Balut Dan Bidai Kelompok 4-1
Balut Dan Bidai Kelompok 4-1
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah : Keperawatan Gawat
Darurat
Disusun Oleh :
Semester V
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, berkat karunia dan limpahan rezeki nya kami masih di
berikan nikmat iman, nikmah kesehatan sehingga dapat terselesaikannya makalah
yang berjudul Keperawatan Gawat Darurat : Konsep Dan Prinsip Pembalutan Dan
Pembidaian untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Manajemen Bencana program studi DIV Keperawatan Politeknik Kemenkes
Banten.
Wassalamualaikum Wr. Wb
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
....................................................................................................................................
i
DAFTAR ISI
....................................................................................................................................
ii
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
.......................................................................................................................
1
B. Tujuan Penulisan
.......................................................................................................................
2
C. Ruang Lingkup
.......................................................................................................................
2
D. Manfaat Penulisan
.......................................................................................................................
2
E. Sistematika Penulisan
.......................................................................................................................
3
ii
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
.......................................................................................................................
30
B. Saran
.......................................................................................................................
30
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat tahun 2007 terdapat lebih dari
delapan juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta
orang mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki
angka kejadian yang cukup tinggi yakni insiden fraktur ekstremitas bawah yakni
sekitar 46,2% dari insiden kecelakaan yang terjadi. Berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
Depkes RI tahun 2007 di Indonesia terjadi kasus fraktur yang disebabkan oleh
cedera antara lain karena jatuh, kecelakaan lalulintas dan trauma benda
tajam/tumpul. Dari 45.987 peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak
1.775 orang (3,8%), dari 20.829 kasus kecelakaan lalu lintas, yang mengalami
fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5%), dari 14.127 trauma benda tajam/ tumpul,
yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7%). Badan Kesehatan Dunia
(WHO) 50% patah tulang paha atas akan menimbulkan kecacatan seumur hidup,
dan 30% bias menyebabkan kematian (Pujitriono, 2015).
1
Pada kegawatdaruratan fraktur terbuka dan tertutup dapat ditangani dengan
pertolongan pertama yaitu pembidaian dan pembalutan. Pembidaian adalah
memasang alat untuk imobilisasi dengan mempertahankan kedudukan tulang yang
patah. Pembalutan luka merupakan tindakan keperawatan untuk melindungi luka
dengan drainase tertutup, kontaminasi mikroorganisme yang dapat dilakukan
dengan menggunakan kasa steril yang tidak melekat pada jaringan
luka(Krisanty,2009).
BAB I / PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian tentang latar belakang masalah yang mendasari
pentingnya diadakan identifikasi, tujuan penulisan, ruang lingkup, manfaat
penulisan dan sistematika penulisan
Bab ini berisi uraian tentang Konsep dan Prinsip Pembalutan dan
Pembidaian
2
BAB III / PENUTUP
Bab ini berisi uraian tentang pokok – pokok kesimpulan dan saran saran
yang perlu disampaikan
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
2.1 PEMBALUTAN
2.1.1Pengertian
2.1.2 Tujuan
a) Menahan sesuatu sebagai penutup luka, pita traksi kulit dan bagian
tubuh yang cidera.
b) Memberikan tekanan, seperti terhadap kecenderungan timbulnya
perdarahan atau hematom
c) Melindungi bagian tubuh yang cidera
d) Memberikan penyokong terhadap bagian tubuh yang cidera
e) Menghindri bagian tubuh agar tidak bergeser dari tempatnya
4
f) Mecegah terjadinya pembengkakan
g) Mencegah terjadinya kontaminasi
h) Memberikan support pada bagian tubuh yang cedera
5
Cara membalut dengan mitela :
Salah satu sisi mitela dilipat 3-4 cm sebanyak 1-3 kali
Pertahankan sisi yang telah terlipat terletak diluar bagian
yang akan dibalut, lalu ditarik secukupnya dan kedua ujung
sisi diikat
Salah satu ujung bebas lainnya ditarik dan dapat diikat pada
ikatan, diikat pada tempat lain, atau dapat dibiarkan bebas.
Hal ini tertantung pada tempat dan kepentingan
6
2. Pembalutan dada dengan mitella
Lipat alas segitiga 2 cm, letakkan segitiga pada dada, alas
segitiga berada di bawah mamae, sedangkan puncaknya di
salah satu bahu.
Kedua sudut alas segitiga ikat pinggang bagian belakang,
salah satu sudut buat sisa agak panjang.
Puncak segitiga tarik ke belakang/ ke punggung, sehingga
bertemu dengan sisa sudut alas segitiga dan ikat.
7
4.
4.
4.
4.
4.
4.
4.
4.
Menggendong lengan dengan mitella
8
Bentangkan mitella pada telapak tangan / meja periksa,
letakkan telapak tangan diatasnya, kemudian puncak
segitiga dilipat diatas tangan, sehingga berada pada
pergelangan tangan.
9
sudut puncak segitiga tarik ke bawah, kemudian penitikan.
10
Lipat – lipat sisi alas segitiga kira – kira setengah tinggi
kain segitiga.
Letakkan ujung puncak segitiga di sebelah atas dari lutut
( kearah paha).
Sisi alas yang dilipat – lipat harus berada dibawah bagian
lutut, pinggir alas dirapatkan masing – masing ke dua
ujungnya kiri dan kanan menuju ke bawah lipatan lutut.
Kedua ujung alas segitiga disilagkan, kemudian masing –
masing ujungnya tarik kearah atas/ ujung paha.
Buat simpul, sehingga seluruh lutut tertutup.
11
Lipat – lipat sisi alas kain segitiga sampai 2/3 tinggi kain
segitiga.
Letakkan pinggir alas yang sudah dilipat – lipat pada
pangkal tumit/ kearah telapak kaki dan ujung puncak
segitiga berada di belakang betis menutupi tumit.
Ujung sudut alas segitiga yang di pangkal tumit, masing –
masing ditarik ke arah atas menuju ke punggung
pergelangan kaki, lalu buat silang, kemudian masing –
masing ditarik ke arah tumit sbelah atas dan keduanya
bertemu dengan menindih puncak segitiga di persilangan.
Boleh di buat simpul disitu atau masing – masing
diteruskan kembali menuju punggung pergelangan kaki,
kalau ujung segitiga masih panjang, diteruskan ke bawah
menuju ke pangkal tumit, lalu buat simpul.
b) Elastis Perban
Menurut Simmers (2009) perban elastis termasuk mudah
untuk
diterapkan
dan mudah
12
menyesuaikan dengan bentuk tubuh yang cidera. Penggunaan
perban elastis yang terlalu ketat atau longgar dapat menghentikan
atau membatasi sirkulasi darah, namun terkadang perban elastis
dapat digunakan dengan tujuan merangsang sirkulasi darah.
13
2. Balutan pucuk rebung (spiral reverse bandage)
Digunakan untuk membalut bagian tubuh yang berbentuk
kerucut.
14
punggung dan pergelangan kaki, demikian seterusnya
sehingga membentuk angka delapan.
- Untuk menghindari teregangnya balutan ini, dipergunakan
plester selebar 2-3 cm. Plester tersebut dilekatkan dari sisi
medial pergelangan melingkari telapak kaki ke sisi lateral,
lalu dari sisi medial punggung kaki melingkari tumit ke sisi
lateral, demikian seterusnya dengan diselang-seling. Plester
harus cukup panjang hingga mencapai kulit yang tak
terbalut. Balutan ini harus diganti setiap 4-6 hari.
15
Caranya:
Pembalut dilingkarkan di kepala tepat di atas telinga 2-3 kali.
Setelah pembalut mencapai pertengahan dahi, dengan dipegang
oleh seorang pembantu pembalut ditarik ke oksiput dan disini
dipegang oleh pembantu, lalu pembalut kembali ditarik ke dahi.
Setelah seluruh kepala tertutup, ujung-ujung bebas di dahi dan
di oksiput ditutup dengan balutan sirkuler lagi. Lalu diperkuat
dengan plester selebar 2-3 cm mengelilingi dahi sampai
oksipital.
c) Dasi (cravat)
Merupakan mitella yang dilipat-lipat dari salah satu ujungnya
sehingga berbentuk pita dengan kedua ujung-ujungnya lancip dan
lebarnya antara 5-10 cm. Pembalut ini biasa dipergunakan untuk
membalut mata, dahi (atau bagian kepala yang lain), rahang, ketiak,
lengan, siku, paha, lutut, betis, dan kaki yang terkilir.
Cara membalut dengan dasi
Pembalut mitela dilipat dari salah satu sisi sehingga
berbentuk pita dengan masing-masing ujung lancip
Balutkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua
ujungnya dapat diikat
Diusahakan agar balutan tidak mudah kendur dengan cara
sebelum diikat arahnya saling menarik
Kedua ujungnya diikatkan secukupnya
d) Pita (Pembalut gulung)
Dapat terbuat dari kain katun, kain kasa, flanel atau bahan
elastis. Yang paling sering adalah kasa. Hal ini dikarenakan kasa
mudah menyerap air dan darah, serta tidak mudah kendor.
Macam ukuran lebar pembalut dan penggunaannya:
1. 2,5 cm : untuk jari-jari
2. 5 cm : untuk leher dan pergelangan tangan
16
3. 7,5 cm : untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis dan
kaki
4. 10 cm : untuk paha dan sendi pinggul
5. 10-15 cm : untuk dada, perut dan punggung.
Cara membalut dengan pita
Berdasarkan besar bagian tubuh yang akan dibalut, maka
dipilih pembalut pita dengan ukuran lebar yang sesuai
Balutan pita biasanya terdiri atas beberapa lapis, dimulai
dari salah satu ujung yang diletakkan dari proksimal ke
distal menutup sepanjang bagian tubuh yang akan dibalut,
kemudian dari distal ke proksimal dibebatkan dengan arah
balutan saling menyilang dan tumpang tindih antara
balutan yang satu dengan balutanberikutnya
Kemudian ujung yang dalam ditarik dan diikat dengan
ujung yang lain
e) Plester (Pembalut berperekat)
Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi
pada sendi yang terkilir, untuk merekatkan pada kelainan patah
tulang. Cara pembalutan langsung dengan plester disebut strapping.
Plester dibalutkan berlapis-lapis dari distal ke proksimal dan untuk
membatasi gerakan perlu pita yang masing-masing ujungnya
difiksasi dengan plester. Untuk menutup luka yang sederhana dapat
dipakai plester yang sudah dilengkapi dengan kasa yang
mengandung antiseptik (Tensoplast, Band-aid, Handyplast dsb).
Cara membalut dengan plester
Jika ada luka terbuka
a. Luka diberi obat antiseptik
b. Tutup luka dengan kassa
c. Lalu letakkan pembalut plester
Jika untuk fiksasi (misalnya tulang patah/terkilir)
17
Balutan plester dibuat stapping dengan membebat
berlapis-lapis dari distal ke proksimal dan untuk membatasi
gerakan tertentu masing-masing ujungnya perlu difiksasi
dengan plester.
f) Kassa steril
Kasa steril ialah potongan-potongan pembalut kasa yang sudah
disterilkan dan dibungkus sepotong demi sepotong. Pembungkus
tidak boleh dibuka sebelum digunakan. Kassa steril digunakan
untuk menutup luka-luka kecil yang sudah didisinfeksi atau diobati
(misalnya sudah ditutupisofratulle), yaitu sebelum luka dibalut atau
diplester.
g) Pembalut Lainnya
Snelverband: pembalut pita yang sudah ditambah kasa penutup
luka, dan steril. Baru dibuka saat akan digunakan, sering dipakai
untuk menutup luka-luka lebar.
Sofratulle: kasa steril yang sudah direndam dalam antibiotika.
Digunakan untuk menutup luka-luka kecil.
18
1. Jelaskan prosedur kepada klien dan menanyakan keluhan yang
dirasakan
2. Mencuci tangan dan gunakan handscoon steril bila perlu
3. Menjaga privasi klien dengan membuka bagian yang akan
dilakukan tindakan atau menutup tirai
4. Melihat bagian tubuh mana yang akan dibalut
5. Atur posisi klien tanpa menutupi bagian yang akan dilakukan
tindakan
6. Lepaskan pakaian yan menutupi tempat untuk mengambil
tindakan
7. Perhatikan tempat yang akan dibalut dengan menjawab
pertanyaan berikut :
a. Bagian dari tubuh yang mana.
b. Apakah ada luka terbuka atau tidak.
c. Bagaimana luas tersebut.
d. Apakah perlu membatasi gerak bagian tubuh tertentu atau
tidak.
8. Pilih jenis balutan yang akan dipergunakan atau dikombinasi
9. Sebelum dibalut, jika luka terbuka, perlu diberi desinfektan atau
balut dengan pembalut yang mengandung obat desinfektan atau
diisolasi/direposisi
10. Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan hal berikut
:
a. Dapat membatasi gerak pergeseran atau gerak bagian tubuh
lainnya
b. Sesedikit mungkin membatasi gerak bagian tubuh yang lain
c. Usahakan posisi balutan yang paling nyaman untuk
kegiatan pokok penderita
d. Tidak mengganggu peredaran darah misalnya pada saat
membalut berlapis-lapis
e. Tidak mudah kendor atau lepas
19
20
21
B. PEMBIDAIAN
A. Pengertian
Jadi dapat disimpulkan bahwa bidai adalah alat yg bisa terbuat dari
kayu, anyaman kawat dan bahan lain yang kuat tetapi ringan, yang
digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang/organ yang
patah tidak bergerak (imobilisasi) sehingga memberikan istirahat dan
mnegurangi rasa sakit.
B. Tujuan Pembidaian:
6. Mempercepat penyembuhan
22
1. Lakukan pembidaian pada tempat dimana anggota badan
mengalami cedera (korban yang pindah)
2. Lakukan pembidaian pada dugaan terjadinya patah tulang, jadi
tidak perlu dipastikam terlebih dahulu ada tidaknya patah tulang
3. Melewati minimal dua sendi yang berbatasan
4. Untuk pemasangan bidai pada saat pemasangan infus pada bayi dan
anak-anak yang hiperaktivitas bertujuan agar tidak bergeser
D. Indikasi Pembidaian
3) Dislokasi persendian
e. Memar
f. Bengkak
g. Perubahan bentuk
23
h. Nyeri gerak aktif dan pasif
k. Hilangnya denyut nadi atau rasa raba pada distal lokasi cedera
F. Komplikasi Pembidaian
24
3. Keterlambatan transport penderita ke rumah sakit, jika penderita
menunggu terlalu lama selama proses pembidaian.
G. Jenis Pembidaian
a. Bidai keras
Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau
bahan lain yang kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai
yang paling baik dan sempurna dalam keadaan darurat. Kesulitannya
adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di lapangan.
Contoh: bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.
b. Bidai traksi
25
Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya,
hanya dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya
dipakai pada patah tulang paha.Contoh: bidai traksi tulang paha
c. Bidai improvisasi
Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan
untuk penopang. Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang
tersedia dan kemampuan improvisasi si penolong. Contoh:
majalah, koran, karton dan lain-lain.
I. Syarat-syarat Pembidaian
26
J. Prosedur Kerja
27
Kedua lutut diikat dengan pembalut dasi lipatan 2 kali
Tumit diikat dengan pembalut dasi lipatan 3 kali
Rujuk ke sarana kesehatan
28
Carilah bahan kaku yang cukup panjang sehingga mencapai
jarak antara telapak tangan sampai dengan diatas
lutut.
Carilah bahan yang bisa digunakan sebagai tali
untuk mengikat bidai
Pastikan bahwa tungkai berada dalam posisi lurus
Letakkan bidai di sepanjang sisi bawah tungkai,
sehingga bidai dalam posisi memanjang antara sisi
bawah lutut sampai dengan dibawah telapak kaki
Pasanglah bidai pasangan di sisi atas tungkai bawah
sejajar dengan bidai yang dipasang di sisi bawah tungkai
Ikatlah bidai pada posisi diatas dan di bawah lokasi
fraktur. Pastikan bahwa lutut dan pergelangan kaki sudah
terimobilisasi dengan baik
Pasanglah bantalan pada ruang kosong antara bidai
dan lengan yang dibidai
Periksalah sirkulasi, sensasi dan pergerakan pada
region distal dari lokasi pembidaian, untuk memastikan
bahwa pemasangan bidai tidak terlalu ketat
29
fraktur agar menempel rapat pada bagian sisi lateral
dinding thoraks
P
a
s
a
n
g
l
ah bidai yang telah di balutkain/kassa pada sisi lateral
lengan atas yang mengalami fraktur.
Bebatlah lengan atas diantara papan bidai (di sisi
lateral) dan dinding thorax (pada sisi medial).
Jika tidak tersedia papan bidai, fiksasi bisa dilakukan
dengan pembebatan menggunakan kain yang lebar.
Periksa nadi, fungsi sensori dan motorik ekstremitas bagian
distal dari tempat cidera setelah pemasangan bidai
9. Hasil pembidaian :
a. Harus cukup jumlahnya, dimulai dari bagian bawah tempat
yang patah
b. Tidak kendor atau keras
10. Rapikan alat-alat yang tidak dipergunakan
11. Buka sarung tangan jika dipakai dan cuci tangan
12. Evaluasi dan dokumentasi tindakan
30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keperawatan gawat darurat (emergency nursing) merupakan pelayanan
keperawatan yang komprehensif diberikan kepada pasien dengan injuri akut
atau sakit yang mengancam kehidupan. Kegiatan pelayanan keperawatan
menunjukkan keahlian dalam pengkajian pasien, setting prioritas, intervensi
31
krisis dan pendidikan kesehatan masyarakat. Fraktur merupakan salah satu
contoh dari kegawatdaruratan.
Fraktur adalah diskontinuitas dari jaringan tulang yang biasanya
disebabkan adanya kekerasan yang timbul secara mendadak. Fraktur dapat
terjadi dengan patahan tulang dimana tulang tetap berada di dalam atau
disebut fraktur tertutup atau di luar dari kulit yang disebut fraktur terbuka.
Pada kegawatdaruratan, fraktur terbuka dan tertutup dapat ditangani dengan
pertolongan pertama yaitu pembidaian dan pembalutan. Pembidaian adalah
memasang alat untuk imobilisasi dengan mempertahankan kedudukan tulang
yang patah
Pembidaian atau pembalutan merupakan salah satu proses penting dalam
penatalaksanaan awal korban patah tulang. Memasang bidai / balut adalah
memasang alat untuk immobilisasi atau mempertahankan kedudukan tulang
yang patah. Adapun tujuan dari pembalutan/pembidaian adalah memobilisasi
fraktur dan dislokasi, mengistirahatkan anggota badan yang cedera,
mengurangi rasa sakit, mempercepat penyembuhan.
3.2 Saran
Sebagai penutup dari makalah ini kami selaku penulis menyarankan kepada
teman-teman sesama mahasiswa untuk benar-benar dapat mehamami
pengertian Pembalutan dan pembidaian disertai tindakan dalam memberikan
bantuan pada korban yang membutuhkan pertolongan dengan melalui proses
penilaian yang cepat dan pengelolaan yang tepat guna menghindari kematian
pada pasien gawat darurat.
Dan kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah yang kami susun
ini jauh dari kesempurnaan dan masih banyak yang tidak dapat kami jabarkan
semua di dalam makalah ini ,semoga bermanfaat. Terima kasih.
32
DAFTAR PUSTAKA
Asikin, M., Nasir, M., Podding, I Takko., dkk. (2016). Keperawatan Medikal
Bedah :Sistem Muskuloskeletal. Jakarta :Erlangga.
Krisanty, Paula, dkk. 2009. Asuhan keperawatan gawat darurat. Jakarta: CV.
Trans Info Media
33
Kementrian Republik Indonesia. (2015). Modul 1 PPGD dan TAGANA:
penanganan luka, patah tulang dan biomekanika trauma. Jakarta:
Kementrian RI.
Https://www.academiaedu/12004652/BALUT_dan_BIDAI
https://eournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/19482/19033
34