Kajian Teori Bab 2
Kajian Teori Bab 2
com/sehat-cerdas/kabar-cerdas/melatih-keterampilan-berbahasa-
anak
Sejak usia 15 bulan, sebagian besar balita mulai dapat mengatakan 10-15 kata dasar.
kemampuan ini akan semakin membaik ketika mereka memasuki usia 2 tahun. Umumnya
mereka dapat mengatakan lebih dari 100 kata, memahami lebih 100 kata lainnya, dan
menggunakan dua-tiga kata saat berucap.
Menurut seorang profesor di Yale Child Study Center di New Haven, CT, Rhea Paulus,
Ph.D., kemampuan mengingat balita berkembang seiring pertambahan usia. Mereka akan
mulai menghubungkan apa yang mereka dengar dengan apa yang mereka lihat. Sebagai
contoh, setelah satu bulan ia mendengar kata susu dan melihat botol yang diberikan, si kecil
akan menghubungkan kedua hal tersebut dan mulai belajar mengatakannya.
Lalu apa yang bisa Anda lakukan untuk meningkatkan kemampuannya itu?
Untuk melatih daya ingat si kecil, sehingga ia dapat mengembangkan kosa katanya, Anda
bisa menggunakan berbagai cara dan stimulasi. Tak perlu mengeluarkan banyak uang dengan
membeli DVD tentang pengenalan huruf dan benda, lebih baik Anda mencoba melatihnya
dengan menggunakan permainan balok susun.
Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh University of Washington di Seattle, melatih anak
Anda membangun sebuah kata lewat permainan kuno ini adalah cara terbaik untuk
meningkatkan kemampuan berbahasa mereka.
Penelitian menunjukan bahwa permainan interaktif, yaitu dengan mengajak si kecil berbicara
tentang apa yang Anda lakukan dengan bangunan balok dapat meningkatkan perkembangan
kosa kata, lebih dari yang bisa DVD lakukan.
Pada saat Anda mencoba menumpuk balok, menghitung balok, atau mengurutkan balok
berdasarkan warna dan ukuran, tetaplah berkomunikasi dengan si kecil. Setidaknya, ini
adalah saran dari Dimitri Christakis, M.D., sang peneliti. Lanjutkan terus stimulasi berbicara,
menjawab pertanyaan, menunjuk dan menyebut nama gambar-gambar balok di setiap
permainan yang Anda lakukan.
Dan jangan berhenti hanya sampai di situ. Ambil mainan kesayangan si kecil lainnya, seperti
boneka, truk atau boneka binatang. Berpura-puralah bermain dengan mainan kesayangannya
itu, sambil Anda terus mengajak si kecil berbicara. Permainan ini akan melibatkan otak si
kecil dan membantunya menghubungkan antara ucapan yang didengar dengan benda yang
dilihat.
Nanti, ketika dia bermain sendiri, otaknya akan mulai menghubungkan antara benda dengan
kata-kata yang pernah Anda ucapkan. Lambat laun, si kecil akan mulai menanggapi perintah-
perintah sederhana, seperti mengambil balok ketika diperintahkan dan menyusun kata-kata
dasar sesuai keinganannya sendiri.
http://www.anneahira.com/melatih-bahasa-anak.htm
http://www.ayahbunda.co.id/balita-tips/melatih-kemampuan-bicara-anak
Usia antara 1-2 tahun adalah saat di mana anak sedang senang belajar bicara. Mereka menggunakan
sekitar 10-20 kosa kata yang sudah dikenalnya. Menurut psikolog Dra. Mayke S. Tedjasaputra, M.Si.
dalam bukunya “Tumbuh Kembang Batita,” di rentang usia 1-2 tahun, anak sudah mampu
mengucapkan kalimat-kalimat sederhana dan pendek dengan menggunakan kosa kata yang sudah
diketahuinya. Namun, beberapa kendala seperti kalimat yang tersendat, suku kata yang terbalik dan
kalimat yang terbalik-balik membuat Anda kebingungan. Ini dia kiat-kiat yang dapat Anda lakukan
untuk meningkatkan kemampuan bicara balita Anda.
Pada saat Anda mengajak anak untuk melompat, katakan kepadanya sambil tunjukkan juga seperti
apa gerakan melompat. Begitu juga saat Anda mengatakan kepada dia betapa Anda sangat
menyayanginya, sertai pula dengan memeluk tubuh balita Anda dengan erat. Menurut Marilyn
Shatz, psikolog dan penulis buku “A Toddler’s Life”, ketika berbicara dengan anak, gerakan tubuh
orangtua memiliki peran penting dalam menjalin interaksi dengan anak. Ajarkan pula ia untuk
mengutarakan keinginannya dengan disertai bahasa tubuh. Misalnya, ketika dia mengatakan sakit,
mintalah dia menunjukkan bagian tubuhnya yang terasa sakit sehingga memudahkan Anda untuk
membantu mengatasinya.
Tunjukkan Ekspresi Saat Berbicara dan Berilah Intonasi yang Berbeda Pada Kata Penting
Sebagai contoh, pada saat Anda ingin mengajarkan rutinitas sebelum tidur, berilah intonasi yang
lebih kuat ketika mengucapkan kata-kata berupa kegiatan yang harus dilakukannya. Misalnya,
“Sudah malam, ayo sikat gigi, lalu tidur!” Ucapkan kalimat ini setiap malam menjelang dia tidur. Ini
akan memudahkannya mengingat dan mengenal kapan kegiatan itu harus dilakukan, yaitu menyikat
gigi, sebelum tidur di malam hari. Jika kalilmat tersebut sudah cukup sering diucapkan, Anda bisa
gantian menanyakan tentang rutinitas ini kepadanya. “Ayo, sebelum tidur, kamu harus apa dulu?”
Bukan tidak mungkin kalau suatu kali dia yang akan mengajak Anda untuk menemaninya sikat gigi
sebelum tidur.
Gunakan Bahasa Sederhana
Karena perbendaharaan kata yang dikenal balita masih terbatas jumlahnya, gunakan kata dan istilah
yang sudah sering didengar dia setiap kali Anda mengajaknya berbicara. Hindari menggunakan
istilah-istilah baru, apalagi yang bersifat asing bagi telinga anak. Ketika Anda ingin membangun
sebuah komunikasi dua arah dengan anak, pastikan untuk menggunakan bahasa sederhana yang
mudah dimengerti anak. Ketika Anda menjelaskan manfaat makan kepadanya, misalnya, cukup
katakan kepadanya, “Kalau kamu tidak makan, nanti kamu sakit perut.” Kalimat tersebut lebih
mudah dicerna anak dibandingkan dengan bila Anda mengatakan, “Kamu harus makan supaya
badanmu sehat.” Sebab, anak belum sepenuhnya mengerti makna dari kata “sehat.”
Ketika berbicara dengan anak, selalu gunakan kata-kata dan istilah yang sudah biasa didengar si kecil
dan mudah dipahami. Contohnya, sewaktu Anda menyuruh dia minum susu, gunakan kata “minum”
dan bukan “mimik.” Juga, gunakan kata “susu” bukan “cucu”. Mungkin ada istilah-istilah yang lebih
mudah diucapkan anak dalam menyebutkan sesuatu, seperti “guguk” untuk anjing atau “pus” untuk
kucing. Namun, tetaplah membiasakan untuk menggunakan kata “anjing” dan “kucing” setiap kali
berbicara dengannya. Dengan demikian anak akan terbiasa menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar, serta istilah-istilah yang tepat.
Apabila Anda tidak memahami maksud dari ucapan balita Anda, berilah dia kesempatan untuk
mengatakan keinginannya. Tapi, apabila Anda masih juga belum mengerti dan terus menebak-nebak
maksud ucapannya, sampai dia kesal, Anda dapat membantunya dengan bertanya. Misalnya, ketika
ia mau makan dan tiba-tiba menangis, tanyakan kepadanya, “Kamu mau makan atau minum dulu?”
Anak akan lebih mudah merespon bila Anda membantunya dengan memberikan pilihan. Atau, Anda
juga dapat bertanya kepadanya, “Kamu mau makan yang mana? Mau buah atau biskuit?” Biarkan
anak menentukan pilihannya. Ketika memilih, mintalah dia untuk menyebutkan pilihannya.
Menurut psikolog Linda Sonna dalam bukunya “The Everything Toddler Book”, orangtua perlu
menjelaskan kepada anak tentang berbagai kegiatan yang dilakukan, serta hal-hal yang sedang
terjadi sekitarnya. Caranya dapat dilakukan melalui obrolan ketika melakukan kegiatan sehari-hari.
Misalnya, ketika sedang mandi, ajaklah anak mengobrol. “Ayo, sekarang Bunda ambil air, dan Bunda
akan siramkan ke badan kamu. Giliran kamu, menggosok-gosok kedua tangan dan bersihkan
kakimu.” Setelah selesai, tanyakan kepadanya, “Segar, kan? Tubuh kamu jadi segar sekarang. Tapi,
kalau kamu tidak mandi, segar nggak?” Lewat obrolan sederhana seperti itu anak akan belajar
memahami alasan mengapa dia harus mandi.
Berilah Pujian
Pemahaman anak terhadap sesuatu yang Anda ajarkan, dapat dipantau melalui ketepatannya dalam
memberikan reaksi atau respon. Bila anak sudah memperlihatkan kemajuan dalam upaya untuk
mengutarakan isi hatinya secara lebih jelas, jangan lupa untuk memberinya pujian. Begitu juga,
ketika dia tidak lagi cepat menangis sebelum menyelesaikan seluruh kalimat yang diucapkannya.
Pujilah dia ketika berhasil menyelesaikan sebuah kalimat sederhana yang jelas dan tidak membuat
Anda bingung untuk memahaminya. Pujian yang Anda berikan kepada anak bisa berupa pelukan
erat, ciuman, kata-kata pujian, atau berupa acungan jempol. Semua bentuk pujian itu dapat
membangkitkan rasa percaya dirinya.
Dan tahukah Bunda bahwa tekstur makanan pun ikut berperan? Kenyataannya, keterampilan bicara
anak dipengaruhi juga oleh tekstur makanan yang dikonsumsinya. Itu sebabnya, anak perlu diberi
makanan dengan tekstur yang sesuai usianya.
Pada usia 6 bulan, berilah anak makanan bertekstur lembut. Ini sesuai untuk melatih
keterampilannya mengunyah dan menelan, serta melatih lidah dan mulut bayi untuk belajar bicara.
Di usia 9 bulan, berilah anak makanan bertekstur lebih kasar. Selanjutnya, pada usia di atas 1 tahun,
anak sudah harus diberikan makanan bertekstur padat dengan ukuran potongan lebih besar. Ini
bermanfaat mengasah kemampuannya menggunakan gigi untuk menggigit dan melumatkan
makanan. Apabila keterampilan makan si kecil tidak dilatih sesuai usianya, dia dapat mengalami
keterlambatan dalam kemampuan berbicara.
http://alizaahir.blogspot.co.id/2012/07/cara-mengasah-berbahasa-anak-usia-4-6.html
Sumber Bacaan :
Beyond Toddlerdom : Keeping five to twelve year • olds on the rails, oleh Vermilion C, Penerbit :
Green, Tahun 2000
Bright Start oleh R. C. Woolfson, Penerbit : Hamlyn, • Tahun 2003
Child Development and Education, oleh Teresa M. • McDevitt dan Jeanne Ellis Ormrod, Penerbit :
Merril Prentice Hall, Tahun 2002
Guide to Understanding Your Child : Healthy • Development from Birth to Adolescence, oleh Linda. C
Mayes dan Donald J. Cohen, Penerbit : Little Brown, Tahun 2002.
Teach Your Child : How to discover and enhance • your child’s potential oleh Mirriam Stoppard,
Penerbit : Kindersley, Tahun 2001.
Your Childs’s Development : from birth to adolescence, • oleh Richard Lansdown. Marjorie Walker,
Penerbit : Frances Lincoln, Tahun 1996.
http://paud-anakbermainbelajar.blogspot.co.id/2014/06/cara-sederhana-melatih-kemampuan.html
unda, sebelum anak bisa membaca, anak harus tahu dan menggunakan perbendaharaan
kata-kata dasar yang baik. Mereka hanya dapat memahami kata-kata yang mereka lihat
tercetak jika mereka telah menemui kata-kata tersebut dalam pembicaraan. Cara terbaik
untuk mendorong perkembangan bahasa anak adalah menyisihkan waktu untuk berbicara
dengan mereka. Doronglah mereka untuk mengungkapkan pendapat, melontarkan
pertanyaan dan mengambil keputusan.
Ada beberapa metode dan cara yang dapat digunakan untuk melatih dan meningkatkan
kemampuan berbicara pada anak, antara lain :
1. Bermain Fantasi
Bermain fantasi ini adalah permainan yang melibatkan anak-anak membayangkan diri dalam
peran atau situasi adalah permainan fantasi. Permainan ini dapat menggunakan media
visual, diantaranya adalah :
a. Bermain boneka
b. Benda Asesoris untuk permainan “Berdandan”
c. Permainan “kotak karton”.
2. Permainan deskriptif
Untuk melatih anak murid berbicara dapat dilakukan permainan Deskriftif yaitu permainan
yang menuntut anak-anak untuk menguraikan benda mendorong mereka untuk mencari-cari
kata-kata dan membantu mereka berbicara dan berfikir dengan lebih jelas.
Contoh permainan Deskriptif dengan berbagai macam indra visual yang dapat dilakukan
dalam kegiatan melatih kemampuan bicara anak:
a. Kotak Raba
b. Pemberian gambar
c. Permainan hubungan.
http://www.seputarpengetahuan.com/2015/03/16-pengertian-bahasa-menurut-para-ahli-
terlengkap.html
http://www.trigonalmedia.com/2014/12/pengertian-berbicara-menurut-para-ahli.html
Menurut Henry Guntur Tarigan
Henry Guntur Tarigan1 (1983:15) dalam bukunya Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa mengemukakan bahwa
Masih menurut Henry Guntur Tarigan2 (2008:3) dalam buku Berbicara menjelaskan bahwa
Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak yang
hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan
berbicara atau berujar dipelajari.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa berbicara adalah
keterampilan untuk mengucapkan untaian kata sehingga apa yang ada di dalam
pikiran dapat tergambarkan dengan jelas dan diterima oleh para penyimaknya. Seni
berbicara sangat vital peranannya terutama bagi para pemimpin, telah kita sama-sama ketahui
bahwa banyak bukti pidato bisa menjadi awal perubahan suatu sejarah bangsa.
http://woocara.blogspot.co.id/2015/12/30-pengertian-bahasa-menurut-para-ahli-dan-fungsi-
bahasa.html
1. EPDIKNAS 2005
Bahasa merupakan sebuah ucapan yang berasal dari perasaan serta pikiran manusia yang
disampaikan secara teratur dan dengan memakai bunyi sebagai mediumnya.
3. Hasan Alwi
Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer dimana dapat untuk dimanfaatkan
semua orang dalam berinteraksi, bekerjasama, serta mengenali diri terhadap percakapan
yang baik serta tingkah laku dan sopan santun.
4. Bill Adams
Bahasa merupakan sistem pengembangan psikologi setiap individu dalam konteks yang
intersubjektif.
5. Wittgenstein
Bahasa ialah sebuah bentuk pemikiran yang dapat untuk dipahami serta mempunyai suatu
hubungan dengan kenyataan, memiliki struktur, serta bentuk yang logis.
6. D.P. Tambulan
Bahasa ialah suatu cara guna memahami pikiran dan perasaan manusia serta untuk
menyatakan isi dari pikiran dan perasaan tersebut.
7. Ferdinand De Saussure
Bahasa merupakan salah satu ciri yang menjadi pembeda, hal ini karena dengan memakai
bahasa maka setiap kelompok yang ada pada masyarakat dapat menjadi dirinya sebagai
kesatuan yang berbeda dengan kelompok lain.
8. Plato
Plato berpendapat bahwa pengertian bahasa adalah pernyataan yang ada pada pikiran
seseorang dengan memakai perantaraan rhemata (ucapan) serta onomata (nama benda
atau sesuatu) yang merupakan cerminan ide seseorang dalam arus udara dengan melalui
media yaitu mulut.
Bahasa mempunyai struktur yang tersusun secara teratur tentang bunyi serta urutan bunyi
bahasa yang mempunyai sifat manasuka serta dengan sistem tersebut sebuah kelompok
sosial untuk bekerja sama.
10. Sudaryono
Bahasa merupakan sarana berkomunikasi secara efektif meskipun masih tidak sempurna
sehingga ketidaksempurnaan bahasa tersebut dapat menjadi suatu sarana komunikasi yang
menjadi sumber dari kesalahpahaman.
11. Saussure
Bahasa merupakan praktik yang sangat tepat untuk dapat mengembangkan kemampuan
dalam berfikir.
William A. Haviland berpendapat bahwa pengertian bahasa ialah sistem bunyi yang ketika
digabungkan menurut aturan akan dapat menimbulkan arti yang dapat ditangkap oleh
semua orang yang sedang berbicara dengan menggunakan bahasa tertentu.
14. Tarigan
Bahasa merupakan sistem yang tersusun secara sistematis yang kemungkinan dipakai pada
sistem generatif serta menjadi lambang atau simbol yang arbitrer.
15. Santoso
Bahasa adalah rangkaian bunyi yang dikeluarkan melalui pengucapan manusia dalam saat
kondisi sadar.
16. Mackey
Bahasa merupakan bentuk serta keadaan ataupun sistem lambang bunyi yang arbitrer atau
berasal dari tatanan yang terdapat didalamnya berbagai sistem.
17. Wibowo
Bahasa adalah sistem persimbolan bunyi yang mempunyai berbagai makna dan artikulasi
yang dihasilkan alat ucap secara arbitrer serta konvensional yang digunakan untuk alat
berkomunikasi kepada sekelompok umat manusia supayat melahirkan perasaan dan juga
pikiran.
18. Walija
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang sangat lengkap serta efektif guna untuk
menyampaikan pesan, perasaan, maksud, ide, dan pendapat untuk orang lain.
19. Syamsuddin
Pengertian bahasa menurut syamsuddin adalah alat yang digunakan dalam membentuk
perbuatan, pikiran, perasaan, serta keinginan dimana menggunakan alat untuk
mempengaruhi dan dipengaruhi.
20. Pengabean
Pengertian bahasa menurut Pengabean, bahasa merupakan sistem yang dipakai untuk
melaporkan serta menyampaikan segala yang berproses pada sistem saraf.
21. Soejono
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi satu sama lain dan berupa simbol bunyi yang
berasalkan dari alat ucap yang dimiliki manusia.
23. Finoechiaro
Bahasa merupakan sistem simbol vokal yang arbitrer serta dapat memungkinkan semua
orang untuk berada dalam suatu kebudayaan tertentu ataupun orang lain yang akan
mempelajari sistem kebudayaan tersebut yaitu dengan cara berkomunikasi ataupun
berinteraksi.
Bahasa ialah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipakai oleh masyarakat dalam
berinteraksi, mengidentifikasi diri, serta bekerjasama.
25. Fodor
Bahasa merupakan sistem tanda serta simbol yang saling berhubungan dengan memiliki sifat
yang konvensional dimana mempunyai sifat ataupun ciri-ciri tertentu yang dipunyai pada
situasi atau benda yang dimaksud tersebut.
26. Bolinger
Bahasa merupakan sistem fonem yang terbentuk karena perbedaan bunyi, sintaksis, serta
sistem morfem untuk dapat mengungkapkan makna yang ada hubungannya dengan dunia
luar, dunia luar yang dimaksud adalah kenyataan.
27. Felicia
Bahasa merupakan alat yang dipakai untuk berkomunikasi dan dapat berupa tulis ataupun
tulisan.
28. Owen
Bahasa ialah sebuah sistem konvensional untuk menyampaikan konsep dengan melalui
manfaat dari berbagai simbol yang diinginkan serta untuk mengkombinasikan segala simbol
yang diatur dan juga mempunyai suatu ketentuan.
29. Carrol
Bahasa adalah sistem berstruktural tentang bunyi serta urutan bunyi bahasa yang bersifat
manasuka, yang dipakai ataupun dapat digunakan untuk berkomunikasi antar sesama
sekelompok manusia dan secara agak tuntas untuk memberi nama kepada berbagai jenis
benda, peristiwa, serta proses yang ada dalam lingkungan hidup umat manusia.
Bahasa adalah sistem bunyi yang memiliki makna serta digunakan dalam berkomunikasi
antar sesama umat manusia.
Diatas telah disebutkan pengertian bahasa dan dapat diambil kesimpulan, bahwa pengertian bahasa
ialah sebuah sistem yang teratur dan berupa berbagai lambang bunyi yang dipakai dalam
mengekspresikan pikiran serta perasaan dari bahasa tersebut. Dari pengertian bahasa diatas,
terdapat hal-hal yang menonjolkan beberapa segi, antara lain :
Fungsi Bahasa
Setelah memahami mengenai pengertian bahasa, alangkah baiknya untuk mengetahui juga tentang
fungsi bahasa. Berikut beberapa fungsi bahasa:
1) Dalam tujuan praktis, fungsi bahasa yaitu untuk berkomunikasi dalam kehidupan.
2) Dalam tujuan artistik, sebuah bahasa yang diolah dan dirangkai dengan indah dapat memiliki
fungsi bahasa sebagai sebuah media pemuasan rasa estetis bagi manusia.
3) Dalam tujuan pembelajaran, fungsi bahasa adalah sebagai media dalam mempelajari berbagai
ilmu pengetahuan, baik itu yang masih berada pada ruang lingkup bahasa itu sendiri, ataupun diluar
ruang lingkup bahasa, seperti pengetahuan sejarah dan ilmu pengetahuan yang lainnya.
4) Dalam tujuan filologis, fungsi bahasa untuk mempelajari berbagai naskah tua untuk menyelidiki
latar belakang dari sejarah manusia, perkembangan bahasa itu sendiri, dan lain sebagainya.
5) Fungsi bahasa juga penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam bidang
tersebut, sebuah bahasa digunakan pada konsep untuk kecerdasan buatan.
http://gurubelajarnulis.blogspot.co.id/2012/09/melalui-penggunaan-media-buku-cerita.html
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Buku cerita bergambar adalah buku bergambar tetapi dalam bentuk cerita, bukan buku
informasi. Buku cerita bergambar sesuai dengan ciri-ciri buku cerita, mempunyai unsur-unsur
cerita (tokoh, plot, alur). Buku cerita bergambar merupakan sesuatu yang tidak asing dalam
kehidupan anak-anak. Buku cerita bergambar merupakan kesatuan cerita disertai dengan
gambar-gambar yang berfungsi sebagai penghias dan pendukung cerita yang dapat membantu
proses pemahaman terhadap isi buku tersebut.
2. Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif
karena dengan membaca, seseorang akan memperoleh informasi, memperoleh ilmu
pengetahuan serta pengalaman-pengalaman yang bersifat baru. Kemampuan membaca
merupakan kemampuan dasar yang penting yang harus dimiliki oleh individu, oleh karena itu
pembelajaran membaca di sekolah mempunyai peranan yang sangat penting.
3. Dalam menggunakan media dalam pembelajaran di kelas 1 SD lebih baik menggunakan
media buku cerita bergambar, kerena dapat dengan mudah menerima informasi dan deskripsi
cerita yang hendak disampaikan, sehingga kemampuan membaca siswa akan meningkat.
B. Saran
1. Para pendidik, buatlah suasana pembelajaran menjadi menyenangkan, terutama bagi siswa
usia Sekolah Dasar, khususnya kelas 1. Karena suasana pembelajaran yang menyenangkan
dapatmenumbuhkan semangat belajar pada siswa terutama siswa kelas 1. Penggunaan
metode, strategi dan media pembelajaran perlu diperhatikan, karena hal tersebut dapat
menunjang terhadap keberhasilan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, begitu pun pada
saat pembelajaran membaca permulaan, carilah media yang cocok bagi siswa sesuai dengan
karakteristik mereka, dan media buku cerita bergambar sangat cocok diterapkan kepada siswa
kelas 1 dalam rangka meningkatkan kemampuan membaca permulaan mereka.
2. Bagi orang tua siswa terutama orang tua siswa kelas 1 yang hendak mengajar anaknya
membaca, gunakanlah media yang cocok, dan media buku cerita bergambar sangat cocok
untuk pembelajaran membaca permulaan.
http://www.slideshare.net/agussetiawan75/keterampilan-membaca-mengunakan-media-buku-
bergamabar-setiawan
1. 1. Nama : Agus Setiawan Kelas : b Prody : PBS/ Sastra Indonesia Multimedia Pembelajaran
Bahasa Indonesia
2. 2. Buku Cerita Bergambar Menurut (Drs,Tri Rama k). Menurut kamus lengkap bahasa
indonesia, kata cerita adalah tuturan yang membentang terjadinya suatu hal karangan yang
menyatakan perbuatan, pengalaman atau penderitaanorang. Sedangkan gambar artinya
adalah dihiasi dengan gambar buku . cerita bergambar menurut kamus besar indonesia
adalah buku yang mempunyai gambar kartun yang berisikan kisah atau yang berkisahkan
kisah atau cerita dimuat secara bersambung. Sedangkan menurut (murti bunata,2010) buku
cerita bergambar atau cergam menjadi suatu media dalam menyampaikan pesan melalui
cerita dengan di sertai ilustrasi gambar, buku itu sendiri, merupakan suatu media dalam
menyampaikan pesan.
3. 3. PENGERTIAN BUKU CERITA BERGAMBAR buku cerita bergambar adalah gambar kartun
yang berkisahkan kisah atau cerita yang dimuat secara bersambung yang dapat menjadi
sumber penyampaian informasi atau pesan.
4. 4. Contoh buku cerita bergambar
5. 5. Manfaat Buku cerita bergamabar Sebagai penghibur atau pelipur lara Sebagai
penambah wawasan Menambah kecerdasan Sebagai bahan ajar untuk membaca
Membuat anak menjadi kreatif menerka isi cerita
6. 6. Kelebihan menggunakan buku cerita bergambar Peran pokok dari buku cerita bergambar
dalam intruksional adalah kemampuan dalam menciptakan minat peserta didik
Membimbing minat membaca yang menarik pada peserta didik Melalui bimbingan guru
buku cerita bergambar dapat berfungsi sebagai jembatan untuk menambah minat baca
Mempermudahkan anak didik menangkap hal-hal atau rumusan yang abstrak Dapat
mengembangkan minat baca anak
7. 7. Kelemahan menggunakan buku cerita bergambar o Guru harus menggunakan motivasi
pontensional dari buku cerita bergambar apabila minat baca telah dibangkitkan dan buku
cerita bergambar harus di lengkapi o Banyak aksi-aksi yang menonjol kekerasan atau tingkah
laku yang kurang baik
8. 8. Cara penggunaan buku cerita bergambar dalam meningkatkan keterampilan membaca a.
Membuat tugas yang relevan sesuai dengan materi yang akan diajarkan b. Menyiapkan
ruang perpustakaan c. Memastikan bahwa di perpustakaan ada buku cerita bergambar d.
Menjelaskan materi yang akan diajarkan e. Menjelaskan langkah-langkah dalam
mengerjakan tugas diperpustakaan f. Membuat kelompok belajar g. Memberi pengarahan
tentang tata cara mencari buku cerita bergambar diperpustakaan h. Menyuruh siswa
membaca buku cerita bergambar yang dipilihnya i. Memberi evaluasi
9. 9. Alasan kenapa buku cerita bergambar di gunakan dalam meningkatkan keterampilan
membaca Karena dalam proses keterampilan membaca buku cerita bergambar dapat
meningkatkan dan memotivasi siswa dalam belajar membaca dengan gembira, bebas,aktif
dan produktif, dalam meningkatkan keterampilan membaca melalui buku cerita bergambar
ini sehingga siswa tertarik minat membacanya dalam melihat gambar-gambar bercerita yang
ditampilkan didalam buku.cerita bergambar.
http://sintanirwana.blogspot.co.id/2013/05/upaya-meningkatkan-kemampuan-bahasa.html
Kemampuan Bahasa
Bahasa merupakan tanda atau simbol-simbol dari benda- benda, serta menunjuk pada
tertentu. Sehubungan dengan arti simbolik tadi, bahasa dipakai juga sebagai alat untuk
masa mendatang. Oleh karena itu bahasa sangat besar artinya bagi anak sebagai alat bantu.
Bahasa adalah alat komunikasi antar manusia dapat berbentuk lisan, tulisan atau
masyarakat. Pengembangan bahasa untuk anak usia 4-6 tahun difokuskan pada keempat
aspek bahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dengan menggunakan
bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain, anak akan mendapatkan banyak sekali kosa
kata, sekaligus juga mengekspresikan dirinya. Anak akan belajar bagaimana berpartisipasi
dalam suatu percakapan dan menggunakan bahasanya untuk memecahkan masalah. (Winda
Pendidik dapat berperan sebagai model yang baik dalam berbicara sehingga anak
dapat memperoleh cara berkomunikasi yang sesuai dengan konteks dan memenuhi nilai-nilai
dalam mempresentasikan pemikiran dan perasaannya secara verbal ( Azizah Muis, 2008 :
4.16 ).
Penggunaan bahasa anak akan berkembang sesuai hukum alam, yaitu mengikuti
bakat, kodrat, dan ritme perkembangan yang alami. Namun perkembangan tadi sangat
dipengaruhi oleh lingkungan atau oleh stimuli ekstern (pengaruh lingkungan). Disamping itu
bahasa anak terpadu erat dengan alam penghayatannya, terutama dengan emosi atau
perasaannya. Hal ini jelas terungkapkan dengan lagu, irama, dan suara anak sewatu ia
Menurut Desmita ( 2009 : 138 ) perkembangan bahasa anak yang sesuai dengan
norma tata bahasa, belum bisa selesai pada usia 12-18 tahun. Oleh karena itu anak harus
banyak belajar bicara baik dengan menggunakan bahasa yang halus. Pengembangan
komunikasi, bahasa merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan anak.
Disamping itu bahasa juga merupakan alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada
orang lain yang sekaligus berfungsi untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain.
Mengingat besarnya peranan pengembangan bahasa bagi kehidupan anak, maka perlu
lingkungan di sekitar anak antara lain lingkungan teman sebaya, teman bermain, orang
dewasa, baik yang ada di sekolah, dirumah maupun dengan tetangga di sekitar tempat
tinggalnya.
Berdasarkan dimensi perkembangan bahasa anak usia dini, pada usia 4- 6 tahun
a. Dapat berbicara dengan menggunakan kalimat sederhana yang terdiri dari 4-5 kata.
b. Mampu melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar.
c. Senang mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urut dan mudah
dipahami.
d. Menyebut nama, jenis kelamin dan umurnya. menyebut nama panggilan orang lain (teman,
e. Mengerti bentuk pertanyaan dengan menggunakan apa, mengapa dan bagaimana.
f. Dapat mengajukan pertanyaan dengan menggunakan kata apa, siapa, dan mengapa.
g. Dapat menggunakan kata depan seperti di dalam, di luar, di atas, di bawah, di samping.
h. Dapat mengulang lagu anak- anak dan menyanyikan lagu sederhana.
j. Dapat berperan serta dalam suatu percakapan dan tidak mendominasi untuk selalu ingin
didengar
dasar yang telah dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas
tepat, mampu berkomunikasi secara efektif dan membangkitkan minat untuk dapat berbahasa
indonesia. Sesuai dengan standart kompetensi dasar berbahasa adalah anak mampu
berpedoman pada suatu program kegiatan yang telah disusun dan berorientasi pada prinsip-
kecakapan hidup.
mengungkapkan ataupun menerima bahasa baik secara lisan maupun tulisan. Ada 4
Dapat ditunjukkan oleh anak dalam perilaku : menyapa, memperkenalkan diri, bertanya,
mendiskripsikan, melaporkan kejadian, menyatakan suka / tidak suka, meminta ijin, bantuan,
pertanyaan, mendengarkan orang yang sedang bercerita dan mendengarkan orang yang
memberi petunjuk.
menyiapkan kegiatan yang dapat dilakukan di dalam maupun di luar kelas, menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan dan menggunakan berbagai kegiatan yang bervariasi.
Membaca adalah kegiatan yang melibatkan unsur auditif (pendengaran) dan visual
(pengamatan)
Bicara merupakan salah satu alat komunikasi yang paling efektif. Semenjak anak
masih bayi, sering kali menyadari bahwa dengan mempergunakan bahasa tubuh dapat
terpenuhi kebutuhannya. Namun hal tersebut kurang mengerti apa yang dimaksud oleh anak.
Oleh karena itu baik bayi maupun anak kecil selalu berusaha agar orang lain mengerti
maksudnya. Hal ini yang mendorong orang untuk belajar berbicara dan membuktikan bahwa
berbicara merupakan alat komunikasi yang paling efektif dibandingkan dengan bentuk-
bentuk komunikasi yang lain yang dipakai anak sebelum pandai berbicara. Karena bagi anak,
bicara tidak sekedar merupakan prestasi akan tetapi juga berfungsi untuk mencapai
tujuannya, misalnya:
Dengan berbicara anak mudah untuk mcnjelaskan kebutuhan dan keinginannya tanpa harus
menunggu orang lain mengerti tangisan, gerak tubuh atau ekspresi wajahnya. Dengan
demikian kemampuan berbicara dapat mengurangi frustasi anak yang disebabkan oleh orang
tua atau lingkungannya tidak mengerti apa saja yang dimaksudkan oleh anak.
Pada umumnya setiap anak merasa senang menjadi pusat perhatian orang lain. Dengan
melalui keterampilan berbicara anak berpendapat bahwa perhatian orang lain terhadapnya
mudah diperoleh melalui berbagai pertanyaan yang diajukan kepada orang tua misalnya
apabila anak dilarang mengucapkan kata-kata yang tidak pantas. Di samping itu berbicara
juga dapat untuk menyatakan berbagai ide, sekalipun sering kali tidak masuk akal bagi orang
tua, dan bahkan dengan mempergunakan keterampilan berbicara anak dapat mendominasi
situasi sehingga terdapat komunikasi yang baik antara anak dengan teman bicaranya.
Kemampuan anak berkomunikasi dengan orang lain merupakan syarat penting untuk dapat
anak lebih mudah diterima oleh kelompok sebayanya dan dapat memperoleh kesempatan
lebih banyak untuk mendapat peran sebagai pcmimpin dari suatu kelompok, jika
dibandingkan dengan anak yang kurang terampil atau tidak memiliki kemampuan
Dari pernyataan orang lain anak dapat mengetahui bagaimana perasaan dan pendapat orang
tersebut terhadap sesuatu yang telah dikatakannya. Di samping anak juga mendapat kesan
bagaimana lingkungan menilai dirinya. Dengan kata lain anak dapat mengevaluasi diri
Anak yang suka berkomentar, menyakiti atau mengucapkan sesuatu yang tidak
menyenangkan tentang orang lain dapat menyebabkan anak tidak populer atau tidak
disenangi lingkungannya. Sebaliknya bagi anak yang suka mcngucapkan kata-kata yang
menyenangkan dapat merupakan modal utama bagi anak agar diterima dan mendapat simpati
dari lingkungannya.
mempengaruhi orang lain atau teman sebaya yang berperilaku kurang baik menjadi teman
yang bersopan santun. Kemampuan dan keterampilan berbicara dengan baik juga dapat
merupakan modal utama bagi anak untuk menjadi pemimpin di lingkungan karena teman
http://nurzubaini.blogspot.co.id/2013/01/perkembangan-bahasa-anak-usia-dini.html
Bahasa merupakan sarana yang paling penting dalam komunikasi manusia. Bahasa bersifat
unik sekaligus bersifat universal bagi manusia. Dalam kenyataan kegiatan sehari-hari kita
amati bahwa hanya manusialah yang mampu menggunakan komunikasi verbal dan kita amati
pula bahwa manusia mampu mempelajarinya. Inilah yang menyebabkan tingkah laku
manusia secar esensial berbeda dengan tingkah laku hewan. Tingkah laku bahasa adalah satu
diantara bentuk yang paling member pada tingkah laku insani. Tingkah insane ini tergambar
dengan suasana adanya pengiriman dan penerima. Penerima bias dalam bentuk pendengar
atau pembaca. Jadi, keterampilan yang harus di miliki anank mencakup 4 keterampilan
berbahasa yaitu menyimak atau mendengarkan, berbicara, menulis, dan membaca.
Keterampilan berbahasa tidak di kuasai dengan sendirinya oleh anak. Akan tetapi,
keterampilan berbahasa akan di peroleh melalui proses pembelajaran atau memerlukan upaya
pengembangan.
C. Aspek-aspek perkembangan bahasa anak usia taman kanak-kanak
Anak usia taman kanak-kanak berada dalam fase perkembangan bahasa secara ekspresif.
Hal ini berarti bahwa anak telah dapat mengungkapkan keinginananya, penolakannya,
maupun pendapatnya dengan menggunakan bahasa lisan. Bahasa lisan sudah dapat di
gunakan anak sebagai alat berkomunikasi. Aspek-aspek yang berkaitan dengan
perkembangan bahasa anak tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kosa kata
Seiring dengan perkembangan anak dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungannya,
kosa kata anak berkembang dengan pesat.
2. Sintaksis (tata bahasa)
Walaupun anak belum mempelajari tata bahasa, akan tetapi melalui contoh-contoh berbahasa
yang di dengar dan di lihat anak di lingkungannya, anak telah dapat menggunakan bahasa
lisan dengan susunana kalimat yang baik. Misalnya: “Rita memberi makan kucing” bukan
“kucing Rita makan memberi”.
3. Semantik
Semantik maksudnya penggunaan kata sesuai dengan tujuannya. Anak di taman kanak-kanak
sudah dapat mengekspresikan keinginan, penolakan dan pendapatnya dengan menggunakan
kata-kata dan kalimat yang tepat. Misalnya: “tidak mau” untuk menyatakan penolakan.
4. Fonem (satuan bunyi terkecil yang membedakan kata)
Anak di taman kanak-kanak sudah memilki kemampuan untuk merangkaikan bunyi yang di
dengarnya menjadi satu kata yang mengabdung arti. Misalnya: i.b.u menjadi ibu.
H. Implikasi perkembangan bahasa dalam proses pembelajaran efektif di taman kanak-kanak
a. Menciptakan situasi yang memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan
kemampuan bahasanya. Kesempatan ini dapat di lakukan melalui kegiatan bercakap-cakap,
bercerita, bertanya dan menjawab pertanyaan.
b. Menyediakan saran pebdukung perkembangan bahasa anak. Misalnya, menyediakan alat
permainan yang menstimulasi perkembangan bahasa anak.
http://paudjateng.xahzgs.com/2015/09/perkembangan-bahasa-anak-usia-dini.html
Pemahaman akan berbagai teori dalam perkembangan bahasa anak menurut para ahli yang sesuai
dengan tingkat usia anak, antara lain:
1. Reflexsive Vocalization
Pada usia 0-3 minggu bayi akan mengeuarkan suara tangisan yang masih berupa refleks. Jadi, bayi
menangis bukan karena ia memang ingin menangis tetapi hal tersebut dilakukan tanpa ia sadari.
2. Babling
Pada usia lebih dari 3 minggu, ketika bayi merasa lapar atau tidak nyaman ia akan mengeluarkan
suara tangisan. Berbeda dengan sebelumnya, tangisan yang dikeluarkan telah dapat dibedakan
sesuai dengan keinginan atau perasaan si bayi.
3. Lalling
Di usia 3 minggu sampai 2 bulan mulai terdengar suara-suara namun belum jelas. Bayi mulai dapat
mendengar pada usia 2 s/d 6 bulan sehingga ia mulai dapat mengucapkan kata dengan suku kata
yang diulang-ulang, seperti: “ba….ba…, ma..ma….”
4. Echolalia
Di tahap ini, yaitu saat bayi menginjak usia 10 bulan ia mulai meniru suara-suara yang di dengar dari
lingkungannya, serta ia juga akan menggunakan ekspresi wajah atau isyarat tangan ketika ingin
meminta sesuatu.
5. True Speech
Bayi mulai dapat berbicara dengan benar. Saat itu usianya sekitar 18 bulan atau biasa disebut batita.
Namun, pengucapannya belum sempurna seperti orang dewasa.
Menurut Eliason (1994) perkembangan bahasa dimulai sejak bayi dan mengandalkan perannya pada
pengalaman,penguasaan dan pertumbuhan bahasa.Anak belajar bahasa sejak masa bayi sebelum
belajar berbicara mereka berkomunikasi melalui tangisan, senyuman dan gerakan badan.
Belajar bahasa sangat krusial terjadi pada usia sebelum enam tahun.
Oleh karena itu pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan wahana yang sangat penting dalam
mengembangkan bahasa anak sehingga kondisi ini bisa memfasilitasi pengembangan ketrampilan
berbahasa pada anak usia dini. Anak memperoleh bahasa dari lingkungan keluarga dan lingkungan
tetangga. Dengan kosa kata yang mereka miliki pertumbuhan kosa kata anak akan tumbuh dengan
cepat seperti dikemukan oleh Sroufe(1996) pertumbuhan kosa kata anak akan lebihcepat setelah
mereka mulai berbicara.
Kemampuan bahasa Anak Usia Dini diperoleh dan dipelajari anak secara alami untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungannya sehingga anak akan ammpu bersosialisasi, berinteraksi dan merespon
orang lain. Selanjutnya baca : Pembelajaran Bahasa Untuk Anak Usia Dini (PAUD)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahasa merupakan sarana yang paling penting dalam komunikasi manusia. Bahasa
bersifat unik sekaligus bersifat universal bagi manusia. Dalam kenyataan kegiatan sehari-hari
kita amati bahwa hanya manusialah yang mampu menggunakan komunikasi verbal dan kita
amati pula bahwa manusia mampu mempelajarinya. Inilah yang menyebabkan tingkah laku
manusia secar esensial berbeda dengan tingkah laku hewan. Tingkah laku bahasa adalah satu
diantara bentuk yang paling member pada tingkah laku insani. Tingkah insane ini tergambar
dengan suasana adanya pengiriman dan penerima. Penerima bias dalam bentuk pendengar
atau pembaca. Jadi, keterampilan yang harus di miliki anank mencakup 4 keterampilan
berbahasa yaitu menyimak atau mendengarkan, berbicara, menulis, dan membaca.
Keterampilan berbahasa tidak di kuasai dengan sendirinya oleh anak. Akan tetapi,
keterampilan berbahasa akan di peroleh melalui proses pembelajaran atau memerlukan upaya
pengembangan.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita pembaca, terutama bagi kita calon
pendidik.
http://melyloelhabox.blogspot.co.id/2013/05/teori-perkembangan-bahasa-anak.html
Pada periode sesudah tahun 1960 terjadi perubahan yang cukup berarti. Disamping
disebabkan karena munculnya banyak tokoh dengan teori yang di bawanya, juga dikarenakan
oleh kemajuan di bidang teknologi, seperti adanya tape recorder, alat video, perhatian
terhadap perkembangan bahasa anak semakin meningkat. Dengan suatu alat, bahasa
anakdapat diselidiki, dengan merekam dan kemudian menganalisisnya. Tokoh-tokoh yang
banyak melakukan penyelidikan berkaitan dengan hal tersebut adalah W. Miller (1964), P.
Menyuk (1963), R. Brown (1964), dan Braine (1963).
M. Schaerleakens (1977) membagi fase-fase perkembangan bahasa anak dalam empat
periode. Perbedaan fase-fase ini berdasrkana pada cirri-ciri tertentu yang khas pada setiap
periode. Adapun periode-periode tersebut sebagai berikut:
Ada beberapa penelitian tentang perkembangan bahasa sesudan usia 5 tahun, antara
lain penelitian yang dilakukan oleh A. Karmiloff Smith yang menyelidiki bahasa anak-anak
sekolah (1979) yang menyatakan bahwa antara usia 5 – 8 tahun muncul cirri-ciri baru yang
khas pada bahasa anak, yaitu kemampuan untuk mengerti hal-hal yang abstrak pada taraf
yang lebih tinggi. Baru kemudian sesudah anak usia 8 tahun bahasa menjadi alat yang betul-
betuk penting baginya untuk melukiskan dan menyampaikan pikiran.
1. Kesehatan
Anak yang sehat lebih cepat belajar berbicara ketimbang anak yang tidak sehat,
karena motivasinya lebih kuat untuk menjadianggauta kelompok sosial dan berkomunikasi
dengan anggauta kelompok tersebut. Apabila pada usia dua tahun pertama, anak mengalami
sakit terus menerus, maka anak tersebut cenderungakan mengalami kelambatan atau kesulitan
dala perkembangan bahasannya.
2. Intelegensi
Anak yang memiki kecerdasan tinggi belajar berbicara lebih cepat dan
memperlihatkan penguasaan bahasa yang lebih unggul ketimbang anak yang tingkat
kecerdasannya rendah.
4. Jenis Kelamin
Pada tahun pertama usia anak, tidak ada perbedaan vokalisasi antara laki-laki dan
perempuan. Namun mulai usia dua tahun, anak perempuan menunjukkan perkembangan yang
lebih cepat dari pada anak pria. Pada setiap jenjang umur, anak laki-laki lebih pendak dan
kurang betul tatabahasanya, kosa kata yang diucapkan lebih sedikit, dan pengucapannya
kurang tepat ketimbang anak perempuan.
5. Hubungan Keluarga
Hubungan ini dimaknai sebagai proses pengalaman berinteraksi dan berkomunikasi
dengan lingkungan keluarga, terutama dengan orang tua yang mengajar, melatih dan
memberikan contoh berbahasa dengan anak. Hubungan yang sehat antara orang tua dan anak
memfasilitasi perkembangan bahasa anak, sedangkan hubungan yang tidak sehat
menakibatkan anak akan mengalami kesulitan atau kelambatan dalam perkembangan
bahasanya.
Hubungan yang sehat itu bisa berupa sikap orang tua yang keras\kasar, kurang kasih sayang
dan kurang perhatian untuk memberikan latihan dan contohdalam berbahasa yang baik
kepada anak, maka perkembangan bahasa anak cenderung akan mengalami stagnasi atau
kelainan. Seperti gagap dalam berbicara, tidak jelas dalam mengungkapkan kata-kata, merasa
takut untuk mengungkapkan pendapat, dan berkata yang kasar atau tidak sopan.
6. Keinginan Berkomunikasi
Semakin kuat keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain, semakin kuat motivasi anak
untuk belajar berbicara, dan semakin bersedia menyisihkan waktu dan usaha yang diperlukan
untuk belajar.
7. Dorongan
Semakin banyak anak didorong untuk berbicara, dengan mengajaknya bicara dan didorong
menanggapainya, akan semakin awal mereka belajar berbicara dan semakin baik kualitas
bicaranya.
8. Ukran Keluarga
Anak tunggal atau anak dari keluarga kecil biasanya berbicara lebih awaldan lebih
baik ketimbang anak dari keluarga besar. Karena orang tua dapat menyisahkan waktu yang
lebih banyak untuk mengajarkan anaknya berbicara.
9. Urutan Kelahiran
Dalam keluarga yang sama, anak pertama lebih unggul ketimbang anak yang lahir
kemudia. Hal ini karena orang dapat menyisihkan waktunya lebih banyak untuk mengajar
dan mendorong anak yang lahir pertama dalam belajar berbicara ketimbang untuk anak yang
lahir kemudian.
13. Keperibadian
Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderungkemampuan bernicaranya
lebih baik , baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.
D. Gangguan Dalam Perkembangan Berbicara
Disamping faktor tersebut terdapat beberapa gangguan yang harus diatasi oleh anak dalam
rangka belajar berbicara, antara lain:
KESIMPULAN
Setiap manusia mengawali komunikasi dengan dunia sekitarnya melalui bahasa
tangis. Sejalan dengan perkembangan kemampuan serta kematangan jasmani terutama yang
bertalian dengan proses bicara, komunikasi tersebut makin meningkat dan meluas. Dilhat dari
fungsinya, bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Penelitian yang dilakukan terhadap perkembangan bahasa aank tentunya tidak
terlepas dari pandangan, hipotesis, atau teori psikologi yang dianut. Mengenai hal ini terdapat
beberapa toeri tantang perkembangan Bahasa, diantaranya toeri natavisme, kognitivisme, dan
behaviorisme.
Perkembangan bahasa terbagi atas tiga periode, yaitu periode prelingual, periode lingual dini
dan periode diferensiasi. Mulai periode linguistik dini inilah anak mulai mengucaokan kata-
kata yang pertama yang merupakan saat paling menakjubkan bagi orang tua.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 210) cerita adalah: Tuturan yang
membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal atau peristiwa atau karangan yang
menuturkan perbuatan, pengalaman kebahagiaan atau penderitaan orang, kejadian tersebut
sungguh-sungguh atau rekaan.
Berdasarkan pengertian di atas maka cerita anak dapat didefinisikan "tuturan lisan, karya
bentuk tulis atau pementasan tentang suatu kejadian, peristiwa, dan sebagainya yang terjadi di
seputar dunia anak (Musfiroh et al, 2005: 59). Berdasarkan keberagaman pengertian metode
bercerita diatas dapat disimpulkan sebagai berikut : "metode bercerita adalah cara bertutur
kata dalam penyampaian cerita atau memberikan penjelasan kepada anak secara lisan", dalam
upaya memperkenalkan ataupun memberikan keterangan hal baru pada anak.
Tujuan Bercerita
Metode ini bertujuan untuk memberi pengalaman pelajaran agar anak memperoleh
penguasaan isi cerita yang disampaikan lebih baik. Melalui bercerita anak menyerap pesan-
pesan yang dituturkan melalui kegiatan bercerita. Penuturan cerita yang sarat informasi atau
nilai-nilai itu dihayati anak dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, tujuan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah agar anak mampu mendengarkan
dengan seksama terrhadap apa yang disampaikan orang lain, anak dapat bertanya apabila
tidak memahaminya, anak dapat menjawab pertanyaan, selanjutnya dapat melatih daya
konsentrasi ,mendengarkan,membangun pemahaman, mengungkapkan apa yang dipahaminya
dan mengekspresikan terhadap apa yang didengarkan dan diceritakannya, sehingga hikmah
dari isi cerita dapat dipahami dan lambat laun didengarkan, diperhatikan, dilaksanakan dan
diceritakannya pada orang lain. Karena menurut Frunner (Tampubolon, 1991 : 10 dalam
Dhieni 2008 : 6.5) “Bahasa berpengaruh besar pada perkembangan pikiran anak”.
Bagi anak usia dini mendengarkan cerita yang menarik yang dekat dengan llingkungannya
merupakam kegiatan yang mengasyikkan. Guru anak usia dini yang terampil bertutur dan
kreatif dalam bercerita dapat menggetarkan perasaan anak. Guru dapat memanfaatkan
kegiatan bercerita untuk menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan,
ketulusan, dan sikap-sikap positif yang lain dalam kehidupan lingkungan keluarga, sekolah,
dan luar sekolah (Moeslichatoen 1996 : 152).
Selain manfaat yang telah dikemukakan di atas. Ada beberapa manfaat lain yang
dikemukakan mengenai metode bercerita bagi anak usia dini di antaranya, menurut Dhieni
(2008 : 6.6) sebagai berikut :
1. Melatih daya serap atau daya tangkap anak usia dini, artinya anak usia dini dapat
dirangsang, untuk mampu memahami isi atau ide-ide pokok dalam cerita secara
keseluruhan.
2. Melatih daya pikir anak usia dini. Untuk terlatih memahami proses cerita,
mempelajari hubungan bagian-bagian dalam cerita termasuk hubungan sebab-
akibatnya,
3. Melatih daya konsentrasi anak usia dini, untuk memusatkan perhatiannya kepada
keseluruhan cerita, karena dengan pemusatan perhatian tersebut anak dapat, melatih
hubungan bagian-bagian cerita sekaligus menangkap ide pokok dalam cerita.
4. Mengembangkan daya imajinasi anak. Artinya dengan bercerita anak dengan daya
fantasinya dapat membayangkan atau menggambarkan suatu situasi yang berada
diluar jangkauan inderanya bahkan yang mungkin jauh dari lingkungan sekitarnya ini
berarti membantu mengembangkan wawasan anak.
5. Menciptakan situasi yang menggembirakan serta mengembangkan suasana hubungan
yang akrab sesuai dengan tahap perkembangannya, anak usia dini senang
mendengarkan cerita terutama apabila gurunya dapat menyajikannya dengan menarik.
6. Membantu perkembangan bahasa anak berkomunikasi secar aktif dan efesien sehinng
proses percakapan menjadi komunikatif.
Menurut Musfiroh (2005:95) ditinjau dari beberapa aspek, manfaat bercerita sebagai berikut :
Sedangkan menurut Bachri (2005: 11), manfaat bercerita adalah dapat memperluas wawasan
dan cara berfikir anak, sebab dalam bercerita anak mendapat tambahan pengalaman yang bisa
jadi merupakan hal baru baginya.
Manfaat bercerita dengan kata lain adalah menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi
sehingga dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak.
Dari manfaat-manfaat yang dijelaskan diatas peneliti memilih manfaat metode bercerita
untuk melatih daya serap/tangkap anak usia dini karena dengan melatih daya serap anak,
maka untuk mengembangkan daya pikir dan imajinasi akan lebih mudah.
1. Anak didik menjadi pasif, karena lebih banyak mendegarkan atau menerima
penjelasan dari guru.
2. Kurang merangsang perkembangan kreativitas dan kemampuan anak untuk
mengutarakan mendapatnya.
3. Daya tangkap atau serap anak didik berbeda dan masih lemah sehinnga sukar
memahami tujuan pokok isi cerita.
4. Cepat menumbuhkan rasa bosan terutama apa bila penyajiannya tidak menarik
(Dhieni, 2008 : 6.6).
Alat atau media yang digunakan hendaknya aman, menarik, dapat dimainkan oleh guru
maupun anak dan sesuai dengan tahap perkembangan anak. Alat atau media yang digunakan
dapat asli atau alami dari lingkungan sekitar, dan dapat pula benda tiruan atau fantasi.
Dari kedua jenis bercerita yang dijelaskan diatas peneliti memilih bercerita dengan alat
peraga karena peneliti ingin memanfaatkan apa yang ada disekolah. Sehingga apa yang
dimiliki sekolah bisa dimanfaatkan dengan baik juga bisa membantu mengembangkan
perkembangan menyimak anak dengan maksimal.
Pengertian Menyimak
Menyimak merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang bersifat langsung dan bersifat
tatap muka, melibatkan proses menginterpretasi dan menterjemahkan suara yang didengar
sehingga memiliki arti tertentu.
Kegiatan menyimak dapat dilakukan oleh seseorang dengan bunyi bahasa sebagai
sumbernya, sedangkan mendengar dan mendengarkan bisa bunyi apa saja. Jadi, menyimak
memiliki kandungan makna yang lebih spesifik bila dibandingkan mendengar dan
mendengarkan (Dhieni 2008 : 4.4).
Selain itu, menyimak juga mempunyai pengertian lain yaitu: Menyimak adalah suatu proses
kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman,
apresiasi, serta interprestasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta
memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran
atau bahasa lisan (Tarigan, 1993 :28).
Fungsi Menyimak
Sabarti (1992 : 149 dalam Dhieni 2008 : 4.5) mengemukakan bahwa menyimak berperan
sebagai (1) Dasar belajar bahasa, (2) Penunjang keterampilan berbicara, membaca, dan
menulis, (3) Penunjang komunikasi lisan, (4) Penambah informasi atau pengetahuan. Adapun
menurut Hunt dalam Tarigan(1986 : 55) fungsi menyimak adalah (1) Memperoleh informasi,
(2) Membuat hubungan antar pribadi lebih efektif, (3) Agar cepat memberikan respon yang
positif, (4) Mengumpulkan data agar dapat membuat keputusan yang masuk akal.
Berikut ini akan dijelaskan peranan dari menyimak menurut Dhieni (2008 : 4.6) yaitu :
Menjadi dasar belajar bahasa, baik bahasa pertama maupun bahasa kedua.
Kemampuan berbahasa tidak akan dimiliki oleh seseorang kalau tidak diawali dengan
kegiatan mendengarkan. Seorang dapat mengucapka kata mama, papa dan sebagainya
setelah ia sering dan berulang-ulang menyimak pengucapan kata-kata tersebut dari
orang-orang yang ada di sekitarnya. Demikian pula halnya pada saat anak belajar
bahasa asing. Kegiatan mungkin diawali dengan menyimak cara pengucapan kata, dan
kalimat sebelum dia bisa mengucapkan sebuah kata dan penggunaanya dalam
kegiatan berbicara.
Menjadi dasar pengembangan kemampuan bahasa tulis (membaca dan menulis).
Kemampuan mendengarkan ini juga menjadi kemampuan dasar yang harus dimiliki
anak sebelum diajarkan membaca. Seperti dikemukakan oleh Tom dan Sobol, salah
satu kemampuan dasar yang harus dimiliki anak sebelum diajarkan membaca adalah
kemampuan membedakan auditorial. Artinya, anak mampu membedakan suara-suara
di lingkungan mereka dan mampu membedakan bunyi-bunyi huruf atau fonem yang
mereka dengarkan (2003 : 26). Pendapat ini juga diperkuat oleh Pflaum dan Steinberg
dalam Tampubolon bahwa kemampuan anak memahami bahasa lisan menjadi salah
satu ciri penanda kesiapan anak diajarkan membaca (1991 : 64).
Menunjang keterampilan berbahasa lainnya Apabila bahasa pembicara sama dengan
bahasa penyimak, maka penyimak dari hasil simakannya akan dapat mengetahui ciri-
ciri bahasa pembicara. Hal ini dapat menunjang kemampuan berbicara penyimak.
Selain itu, penyimak dari hasil simakannya akan memperoleh tambahan
perbendaharaan kata yang dapat meningkatkan keterampilan berbahasanya, baik lisan
(berbicara dan menyimak) maupun tulisan (membaca dan manulis).
Memperlancar komunikasi lisan Setelah menyimak pembicaraan seseorang, tentu
penyimak akan dapat mengetahui isi atau makna pembicaraan tersebut, maka akan
terjadi komunikasi antara pembicara dan penyimak. Hal ini berarti, menyimak dapat
memperlancar komunikasi lisan.
Menambah informasi atau pengetahuan Pengetahuan tentang kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi atau informasi lainnya tidak hanya diperoleh melalui
membaca, tetapi juga melalui menyimak. Pengetahuan baru tersebut dapat diperoleh
melalui kegiatan mendengarkan berita, ceramah, diskusi, dan lain sebagainya.
Tujuan Menyimak
Bermacam-macam tujuan orang menyimak. Tujuan seseorang menyimak tergantung pada
niat setiap orang. Tarigan (1993 : 56) mengemukakan ada delapan tujuan orang menyimak,
yaitu :
1. Ada orang yang menyimak dengan tujuan utama agar dia dapat memperoleh
pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara dengan perkataan lain, dia menyimak
untuk belajar.
2. Ada orang yang menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari
materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan (terutama sekali
dalam bidang seni), pendeknya dia menyimak untuk menikmati keindahan audial.
3. Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat menilai apa-apa yang dia
simak itu (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngaur, logis-tak logis, dan lain-lain),
singkatnya dia menyimak untuk mengevaluasi.
4. Ada orang yang menyimak agar dia dapat manikmati serta menghargai apa-apa yang
disimaknya itu (misalnya : pembacaan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu,
dialog, perdebatan). Pendek kata, orang itu menyimak untuk mengapresiasikan materi
simakan.
5. Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat mengkomunukasikan ide-
ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancer
dan tapat. Banyak contoh dan ide yang dapat diperoleh dari sang pembicara dan
semua ini merupakan bahan penting dan menunjangnya dalam mengkomunikasikan
ide-idenya sendiri.
6. Ada pula orang yang menyimak dengan maksud dan tujuan agar dia dapat
membedakan bunyi-bunyi dengan tepat, mana bunyi yang membedakan arti, mana
bunyi yang tidak membedakan arti. Biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang
sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli.
7. Ada lagi orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat memecahkan masalah
secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara dia mungkin memperoleh
banyak masukan berharga.
8. Selanjutnya ada lagi orang tekun menyimak sang pembicara untuk meyakinkan
dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini dia ragukan, dengan
perkataan lain, dia menyimak secara persuasif (disarikan dari : Logan [et al], 1972 :
42 ; Shrope, 1979 : 261 dalam Tarigan 1993 : 56).
Sejalan dengan pendapat tersebut Sabarti (dalam Dhieni, 2008 : 4.6) juga mengemukakan
beberapa tujuan menyimak, yaitu : (1) Menyimak untuk belajar, (2) Menyimak untuk
menghibur diri, (3) menyimak untuk menilai, (4) menyimak untuk mengapresiasikan, dan (5)
menyimak untuk memecahkan masalah.
b. Untuk Mengapresiasikan
artinya menyimak bertujuan untuk dapat memahami, menghayati, dan menilai bahan yang
disimak. Bahan yang disimak dengan tujuan ini biasanya berbentuk karya sastra, seperti
cerita atau dongeng dan puisi.
Tujuan menyimak ini masih bisa ditambah dengan tujuan-tujuan lain yang lain tergantung
pada niat seseorang untuk menyimak.
a. Menyimak informatif
Menyimak atau mendengarkan informasi untuk mengidentifikasi dan mengingat fakta-fakta,
ide-ide dan hubungan-hubungan. Ada beberapa kegiatan yang dapat direncanakan atau
ditugaskan kepada anak untuk mengembangkan kemampuan menyimak informatif, di
antaranya :
1. Membiarkan atau menyuruh anak menutup mata lalu menundukkan kepalanya di atas
meja, kemidian suruh mereka membedakan bunyi (meraut pensil, mendorong buku,
membuka pintu, mendorong kursi) lalu tamyakan kepada mereka untuk mebak suara
apa yang muncul.
2. Mengajarkan kepada anak bagaimana menerima pesan telepon secra singkat.
3. Mengajak anak berjalan-jalan.
4. Membacakan paragraf pendek tentang ilmu pengetahuan dan sosial. Kemudian ajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang apa, siapa, mengapa, dan kapan. Jawabannya harus
berupa pilihan dan anak harus menerangkan faktanya untuk dapat menjawab.
5. Membaca sajak atau cerita. Kadang-kadang hilangkan sebuah kata atau kalimat pada
akhir cerita, kemudian suruh anak melengkapi atau mengisi kata kalimat yang hilang
tersebut.
6. Ajak anak untuk menggambar dalam pikirannya tentang apa yang mereka dengar dari
cerita yang dibacakan. Diskusikan tentang bagaimana meraka menyusun gambaran
visualnya.
7. Menggambar sebuah objek di kertas grafik yang luris. Minta anak-anak untuk
menandai arah utara, selatan, timur dan barat pada kertas grafik. Setelah menentukan
titik permulaan, berikan petunjuk pada anak langkah demi langkah untuk
menggambar sebuah objek, misal ke utara 2 persegi, ke barat 2 persegi. Akan tetapi
kegiatan seperti ini lebih cocok digunakan untuk anka yang sudah lebih besar seperti
anak di Sekolah Dasar.
b. Menyimak Kritis
Mendengar kritis lebih dari sekedar mengidentifikasi dan mengingat fakta, ide dan hubungan-
hubungan. Kemampuan ini membutuhkan kemampuan untuk mengenali isi apa yang
didengar dan mambuat sebuah keterangan tentang hal tersebut dan membuat generalisasi
berdasarkan apa yang didengar (Dhieni 2008 : 4.12).
Beberapa kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan menyimak kritis pada anak
adalah sebagia berikut :
Membacakan cerita pendek lalu ajak untuk mengungkapkan ide utama dari cerita
yang meraka dengar. Untuk mambantu anak usia dini mengungkapkan ide cerita bisa
dipandu dengan pertanyaan dari guru. Perlu diketahui bahwa manfaat membacakan
cerita pada anak-anak, disampaikan dapat mengembangkan kemampuan menyimak
meraka juga dapat menambah keuntungan yang lain, yaitu :
c. Menyimak Apresiatif
Menyimak Apresiatif adalah kemampuan anak untuk menikmati dan merasakan apa yang
didengar. Penyimak dalam jenis menyimak ini larut dalam bahan uang disimaknya. Anak
akan terpaku dan terpukau dalam-dalam menikmati dramatisasi atau puisi. Secara imajinatif,
penyimak seolah-olah ikut mengalami, merasakan, melakukan karakter dari perilaku cerita
yang dilisankan (Dhieni 2008 : 4.12).
Ada tiga media yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan menyimak ini,
yaitu :
1. Musik, merupakan media yang paling nyata untuk membantu anak menghargai dan
menikmati apa yang didengar.
2. Bahasa yang berirama, meliputi semua sajak anak usi dini. Membacakannya dengan
lantang di depan anak membantu mereka memahami dan merasakan irama dan ritme
bahasanya.
3. Patung Visual, berhubungan dengan musik yang menciptakan atmosfir khusus atau
irama yang mebuat pesan yang disampaikan diperkirakan dapat lebih menambah
ketertarikan anak dalam mendengarkan.
Adapun beberapa kegiatan yang dapat diberikan untuk meningkatkan kemampuan menyimak
apresiasif pada anak adalah sebagai berikut :
1. Membacakan anak koleksi cerita, seperti cerita binatang atau cerita lain sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan anak untuk mengenalkan anak pada pengulangan
kata dan nyanyian yang berulang. Bicarakan tentang perasaan, suasana hati, atau
gambaran yang muncul dalam cerita.
2. Membacakan bacaan yang berkualitas pada anak. Menggiring perhatian mereka
pada penggunaan kata-kata yang suaranya seperti artinya. Membicarakan tentang
perasaan, suasana hati, atau gambaran yang muncul pada cerita.
3. Membacakan semua tipe puisi pada anak dan membantu mereka merespon isi
puisi dengan visualisasi dan perasaan. Gunakan kepekaan penglihatan,
pendengaran, perasa, penciuman, dan perabaan. Dorong anak untuk bergabung
bergabung dan membacakannya sehingga meraka merasakan perasaan puisi tersebut
dari pengucapannya sendiri.
4. Berbagai buku puisi bergambar atau buku bergambar. Menurut Glazer (1990
dalam Dhieni 2008 : 4.13) puisi yang diberi ilustrasi yang cantik akan berdampak dua
kali lipat pada pembacanya, dibandingkan dengan kualitas puisi yang lebih artistik
namun tanpa ilustrasi.
5. Mengundang seorang pencerita untuk mengunjungi kelas, sehingga anak dapat
belajar untuk menikmati bentuk kesenian khusus.
Dari penjelasan diatas peneliti memilih kegiatan membacakan anak koleksi cerita Karena
peneliti ingin menggunakan fasilitas yang ada secara maksimal.
Proses Menyimak
Menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses. Sudah barang tentu dalam
proses ini terdapat tahap-tahap. Begitulah dalam proses menyimak pun terdapat tahap-tahap,
antara lain :
1. Tahap Mendengar, dalam tahap ini kita baru mendengar segala sesuatu yang
dikemukakan oleh sang pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya. Jadi masih
berada dalam tahap hearning.
2. Tahap Memahami, setelah kita mendengarkan maka ada keinginan untuk mengerti
atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh sang pembicara,
maka sampailah dalam tahap understanding.
3. Tahap Menginterpretasi, penyimak yang baik, yang cermat dan teliti, belum puas
kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara. Dia ingin
menafsirkan atau menginterpretasikan isi, butir-butir pendapat yang terdapat dan
tersirat dalam ujaran itu, dengan demikian maka sang penyimak telah tiba pada tahap
interpreting.
4. Tahap mengevaluasi, setelah memahami serta dapat menafsirkan atau
menginterpretasikan isi pembicaraan, sang penyimak pun mulailah menilai atau
mengevaluasi pendapat serta gagasan sang pembicara, dimana keunggulan dan
kelemahan, dimana kebaikan dan kekurangan sang pembicara, maka dengan demikian
sudah sampai pada tahap evaluating.
5. Tahap Menanggapi, merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak. Sang
penyimak menyambut, mencamkan, menyerap, serta menerima gagasan atau ide yang
dikemukakan oleh sang pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya,sang penyimak
pun sampailah pada tahap menanggapi (responding). (Logan [et al], 1972 : 39 ; Loban
[et al], 1969 : 243 dalam Tarigan, 1993 : 58).
Kurikulum berbasis kompetensi membuka peluang bagi guru untuk memanfaatkan metode
yang paling sesuai dan kontekstual. Dan hal yang paling penting dengan bercerita kita dapat
memperkaya kosa kata yang dimiliki anak didik dengan mengajak anak-anak untuk ikut
dalam alur cerita dan sesekali anak bisa diminta menentukan akhir dari cerita sehingga
suasana kelas menjadi hidup.
Hal ini dapat ditandai dengan berkembangnya beberapa kemampuan anak didik sebagai
berikut :
DAFTAR PUSTAKA
http://melyloelhabox.blogspot.co.id/2013/05/metode-bercerita-anak-usia-dini.html
FUNGSI BERCERITA
Menurut prof.Dr Tampubolon, (1991:50), “Bercerita kepada anak memainkan
permainan penting bukan saja dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca, tetapi
juga dalam mengembangkan bahasa dan fikiran anak” Dengan demikian, fungsi kegiatan
bercerita bagi anak 4-6 tahun adalah membantu perkembangan bahasa anak. Dengan bercerita
pendengaran anak dapat difungsikan dengan baik untuk membantu kemampuan
bercerita,dengan menambah pembendaharaan kosakata, kemampuan mengucapkan kata-kata,
melatih merangkai kalimat sesuai dengan tahap perkembanganya.Rangkaian kemampuan
mendengar ,berbicara, membaca, menulis, dan menyimak adalah sesuai dengan tahap
perkembangan anak, karena tiap anak berbeda latar belakang dan cara belajarnya.