Anda di halaman 1dari 15

SERI KULIAH AKIDAH (5):

AKIDAH ASWAJA
DAN TANTANGAN PEMIKIRAN MODERNIS

Kholili Hasib
Modernisme:
• Faham penyamarataan manusia pd
tingkat pikiran, sikap, ilmu.
Menegasikan maratib berdasarkan
keahlian dan kepakaran.
• Menghancurkan otoritas yg sah dan
hirarki yg benar.
• Merendahkan, meremehkan,
menantang dan mencela ulama.
• Membebaskan diri dari madzhab
(school of thought) akidah Aswaja
• Kesilapan kecil menghepaskan
kedudukan agung dalam kehidupan
umat sepanjang zaman.
Karakteristik Pemikiran Modernis

1. Kritis terhadap turath pemikiran Islam,


termasuk terhadap al-Qur’an.
2. Dekonstruksi teologis, legis, dan Epistemologis.
3. Penggunaan metodologi filsafat dan
metodologi yang berkembang dalam ilmu
humaniora di Barat secara massive.
Isu Pokok dalam Pembaharuan Pemikiran Modern

1. Hubungan Agama dan Akal


3. Hubungan Agama dan sains
4. Hubungan Agama dan negara
- Politik Islam
- HAM
5. Independensi manusia
Tipologi Pembaharuan Pemikiran Modern

Modernis Religius: kembali kepada al-


Qur’an dan Sunnah, restorasi,
membebaskan dari mazhab pemikiran.
Modernis sekular: rasionalisasi,
sekularisasi, westernisasi.
Ekstrimisme Golongan Modernis:

Penafsiran yang
Penyempitan
longgar dan bebas,
agama, membatasi
dan menolak
peran aqal dlm
batasan-batasan
penafsiran agama
akidah

Akidah Aswaja: Iqtishadi (kesederhanan) antara penafsiran teks dan


akal, dengan tetap mendahulukan naqli
• Tidak ada pertentangan antara syara yg
ditransmisikan dg kebenaran aqli.
• Aswaja memahami akidah Islam berdasarkan dua
sumber penting iaitu wahyu dan aqal secara yang
seimbang dan harmoni.
• Wahyu dan aqal itu seumpama mata dan matahari,
wahyu itu umpama matahari dan aqal itu umpama
mata. Kedua-duanya perlu untuk kita melihat, mata
yang celik tanpa cahaya matahari tidak akan
memungkinkan penglihatan, begitu juga sebaliknya
cahaya matahari yang terang tetapi mata pula
terpejam atau buta, tidak juga akan memungkinkan
penglihatan.
• Golongan yang mencari kefahaman agama
dengan hanya berpandukan wahyu semata-mata
tanpa mengakui peranan aqal, atau sebaliknya
mereka yang mencari kefahaman agama hanya
dengan aqal tanpa bergantung kepada cahaya
wahyu, kedua-duanya akan sesat.
• Golongan Hasyawiyyah sebagai contoh golongan
yang ekstrim mendokong nas manakala golongan
Falasifah dan ekstrimis dari kalangan Mu`tazilah
sebagai contoh mereka yang ekstrim mendukung
aqal.
Tantangan Kalam Baru Menurut Syibli Nu’mani
a. Pemikiran orang Barat.
Contohnya isu-isu jihad,
poligami, gender, relasi agama
dan ilmu modern, agama fitrah
dan keyakinan terhadap Tuhan.
b. Menjawab isu-isu tersebut dg
argumen, bukti-bukti dan
metode yang mudah, serta
mudah dipahami atau mudah
diterima oleh orang sekarang.
c. Perlu menyebut tokoh-tokoh
kalam qadim seperti Abu
Muslim al-Isfahani, al-Qaffal,
Ibnu Hazm, Imam al-Ghazali,
Ibnu Rusyd, ar-Razi dan lain-lain
dlm berargumentasi.
• Pendekatan aqliyah (yg berdiri di atas
syara’) adl cara tepat utk mengatasi
pemikiran modern.
• Golongan yg banyak mematahkan
hujah-2 golongan sesat dan
menyelamatkan aqidah kaum Muslim
dr kalangan Asya’irah: Imam Juwaini,
al-Baqilani, al-Ghazali, ar-Razi.
• Kitab-2 aqidah Aswaja membahas
prinsip-2 epistemology seperti ‘ilm, al-
nazhar, istidlal, tasawur tujuannya: (1)
agar umat tdk taqlid dlm berakidah, tp
punya hujjah (naqliyah-aqliyah). (2)
Fakhruddin ar-Razi:
• Dalil aqli penting karena ia menjadi asas
kepada dalil naqli
• Dalil naqli berasaskan Rasul Saw,
sementara kebenaran Rasul diasaskan
kepada asa aqal.
• Sekiranya kita menepikan aqal,
sebenarnya menafikan alat utama dlm
memahami naql yaitu aqal.
• Dalil naqli hrs bermuarakan kpd dalil
aqal.
• Dalil yg berasaskan kpd al-Quran dan as-
Sunnah bergantung kpd ilmu ttg
kebenaran Nabi. Dan dalil ini tdk
didapati berdasarkan dalil naqli. Karena
akan membawa kpd tasalsul.
Kitab Akidah Aswaja Menggunakan Pendekatan Rasional

• Sebagai hujah menghadapi


argumentasi non-Muslim seperti
Yahudi, Nasrani, Zindiq, ateis dan
argumentasi kaum filosof
• Ulama Aswaja lbh sering
menghadapi golongan mu’tazilah
yg berlebihan dlm penggunaan
aqal.
• Memiliki masa depan baik dlm
menghadapi isu-2 kontemporer
(pluralisme, relativisme, feminism,
dll)
• Rumus dan “formula obat” untuk menghadapi setiap aliran
pemikiran telah ada dalam tradisi Islam (turath al-Islami).
Maka, pada saat muncul aliran-aliran pemikiran baru yang
masuk ke dalam pemikiran umat Islam pada zaman
kontemporer ini seperti; ateisme, humanisme, ralativisme,
pluralisme, sekularisme, dan lain-lain maka patutlah sarjana
Muslim merujuk pada tradisi akidah Islam yang telah ada
itu.
• Jika zaman dahulu ada aliran pemikiran dahriyyah,
hasywiyyah, mu’tazilah, sufasthaiyyah dan lain-lain, maka
pada hari ini juga muncul aliran pemikiran ateisme,
humanisme, ralativisme, pluralisme, sekularisme. Ideologi ini
termasuk aliran kalam baru. Atau aliran kalam pada zaman
modern. Maka, ketika membahas golongan dahriyyah, dan
sufathaiyyah misalnya, al-Baghdadi dan al-Nasafi
mengokohkan pembahasan kaidah ilmu. Kajian ini yang pada
zaman modern disebut epistemologi. Maka, dapat
disimpulkan juga bahwa problem golongan sufastaiyyah dan
lain-lain juga problema epistemologi.
• Para ulama ahli kalam terdahulu telah berhasil menangkis berbagai
pemikiran menyimpang. Kaidah dan ketentuan yang telah ditetapkan
para ulama dahulu kemudian digunakan sebagai pendekatan dalam
menjawab wacana liberalisasi agama itu. Para sarjana Muslim
kontemporer perlu kembali lagi kepada turats Islam. Liberalisme tidak
dapat dijawab hanya dengan dalil nash al-Qur’an dan Hadits.
Sebagaimana para ulama dahulu tidak merespon golongan-golongan
menyimpang dengan hanya nash al-Qur’an dan Hadits. Maka di sini,
pendekatan madzhab kalam Asy’ari cukup relevan. Karena ia
menghadirkan pemikiran yang seimbang antara naql (dalil teks)
dengan aql (dalil rasio), dengan menempatkan naql di atas aql.
• Orientasi keilmuan di kalangan masyarakat harus dikuatkan dengan
mengembalikan masyarakat secara bertahap kdp tradisi akidah Islam,
seperti kalam dan mantiq.
• Tantangan-2 akidah dan pemikiran modernisme mengharuskan kita untuk
menggali kembali khazanah peradaban Islam khususnya tradisi kalam.
Hujah-2 golongan menyimpang sekarang secara mendasarnya dpt dicari
akarnya pd golongan-2 menyimpang pd masa dahulu
• Mempelajari secara teliti hujjah ulama terhadap golongan mu’tazilah,
falasifah, sufastoiyyah, hasywiyyah, dll merupakan ‘bahan dasar’ utk
menjawab pemikiran modernis zaman sekarang.
• Tradisi kuliah yg membahas disiplin-2 ilmu penting seperti tasawuf, akidah,
tafsir dibesarkan utk kegunaan meningkatkan taraf dan kualitas berfikir
umat.

Anda mungkin juga menyukai