Anda di halaman 1dari 38

BAB V

ANALISA PENDEKATAN DAN KONSEPPERENCANAAN


DAN PERANCANGAN
5.1 Analisa dan konsep Kawasan
5.1.1. Lokasi Site Terpilih
Lokasi perancangan berada di Jl. Kabupaten, Dsn Ngawean, Kel Trihanggo, Kec. Gampin
g, Kabupatren Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55291. Luas site yaitu 10.000 m2

Gambar 5.1.1 Lokasi Perancangan Culture Center


(https://www.google.com/earth/)

Lokasi : Jl. Raya Kabupaten


Luas : 10.000 m2

Site berlokasi di area pinggiran kota dengan kondisi lahan kosong/persawahan. Bentuk
site menyesuaikan dengan kondisi eksisting yang ada tanpa menghilangkan yang sudah ad
a pada site tersebut. Bentuk site yaitu segi empat. Pemilihan lokasi site ini berdasarkan pad
a keramaian serta kedekatannya dengan fasilitas umum seperti rumah sakit, klinik, hotel,
mall. Sehingga memungkinkan membangun Culture Center pada area ini. Berikut adalah k
ondisi eksisting kawasan

Gambar 5.1.1.2 Jarak site dengan UGM


(https://www.google.com/earth/)

Lokasi site berada tidak jauh dengan kampus UGM berjarak 5,5 km dengan durasi perjalan
an kurang lebih 10 menit
Fasilitas transportasi dari pusat kota / kampus UGM
 Bus Trans Jogja jalur 3B
 Bus Kota Yogyakarta jalur 5
 Grab
 Gojek
 Maxim
 Angkutan Kota (Angkot)
 Taxi konvensional
5.1.2. Analisa Makro
Terdapat beberapa faktor dalam pemilihan site yang berada di Jalan Sinduadi
ini, diantaranya :
1. Site terletak di jalan yang cukup strategis
2. Lokasi site memiliki sarana transportasi yang cukup
3. Tersedianya fasilitas jaringan air, telpon, dan listrik

Gambar 5.12 Kondisi Eksisting Lokasi


(https://www.google.com/earth/)

5.1.3. Data Site


Spesfikasi Tapak :

 Luasan : 10.000 m2
 Tata Guna Lahan : Lahan kosong, Sawah
 Kepemilikan : Tanah hak milik
 Permukaan : Datar, Berumput
 Akses Tapak : Berada di Jl. Kabupaten, Ringroad Utara.
 Kondisi di sekitar site : Kebanyakan masih berupa sawah

Batas Tapak :

 Utara : berbatasan langsung dengan sawah


 Timur: berbatasan langsung dengan sawah
 Selatan : berbatasan langsung dengan sawah dan perumahan
 Barat : berbatasan dengan jalan kabupaten dan pertokoan
5.2. Analisa dan Konsep Site
5.2.1. Analisa dan Konsep pencapaian

Analisis :
Lokasi site Cultural Center NTT terletak di jalan Kabupaten, Dsn Ngawean, Kel T
rihanggo, Kec. Gamping, Kabupatren Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, jalan
tersebut sangat dekat dengan jalan Ring Road.

Gambar 5.2.1 Analisis dan konsep pencapaian


(https://www.google.com/earth/)

Pertimbangan :

 Akses Pencapaian menuju site dapat dicapai melalui jalan Kabupaten (bagian barat)
yang merupakan jalan ring road.
 Nantinya akan disediakan akses masuk ke dalam site maupun keluar site yang mudah
dicapai.
 Akan disediakan fasilitas-fasilitas pendukung seperti tempat parkir yang tidak jauh dari
Gedung utama Cultural Centre dan juga peneduh.

Konsep :

 Menyediakan pintu masuk kedalam Site melalui jalan utama yaitu jalan Kabupaten.
 Menyediakan Trotoar untuk akses masuk Cultural centre bagi para pejalan kaki.
 Menyediakan petunjuk arah untuk memudahkan pengunjung untuk masuk ke dalam
site

5.2.2. Analisa dan Konsep sirkulasi

Analisis :

 Site berada di jalan Kabupaten. Jalan akses utama merupakan jalan Kabupaten yang
dimana jalan tersebut merupakan jalur ring road
 Site masih berupa lahan kosong

Gambar 5.2.2 Analisis dan konsep sirkulasi


(https://www.google.com/earth/)
Pertimbangan :

 Membuat jalur masuk site menjadi 2 arah dari bagian depan yakni gerbang masuk dan
gerbang keluar
 Membuat jalur khusus pejalan kaki semacam trotoar agar pejalan kaki merasa aman
dan nyaman.
 Menyediakan fasilitas bagi kendaraan yang terpisah antara mobil dan motor agar tidak
terjadi penumpukan parkir yang berlebihan.

Konsep :

 Membedakan jalur masuk dan jalur keluar agar tidak terjadi penumpukan sirkluasi
keluar masuk dalam satu sisi jalur
 Menyediakan fasilitas bagi pejalan kaki berupa trotoar atau pedestrian baik diluar site
maupun di dalam site yang sesuai standar juga ramah bagi penyandang disabilitas.
 Memberikan rambu petujuk masuk maupun keluar bagi kendaraan dan pejalan kaki
untuk memudahkan sirkulasi.

5.2.3. Analisa dan Konsep view


Analisis:

 View dari dalam maupun luar site paling optimal ke arah Jalan Kabupaten
karena merupakan jalan utama dan tidak terdapat permukiman.
 View dari sebelah selatan merupakan lahan sawah dan sisanya merupakan
daerah
peumahan
 View dari arah timur merupakan lahan hijau dan sawah

Gambar 5.2.3 Analisa dan Konsep View

(https://www.google.com/earth/)

Pertimbangan :

 Pada bagian barat view massa bangunan menghadap langsung ke jalan dan juga
perkotaan.
 Pada bagian timur view menghadap ke lahan hijau dan sawah
 Pada bagian selatan view mengahdap lahan sawah dan perumahan

Konsep :
 View diarahkan ke luar bangunan dan memberikan kesan taman dan vegetasi
lainnya guna merespon jalan kabupaten sebagai jalan utama sehingga dapat
mengekspos bangunan sebagai daya tarik pengunjung.
 Massa bangunan utama pada Bangunan Cultural Center NTT ini dapat
diletakan pada sisi timur, hal tersebuta bertujuan agar Bangunan utama
memiliki view yang menarik.

5.2.4. Analisa dan Konsep kebisingan


Analisis:

Aanlisa ini memiliki tujuan untuk mengetahui daerah dari site bedasarkan
tingkat kebisingan. Site dapat dicapai melalui Jalan Sinduadi melalui 4 arah (Utara,
Timur, Barat, dan Selatan).Sumber kebisingan berada bada bagian barat dan selatan.

Gambar 5.2.4 Analisa dan konsep kebisingan pada site

(https://www.google.com/earth/)

Pertimbangan :

 Utara : memiliki tingkat kebisingan sedang karena tidak jauh dari jl. Ring Road
Utara.
 Timur : memiliki tingkat kebisingan rendah karena hanya ada persawahan.

Selatan : memiliki tingkat kebisingan sedang karena berbatasan dengan
perumahan
 Barat : memiliki tingkat kebisingan tinggi karena berbatasan langsung dengan
jalan raya kabupaten dan pertokoan
Konsep :
 Dalam rangka mengatasi kebisingan di bagian Utara, selatan, dan Barat site
dapat diberikan dinding peredam suara dan juga vegetasi. Hal itu berfungsi
sebagai peredam suara agar pengunjung tidak terganggu dengan suara
kendaraan dari luar Gedung kebudayaan.
 Menjauhkan masa bangunan dari sumber-sumber kebisingan, yaitu dengan cara
meletakan massa bangunan kearah timur yang memiliki tingkat kebisingan
yang rendah.

5.2.5. Analisa dan Konsep klimatologi


Analisis :
 Kondisi iklim Indonesia yang tropis membuat agin datang dari arah tenggara menuju
barat laut.
 Indonesia memiliki 2 musim yakni musim kemarau dan musim hujan
 Matahari bergerak dari Timur ke Barat
 Karena bagian utara dan timur Site merupakan lahan terbuka yang cukup luas angin
juga dapat berhembus kencang dari arah tersebut
Gambar 5.2.5 Analisis dan Konsep Klimatologi

(https://www.google.com/earth/)

Pertimbangan :
 Memanfaatkan sinar matahari dan angin untuk pencahayaan dan penghawaan alami
 Orientasi tapak yang menghadap barat juga harus memerhatikan kondisi arah sinar
matahari
 Dengan curah hujan yang cukup tinggi maka harus dibuat bangunan yang aman dari
limpahan air hujan dan mengatur sirkulasi air hujan agar tidak tergenang/banjir.

Konsep :
 Membuat bukaan agar cahaya dan angin alami dapat masuk kedalam bangunan
 Membuat shading pada setiap bukaan untuk mereduksi panas matahari dan limpasan
air hujan.
 Menggunakan vegetasi guna membelokkan arah angin sehingga mengurangi beban
angin pada bangunan yang terletak pada bagian utara dan timur.

5.2.6. Analisa dan Konsep Drainase


Analisis :
Site Memiliki kontur tanah yang datar sehingga mudah untuk mendirikan masa bangunan di
atasnya. Namun, terjadi permasalahan mengenai draine air. Ketika hujan, kontur tanah yang
datar akan menyebabkan air menggenang

Gambar 5.2.6 Analisis dan Konsep Drainase


(https://www.google.com/earth/)

Pertimbangan :
 Menyediakan drainase buatan pada site agar ketika hujan tidak tergenang air
 Menyediakan lahan penghijauan

Konsep :
 Solusi untuk menyelesaikan masalah drainase air adalah dengan merekayasa kondisi
tanah. Air dibuat agar mengalir ke bagian barat site yang terdapat saluran air.
 Memberi vegetasi yang dapat menyerap air dengan maksimal

5.2.7. Analisa dan Konsep Vegetasi


Analisis :
di dalam site pada bagian barat terdapat beberapa pohon besar, dan pada bagian selatan
terdapat beberapa pohon tetapi tidak berada didalam site

Gambar 5.2.7 Analisis dan Konsep Vegetasi


(https://www.google.com/earth/)

Pertimbangan :
 Memindahkan pohon yang terdapat pada bagian barat karena bagian barat merupakan
akses menuju dalam site
 Memberikan vegetasi pada bagian yang masih lahan kosong

Konsep :
 Memberi vegetasi pada bagian timur dan utara yang mana bagian tersebut masih lahan
kosong
 Menanam vegetasi yang memiliki daya resapan tinggi sehingga mampu menyerap air
secara maksimal
 Menanam vegetasi guna membelokkan arah angin sehingga mengurangi beban angin
pada bangunan yang terletak pada bagian utara dan timur

5.3. Analisa dan Konsep Ruang


5.3.1. Analisa kegiatan dan kebutuhan Ruang
Analisa kegiatan dan kebutuhan ruang dapat dipengaruhi oleh beberapa factor,yaitu :
1. Orang yang melakukan kegiatan pada suatu ruang dan jumlahnya
2. Jenis kegiatan yang dilakukan
3. Pengelompokan berdasarkan jenis kegiatan yang dilakukan

Tabel.5.3.1 Analisa dan kebutuhan Ruang

Pelaku Kebutuhan
No Kelompok Kegiatan Bentuk Kegiatan
(User) Ruang
Ruang
Petugas Kelas
Pengkajian, Bahasa
RUANG PRIMER

Pengunjun penelitian, Ruang


1 Studio Workshop g pendokumentasian, Kelas Tari
kepustakaan, Ruang
Pengelola
Pendidikan, Staff
Ruangan
Galeri
Penyajian dan
2 Pertunjukan Petugas pengembangan Auditorium
potensi budaya,
Pengunjun Ruang
g Panggung

mempromosikan Dressing
budaya room
Backstage
Ruang
Pengelola
Kontrol
Ruang
Loket
Karcis
Petugas Kegiatan penyajian
Pengunjun karya seni budaya Ruang
3 Pameran Seni
g Nusa Tenggara Pameran
Pengelola Timur
Petugas Menyediakan Ruang baca
Pengunjun literatur tentang Ruang
4 Perpustakaan
g kebudayaan Nusa loker dan
Pengelola Tenggara Timur staff
Menyampaikan
Pengelola informasi dan data
Penyampaian informasi Information
5 terkait dengan
dan data Desk
Petugas pusat kebudayaan
NTT, dan lain-lain
Mewadahi
Pengelola kegiatan formal
Kegiatan Formal yang berhubungan Ruang
6
Kelembagaan dengan Staff
Petugas kelembagaan pusat
kebudayaan
RUANG SEKUNDER

Petugas Ruang multifungsi


Pengunjun yang dapat diubah Ruang
7 Multifungsi
g sesuai kegiatan serbaguna
Pengelola yang ada
Petugas Toilet
Pengunjun
Mewadahi
g
8 Ruang Privasi kegiatan yang Ruang
Pengelola
bersifat privasi laktasi
Mahasiswa
Daerah
9 Ruang Kesehatan Pengunjun Menyediakan Ruang
g fasilitas Kesehatan Kesehatan
Pengelola atau pertolongan dan P3K
pertama
Petugas Ruang
Menyediakan
panel
ruang untuk
10 Kegiatan ME utama
instalasi mekanikal
Pengelola Ruang
dan elektrikal
genset
11 Keamanan Petugas Menunjang kontrol Ruang
keamanan CCTV
lingkungan pusat Pos jaga
kebudayaan
12 Service Area Petugas Menyediakan Pantry
fasilitas kebersihan Gudang
untuk petugas
pusat kebudayaan
13 Restoran Pengunjun Meyediakan Area
FASILITAS PENUNJANG

g tempat untuk Makan


memesan dan
menikmati
Petugas makanan khas Food court
Nusa Tenggara
Timur
14 Penyediaan Barang Khas Petugas Menyediakan Toko
NTT berbagai macam Souvenir
Pengunjun pernak-pernik khas Kasir
g Nusa Tenggara
Pengelola Timur
15 Fasilitas Penunjang Petugas Fasilitas Area parkir
Pengunjun Penunjang Lobby
g Bangunan
FASILITAS PENUNJANG

Pengelola Resepsionis
Mahasiswa
Daerah
16 Menginap Pengunjun Menyediakan Penginapan
g penginapan untuk
Mahasiswa beristirahat Asrama
daerah Mahasiswa
Daerah
17 Tempat ibadah Petugas Beribadah Masjid
Pengunjun Tempat
g Wudhu
Pengelola
Mahasiswa
Daerah

Sumber : Analisa Penulis, 2020


5.3.2. Analisa pembagian area dan pengelompokan ruang
Pembagian area dan pengelompokan ruang berdasarkan fungsi dan kegunaan dari setiap ruang

Gambar 5.3.2 Analisa area dan pengelompokan ruang


Sumber : Analisa Penulis, 2020

Analisa :
Tata letak massa bangunan merupakan sebuah pola peletakan unit bangunan pada site.
Tata letak massa bangunan harus di buat efektif agar dapat dijangkau oleh pengunjung.
Pertimbangan :
 Sebagai bangunan publik,Culture Centre NTT ini akan dikunjungi oleh pengunjung
dari bebagai usia dan daerah. Oleh Karena itu,tata letak massa bangunan harus dibuat
dengan sangat efektif.
 Tata letak massa bangunan disesuaikan dengan pola linear

Konsep :
 Dalam rangka memudahkan pengunjung yang datang disediakan 2 lahan parkir. Lahan
perkir pertama berada di depan dekat dengan pinti masuk, dan lahan kedua berada di
depan foodcourt. Hal ini bertujuan agar menghindari lahan parkir yang terpusat dan
memudahkan pengunjung mencapai tujuan mereka.
 Letak massa bangunan disesuaikan dengan pola linear agar pengunjung lebih mudah
menemukan dan mengunjungi tempat tujuan pengunjung.

5.3.3. Analisa Hubungan Ruang

Gambar 5.3.3.1 Analisa Hubungan Ruang Massa Bangunan Utama


Sumber : Analisa Penulis, 2020
Gambar 5.3.3.2 Analisa Hubungan Ruang Massa Bangunan Penduku
Sumber : Analisa Penulis, 2020

Gambar 5.3.3.3 Analisa Hubungan Ruang Massa Bangunan Pelayanan


Sumber : Analisa Penulis, 2020

5.3.4. Analisa Besaran Ruang Cultural Center NTT


1. Program Ruang Pameran
Tabel 5.3.4.1 Ruang Pameran
Standar Luas Jumlah
No Ruangan Kapasitas Total Luas (m2) Sumber
(m2) Ruang
1 Ruang Pameran 150 Orang 20 x 10 1 200 Analisa
2 Information Desk 2 Orang 4 m2 / Orang 1 8 DA
3 Gudang 10 Orang 5 m2 / Orang 1 50 DA
1.5 x 1.5 (2.25
4 Toilet Pengunjung Pria 1 Orang 4 9 DA
m2 / Orang )
Toilet Pengunjung 1.5 x 1.5 (2.25
5 1 Orang 4 9 DA
Wanita m2 / Orang )
Toilet Pengunjung 1.7 x 1.5 (2,55
6 1 Orang 4 10.2 DA
Difabel m2 / Orang)
TOTAL + SIRKULASI 30 % 286.2+30%= 372  
Sumber : Analisa Penulis, 2020

2. Program Ruang Galeri Seni

Tabel 5.3.4.2 Ruang Galeri Seni

Standar Luas Jumlah


No Ruangan Kapasitas Total Luas (m2) Sumber
(m2) Ruang
1 Ruang Galeri 125 Orang 20 x 10 1 200 Analisa
2 Information desk 2 Orang 4 m2 / Orang 1 8 DA
3 Gudang 10 Orang 5 m2 / Orang 1 50 DA
4 Toilet Pengunjung Pria 1 Orang 1.5 x 1.5 (2.25 4 9 DA
m2 / Orang )
Toilet Pengunjung 1.5 x 1.5 (2.25
5 1 Orang 4 9 DA
Wanita m2 / Orang )
Toilet Pengunjung 1.7 x 1.5 (2,55
6 1 Orang 4 10.2 DA
Difabel m2 / Orang)
TOTAL + SIRKULASI 30 % 286.2+30%= 372  
Sumber : Analisa Penulis, 2020

3. Program Ruang Pertunjukan


Tabel 5.3.4.3 Ruang Pertunjukan

Standar Luas Jumlah


No Ruangan Kapasitas Total Luas (m2) Sumber
(m2) Ruang
Ruangan 200 0.8 m2/
1 1 160 DA
Auditorium Orang tempat
Ruang Panggung
2 1 150 DA
(Stage) 50 orang 15 x 10
3 Backstage 50 orang 15 x 10 1 150 DA
4 Dressing room pria 20 orang 12 x 5 1 60 DA
Dressing room
5 1 60 DA
wanita 20 orang 12 x 5
6 Gudang 10 Orang 5 m2 / Orang 1 50 DA
7 Ruang kontrol 5 orang 5 m2 / Orang 1 25 DA
8 Ruang Loket karcis 5 orang 2 m2 / Orang 1 10 Analisa
9 Ruang staff 4 orang 4x4 1 16 DA
1.5 x 1.5
Toilet Pengunjung
10 (2.25 m2 / 4 9 DA
Pria
1 orang Orang )
1.5 x 1.5
Toilet Pengunjung
11 (2.25 m2 / 4 9 DA
Wanita
1 orang Orang )
1.7 x 1.5
12 Toilet Pengunjung (2,55 m2 / 4 10.2 DA
Difabel 1 orang Orang)
TOTAL + SIRKULASI 30 % 709.2 + 30 % = 922  
Sumber : Analisa Penulis, 2020
4. Program Ruang Pembinaan (edukasi)
Tabel 5.3.4.4. Ruang Pembinaan (edukasi)

Standar Jumlah
No Ruangan Kapasitas Total Luas (m2) Sumber
Luas (m2) Ruang
1 Ruang Baca 70 orang 13.5 x 10 1 135 DA
2 Ruang kelas bahasa 30 orang 10 x 10 1 100 Analisa
3 Ruang Kelas Tari 20 Orang 4.5 m2 /
1 90
tempat DA
4 Ruang staff 4 Orang 4x4 1 16 DA
5 Ruang Serbaguna 150 Orang 12 x 20 1 240 DA
6 Toilet Pengunjung 1 Orang 1.5 x 1.5
Pria (2.25 m2 / 4 9
Orang ) DA
7 Toilet Pengunjung 1 Orang 1.5 x 1.5
Wanita (2.25 m2 / 4 9
Orang ) DA
8 Toilet Pengunjung 1 Orang 1.7 x 1.5
Difabel (2,55 m2 / 4 10.2
Orang) DA
TOTAL + SIRKULASI 30 % 609.2 + 30 % = 792  
Sumber : Analisa Penulis, 2020

5. Program Ruang Fasilitas Ibadah


Tabel 5.3.4.5 Ruang Fasilitas Ibadah

Standar Luas Jumlah


No Ruangan Kapasitas Total Luas (m2) Sumber
(m2) Ruang

1 Tempat Sholat 200 Orang 400 m2 1 400 DA

1,5 m2 /
2 Tempat Wudhu Pria 33 Orang 1 50 DA
Orang
1,5 m2 /
3 Tempat Wudhu Pria 33 Orang 1 50 DA
Orang
4 Toilet Pengunjung Pria 1 orang 1.5 x 1.5 4 9 DA

Toilet Pengunjung
5 1 orang 1.5 x 1.5 4 9 DA
Wanita
Toilet Pengunjung
6 1 orang 1,7 x 1.5 4 10.2 DA
Difabel

7 Gudang 4 orang 4x4 1 16 PUPR

TOTAL + SIRKULASI 30 % 544.2 + 30 % = 707,46  


Sumber : Analisa Penulis, 2020

6. Program Ruang Penunjang

N Standar Luas Jumlah


Ruangan Kapasitas Total Luas (m2) Sumber
o (m2) Ruang
1 Asrama Mahasiswa
Kamar Tidur 10 Orang 4x4 10 160 DA
1.5 x 1.5 (2.25
Kamar mandi 10 Orang 10 22.5 DA
m2 / Orang )
Penginapan
2
Pengunjung
Kamar tidur 1 Orang 4x4 4 160 DA
1.5 x 1.5 (2.25
Kamar mandi 1 Orang 4 22.5 DA
m2 / Orang )
3 Information desk 2 Orang 4 m2 / Orang 1 8 DA
4 Gudang 2 Orang 3 m2 / Orang 1 6 PUPR
5 Ruang Staff 4 Orang 4x4 1 16 DA
TOTAL + SIRKULASI 30 % 395 = 30 % = 513,5
Tabel 5.3.4.6 Ruang Penunjang

Sumber : Analisa Penulis, 2020


N Standar Luas Jumlah
Ruangan Kapasitas Total Luas (m2) Sumber
o (m2) Ruang
100
1 Foodcourt 20 x 20 1 400 Analisa
orang
2 Area Makan 50 Orang
10 x 10 1 100 Analisa
25 m2 /
3 Toko souvenir 10 Toko 1 250 DA
Outlet
4 Kasir 3 orang 2.5 x 2.5 1 6.25 Analisa
1.5 x 1.5
Toilet Pengunjung
5 1 orang (2.25 m2 / 4 9 DA
Pria
Orang )
1.5 x 1.5
Toilet Pengunjung
6 1 orang (2.25 m2 / 4 9 DA
Wanita
Orang )
1.7 x 1.5
Toilet Pengunjung
7 1 orang (2,55 m2 / 4 10.2 DA
Difabel
Orang)
8 Gudang 4 orang 4x4 1 16 PUPR
TOTAL + SIRKULASI 50 % 800.45 + 50 % = 1200  

7. Program Ruang Penunjang


Tabel 5.3.4.7 Ruang Penunjang

Sumber : Analisa Penulis, 2020

8. Program Ruang Keamana


Tabel 5.3.4.8 Ruang Keamanan

Jumla
Kapasita Standar Luas Sumbe
No Ruangan h Total Luas (m2)
s (m2) r
Ruang
Ruang Pos
1 2 orang 3x 2 2 12 Analisa
jaga
2 Ruang CCTV 3 orang 3 x4 1 12 Analisa
1.5 x 1.5 (2.25
3 Toilet 1 orang 1 2.25 DA
m2 / Orang ) Sumber :
26.25 + 30 % = Analisa
TOTAL + SIRKULASI 30 %
34   Penulis,
2020
9. Program Ruang Utilitas
Tabel 5.3.4.9 Ruang Utilitas

Jumlah
No Ruangan Kapasitas Luas (m2) Total Luas (m2) Sumber
Ruang
Ruang Panel
1 2 orang 5x4 1 20 Analisa
Utama
2 Ruang Genset 2 orang 5x4 1 20 Analisa
Tangga
3 30 orang 4 x 2 4 unit 32 DA
darurat
4 Lift difabel 2 orang 1,5 x 1.5 2 4.5 DA
TOTAL + Sirkulasi 30 % 76.5 + 30 % = 99  
Sumber : Analisa Penulis, 2020

10. Program Tempat Parkir


Tabel 5.3.4.10 Tempat Parkir

Jumlah
No Ruangan Kapasitas Standar Luas (m2) Total Luas (m2) Sumber
Ruang
1 Parkir Mobil 50 12.5 m2 / Mobil 1 625 DA
2 Parkir Motor 200 1.5 m2 / motor 1 300 DA
3 Pos Parkir 2 4m2 2 8 DA
TOTAL + SIRKULASI 30 % 933 + 30 % = 1213  
Sumber : Analisa Penulis, 2020

11. Program Ruang Pengelola


Tabel 5.3.4.11 Ruang pengelola

Standar Luas Jumlah


No Ruangan Kapasitas Total Luas (m2) Sumber
(m2) Ruang
1 Ruang Kepala 1 Orang 9 m2/ Orang 1 9 DA
Toilet Ruang 1.5 x 1.5 (2.25
2 1 Orang 1 2.25 DA
Kepala m2 / Orang )
3 Ruang Rapat 20 Orang 10 x 10 1 100 DA
4 Toilet Staff pria 1 Orang 1.5 x 1.2 2 3.6 DA
Toilet Staff
5 1 Orang 1.5 x 1.2 2 3.6 DA
Wanita
TOTAL + Sirkulasi 30 % 118,45 + 30 % = 154
Sumber : Analisa Penulis, 2020
12.Total Luas Keseluruhan
Tabel 5.3.4.12 Luas Total Keseluruhan

No Program Ruang Luas Keseluruhan


1 Program Ruang Pameran 372
2 Program Ruang Galeri Seni 372
3 Program Ruang Pembinaan (Edukasi) 922
4 Program Ruang Pertunjukkan 792
5 Program Ruang Penunjang 513.5
6 Program Ruang Penunjang 1200
7 Program Ruang Fasilitas Ibadah 707.46
8 Program Ruang Keamanan 34
9 Program Ruang Utilitas 99
10 Program Ruang Pengelola 154
Jumlah Kebutuhan Bangunan 5.165.96
Total Kebutuhan Parkir 1213

Luas Taman(luas Tapak – luas Bangunan) 4.834.04


Luas Tapak 10.000
Sumber : Analisa Penulis, 2020

Berdasarkan ketentuan dari BAPPEDA Sleman, Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Sleman, telah ditentukan sebagai berikut
 Luas Lahan 10.000 m2

 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Kota Sleman : 60 %


60 % x 10.000 = 6.000 m2, Artinya perancangan bangunan hanya boleh membangun
bangunan maximal seluas 6.000 m2. Sedangkan didalam besaran ruang tercantum
luasan total bangunan sebesar 5.165,96 m2. Jadi spesifikasi bangunan memenuhi
standart KDB Sedangkan untuk 40% digunakan untuk RTH (Ruang Terbuka Hijau)
 Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Kota Sleman : 1
Koefisien Lantai Bangunan merupakan angka persentase perbandingan antara jumlah
seluruh luas lantai bangunan yang dapat dibangun dengan luas lahan.
KLB x Luas Tapak = 1 x 10.000 = 10.000m2
KLB Cultural Center NTT = Luas Bangunan : Luas lahan
= 5.165.96: 10.000 = 0.51
Jadi berdasarkan dari hasil perbandingan tersebut maka 0.51 memenuhi batas koefisien
lantai bangunan (KLB) Kabupaten Sleman yang memiliki nilai 1.

 Koefisien Dasar Hijau (KDH) Kota Sleman : lebih dari 20 %


20 % x 10.000 = 2.000 m2, Hal itu berarti bahwa RTH (Ruang Terbuka Hijau) uuntuk
perancangan bangunan Cultural Center NTT yang harus terpenuhi minimal seluas
2.000 m2, sedangkan pada tabel luas total keseluruhan luas taman 4.834.04 m2 artinya
KDH dari lahan tersebut telah terpenuhi.

5.3.5. Zonnig Site

Gambar 5.3.5 Zonning Site


Sumber : Analisa Penulis, 2020

Analisa
Bertujuan untuk membagi area ruang berdasarkan kebutuhan ruang dan penataan ruang.
Pertimbangan
 Kegiatan dalam tapak yang beranekaragam
 Kebutuhan kenyamanan dalam kegiatan dan mobilitas.
 Tingkat kebisingan disekitar tapak yang cenderung rendah, kecuali di Jl. Kabupaten
Konsep
 Pembentukan zona public, semi privat, dan privat secara vertical dan horizontal.
 Zona public berada di area depan site, lantai 1 dan 2 pada gedung utama.
 Zona semi privat berada di sisi kanan site dan di lantai 3 gedung utama.
 Sedangkan zona privat berada di sisi belakang dan kiri site serta berada di lantai 4
gedung utama yang membutuhkan tingkat ketenangan dan keamanan.

5.4. Analisa dan Konsep Massa Bangunan


5.4.1. Massa Bangunan Cultural Center NTT
Analisa :
- Massa bangunan berjumlah jamak dengan beragam kebutuhan ruang.
- Bentuk massa yang mempunyai fleksibilitas dalam pengolahannya
- Bentuk massa yang menyesuaikan konsep secara arsitektural.
Pertimbangan :
- Memilih bentuk dasar bujur sangkar sebagai denah dan bentuk dasar
sebagaimana bentuk denah dalam rumah adat Nusa Tenggara Timur. Dan bujur
sangkar juga merupakan bentuk yang memiliki sifat netral dan mempermudah
arah sirkulasi secara jaringan, sehingga pencapaian ke setiap lokasi cukup
mudah.
- Melakukan pendekatan terhadap arsitektur regional khas Nusa Tenggara
Timur.
Konsep :
Konsep massa bangunan pada Cultural Center NTT ini dengan pendekatan
regional, yaitu mentransformasi bentuk rumah adat mulasaki

Gambar 5.4.1.1 Konsep Bangunan Utama


Sumber : Analisa Penulis 2020
Gambar 5.4.1.2Rumah Adat Mulasaki
Sumber : https://pariwisataindonesia.id/jelajah/rumah-adat-musalaki-dari-ntt/

5.4.2. Penginapan dan Asrama


Analisa :
- Bentuk massa yang mempunyai fleksibilitas dalam pengolahannya

- Bentuk massa yang menyesuaikan konsep secara arsitektural.


- Massa Bangunan tidak jamak dengan beberapa ruang
- Sarana untuk menginap yang ditujukan untuk mahasiswa pengelola(asrama),
dan juga pengunjung(penginapan)
Pertimbangan :
 Melakukan pendekatan terhadap arsitektur regional khas Nusa
Tenggara Timur.
 Membuat penginapan dan asrama senyaman mungkin dan mudah
untuk di akses

Konsep :
Konsep massa bangunan asrama dan peninapan dengan melakukan pendekatan
regioanal, yaitu mentransformasi bentuk dari rumah adat alor
Gambar 5.4.2.1 Rumah Adat Alor

Sumber : https://sinarharapan.net/2020/03/mengenal-suku-abui-di-kampung-takpala/

Gambar 5.4.2.2 Konsep penginapan dan asrama


Sumber : Analisa Penulis 2020

5.5. Analisa dan Konsep Struktur Utilitas


5.5.1. Sistem Struktur Bangunan
Bangunan memiliki 4 lantai, jadi struktur yang digunakan di Cultural Center NTT ini adalah
struktur system rangka dengan bahan beton bertulang, menggunakan pondasi dengan system
bore pile dengan kedalaman 10-20m hingga ditemukan tanah keras, serta strutktur atap yang
digunakan adalah rangka baja.

Gambar 5.5.1.1 system struktur rangka beton


bertulang dan pondasi pile
Sumber :
http://beritanew98.blogspot.com/2017/12/pengertian-struktur-rangka-skeleton.html
http://www.kontraktorborepile.com/produk/strauss-pile.html
Gambar 5.5.1.2 Rangka Atap baja
Sumber : http://www.atapriau.com/

5.5.2. Sistem Utilitas Bangunan


Utilitas Bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas yang digunakan untuk menunjang
tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan, kemudahan komunikasi,
dan mobilitas dalam bangunan. Perancangan suatu bangunan haruslah memperhatikan
fungsi utilitasnya dengan matang agar bangunan dapat digunakan dengan nyaman dan
maksimal, karena sejatinya utilitas merupakan penunjang bagi suatu bangunan.

Unsur-unsur utilitas yang diperlukan pada suatu bangunan bertingkat antara


lain:

1. Instalasi Air Bersih dan Kotor


a. Instalasi Air Bersih
Sumber air bersih berasal dari jaringan air PDAM dengan sumber cadangan
dari sumur artesis. Air dari jaringan PDAM dialirkan ke ground water tank yang
diletakkan di bawah muka air tanah, kemudian dipompakan ke roof tank yang
letaknya lebih tinggi, terdapat dua jenis roof tank yang pertama untuk penggunaan
sehari-hari, yang kedua untuk pencegahan kebakaran. Dengan mengandalkan gaya
gravitasi, air dari roof tank kemudian didistribusikan ke tiap titik pengambilan air
seperti keran wastafel, keran bak air mandi, sprinkler dan hidrant dengan sistem
shaft.
Gambar 5.5.2.1 Skema Distribusi Air Bersih

Sumber : Analisa Penulis 2020

Gambar 5.5.2.2 Denah Distribusi Air Bersih


Sumber : https://tropicalarchitectblog.wordpress.com/2016/08/08/utilitas-bangunan-umum-
sederhana-rusunawa/

a. Instalasi Air Kotor


Jaringan air kotor dalam bangunan terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
• Limbah cair, berupa air kotor yang berasal dari floor drain kamar
mandi, wastafel, dan lain-lain.
• Limbah padat, yang berasal dari kloset kamar mandi.
• Air hujan.

Pada penanganan limbah cair, air kotor yang berasal dari floor drain kamar
mandi, wastafel, tempat cuci piring dan lainnya di tiap bangunan disalurkan ke
bawah melalui pipa menuju ke lantai dasar, lalu disalurkan menuju bak kontrol.
Kemudian air dialirkan menuju sumur resapan sebelum dibuang ke saluran kota.
Pada penanganan limbah padat, kotoran yang berasal dari kloset di tiap
bangunan disalurkan melalui pipa limbah padat secara vertikal dan horizontal
menuju ke lantai dasar yang kemudian langsung disalurkan ke dalam septic tank.
Pipa limbah padat yang melintang secara horizontal harus memiliki kemiringan
minimal 5% tiap 1 meter untuk meminimalkan resiko tersumbat. Karena hal ini,
penempatan septic tank juga perlu diperhatikan, apabila jaraknya semakin jauh
dari letak kloset lantai dasar, maka penempatan septic tank akan membutuhkan
kedalaman yang semakin besar. Pada septic tank, limbah kemudian ditampung
dan diendapkan, lalu air yang tersisa dialirkan ke sumur resapan. Untuk
penempatan septic tank beserta resapannya, sebaiknya diletakkan berjauhan
dengan sumur artesis maupun ground water tank, minimal berjarak 15 meter. Hal
ini dilakukan agar jaringan air bersih tidak tercemar limbah dari septic tank.
Untuk penanganan air hujan, digunakan talang yang disesuaikan dengan bentuk
atap, yang kemudian dialirkan secara vertikal melalui pipa menuju ke bak kontrol
yang sama dengan yang digunakan pada penanganan limbah cair di lantai dasar.

Gambar 5.5.2.3 Diagram Pembuangan Limbah Cair

Sumber : Analisa Penulis 2020


2. Instalasi Listrik

Sumber listrik pada bangunan ini berasal dari jaringan listrik PLN dan memiliki
cadangan listrik yang bersumber dari genset yang dapat digunakan apabila terjadi
pemadaman listrik dari jaringan PLN. Cultural Center NTT ini memiliki beberapa
fasilitas yang membutuhkan daya listrik seperti lampu, stopkontak, CCTV, pompa
air, serta pemadam kebakaran. Untuk mewadahi instalasi listrik diperlukan Main
Distribution Panel dan ruang genset. Automatic Transfer Switch atau ATS bekerja
mengalirkan listrik dari genset ketika terjadi pemadaman listrik dari PLN. Listrik
yang berasal dari Main Distribution Panel kemudian dialirkan ke Sub Distribution
Panel pada tiap-tiap bangunan di Cultural Center NTT kemudian dialirkan ke
fasilitas yang membutuhkan daya listrik tersebut.

3. Instalasi CCTV
Instalasi CCTV dalam area Cultural Center NTT diperlukan sebagai alat
pengawasan keamanan baik di dalam bangunan maupun di sekitar bangunan.
Komponen-komponen dalam sistem CCTV terdiri dari:
 Kamera pengawas, yang diletakkan di titik tertentu yang dianggap strategis
dan memiliki jangkauan jarak pandang yang luas.
 Digital Video Recording (DVR), sebagai alat perekam dari tiap – tiap
kamera yang ada dan diletakkan pada control room.
 Monitor CCTV, yaitu monitor yang menampilkan gambar dari setiap
kamera yang ada untuk diawasi oleh para pengawas di control room
 Jaringan Kabel, yang menjadi penghubung antara kamera,DVR Unit, dan
Monitor CCTV
Gambar 5.5.2.4 CCTV

Sumber : https://getsafeandsound.com/2018/09/cctv/

4. Instalasi Pemadam Kebakaran


Beberapa perangkat pemadam kebakaran atau pencegahan kebakaran yang
dibutuhkan pada bangunan-bangunan Cultural Center NTT antara lain:
 Pendeteksi gejala kebakaran (detektor)
 Alarm atau sirine kebakaran
 Spinkler
 Hidrant
Pendeteksi gejala kebakaran yang diperlukan berupa :
 Detektor asap
 Detektor panas
 Detektor Api
Peletakan detektor berada pada langit-langit pada setiap ruangan di tiap
bangunan Cultural Center NTT serta di lorong dengan jarak tertentu. Detektor akan
mendeteksi adanya asap atau tanda-tanda lain kebakaran kemudian secara otomatis
mengaktifkan alarm atau sirine kebakaran, namun jika alarm otomatis tidak berfungsi
terdapat tuas manual yang ditarik untuk mengaktifkan sirine kebakaran. Kemudian
sprinkler akan bekeja menyemprotkan air ketika alarm berbunyi. Air yang digunakan
sprinkler berasal dari roof tank untuk pemadaman pada instalasi air bersih.
Selain Sprinkler terdapat pula hidrant yang terdapat masing-masing dua diletakkan di
pojok ruangan pada tiap bangunan, sumbernya dari roof tank pemadaman kebakaran
pada instalasi air bersih. Untuk bangunan yang berlantai tinggi akan disediakan
tangga darurat bagi pengunjung yang dapat digunakan untuk evakuasi apabila terjadi
kebakaran.

Gambar 5.5.2.5 Detonator Asap ,Spinkler ,dan Detonator Panas


Sumber : https://www.homedepot.com
https://www.sensorsecurity.co.za/products

https://www.indiamart.com/proddetail/

5. Instalasi Penangkal Petir

Gambar 5.5.2.6 Penangkal Petir dengan Sistem Faraday


Sumber : https://www.arsitur.com/2019/04/5-jenis-sistem-penangkal-petir-bangunan.html
Karena bentuk bangunan-bangunan yang akan ada di Cultural Center NTT ini
memiliki gubahan masa yang luas karena diharapkan mampu menampung banyak
pengunjung, maka sistem penangkal petir yang baik bagi bangunan utama dan
bangunan penunjang lainnya adalah penangkal petir dengan Sistem Faraday.
Perlindungan petir ini, berasal dari Sistem Faraday Cage atau tipe sangkar.
Terdiri dari konduktor bertautan yang menutupi atap dan dinding bangunan yang
akan dilindungi. Terminal petir berupa tiang-tiang penangkal yang kecil diposisikan
di sekitar tepi atap dan di titik-titik tinggi. Jaringan konduktor mengikuti perimeter
eksternal atap. Jaringan ini dilengkapi dengan elemen transversal. Jarak antar
terminal antara 5 dan 20 meter sesuai dengan efektivitas yang diperlukan.

Bagian atas konduktor yang dipasang di dinding dihubungkan ke atap, dan bagian
bawah untuk sistem grounding khusus. Jarak antara dua konduktor turun adalah antara
10 dan 20 meter sesuai dengan tingkat proteksi petir yang diperlukan. Arus petir
dialirkan melalui konduktor dan sistem grounding yang paling dekat dengan titik
dampak sambaran petir.

5.6. Analisa dan Konsep Landscape


Analisa :
Analisa landscape dalam perancangan bertujuan untuk mengetahui penataan vegetasi
pada site. Cultural Center NTT memerlukan ruang terbuka yang optimal, pemanfaatan area
yang sesuai dan fungsional.

Pertimbangan :

1. Pengontrol pemandangan
2. Pengontrol penghalang secara fisik
3. Pengontrol nilai estetika

Konsep :

a. Vegetasi dimanfaatkan sebagai pembatas space sehingga pencapaian dari segala arah
terjaga namun tetap memiliki batas natural
b. Vegetasi dapat membantu menjernihkan suhu udara dalam kawasan, dan menurunkan
suhu ruangan.
Konsep tersebut dapat terealisasi jika pemilihan vegetasi dapat dipenuhi dengan baik.
Berikut adalah pengelompokan vegetasi berdasarkan fungsinya adalah sebagai berikut:
Tabel 5.6. Penerapan vegetasi berdasarkan fungsinya
Fungsi
Ciri-ciri Tanaman Jenis Tanaman
Tanaman
Cemara angin
a. Berkayu
b. Pertumbuhan batang
Penanhan tinggi
angin c. Kokoh
d. Pertumbuhan fisiknya
cepat Sumber:
pohonpengetahuan.wordpress.com
Pohon Kiara Payung
a. Berkayu
b. Pertumbuhan batang
Penyerap CO2 tinggi
c. Memiliki batang
tunggal Sumber:
pohonpengetahuan.wordpress.com
Tanaman Perdu

a. Bermasa padat
Menambah
b. Bertajuk tebal
estetika

Sumber:
ilmubudidaya.com
Pohon Ketapang

a. Berkayu
b. Pertumbuhan batang
Peneduh
tinggi
c. Kokoh

Sumber:
pohonpengetahuan.wordpress.com
Sumber : Analisa Penulis,2020

5.7. Analisa dan Konsep Arsitektur Islam


Agama Islam memberikan nilai positif terhadap keanekaragaman budaya yang
terdapat di Indonesia ini dengan menempatkan nilai-nilai syariat didalamnya.
Sehingga dalam perancangan Culture Center NTT ini harus memenuhi beberapa
syarat untuk menciptakan sebuah perancangan yang menerapkan hukum-hukum
syariat Islam. Syarat tersebut adalah:

1. Suatu kebudayaan berlaku untuk umum, dapat diterima oleh semua kalangan
masyarakat.
2. Tidak bertentangan dengan syariat Islaam dan ketentuan yang tegas.
3. Dapat diterapkan dan dipraktekan dalam waktu yang panjang.

Selain itu ada beberapa penerapan Arsitektur Islam yang akan dilakukan dalam
perancangan ini adalah :

1. Penerapan konsep Hablun Minallah, bahwa perancangan Cultural Centre


NTT ini untuk mendorong kesadaran bahwa keragaman kebudayaan adalah
ketetapan Allah (Sunnatullah).
2. Penerapan konsep Hablun Minal Aalam, yaitu dalam proses pembangunan
tetap menjaga alam sekitar tanpa merusaknya.
3. Penerapan konsep Hablun Mina-n-Naas, yaitu ditujukan untuk tetap
menjaga persatuan antar umat manusia, serta melakukan relasi agar
terciptanya sebuah keharmonisan.
4. Pengaturan ruang-ruang yang ditujukan untuk mendukung dan menjaga
akhlak dan prilaku.
5. Membuat zonifikasi ruang sesuai dengan sifat dan kebutuhan ruang sesuai
dengan yang telah ditentukan
6. Membuat ornamen yabg berkaitan dengan arsitektur islam
7. Membuat fasilitas ibadah dengan senyaman mungkin.
5.8. Analisa dan Konsep Fisika Bangunan
5.8.1. Pencahayaan
Analisa :
Analisa Pengahawaan dilakukan dengan tujuan untuk memanfaatkan sinar matahari sebagai
pencahayaan alami sehingga menghasilkan bangunan yang hemat energi dan efisien dalam
pemanfaatan pencahayaan alami
Pertimbangan :
 Pemanfaatan Cahaya Alami
 Arah Bukaan

Konsep :
 Pemanfaatan cahaya alami dengan menggunakan konsep pemantulan, penyaringan,
dan pembayangan.
 Membuat bukaan pada setiap ruangan agar mendapatkan cahaya alami matahari guna
menghemat energy. Kecuali pada ruang-ruang tertentu digunakan pencahayaan buatan.
 Membuat Shading Untuk meminimalisir cahaya dan panas yang berlebih

Gambar 5.8.1 Contoh Penggunaan cahaya alami


Sumber : https://www.perumahankotasolo.com/2018/01/skylight-hadirkan-pencahayaan-alami.html
5.8.2. Penghawaan
Analisa :
Analisa Pengahawaan dilakukan dengan tujuan untuk memanfaatkan angin sebagai
penghawaan alami sehingga menghasilkan bangunan yang hemat energi dan efisien dalam
pemanfaatan penghawaan alami
Pertimbangan :
 Membuat bukaan pada daerah yang strategis
 Arah Bukaan

Konsep :
 Menggunakan cross ventilation guna mendistribusikan udara bersih ke dalam
bangunan
 Membuat bukaan pada daerah yang strategis untuk penghawaan alami masuk

Gambar cross ventilation


Sumber: Bamabang Suwardono;Youth Park Center Dengan Pendekatan Bioklimatik

Anda mungkin juga menyukai