Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Alah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya-Nya
sehingga penulis dapat meyelesaikan makalah “Resiko Pasien Jatuh” ini dalam waktu yang telah
ditentukan. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada rasulullah SAW yang telah membawa
kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang. Dengan adanya penulisan makalah
ini semoga dapat membantu dalam pembelajaran kita dan bisa menyelesaikan masalah-masalah,
yang khususnya dalam ruang lingkup ilmu keperawatan. Disamping itu saya menyadari bahwa
mungkin terdapat banyak kesalahan baik dari penulisan ataupun dalam penyusunannya yang
tidak saya ketahui.
Penulispun menyadari bahwa susunan pembuatan makalah ini belum mencapai hasil yang
sempurna. oleh karena itu, kritikan dan saran sangat diharapkan yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca dan semoga makalah ini dapat
membantu pembaca dalam mengupas imajinasi mengenai hal-hal yang masih belum diungkapkan
dalam membahas Resiko Pasien Jatuh.

Bandung Barat, 06 November 2018

1
Daftar Isi

Kata Pengantar ……………………………………………………………………….. 1


Daftar Isi………………………………………………………………………………. 2

Bab I Pendahuluan
a. Latar Belakang………………………………………………………………….. 3
b. Rumusan Masalah ………………………………………………………………. 3
c. Tujuan Penulisan ………………………………………………………………. 4

Bab II Pembahasan
a. Definisi………………………………………………………………………….. 5
b. Faktor Resiko……………………………………………………………………. 5
c. Pengkajian Pasien Resiko Jatuh..................................................................................6
d. Klasifikasi Tindakan Sesuai Skor Keparahan…………………………………… 6
e. Alat Bantu Assesment................................................................................................7
f. Pencegahan Pasien Jatuh.............................................................................................8
g. SPO Sasaran Keselamatan ……………………………………………………… 9
h. Komplikasi………………………………………………………………………. 10
i. Pengurangan Resiko jatuh Pada Pasien Di Rumah Sakit……………………… 12

Bab III Penutup


a. Kesimpulan.................................................................................................................14
b. Saran...........................................................................................................................14

Daftra Pustaka....................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Tenaga keperawatan merupakan salah satu bagian dari tenaga kesehatan secara umum. Tenaga
kesehatan secara umum, terdiri dari: tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga paramedis non-
keperawatan dan tenaga non medis. Tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit, dari semua
katagori, tenaga perawatan merupakan tenaga terbanyak dan waktu kontak lebih lama dengan
pasien dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang lain, serta berada pada semua setting
pelayanan kesehatan sehingga tenaga perawatan mempunyai peranan penting terhadap mutu
pelayanan di rumah sakit. Kerja keras perawat tidak dapat mencapai level optimal jika tidak
didukung dengan sarana prasarana, manajemen rumah sakit dan tenaga kesehatan lainnya.
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu
penting yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit yaitu keselamatan pasien (patient safety)
, keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit
yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan yang
berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan bisnis rumah sakit yang terkait
dengan kelangsungan hidup rumah sakit.
Oleh karna itu diperlukan adanya suatu sasaran dari keselamatan pasien yang mendorong
perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Resiko Pasien Jatuh?
2. Apa Faktor Resiko Jatuh?
3. Bagaimana Pengkajian Pasien Resiko Jatuh?
4. Apa Klasifikasi Tindakan Sesuai Skor Keparahan?
5. Apa Saja Alat Bantu Assesment?
6. Bagaimana Pencegahan Pasien Jatuh?
7. Bagaimana SPO Sasaran Keselamatan?
8. Apasaja Komplikasi?
9. Bagaimana Cara Pengurangan Resiko jatuh Pada Pasien Di Rumah Sakit?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Definisi Resiko Pasien Jatuh
2. Untuk Mengetahui Faktor Resiko Jatuh
3. Untuk Mengetahui Pengkajian Pasien Resiko Jatuh
4. Untuk Mengetahui Klasifikasi Tindakan Sesuai Skor Keparahan
5. Untuk Mengetahui Alat Bantu Assesment
6. Untuk Mengetahui Pencegahan Pasien Jatuh
7. Untuk Mengetahui SPO Sasaran Keselamatan
8. Untuk Mengetahui Komplikasi
9. Untuk Mengetahui Cara Pengurangan Resiko jatuh Pada Pasien Di Rumah Sakit
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Jatuh adalah masalah yang umum, terutama pada manula – mereka yang sudah lanjut usia
pada kisaran 65 tahun atau lebih. Rumah sakit acap menerima anggota masyarakat yang sudah
sepuh ini sebagai pasien di tempat mereka, baik mereka yang datang hanya sekadar berkonsultasi
masalah kesehatan, atau datang melalui layanan gawat darurat, hingga mereka yang menjalani
rawat inap di rumah sakit. Mereka semua adalah yang umumnya paling berisiko mengalami jatuh
di rumah sakit. Tapi tentu saja ada kelompok pasien lainnya yang juga memiliki risiko jatuh yang
tinggi.

B. Penggunaan
Fall risk assessment di gunakan pada :
· Pasien yang akan dirawat inap di rumah sakit
· Pasien yang akan dipindahkan dari satu unit ke unit yang lain
· Pasien yang dirawat inap lebih dari 2 minggu, dilakukan secara regular
· Pasien dengan riwayat jatuh sebelumnya
· Pasien yang kondisinya berubah menjadi lebih buruk
· Setelah pergantian perawat

C. Faktor Resiko
1. Faktor intrinsik
Faktor instrinsik adalah variabel-
variabel yang menentukan mengapa seseorang dapat jatuh pada waktu tertentu dan orang l
ain dalam kondisi yang sama mungkin tidak jatuh (Stanley, 2006). Faktor intrinsik tersebut
antara lain adalah gangguan muskuloskeletal misalnya menyebabkan gangguan gaya berjalan,
kelemahan ekstremitas bawah,
kekakuan sendi, sinkope yaitu kehilangan kesadaran secara tiba-tiba yang disebabkan oleh
berkurangnya aliran darah ke otak dengan gejala
lemah, penglihatan gelap, keringat dingin, pucat dan pusing (Lumbantobing, 2004).
2. Faktor ekstrinsik
Faktor ekstrinsik merupakan faktor dari luar (lingkungan sekitarnya) diantaranya
cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang licin, tersandung benda-
benda (Nugroho, 2000). Faktor-faktor
ekstrinsik tersebut antara lain lingkungan yang tidak mendukung meliputi cahaya ruangan
yang kurang terang, lantai yang licin, tempat berpegangan yang tidak kuat, tidak stabil, atau
tergeletak di bawah, tempat tidur atau WC yang rendah atau jongkok, obat-obatan yang
diminum dan alat-alat bantu berjalan (Darmojo, 2004).
a) Akibat Jatuh
Jatuh dapat mengakibatkan berbagai jenis cedera, kerusakan fisik dan psikologis. Kerusakan
fisik yang paling ditakuti dari kejadian jatuh adalah patah tulang panggul. Jenis fraktur lain yang
sering terjadi akibat jatuh adalah fraktur pergelangan tangan, lengan atas dan pelvis serta
kerusakan jaringan lunak. Dampak psikologis adalah walaupun cedera fisik tidak terjadi,
syok setelah jatuh dan rasa takut akan jatuh lagi dapat memiliki banyak konsekuensi termasuk
ansietas, hilangnya rasa percaya diri, penbatasan dalam aktivitas sehari-
hari, falafobia atau fobia jatuh (Stanley, 2006).
Sasaran keenam pada bab ketiga panduan Akreditasi Rumah Sakit oleh KARS dinyatakan
sebagai “Pengurangan Risiko Pasien Jatuh”. Saya sendiri lebih suka menyebutkan sebagai
“Risiko Jatuh Pasien” – mungkin mengikuti pola bahasa kita.
Dalam mencapai sasaran tersebut, maka pada umumnya rumah sakit diharapkan untuk:
1) Mampu melakukan pengkajian (penilaian = assessment) sedini mungkin risiko jatuh pasien, dan
melakukan pengkajian ulang jika diindikasikan demikian, misalnya jika terjadi perubahan
kondisi, atau mendapatkan obat yang bisa meningkatkan risiko jatuh si pasien.
2) Pada pasien yang diidentifikasi memiliki risiko jatuh, maka dinilai apakah perlu dilakukan
intervensi atau tidak, jika seandainya perlu, maka ada prosedur untuk hal tersebut yang dikenal
sebagai pencegahan jatuh pada pasien.
3) Saat intervensi atau prosedur tersebut dilakukan, maka perlu dilakukan pengawasan, tentu saja
juga melalui pendokumentasian; apakah cara yang dilakukan berhasil, dan apakah cukup efektif.
Rumah sakit juga perlu menetapkan kebijakan serta panduan dalam mendukung pencapaian
sasaran ini. Terutama dalam hal melindungi pasien yang ada di lingkungan rumah sakit. Sehingga
sebenarnya sebuah panduan mengenai pengkajian dan pencegahan jatuh pada pasien hanya
berkutat pada empat penekanan itu. Dan dokumentasi yang diperlukan umumnya berupa yang
mengarah pada “pengkajian” saja, dan yang mengarah pada “pencegahan” atau “intervensi” saja,
atau keduanya menjadi satu. Titik berat salah satunya adalah adanya standar prosedur operasional
pemasangan gelang risiko jatuh.

D. Pengkajian Pasien Resiko Jatuh


1. Yang Harus Diperhatikan
a) Usia
b) Riwayat Jatuh
c) Aktivitas ( ADL )
d) Defisit (Penglihatan, pendengaran )
e) Kognitif
f) Pola BAB dab BAK
g) Mobilitas /motorik
h) Pengobatan :
1) Antihipertensi
2) Hiploglikemik
3) Antidepresan
4) Neurotropik
5) Sedatif, Diuretik
6) Laxative

2. Assesmen Resiko Jatuh


a) Memonitor pasien sejak masuk
b) Memonitor dengan ketat pada pasien yang mempunyai risiko tinggi : memberikan tanda/
alert ( sesuai warna universal
c) Libatkan pasien atau keluarga dalam upaya pencegahan risiko jatuh
d) Laporan peristiwa pasien jatuh

E. Klasifikasi Tindakan Sesuai Skor Keparahan


1. Resiko Rendah (skor 0-5)
a) Pastikan bel mudah dijangkau oleh pasien
b) Roda tempat tidur dalam keadaan terkunci
c) Posisikan tempat tidur pada posisi terendah
d) Pagar pengaman tempat tidur dinaikkan

2. Resiko Sedang (6-13)


a) Lakukan senua pedoman pencegahan untuk resiko rendah
b) Pasangkan gelang khusus (warna kuning) sebagai tanda pasien resiko jatuh
c) Tempatkan tanda resiko pasien jatuh pada datar nama pasien (warna kuning)
d) Beri tanda resiko pasien jatuh pada pint kamar pasien

3. Resko Tinggi (>= 14)


a) Lakukan semua pedoman pencegahan untuk resiko rendah dan sedang
b) Kunjungi dan monitor pasien setiap satu jam
c) Tempatkan pasien dikamar yang paling dekat dengan nurse station (jika memungkinkan

F. Alat Bantu Assessment


1. Pasien Dewasa Rawat Inap
a) Morse Fall Scale
b) Hendrich II Fall Risk Model
2. Pasien Dewasa Rawat Jalan
a) Anamnesa riwayat jatuh
b) Get Up and Go
c) Timed Get Up and Go
3. Pasien Anak-Anak Rawat Inap
a) Schmid “Little Schmidy”
b) Humpty Dumpty

G. Pencegahan Pasien Jatuh


1. Mengevaluasi faktor risiko
2. Pencegahan standar:
a) Mengenalkan pasien dengan lingkungan sekitarnya
b) Menempatkan tombol panggilan di tempat yang mudah dijangkau pasien dan mengajari pasien
bagaimana cara menggunakannya
c) Meletakkan benda-benda penting yang dibutuhkan pasien di tempat yang mudah dijangkau
pasien
d) Tempat tidur pasien disiapkan dalam posisi rendah dan dalam keadaan terkunci
e) Memastikan pasien menggunakan alas kaki yang tidak licin dan ukurannya sesuai
f) Menyediakan pencahayaan yang cukup, terutama pada malam hari
g) Pastikan lantai dalam keadaan bersih dan kering
h) Sediakan pengaman (handrails) di kamar mandi dan kamar pasien, serta di lorong rumah sakit

3. Pencegahan khusus:
a) Gunakan tanda visual untuk memberitahukan risiko jatuh (seperti: tanda yang dipasang di pintu
kamar pasien/di dalam kamar pasien, gelang penanda, kaos kaki/selimut berwarna, tanda di
berkas rekam medis pasien)
b) Dampingi pasien saat pasien ke kamar mandi
c) Tanyakan apakah pasien ingin ke kamar mandi setiap 2 jam sekali (apabila pasien dalam
keadaan sadar)
d) Gunakan tempat tidur yang rendah
e) Bila diperlukan, observasi pasien secara berkala

4. Hourly Rounding
Meliputi 4P: Position, Pain assessment, Personal needs (BAK/BAB), Placement
5. Tempat tidur yang rendah
6. Pemasangan alarm bila ada pasien yang jatuh
7. Observasi secara berkala
8. Komunikasi
a) Komunikasi visual (pada rekam medis pasien, gelang pasien diberi tanda “fall risk”; pemberian
kaos kaki atau selimut berwarna)
b) Komunikasi dengan pasien dan keluarga pasien
1) Jelaskan bahwa pasien memiliki risiko untuk jatuh
2) Jelaskan program pencegahan pasien jatuh yang dimiliki rumah sakit
3) Libatkan pasien dan keluarganya dalam program pencegahan dan beri kesempatan pada pasien
dan keluarganya untuk memberi masukan.

H. SPO Sasaran keselamatan Pasien


1. Pengertian
Prosedur kegiatan untuk menilai dan mengevaluasi ulang serta mengambil tindakan pada pasien
yang mempunyai resiko jatuh di berbagai fasilitas layanan kesehatan di rumah sak
2. Tujuan :
a. Menciptakan budaya keselamatan pasien
b. Optimalisasi penggunaan asesment jatuh untuk menentukan kategori risiko jatuh
c. Mendeskripsikan kebutuhan akan perlunya pemahaman faktor risiko jatuh, pencegahan, dan
penanganannya dalam meningkatkan klinis dan kepuasan pasien, serta menurunkan biaya
kesehatan.
d. Memahami kunci keberhasilan program faktor risiko jatuh, pencegahan, dan penanganannya.
3. Kebijakan :
a. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691/Menkes/Per/VII/2011 Tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit
b. SK Direktur Nomor 330 Tahun 2012 Tentang Pengurangan Risiko Pasien Cedera Akibat Jatuh
4. Prosedur :
a. Identifikasi faktor risiko jatuh dari pasien sesuai dengan form pemantauan pasien jatuh.
b. Jumlahkan total skor yang didapat dan kategorikan sesuai dengan jumlah skor yang didapat.
c. Pasang gelang berwarna kuning pada pasien.
d. Intervensi sesuaikan dengan kategori yaitu :
1) Skor Risiko Rendah: 0 – 7
a) Orientasikan pasien pada lingkungan kamar / bangsal.
b) Pastikan rem tempat tidur terkunci.
c) Pastikan bel pasien terjangkau.
d) Singkirkan barang yang berbahaya terutama pada malam hari (kursi tambahan dan lain-lain).
e) Minta persetujuan pasien agar lampu malam tetap menyala karena lingkungan masih asing.
f) Pastikan alat bantu jalan dalam jangkauan (bila menggunakan).
g) Pastikan alas kaki tidak licin.
h) Pastikan kebutuhan pribadi dalam jangkauan.
i) Tempatkan meja pasien dengan baik agar tidak menghaIangi.
j) Tempatkan pasien sesuai dengan tinggi badannya.

2) Skor Risiko Tinggi: 8 – 13


a. Orientasikan pasien pada lingkungan kamar / bangsal

I. Komplikasi
Menurut Kane (1996), yang dikutip oleh Darmojo (2004), komplikasi-komplikasi jatuh
adalah :
1. Perlukaan (injury)
Perlukaan (injury) mengakibatkan rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa
robek atau tertariknya jaringan otot, robeknya arteri/vena, patah tulang atau
fraktur misalnya fraktur pelvis, femur, humerus, lengan bawah, tungkai atas.

2. Disabilitas
Disabilitas mengakibatkan penurunan mobilitas yang berhubungan
dengan perlukaan fisik dan penurunan mobilitas akibat jatuh yaitu kehilangan kepercayaan
diri dan pembatasan gerak.

J. Pencegahan
Menurut Tinetti (1992), yang dikutip dari Darmojo (2004), ada 3 usaha pokok untuk pencegahan
jatuh yaitu :
1. Identifikasi faktor resiko
Pada setiap lanjut usia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari adanya faktor
instrinsik risiko jatuh, perlu dilakukan assessment keadaan sensorik, neurologis, muskuloskeletal
dan penyakit sistemik yang sering menyebabkan jatuh.
Keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh harus dihilangkan.
Penerangan rumah harus cukup tetapi tidak menyilaukan. Lantai rumah datar, tidak
licin, bersih dari benda-benda kecil yang susah dilihat, peralatan rumah tangga yang sudah
tidak aman (lapuk, dapat bergerser sendiri) sebaiknya diganti, peralatan rumah
ini sebaiknya diletakkan sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu jalan/tempat aktivitas lanjut usia. Kamar mandi
dibuat tidak licin sebaiknya diberi pegangan pada dindingnya, pintu yang mudah
dibuka. WC sebaiknya dengan kloset duduk dan diberi pegangan di dinding.
2. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan (gait)
Setiap lanjut usia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan badannya dalam
melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi. Bila
goyangan badan pada saat berjalan sangat berisiko jatuh, maka
diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi medis.
Penilaian gaya berjalan juga harus dilakukan dengan cermat, apakah kakinya menapak
dengan baik, tidak mudah goyah, apakah penderita mengangkat kaki
dengan benar pada saat berjalan, apakah kekuatan otot ekstremitas bawah penderita cukup
untuk berjalan tanpa bantuan. Kesemuanya itu harus dikoreksi bila terdapat kelainan/penurunan.

3. Mengatur/ mengatasi faktor situasional.


Faktor situasional yang bersifat serangan akut yang diderita lanjut usia dapat dicegah
dengan pemeriksaan rutin kesehatan lanjut usia secara periodik. Faktor situasional bahaya
lingkungan dapat dicegah dengan mengusahakan perbaikan lingkungan , faktor
situasional yang berupa aktifitas fisik dapat dibatasi sesuai dengan kondisi kesehatan lanjut
usia. Aktifitas tersebut tidak boleh melampaui batasan yang diperbolehgkan baginya sesuai hasil
pemeriksaan kondisi fisik. Maka di anjurkan lanjut usia tidak melakukan aktifitas fisik yang
sangat melelahkan atau berisiko tinggi untuk terjadinya jatuh.

K. Penerapan dalam Pelayanan Keperawatan


Contoh-contoh dalam penerapannya antara lain :
1. Penambahan tempat tidur yang mempunyai penghalang disamping tempat tidur.
2. Tersedia restrain dan alat dressing yang sesuai dengan jumlah pasien.
3. Obat-obatan ( perawat melihat efek samping obat yang memungkinkan terjadinya jatuh)
4. Penglihatan menurun ( perawat dapat tetap menjaga daerah yang dapat menyebabkan jatuh
menggunakan kacamata, sehingga pasien dapat berjalan sendiri, misalnya pada malam hari.
5. Perawat tanggap terhadap perubahan perilaku pasien.
6. Perawat mengecek seluruh daerah yang dapat menyebabkan jatuh misalnya sepatu atau tali
sepatu yang tidak pada tempatnya.
7. (Jatuh dilantai) perawat mengecek penyebab sering terjadinya jatuh, misalnya terlalu
banyak furniture, daerah yang gelap, dan sedikit hidarasi ( perawat menganjutkan untuk minum
6-8 gelas perhari ).
8. Mengorientasikan klien pada saat masuk rumah sakit dan jelaskan sistem komunikasi yang ada
9. Hati-hati saat mengkaji klien dengan keterbatasan gerak
10. Supervisi ketat pada awal klien dirawat terutama malam hari
11. Anjurkan klien menggunakan bel bila membutuhkan bantuan
12. Berikan alas kaki yang tidak licin
13. Jaga lantai kamar mandi agar tidak licin.
L. Pengurangan Resiko Jatuh pada Pasien di Rumah Sakit
Keselamatan Pasien merupakan hal utama dalam pelayanan di Rumah Sakit. Jumlah kasus
jatuh menjadi bagian yang bermakna penyebab cedera pasien rawat inap. Rumah Sakit perlu
mengevaluasi resiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi resiko cedera jika
sampai jatuh. Evaluasi resiko jatuh menggunakan skala resiko jatuh. Pasien yang dirawat di RS
akan selalu memiliki resiko jatuh terkait dengan kondisi dan penyakit yang diderita, contohnya
pada pasien dengan kelemahan fisik akibat dehidrasi, status nutrisi yang buruk, perubahan kimia
darah (hipoglikemi, hipokalemi); perubahan gaya berjalan pada pasien usia tua dengan gaya jalan
berayun/tidak aman, langkah kaki pendek-pendek atau menghentak; pasien bingung atau gelisah
yang mencoba untuk turun atau melompati pagar tempat tidur yang dipasang; pada pasien dengan
diare atau inkontinensia.
Selain itu faktor lingkungan juga mempengaruhi pasien jatuh, contohnya lantai kamar mandi
yang licin, tempat tidur yang terlalu tinggi, pencahayaan yang kurang. Sedangkan dampak dari
insiden jatuh yang dialami pasien secara fisik adalah cidera ringan, sampai dengan kematian,
secara financial memperpanjang waktu rawat dan tambahan biaya pemeriksaan penunjang (CT
Scan kepala, rontgen, dll) yang seharusnya tidak perlu dilakukan, dan dari segi hukum berisiko
untuk timbulnya tuntutan hukum bagi rumah sakit.
Meski demikian, resiko jatuh dapat dicegah dan banyak hal yang dapat dilakukan untuk
mencegah pasien jatuh dan meminimalkan cidera akibat jatuh. Dengan mengenali resiko jatuh
maka akan dapat diprediksi resiko jatuh seseorang, dan dilakukan tindakan pencegahan yang
sesuai. Oleh karena itu, memahami resiko jatuh, melakukan tindakan pencegahan, dan
penanganan pasien jatuh, merupakan langkah yang harus dilakukan untuk menurunkan resiko
jatuh dan cidera pada pasien yang dirawat.
Resiko jatuh dapat dicegah, namun mencegah resiko jatuh bukan berarti pasien harus
membatasi mobilitas dan aktivitasnya (contohnya berjalan, mandi, BAB, BAK, dsb) dan
mengharuskan pasien untuk berada di tempat tidur saja. Oleh karena itu pencegahan resiko jatuh
membutuhkan intervensi dan modifikasi sesuai kebutuhan individual pasien berdasarkan hasil
pengkajian terhadap faktor resiko jatuh pasien. Pengurangan resiko pasien jatuh memerlukan
komitmen yang tinggi dari pimpinan dan seluruh staf. Rumah sakit harus memiliki budaya aman
agar setiap orang sadar dan memiliki tanggung jawab terhadap keselamatan pasien karena
pencegahan pasien jatuh merupakan tanggung jawab seluruh staf di RS baik medik maupun non
medik, tetap dan tidak tetap. Seluruh karyawan harus waspada terhadap risiko jatuh pasien dan
berpartisipasi dalam melakukan tindakan pencegahan diseluruh area rumah sakit dimana pasien
berada, baik area klinis/perawatan maupun area non klinis (contohnya: area parkir, ruang tunggu,
koridor RS, ruang administrasi, dll).
Sebagai upaya pengurangan risiko jatuh dan cidera yang ditimbulkan akibat jatuh maka RS
menetapkan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengenali faktor resiko jatuh dan melakukan penilaian risiko melalui pengkajian awal dan
pengkajian ulang
2. Melakukan intervensi pencegahan reisiko jatuh
3. Memonitor resiko jatuh Penilaian resiko jatuh menggunakan skala Morse untuk pasien dewasa
dan skala Humpty Dumpty untuk pasien anak - anak.
Penilaian meliputi berbagai aspek seperti riwayat jatuh, menggunaan alat bantu jalan,
kebiasaan berjalan, kebiasaan berkemih, penyakit dan obat yang dikonsumsi, dan lain-
lain. Biasanya pasien diberikan tanda gelang kuning dan tanda yang akan ditempel di dekat
tempat tidur pasien yang menyatakan bahwa pasien beresiko untuk jatuh. sehingga perawat
melakukan intervensi dan monitoring yang intensif terhadap pasien beresiko jatuh.
Penilaian terhadap resiko jatuh diharapkan dapat mengurangi resiko jatuh dan meningkatkan
kewaspadaan terhadap pasien beresiko jatuh. Dengan mengenali resiko jatuh maka akan dapat
diprediksi resiko jatuh seseorang, dan dilakukan tindakan pencegahan yang sesuai. Oleh karena
itu, memahami resiko jatuh, melakukan tindakan pencegahan, dan penanganan pasien jatuh,
merupakan langkah yang harus dilakukan untuk menurunkan resiko jatuh dan cidera pada pasien
yang dirawat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Memberikan keselamatan kepada pasien merupakan hal yang sangat penting. Dan untuk
mencapai keselamatan pasien diperlukan sasaran-sasaran keselamatan pasien, salah satunya
adalah mengurangi resiko pasien cedera karena jatuh. Bila resiko pasien cedera karna jatuh ini
bisa dikurangi, maka proses penyembuhan klien akan lebih cepat. Tanggung jawab sasaran ini
terutama ada pada rumah sakit selaku penyedia fasilitas, namun segala komponen yang terkait
juga punya tanggung jawab yang besar terhadap keselamatan pasien

B. Saran
Sebagai seorang mahasiswa harus lebih banyak lagi belajar dan bertanya agar lebih bisa
mengerti dan memahami tentang keselamatan pasien ini. Karena ini merupakan salah satu hal
pokok yang harus dikuasai.
Daftar Pustaka

Depkes RI. (2006). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta.
DR. dr. Andry, M. M. (2011). Keselamatan Pasien Versi Standar Internasional IPSG

(International Patient Safety Goal). Yogyakarta.


http://id.scribd.com/doc/23021116/makalah-patient-safety diakses 24 November 2016
http://www.scribd.com/doc/78242448/Jtptunimus-Gdl-Ariastikai-5515-3-Babii diakses 30 November
2016 jam 12.50.
Wikipedia. Cedera. http://id.wikipedia.org/wiki/Cederadiakses 15 Maret 2013 jam 03.18.
http://dokter.legawa.com/?p=144 diakses 30 November 2016 jam 12.55
http://nersrini.blogspot.com.tr/2014/12/assesment-resiko-jatuh.html Diases 30 November 2016 jam 12.00
http://dokumen.tips/documents/sop-pasien-resiko-jatuh.html# dikses 30 November 2016 jam 20:06

http://www.kompasiana.com/lusialulu/pengurangan-resiko-jatuh-pada-pasien-di-rumah-
sakit_552a8b10f17e61831cd623dc dikses tanggal 24 november 2016 20: 12

Anda mungkin juga menyukai