Anda di halaman 1dari 16

Critical Book Report

KETERAMPILAN PENERAPAN KONSEP DASAR PAUD


Dosen Pengampu : Drs.Jasper Simanjuntak M.Pd

DISUSUN OLEH :

NAMA : MARIO JEFRI REJA SIALLAGAN

NIM : 1203151071

PRODI : BIMBINGAN DAN KONSELING

KELAS : REGULER - E

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia –Nya
sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Penulisan makalah ini dilakukan sebagai salah satu
syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar PAUD.

Materi pembelajaran Konsep Dasar PAUD yang disajikan dalam makalah ini masih jauh
dari yang diharapkan. Saya menyadari bahwa tidak ada yang sempurna dalam dunia ini
begitu pula dengan makalah ini , mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan karena
keterbatasannya informasi yang saya dapatkan.

Mudah – mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih

Samosir ,November 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang
pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan bagi
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan agar anak
memiliki kesiapan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, non formal
dan informal. Konsep dasar pendidikan anak usia dini adalah gagasan dasar atau ide
awal tentang pendidikan anak usia dini dari berbagai pihak, mulai dari para filsuf,
teoritikus, hingga yuridis. Secara filosofis, pendidikan anak di kemukakan oleh
pestalozzi, froebel, montessory dan lain sebagainya, meskipun pandangan mereka
berbeda-beda tetapi pada hakikatnya mereka sepakat bahwa anak adalah makhluk
pembelajar yang perlu dikembangkan potensi alamiahnya.
Secara teoritis, pendidikan anak usia dini harus berbeda dengan pendidikan
pada umumnya sehingga tidak memperlakukan anak seperti orang dewasa berukuran
kecil. Atas dasar ini guru harus memandang anak sebagai makhluk individual
sekaligus sosial yang unik dan berbeda dengan orang lain.

B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui lebih dalam tentang Konsep Dasar PAUD
2. Membandingkan buku
3. Mengkritik sebuah buku

C. Manfaat
Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar PAUD, saya
berharap makalah ini memberi manfaat bagi kita semua. Hasil penulisan dari makalah
ini juga diharapkan mampu memberi manfaat bagi para pembaca dalam memahami
Konsep Dasar PAUD.
BAB II

ISI BUKU

1. Identitas Buku

Buku Utama (Buku Pertama)

Judul buku : Keterampilan Penerapan Konsep Dasar PAUD


Pengarang : Tim Dosen PG PAUD
Tahun Terbit : 2018
Tempat terbit : Medan
Tebal Buku : 114 halaman
Buku Pembanding (Buku Kedua)

Judul buku : KONSEP DASAR PAUD


Pengarang : Suyadi, M.Pd.I. & Maulidya Ulfah, M.Pd.I
Penerbit : PT REMAJA ROSDAKARYA
Tahun Terbit : 2013
Tempat terbit : Bandung
Tebal Buku : 193 lembar
2. Ringkasan Buku

BAB 1

Hakikat Paud Dan Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini

1. Pentingnya PAUD dapat dilihat dari perspektif keilmuan yang diakumulasikan


menjadi beberapa point sebagai berikut:
a. Fakta tentang otak anak
Akan terdapat perbedaan yang signifikan antara otak anak yang di beri
stimulasi dengan yang tidak, stimulasi yang dimaksud disini adalah PAUD.
Oleh karna itu paud sangat penting bagi pemberian stimulasi otak anak,
kurangnya stimulasi akan menyebabkan perkembangan otak anak tidak
optimal.
b. Antisipasi dini anak putus sekolah (DO)
Terdapat pengaruh yang signifikan antara anak-anak yang pernah masuk
PAUD dengan resiko Drop Out (DO) di pendidikan dasar maupun menengah,
terlebih lagi di perguruan tinggi. Anak-anak usia dini (0-5 tahun) masuk
dilembaga PAUD jauh lebih siap belajar dari pada anak yang tidak pernah
masuk PAUD. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya memasukkan anak ke
lembaga PAUD.
c. Pendidikan investasi peradaban
Alasan lain mengenai pentingnya paud adalah alasan investasi maksud
investasi adalah masa depan anak. Alasan orang tua mengeluarkan biaya besar
hanya untuk sekolah yang selama ini di anggap “ kurang penting “ adalah
menginginkan anaknya menjadi shalih dan shalihah, berbakti kepda orang tua,
cerdas, berprestasi, berguna bagi nusa, bangsa, negara dan agama pondasi
demikian hanya akan terdapat melalui PAUD.
d. Data - data kecerdasan anak di bawah pengelolah PAUD
Alasan pentingnya PAUD adalah di bidang psikologi terdapat perbedaan yang
signifikan antara anak-anak yang masuk dilembaga PAUD dengan yang tidak.
e. Perkembangan PAUD
Pada tahun 1989, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 2 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang memunculkan tentang Taman Kanak-
Kanak, Kelompok Bermain dan Penitipan Anak.
Di Indonesia tidak memasyarakatkan anak memasuki PAUD sebelum masuk
sekolah dasar, tapi masyarakat Indonesia di seluruh nusantara hampir merata
menghantarkan putra-putrinya memasuki Taman Kanak-Kanak.
f. Tuntutan masyarakat
Di PAUD anak –anak akan diasah, diasuh dan diasih (3A) oleh guru
profesional pengganti orang tua yang bijak. Permasalahan anak yang
ditimbulkan oleh keterbukaan teknologi, informasi, rendahnya ekonomi
keluarga, dan lain sebagainya sangat mungkin di bawa ke lembaga PAUD.
2. Hakekat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Hakikat pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebenarnya telah dikemukakan oleh
para ahli bahkan para filsuf. Baik filsuf Barat maupun Timur termasuk filsuf
Indonesia.

a. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini


Pendidikan Anak Usia dini (PAUD) pada hakikatnya adalah pendidikan yang
diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan
perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada perkembangan
seluruh aspek kepribadian anak.
b. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Secara umum tujuan pendidikan anak usia dini ialah memberikan stimulasi atau
rangsangan bagi perkembangan potensi anak agar menjadi manusia beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kritis, inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
c. Ruang lingkup lembaga-lembaga PAUD
Ditegaskan dalam Undang-Undang sistem pendidikan bahwa ruang lingkup
lembaga-lembaga PAUD terbagi kedalam tiga jalur, yakni formal, non-formal,
dan informal.

BAB 2

Prinsip-Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini

1. Prinsip-prinsip teoretis dalam pembelajaran kegiatan PAUD

Douglas H. Clements (dalam Hass dan Parkay, 1993: 389) membagi prinsip-
prinsip pendidikan anak usia kedalam empat kategori yaitu: kategori anak sebagai
peserta didik aktif, anak sebagai pembelajar sosial-emosional, anak sebagai
peserta didik independen ( penanggung jawab atas kegiatan yang dilakukannya
sendiri ) dan kategori anak sebagai pembelajar di dunia nyata.

1. Prinsip-prinsip praktis dalam pembelajaran / kegiatan PAUD


Salah satu pilar konsep dasar paud adalah prinsip-prinsip pelaksanaan
pembelajaran.
Tiga belas prinsip pembelajaran PAUD yaitu :
a. Berorientasi pada kebutuhan anak
b. Pembelajaran anak sesuai dengan perkrmbangan anak
c. Mengembangkan kecerdasan majemuk anak
d. Belajar melalui bermain
e. Tahapan pembelajaran Anak Usia Dini
f. Anak sebagai pembelajar kreatif
g. Lingkungan yang kondusif
h. Merangsang kreativitas dan inovasi
i. Mengembangkan kecakapan hidup
j. Memanfaatkan potensi lingkungan
k. Pembelajaran sesuai dengan kondisi sosial budaya
l. Stimulasi secara holistik

BAB 3

Karakteristik Perkembangan Anak Usia

1. Pentingnya Pengetahuan Tentang Perkembangan Anak Usia Dini


Ada beberapa alasan mengapa para orang tua dan para guru PAUD harus
mempelajari perkembangan anak usia dini. Alasan-alasan seperti diutarakan oleh
Janet Black dkk. (1992). Pertama, pengetahuan tentang tumbuh kembang anak usia
dini dapat memberikan pengertian dan pemahaman pada diri sendiri. Kedua,
pengetahuan tentang tumbuh kembang bagi orang tua, para gurudan para profesional
dapat membantu anak untuk memberi layanan edukasi secara optimal. Ketiga,
adanya upaya para ahli mempelajari tumbuh kembang anak usia dini untuk belajar
terus menerus.
Dengan mengetahui bagaimana mendorong dan memelihara konsep diri yang sehat
serta otonomi pada diri anak, akan merupakan fasilitas optimal bagi perkembangan
belajar anak. Demikian pula pengetahuan tentang pertumbuhan dan perkembangan
anak

2. Prinsip-prinsip perkembangan
 Perkembangan berimplikasi pada perubahan, tetapi perubahan belum tentu
termasuk dalam kategori perkembangan karena perkembangan adalah realisasi
diri atau pencapaian kemauan bawaan.
 Perkembangan awal lebih penting atau lebih kritis dari pada perkembangan
selanjutnya karena perkembangan awal menjadi dasar bagi perkembangan
berikutnya.
 Kematangan (sosial-emosional, mental dan lain-lain)
 Pola perkembangan mempunyai karakteristik tertentu yang dapat
diprediksikan
 Terdapat individu dalam perkembangan yang sebagian karena pengaruh
bawaan (gen) atau keturunan dan sebagian yang lain karena kondisi
lingkungan.
 Setiap perkembangan pasti melalui fase-fase tertentu secara periodik mulai
dari periode pralahir (masa pembuahan sampai lahir), periode neonatus (lahir
sampai 10-24 hari), periode bayi (2 minggu samapai tahun), periode kanak-
kanak awal (2 sampai 6 tahun), periode kanak-kanak akhir (16 sampai 13-14
tahun), dan periode puber ( 16sampai 18 tahun)
 Setiap periode perkembangan pasti ada harapan sosial untuk anak.
 Setiap periode perkembangan memiliki makna kebahagiaan bervariasi bagi
anak.
3. Perbedaan perkembangan individu
Setiap anak tumbuh dan berkembang dengan pola yang berbeda antara anak yang
satu dengan ank yang lain. Penyamarataan dalam memperlakukan semua ank sama
halnya dengan menghapus jati diri anak. Pengetahuan terhadap pola perkembangan
ini akan bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat teoritisnya adalah
guru PAUD dan orang tua dapat memahami bahwa masing-masing anak mempunyai
masa perkembangan yang tidak sama, mesti ada perbedaan walaupun hanya kecil
saja. Manfaat praktisnya adalah pemahaman tentang perbedaan perkembangan
individu di terapkan dalam pandangan-pandangannya dan dalam perlakuan serta
pelayanan pendidikan kepada ank-anak usia dini. Dalam hal ini Hurlock menjelaskan
bahwa perbedaan individu membawa nilai praktis yang dikelompokan kedalam
empat kategori :
 Harapan orang tua yang berbeda dengan kemauaan anak
 Dasar individualitas
 Pendidikan anak harus bersifat personal
 Memprediksi anak
4. Faktor-faktor yang mrmpengaruhi perkembangan anak
Menurut Hurlock, keunikan perbedaan tumbuh kembang anak tersebut karena
dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni faktor perkembangan awal, faktor penghambat,
dan faktor pengembang.

5. Aspek-aspek perkembangan ank usia dini


Janet Black melihat bahwa tumbuh-kembang anak melalui tahap-tahap sebagi
berikut :
A. Tahap infancy I (0-1 tahun) aspek yang perlu mendapat perhatian pada
perkembangan tahap ini adalah :
 Perkembsngsn fisik dan motorik
 Perkembanagn psiko-sosial
 Perkembangan kognitif
 Perkembangan bahasa
B. Tahap infancy II ( 1-3 tahun). Aspek perkembangannya pada tahap ini sama
dengan tahap infancy I hanya saja kematangannya berbeda.
C. Tahap anak umur 4-5 tahun
BAB 4

Konsep Dasar Dan Filsafat Pendidikan Anak Usia Dini

1. Sejarah filsafat PAUD


Penelitian di bidang psikologi perkembangan ank secara baru muncul pada
permulaan abad ke-20.
 Sebelum Masehi sampai abad-4, anak usia dini disebut “Infanticidel”
Dalam rentang sejarah ini, belum ada buku historis yang menunjukkan
adanya konsep tentang pendidikan anak prasekolah atau pendidikan anak
usia dini. Anak yang lahir pertama terlebih lagi jika ank tersebut laki-laki
sering digunakan persembahan untuk para dewa. Pembunuhan bayi bisa
dilakukan pada bayi-bayi perempuan atau bayi laki-laki yang lahir
terakhir. Bahkan, ank yang lahir tidak sehat apalgi cacat, langsung dibuang
dan dibunuh.
 Abad ke-4 sampai abad ke-13, anak usia dini disebut “Abandoning”
Pada abad ini mulai tampak ada perhatian yang agak serius oleh orang tua
kepada anak-anak mereka. Bahkan mulai tumbuh kesadaran orang tua
terhadap adanya hak-hak anak untuk hidup.
 Avad ke-14 sampai abad ke-17 anak usia dini disebut “Ambivalent”
Massa ini adalah massa renaissance, dimana banyak bermunculan ide-ide
segar dan revolusioner mencuat termasuk konsep pendidikan ank. Abad ini
mengansumsikan orang tua mempunyai hubungan terdekat dengan anak-
anak mereka.
 Abad ke-18, anak usia dini disebut “Instrusive”
Perubahan pandangan terhadap anak semakin signifikan pada abad ke-18,
dimana pada massa ini berkembang pendapat yang menyatakan bahwa
anak usia dini adalah sangat penting karena masa ini adalah masa
persiapan untuk kehidupan dimasa depan.
 Abad ke-19 sampai pertengahan abad ke-20 anak usia dini disebut
“socializing” (sosialisasi)
Ide-ide tentang program pendidikan anak pra sekolah usia dini telah
menimbulkan perubahan besar di dalam masyarakat.orang-orang tua dari
pedesaan, termasuk mereka yang mempunyai anak kecil berbondong-
bondong ke kota untuk bekerja di industri. Anak-anak yang “terlantar”
ditinggal kerja orang tuanya ke kota-kota besar ternyata menyita perhatian
masyarakat. Sebagai hasil antisipasi masyarakat muncullah “Nursey
School” semacam kelompok bermain, Kindergarten atau taman kanak-
kanak, bahkan sekolah pemerintah menyesuaikan sistemnya untuk dapat
membantu anak dan pelayanan sosialisasi anak
2. Konsep dasar filsafat PAUD
Dalam hal ini perkembangan anak usia dini oleh Hurlock disebut
“perkembangan dasar awal”.
Selanjutnya ia menyatakan perkembangan dasar awal tersebut sangat penting hal
ini dapat ditunjukkan dengan empat pembuktian :
Pertama, sejalan dengan bertambahnya usia anak hasil belajar dan pengalamnnya
semakin memberikan peran yang dominan.
Kedua, perkembangan awal akan mudah berkembang menjadi kebiasaan, dimana
hal ini akan mempengaruhi sesorang sepajang hidup dalam penyesuaian perilaku
dan sikap sosial anak.
Ketiga, pengalaman pada masa kanak-kanak cenderung dipertahankan tanpa
membedakan apakah pengalaman itu baik atau buruk.
Keempat, sering kali muncul keinginan untuk mengubah pengalaman melalui
berbagai materi edukasi.
3. Pandangan para filsuf PAUD
Pemikiran mendalam (filosofis) tentang pendidikan anak telah dirintis
sejakzaman Yunani oleh Socrates (469-399SM), Plato (425-347 SM), dan
Aristoteles (364-322 SM). Selama Revolusi Industri pada abad ke-18 dan ke -19
para filsuf ropa telah banyak menulis tentang pendidikan anak. Pada bagian ini
dikemukakan beberapa filsuf yang berpengaruh terhadap pendidikan anak usia
dini, khusunya dikaitkan dengan pesatnya pertumbuhan PAUD di Indonesia. Para
filsuf dari berbagai belahan dunia turut mempengaruhi metode pendidikan ank
usia dini di Indonesia. Walaupun kenyataannya pendidikan untuk anak usia dini
mengakar di benua Eropa dan Amerika, tetapi dalam kenyataannya pemikiran
para filsuf dunia itu berpengaruh diseluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia.

BAB 5

Peran Orang Tua Terhadap Perkembanagan Anak Di Lembaga PAUD

1. Rumah sebagai madrasah (sekolah) pertama bagi anak


Rumah adalah madrasah atau sekolah pertama bagi anak. Hal ini berimplikasi
bahwa orang tua merupakan guru pertama bagi anak. Oleh karena itu presepsi
rumah dan lembaga PAUD harus selaras, sehingga ruma menjadi sekolah awal
sebelum masuk PAUD. Dalam hal ini, sekolah atau PAUD-lah yang harus lebih
aktif mensosialisasikan program-program pendidikannya untuk menyelaraskan
dengan kegiatan anak-anak dirumah. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan di rumah
tidak bertentangkan dengan kegiatan di sekolah (PAUD).
2. Kebutuhan dasar anak, rasa aman dan percaya diri
Rasa aman merupakan perasaan yang muncul dalam diri anak ketika ia
diterima oleh lingkungan sosialnya. Rasa percaya diri (adequacy) atau self esteem
merupakan perasaan dimana anak mempunyai keyakinan tentang dirinya sendiri
bahwa ia mempunyai keyakinan tentang dirinya sendiri bahwa ia mempunyai
konsep tentang diri sendiri. Dengan demikian, rasa aman dan percaya diri
merupakan dua perasaan yang sangat dekat. Sepanjang proses pertumbuhan dan
perkembangan di lingkungan keluarga dan sosial anak-anak mempunyai
kebutuhan dasar (makanan, pakaian, dan kebersihan) dan pengalaman menerima
respons dari orang dewasa (orang tua atau orang lain) serta mereka menemui
kepuasan dari pengalaman menjelajah lingkungan (dunianya) sendiri tersebut.
3. Orang dewasa, lingkungan dan tumbuh kembang anak
Anak-anak hidup dan berinteraksi dengan lingkungan sosial, termasuk dengan
anggota keluarga, pamong sekoah atau petugas lembaga dan teman-teman
sepermainannya. Orang-orang yang ditemui anak sehari-hari berpengaruh penting
terhadap tumbuh kembang anak, khususnya pada aspek sosial-emosional,
intelektual,moral, dan spiritualnya. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dilihat
bahwa orang-orang yang berperan penting dalam tumbuh-kembang anak adalah
keluarga, lingkungan sosial, dan teman sebaya, artinya baik orang dewasa maupun
anak adalah penting bagi kehidupan anak .
4. Keterlibatan orang tua di sekolah dan di rumah
Tidak sedikit orang tua, yang menuntut mengantarkan anaknya ke sekolah
atau lebih tepatnya lembaga PAUD. Kehadiran orang tua disekolah meskipun
tidak formal secara otomatis telah menjalin kontak dengan guru-guru di lembaga
PAUD. Kontak antara orang tua dengan guru di lembaga PAUD tersebut menjadi
jembatan komunikasi yang bermanfaat bagi tumbuh kembang anak. Ada baiknya
guru mengajak atau melibatkan orang tua dalam pendidikan anak termasuk yang
dilaksanakan disekolah. Keterlibatan orang tua ini perlu di dorong karena dapat
membantu guru membangun harga diri guru di hadapan anak dalam menanamkan
kedisiplinan dan mengurangi problem kehidupan serta meningkatkan kesadaran
untuk belajar.

BAB 6

Kualifikasi Profesional Guru PAUD

1. Tiga prinsip guru PAUD


David Elkind, dalam Hass (1993) menyatakan bahwa guru PAUD perlu
memahami tiga prinsip yang merupakan fondasi bagi pendidik dalam belajar-
mengajar. Berikut ini adalah ketiga prinsip yang dimaksud.
 Pengelompokan anak dalam berbagai umur (multi age grouping), yang
memperhatikan perkembangan anak yang beragam atau bervariasi.
 Materi kurikulum tidak terikat jenjang kelas (non grade curricular
material). Materi kurikulum digunakan sesuai dengan perkembangan anak
yang berbeda pada berbagai jenjang.
 Belajar-mengajar yang interaktif (interactive teaching) dimana guru
melayani anak-anak dan berfungsi sebagai perantara (match maker) antara
anak dan materi atau alat-alat belajar maupun bermain.
2. Kualifikasi guru PAUD
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan
bahwa guru PAUD harus memiliki kompetisi pendidikan atau guru pada lembaga
pendidikan anak usia dini (PAUD) memiliki kualifikasi akademik sekurang-
kurangnya Diploma Empat (D-VI) atau sarjana (S-1) di bidang pendidikan anak usia
dini (S-1/ D-IV PG-PAUD), kependidikan lain, atau psikologi dan memiliki sertifikasi
peodesi guru PAUD atau sekurang-kurangnya telah mendapat pelatihan pendidikan
anak usia dini.
Oleh karena itu diharapkan guru PAUD mampu menjangkau pendalaman secara
komprehensif mengenai kajian tentang perkembangan peserta didik usia dini yang
mendasari seluruh praktik kependidikan anak usia dini.
3. Profil kompetensi profesionalisme guru PAUD
Adapun profil kemampuan guru PAUD dirumuskan dalam lima kemampuan dasar
guru sebagai berikut:
 Sadar dan mampu ngembangkan diri sebagai individu warga negara dan
guru PAUD yang profesional dan berpendidikan tinggi.
 Menguasai prinsip-prinsip dasar kependidikan untuk menyelenggarakan
pendidikan anak usia dini (PAUD)
 Memahami dan mengembangkan perlakuan terhadap anak usia dini di
lembaga PAUD
 Mampu menyelenggarakan program kegiatan belajar di lembaga PAUD.
 Mampu berkomunikasi, bekerja sama dan memanfaatkan sumber-sumber
belajar yang ada di lingkungan sekitar.

BAB 7

Isu – Isu Kritis Dan Problematis PAUD Kontemporer

1. Dikotomi PAUD dan TPQ


Istilah “otak” untuk menyebut kecerdasan anak yang digunakanneurusains
dipahami secara sempit oleh kalangan praktisi pendidikan, khusunya praktisi
PAUD. Implikasinya, pengelolaan PAUD terutama TPA (0-2 tahun) dan KB (2-4
tahun) dan KB (2-4 tahun). TPQ telah mempunyai basis edukasi secara memadai
bahkan kurikulum yang ada telah diselaraskan dengan fitrah, potensi maupun
kareakter anak, sehingga tumbuh kembang anak tidak hanya sebatas fisik
sebagaimana dalam posyandu, melainkan sosial-emosional, fisik-motorik, moral-
spritual dan lain sebagainya.
2. Guru-guru PAUD dan ibu-ibu pengangguran
Guru-guri di lembaga PAUD di dominasi oleh ibu-ibu rumah tangga
pengangguran, fenomena ini berimplikasi pada pendirian PAUD disetiap desa
oleh ibu-ibu PKK dan gurunya adalah pendirinya itu sendiri. Pertumbuhan PAUD
yang dipelopori ibu-ibu pengangguran PKK disamping memenuhi tuntutan wanita
karier, mengandung bahaya besar bagi masa depan anak bangsa karena mereka
akan diasuh oleh orang-orang tidak berkompoten sama sekali.
3. Kesenjangan hak dan kewajiban guru PAUD
Implikasi lebih lanjut dari realitas guru PAUD diatas adalah kesenjangan hak
dan kewajiban antara guru PAUD dengan guru non PAUD. Hak guru PAUD lebih
kecil dari guru non PAUD. Padahal kewajiban guru PAUD lebih besar dari guru
non PAUD. Pasalnya guru non PAUD bukan sekedar mengajar atau mendidik,
melainkan juga mengasuh, mengasah dan mengasihi.
Meskipun demikian, beban akademik guru-guru PAUD di Indonesia yang
sedemikian berat, perlu dipertimbangkan kesetaraaan dan keadilan hak maupun
kewajibannya.
4. Wajib belajar 12 tahun, dimulai dari TK/RA
Mengingat keterbatasan para akademisi, khususnya pada jenjang PAUD
terhadap temuan-temuan neurosains sehingga memosisikan PAUD sebatas
“lembaga pengasuhan anak” maka ketika ada isu wajib belajar 12 tahun, wacana
yang berkembang adalah pendidikan SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK
gratis. Masa paling menentukan keberhasilan hidup manusia justru pada 5 tahun
pertama dalam kehidupannya. Dan itu ada di lembaga PAUD yang sangat mahal
di negri ini. Oleh karena itu penelitian ini sekaligus memberikan wacana lain,
bahwa program wajib belajar 12 tahun bisa di tarik “kebelakang“ yakni dari
PAUD atau TK/RA hingga SD/MI dan SMP/MTs.
5. Monumentum emas, membangun karakter bangsa sejak dini
Sigmund Freud mengatakan “The Child is The Father of The Man” bahwa
masa dewasa seseorang sangat ditentukan dan dipengaruhi oleh pengalaman masa
kecilnya. Berdasarkan kajian psikologis diatas dapat ditegaskan bahwa waktu
yang paling tepat untuk dimulainya pendidikan karakter adalah usia dini, yakni
pada jenjang PAUD. Dalam konteks neurosain, hakikat pendidikan karakter
adalah mengubah perilaku.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Keunggulan Buku

1. Dalam buku Keterampilan Penerapan Konsep Dasar PAUD, materi yang dibahas cukup
lengkap, serta mencantumkan pendapat dari bebarapa para ahli mengenai Konsep PAUD,
dan cover buku di desain cukup menarik sehingga dapat menarik minat pembaca.

2. Buku karya Suryadi, M.Pd.I dan Maulidya Ulfah, M.Pd.I sudah jelas dan lengkap, karena
mengupas tuntas semuanya tentang PAUD, membahas tentang teori dan penjelasan para
filsuf mengenai pendidikan anak usia dini, dapat membuat pengetahuan menjadi lebih luas,
dan cover buku di desain cukup menarik.

B. Kelemahan Buku

1. Buku Keterampilan Penerapan Konsep Dasar PAUD, menggunakan bahasa yang sulit
dimengerti bahkan terkesan berbelit – belit, karena jangkauannya terlalu luas sehingga
pembaca kesulitan saat memahami isi materi dari buku tersebut, buku tersebut juga tidak
memiliki gambar – gambar atau ilustrasi sehingga pembaca merasa bosan saat
membacanya.

2. Dalam buku karya Suryadi dan Maulidya Ulfah, menggunakan istilah – istilah yang sulit
dipahami sehingga pembaca sulit dalam memahami makna dari istilah – istilah tersebut.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Anak Usia Dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Mereka memiliki pola
pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan
dan perkembangannya. Pada masa ini merupakan masa emas atau golden age karena
anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan tidak
tergantikan pada masa mendatang.
Pendidikan Anak Usia Dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan
tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan,
pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan menciptakan lingkungan dimana anak
dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan padanya untuk
mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan.

B. Saran

Saya menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
dan masih jauh dari kesempurnaan. Mungkin masih banyak pembahasan yang belum saya
cantumkan dalam makalah ini. Oleh karena itu,saya mohon maaf atas segala kekurangan
yang ada dalam makalah ini. Semoga informasi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Anda mungkin juga menyukai