta. Dimana hubungan harga
dan kuntitas dapat diformulasikan sebagai berikut :
D = Q =F (P)
Formulasi ini menunjukkan bahwa pengaruh hrga terhadap jumlah
permintaan suatu komoditi adalah negatif, apabila P↑ maka Q↓, begitu

sebaliknya apabila P↓, maka Q↑. dari formulasi tersebut dapat kita simpulkan
bahwa hukum permintaan mengatakan apabila harga komoditi naik maka akan
direspons dengan penurunan jumlah komoditi yang dibeli konsumen. Begitupun
sebaliknya apabila harga komoditi turun maka akan direspons dengan
meningkatnya jumlah komoditi yang di beli konsumen.
Abu Yusuf membantah tentang pemahaman seperti ini, karena pada
kenyataannya tidak selalu terjadi bahwa jika persediaan barang sedikit, harga akan
mahal, dan jika persediaan barang melimpah, harga akan murah.

5
Abu Yusuf mengatakan :
“kadang-kadang makanan melimpah, tetapi tetap mahal dan kadang-
kadang makanan sangat sedikit tetapi murah”.6

Hal ini dapat di gambarkan sebagai berikut :

Dari pernyataan tersebut tampaknya Abu Yuisuf menyangkal pendapat


umum mengenai hubungan terbalik antara persediaan barang (supply) dan harga
karena pada kenyataannya harga tidak bergantung pada permintaan saja, tetapi
juga bergantung pada kekuatan penawaran. Oleh karena itu,
peningkatan/penurunan harga tidak selalu berhubungan dengan
peningkatan/penurunan permintaan, atau penurunan/peningkatan dalam produksi.
Abu Yusuf mengatakan,
“Tidak ada batasan tertentu tentang murah dan mahal yang dapat
dipastikan. Hal tersebut ada yang mengaturnya. Prinsipnya tidak bisa
diketahui. Murah bukan karena melimpahnya makanan, demikian juga
mahal tidak disebabkan karena kelangkaan makanan. Murah dan mahal
merupakan ketentuan Allah Swt.”7

6
Adiwarman A. karim, “Ekonomi Mikro Islam” (Depok: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2007),
hlm.19.
7
Ibid.

6
Dalam hukum penawaran terhadap barang dikatakan bahwa hubungan
antara harga dengan banyaknya komoditi yang ditawarkan mempunyai
kemiringan positif. Dalam sebuah formulasi yang sederhana, hubungan antara
harga dengan jumlah komoditi dapat dilihat di bawah ini:
S = Q= f(P)
Formulasi ini menunjukkan bahwa pengaruh harga terhadap jumlah
permintaan suatu komoditi bersifat posituf, apabila P↑ maka Q↑ begitu

sebaliknya apabila P↓ maka Q↓. Dari formulasi ini kita dapat simpulkan bahwa
hukum penawaran mengatakan bila harga komoditi naik, akan direspon oleh
penambahan jumlah komoditi yang di tawarkan. Begitu juga bila harga komoditi
turun, akan direspons oleh penurunan jumlah komoditi yang ditawarkan.
Dilain pihak Abu Yusuf juga menegaskan bahwa ada beberapa variabel
lain yang mempengaruhi, tetapi dia tidak menjelaskan lebih rinci. Bisa jadi
variabel itu adalah perubahan dalam permintaan atau jumlah uang yang beredar di
suatu negara, atau penimbunan dan penahanan barang, atau semua hal tersebut.
Karena Abu Yusuf tidak membahas lebih rinci apa yang disebutkannya sebagai
variabel lain, ia tidak menghubungkan fenomena yang diobservasinya terhadap
perubahan dalam penawaran harga. Namun, pernyataannya tidak menyangkal
pengaruh dari permintaan dan penawaran dalam penentuan harga.
Ucapan Abu Yusuf harus diterima sebagai pernyataan hasil
pengamatannya saat itu, yakni keberadaan yang bersamaan antara melimpahnya
barang dan tingginya harga serta kelangkaan barang dan harga rendah.8

C. Al-Ghazali: Keseimbangan Penawaran dan Permintaan

Al-Ghazali sudah menyajikan penjabaran yang rinci akan peranan


aktivitas perdagangan dan timbulnya pasar yang harganya bergerak sesuai dengan
kekuatan permintaan dan penawaran. Bagi Al-Ghazali, pasar merupakan bagian
dari “keteraturan alami”. Secara rinci ia juga menerangkan bagaimana evolusi
terciptanya pasar.

8
Ibid.hlm 20.

7
“Dapat saja petani hidup di mana alat-alat pertanian tidak tersedia.
Sebaliknya, pandai besi dan tukang kayu hidup dimana lahan pertanian
tidak ada. Namun secara alami, mereka akan saling memenuhi
kebutuhan masing-masing. Dapat pula terjadi tukang kayu membuuhkan
makanan, tetapi petani tidak membutuhkan alat-alat tersebut atau
sebaliknya. Keadaan ini akan menimbulkan masalah. Oleh karena itu,
secara alami pula orang akan terdorong untuk menyediakan tempat
penyimpanan alat-alat di satu pihak dan tempat penyimpanan hasil
pertanian di pihak lain. Tempat inilah yang kemudian di datangi oleh
pembeli sesuai kebutuhan masing-masing sehingga terbentuklah suatu
pasar. Petani, tukang kayu, dan pandai besi yang tidak dapat langsung
melakukan barter, juga terdorong pergi ke pasar ini. Bila di pasar tidak
ditemukan orang yang mau melakukan barter, ia akan menjual pada
pedagang dengan harga yang relatif murah untuk kemudian disimpan
sebagai persediaan. Pedagang kemudia menjualnya dengan suatu tingkat
keuntungan, hal ini berlaku untuk setiap jenis barang.9

Pada kesempatan lain Al-Ghazali juga secara eksplisit menjelaskan


mengenain perdagangan regional:

“Selanjutnya praktik-praktik ini terjadi di berbagai kota dan Negara.


Orang-orang melakukan perjalanan ke berbagai tempat untuk
mendapatkan alat-alat makanan dan membawanya ke tempat lain.
Urusan ekonomi orang akhirnya diorganisasikan ke kota-kota tidak
seluruh makanan dibutuhkan. Keadaan inilah yang pada gilirnnya
menimbulkan kebutuhan terhadap alat transportasi. Terciptalah kelas
pedagang regional dalam masyarakat. Motifnya tentu saja mencari
keuntungan. Para pedagang ini bekerja keras memenuhi kebutuhan
orang lain dan mendapat keuntungan, dan keuntungan ini akhirnya
dimakan oleh orang lain juga”.10

Al-Ghazali tidak pernah menolak kenyataan bahwa keuntunganlah yang


menjadi motif perdagangan. Dan pada saat lain ia menjabarkan pentingnya peran
pemerintah dalam menjamin keamanan jalur perdagangan demi kelancaran
perdagangan dan pertumbuhan ekonomi.

9
Op.cit. hlm 21.
10
Ibid.hlm 21.

8
Al-Ghazali juga telah memahami konsep elastisitas permintaan. Simak
kutipan berikut:

”Mengurangi margin keuntungan dengan menjual pada harga yang lebih


murah akan meningkatkan volume penjualan dan ini pada gilirannya
akan meningkatkan keuntungan”.

Bahkan ia telah pula mengidentifikasikan produk makanan sebagai


komoditas dengan kurva permintaan yang inelastis.

“Karena makanan adalah kebutuhan pokok, pedagang makanan harus


seminimal mungkin didorong oleh motif mencari keuntungan untuk
menghindari eksploitasi melalui pengenaan harga yang tinggi dan
keuntungan yang besar. Keuntungan semacam ini seyogyanya dicari dari
barang-barang yang bukan merupakan kebutuhan pokok.”

Al-Ghazali dan juga para pemikir sezamannya ketika membicarakan


harga biasanya langsung mengaitkannya dengan keuntungan. Keuntungan belum
secara jelas dikaitkan dengan pendapatan dan biaya. Bagi Al-Ghazali, keuntungan
adalah konpensasi dari kepayahan perjalanan, resiko bisnis dan ancaman
keselamatan diri si pedagang.11

11
Ibid. hlm 22.

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Permintaan ialah jumlah barang yang diminta konsumen dalam suatu
pasar yang jumlahnya tergantung dari jumlah pendapatan yang di peroleh dan
terdapat hubungan yang pasti antara harga pasar yang baik serta kuantitas yang
diminta dari yang baik, hal-hal lain tetap konstan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan itu sendiri


diantaranya : 1) Harga barang yang diminta; 2) Tingkat pendapatan; 3) Jumlah
penduduk; 4) Harga barang lain atau substitusi; 5) Pendapatan rumah tangga dan
pendapatan rata-rata masyarakat; 6) Corak distribusi pendapatan dalam
masyarakat; 7) Citarasa masyarakat; 8) Ramalan mengenai masa yang akan
datang.
Menurut Ibnu Thaimiyah Teori permintaan ialah Keinginan terhadap
sesuatu berupa barang atau jasa yang sesuai dengan batasan syariah dan halal serta
Thoyyib. Teori permintaan dalam perspektif islam ialah ketika menilai atau menentukan
komoditi (barang atau jasa) bahwa tidak semua bisa digunakan atau di konsumsi,
alasannya karena harus bisa membedakan antara barang atau jasa yang halal dan haram.

Hukum permintaan ialah makin rendahnya suatu barang maka makin banyak
permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang atau
jasa maka makin sedikit permintaan terhadap barang atau jasa tersebut. Hukum
penawaran mengatakan bila harga komoditi naik, akan direspon oleh penambahan jumlah
komoditi yang di tawarkan. Begitu juga bila harga komoditi turun, akan direspons oleh
penurunan jumlah komoditi yang ditawarkan.

Al-Ghazali sudah menyajikan penjabaran yang rinci akan peranan aktivitas


perdagangan dan timbulnya pasar yang harganya bergerak sesuai dengan kekuatan
permintaan dan penawaran. Bagi Al-Ghazali, pasar merupakan bagian dari
“keteraturan alami”. Secara rinci ia juga menerangkan bagaimana evolusi
terciptanya pasar. Al-Ghazali dan juga para pemikir sezamannya ketika

10
membicarakan harga biasanya langsung mengaitkannya dengan keuntungan.
Keuntungan belum secara jelas dikaitkan dengan pendapatan dan biaya. Bagi Al-
Ghazali, keuntungan adalah konpensasi dari kepayahan perjalanan, resiko bisnis
dan ancaman keselamatan diri si pedagang.

B. SARAN
Pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan.  dengan sebuah pedoman yang bisa
dipertanggungjawabkan dari banyaknya sumber Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut . Oleh sebab itu penulis harapkan kritik serta sarannya mengenai
pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

11
DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman A. karim, “Ekonomi Mikro Islam” (Depok: PT RAJAGRAFINDO


PERSADA, 2007

Elvira, Rini. “Teori Permintaan (Komparasi Dalam Perspektif Ekonomi


Konvensional Dengan Ekonomi Islam)”. Jurnal Islamika, Volume 15 Nomor 1
tahun 2015

Muhammad.” Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam”, (Yogyakarta;BPFP,


Cetakan pertama 2004)
Nine haryanti, “teori Permintaan dalam Perspektif Ekonomi Islam Dan
Konvensional”. Jurnal Ilmu Akuntansi dan Bisnis syariah, Volume I, Nomor 02,
2019.

Sadono sukirno,” Mikro Ekonomi Teori Pengantar”. (Jakarta; Rajagrafindo


persada, Edisi Ketiga).

12

Anda mungkin juga menyukai