Anda di halaman 1dari 51

http://anakcerdascerebrofort.

com/sehat-cerdas/kabar-cerdas/melatih-keterampilan-berbahasa-
anak

Melatih Keterampilan Berbahasa Anak

Sejak usia 15 bulan, sebagian besar balita mulai dapat mengatakan 10-15 kata dasar.
kemampuan ini akan semakin membaik ketika mereka memasuki usia 2 tahun. Umumnya
mereka dapat mengatakan lebih dari 100 kata, memahami lebih 100 kata lainnya, dan
menggunakan dua-tiga kata saat berucap.

Menurut seorang profesor di Yale Child Study Center di New Haven, CT, Rhea Paulus,
Ph.D., kemampuan mengingat balita berkembang seiring pertambahan usia. Mereka akan
mulai menghubungkan apa yang mereka dengar dengan apa yang mereka lihat. Sebagai
contoh, setelah satu bulan ia mendengar kata susu dan melihat botol yang diberikan, si kecil
akan menghubungkan kedua hal tersebut dan mulai belajar mengatakannya.

Lalu apa yang bisa Anda lakukan untuk meningkatkan kemampuannya itu?

Untuk melatih daya ingat si kecil, sehingga ia dapat mengembangkan kosa katanya, Anda
bisa menggunakan berbagai cara dan stimulasi. Tak perlu mengeluarkan banyak uang dengan
membeli DVD tentang pengenalan huruf dan benda, lebih baik Anda mencoba melatihnya
dengan menggunakan permainan balok susun. 

Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh University of Washington di Seattle, melatih anak
Anda membangun sebuah kata lewat permainan kuno ini adalah cara terbaik untuk
meningkatkan kemampuan berbahasa mereka.

Penelitian menunjukan bahwa permainan interaktif, yaitu dengan mengajak si kecil berbicara
tentang apa yang Anda lakukan dengan bangunan balok dapat meningkatkan perkembangan
kosa kata, lebih dari yang bisa DVD lakukan.

Bagaimana cara melatih kemampuannya sambil bermain?

Pada saat Anda mencoba menumpuk balok, menghitung balok, atau mengurutkan balok
berdasarkan warna dan ukuran, tetaplah berkomunikasi dengan si kecil. Setidaknya, ini
adalah saran dari Dimitri Christakis, M.D., sang peneliti. Lanjutkan terus stimulasi berbicara,
menjawab pertanyaan, menunjuk dan menyebut nama gambar-gambar balok di setiap
permainan yang Anda lakukan.
Dan jangan berhenti hanya sampai di situ. Ambil mainan kesayangan si kecil lainnya, seperti
boneka, truk atau boneka binatang. Berpura-puralah bermain dengan mainan kesayangannya
itu, sambil Anda terus mengajak si kecil berbicara. Permainan ini akan melibatkan otak si
kecil dan membantunya menghubungkan antara ucapan yang didengar dengan benda yang
dilihat.

Nanti, ketika dia bermain sendiri, otaknya akan mulai menghubungkan antara benda dengan
kata-kata yang pernah Anda ucapkan. Lambat laun, si kecil akan mulai menanggapi perintah-
perintah sederhana, seperti mengambil balok ketika diperintahkan dan menyusun kata-kata
dasar sesuai keinganannya sendiri.

http://www.anneahira.com/melatih-bahasa-anak.htm

http://www.ayahbunda.co.id/balita-tips/melatih-kemampuan-bicara-anak

Usia antara 1-2 tahun adalah saat di mana anak sedang senang belajar bicara. Mereka menggunakan
sekitar 10-20 kosa kata yang sudah dikenalnya. Menurut psikolog Dra. Mayke S. Tedjasaputra, M.Si.
dalam bukunya “Tumbuh Kembang Batita,” di rentang usia 1-2 tahun, anak sudah mampu
mengucapkan kalimat-kalimat sederhana dan pendek dengan menggunakan kosa kata yang sudah
diketahuinya. Namun, beberapa kendala seperti kalimat yang tersendat, suku kata yang terbalik dan
kalimat yang terbalik-balik membuat Anda kebingungan. Ini dia kiat-kiat yang dapat Anda lakukan
untuk meningkatkan kemampuan bicara balita Anda.

Bicaralah dengan Jelas Disertai Bahasa Tubuh

Pada saat Anda mengajak anak untuk melompat, katakan kepadanya sambil tunjukkan juga seperti
apa gerakan melompat. Begitu juga saat Anda mengatakan kepada dia betapa Anda sangat
menyayanginya, sertai pula dengan memeluk tubuh balita Anda dengan erat. Menurut Marilyn
Shatz, psikolog dan penulis buku “A Toddler’s Life”, ketika berbicara dengan anak, gerakan tubuh
orangtua memiliki peran penting dalam menjalin interaksi dengan anak. Ajarkan pula ia untuk
mengutarakan keinginannya dengan disertai bahasa tubuh. Misalnya, ketika dia mengatakan sakit,
mintalah dia menunjukkan bagian tubuhnya yang terasa sakit sehingga memudahkan Anda untuk
membantu mengatasinya.

Tunjukkan Ekspresi Saat Berbicara dan Berilah Intonasi yang Berbeda Pada Kata Penting

Sebagai contoh, pada saat Anda ingin mengajarkan rutinitas sebelum tidur, berilah intonasi yang
lebih kuat ketika mengucapkan kata-kata berupa kegiatan yang harus dilakukannya. Misalnya,
“Sudah malam, ayo sikat gigi, lalu tidur!” Ucapkan kalimat ini setiap malam menjelang dia tidur. Ini
akan memudahkannya mengingat dan mengenal kapan kegiatan itu harus dilakukan, yaitu menyikat
gigi, sebelum tidur di malam hari. Jika kalilmat tersebut sudah cukup sering diucapkan, Anda bisa
gantian menanyakan tentang rutinitas ini kepadanya. “Ayo, sebelum tidur, kamu harus apa dulu?”
Bukan tidak mungkin kalau suatu kali dia yang akan mengajak Anda untuk menemaninya sikat gigi
sebelum tidur.
Gunakan Bahasa Sederhana

Karena perbendaharaan kata yang dikenal balita masih terbatas jumlahnya, gunakan kata dan istilah
yang sudah sering didengar dia setiap kali Anda mengajaknya berbicara. Hindari menggunakan
istilah-istilah baru, apalagi yang bersifat asing bagi telinga anak. Ketika Anda ingin membangun
sebuah komunikasi dua arah dengan anak, pastikan untuk menggunakan bahasa sederhana yang
mudah dimengerti anak. Ketika Anda menjelaskan manfaat makan kepadanya, misalnya, cukup
katakan kepadanya, “Kalau kamu tidak makan, nanti kamu sakit perut.” Kalimat tersebut lebih
mudah dicerna anak dibandingkan dengan bila Anda mengatakan, “Kamu harus makan supaya
badanmu sehat.” Sebab, anak belum sepenuhnya mengerti makna dari kata “sehat.”  

Gunakan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

Ketika berbicara dengan anak, selalu gunakan kata-kata dan istilah yang sudah biasa didengar si kecil
dan mudah dipahami. Contohnya, sewaktu Anda menyuruh dia minum susu, gunakan kata “minum”
dan bukan “mimik.” Juga, gunakan kata “susu” bukan “cucu”. Mungkin ada istilah-istilah yang lebih
mudah diucapkan anak dalam menyebutkan sesuatu, seperti “guguk” untuk anjing atau “pus” untuk
kucing.  Namun, tetaplah membiasakan untuk menggunakan kata “anjing” dan “kucing” setiap kali
berbicara dengannya. Dengan demikian anak akan terbiasa menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar, serta istilah-istilah yang tepat.

Ajukan Pertanyaan dengan Jelas dan Singkat

Apabila Anda tidak memahami maksud dari ucapan balita Anda, berilah dia kesempatan untuk
mengatakan keinginannya. Tapi, apabila Anda masih juga belum mengerti dan terus menebak-nebak
maksud ucapannya, sampai dia kesal, Anda dapat membantunya dengan bertanya. Misalnya, ketika
ia mau makan dan tiba-tiba menangis, tanyakan kepadanya, “Kamu mau makan atau minum dulu?”
Anak akan lebih mudah merespon bila Anda membantunya dengan memberikan pilihan. Atau, Anda
juga dapat bertanya kepadanya, “Kamu mau makan yang mana? Mau buah atau biskuit?” Biarkan
anak menentukan pilihannya. Ketika memilih, mintalah dia untuk menyebutkan pilihannya.

Jelaskan yang Sedang Anda Lakukan

Menurut psikolog Linda Sonna dalam bukunya “The Everything Toddler Book”, orangtua perlu
menjelaskan kepada anak tentang berbagai kegiatan yang dilakukan, serta hal-hal yang sedang
terjadi sekitarnya. Caranya dapat dilakukan melalui obrolan ketika melakukan kegiatan sehari-hari.
Misalnya, ketika sedang mandi, ajaklah anak mengobrol. “Ayo, sekarang Bunda ambil air, dan Bunda
akan siramkan ke badan kamu. Giliran kamu, menggosok-gosok kedua tangan dan bersihkan
kakimu.” Setelah selesai, tanyakan kepadanya, “Segar, kan? Tubuh kamu jadi segar sekarang. Tapi,
kalau kamu tidak mandi, segar nggak?” Lewat obrolan sederhana seperti itu anak akan belajar
memahami alasan mengapa dia harus mandi.

Berilah Pujian

Pemahaman anak terhadap sesuatu yang Anda ajarkan, dapat dipantau melalui ketepatannya dalam
memberikan reaksi atau respon. Bila anak sudah memperlihatkan kemajuan dalam upaya untuk
mengutarakan isi hatinya secara lebih jelas, jangan lupa untuk memberinya pujian. Begitu juga,
ketika dia tidak lagi cepat menangis sebelum menyelesaikan seluruh kalimat yang diucapkannya.
Pujilah dia ketika berhasil menyelesaikan sebuah kalimat sederhana yang jelas dan tidak membuat
Anda bingung untuk memahaminya. Pujian yang Anda berikan kepada anak bisa berupa pelukan
erat, ciuman, kata-kata pujian, atau berupa acungan jempol. Semua bentuk pujian itu dapat
membangkitkan rasa percaya dirinya.

Dan tahukah Bunda bahwa tekstur makanan pun ikut berperan? Kenyataannya, keterampilan bicara
anak dipengaruhi juga oleh tekstur makanan yang dikonsumsinya. Itu sebabnya, anak perlu diberi
makanan dengan tekstur yang sesuai usianya.

Pada usia 6 bulan, berilah anak makanan bertekstur lembut. Ini sesuai untuk melatih
keterampilannya mengunyah dan menelan, serta melatih lidah dan mulut bayi untuk belajar bicara.
Di usia 9 bulan, berilah anak makanan bertekstur lebih kasar. Selanjutnya, pada usia di atas 1 tahun,
anak sudah harus diberikan makanan bertekstur padat dengan ukuran potongan lebih besar. Ini
bermanfaat mengasah kemampuannya menggunakan gigi untuk menggigit dan melumatkan
makanan. Apabila keterampilan makan si kecil tidak dilatih sesuai usianya, dia dapat mengalami
keterlambatan dalam kemampuan berbicara.

http://alizaahir.blogspot.co.id/2012/07/cara-mengasah-berbahasa-anak-usia-4-6.html

PERKEMBANGAN BAHASA PADA USIA 4 – 6 TAHUN


Pada masa sekarang ini, anak sudah terbiasa dengan konsep perbincangan. Ia sudah paham bahwa
ada saat di mana ia berbicara, kemudian orang lain berbicara, dan berganti ia lagi yang berbicara,
dan seterusnya. Kemampuan ini didapatnya dari pengalamannya selama menggunakan bahasa yang
sekaligus meningkatkan keterampilan berbicaranya. Dengan kesempatan yang didapat, anak berlatih
dan terus berlatih untuk dapat berkomunikasi dua arah.
Untuk menunjang kemampuannya, luangkan waktu setiap hari untuk berbincang dengan anak.
Tanyakan mengenai dirinya, ide-idenya, dan perasaannya. Tentu saja, anak mungkin tidak banyak
berbicara dan terus bermain pada saat itu. Tapi, jangan patah semangat, teruslah mengajaknya
berbincang.
Tak hanya mengajak berbicara, ibu dan bapak juga harus mendengarkan apa yang dikatakan. Anak
akan sangat menghargai ketertarikan orangtuanya pada apa yang diucapkan, meski itu sudah
dikatakannya berulang-ulang kali.
Topik pembicaraan juga sangat berpengaruh untuk menarik perhatian anak.
Bila ibu dan bapak bertanya sepulang sekolah, “Belajar apa tadi di sekolah?” kemungkinan besar
anak akan menjawab, “Lupa.” Cobalah ubah pertanyaan dengan, “Apa yang membuatmu merasa
sangat senang hari ini?” Awalnya, anak mungkin bingung dan berpikir keras untuk mengingat-ingat
pengalamannya seharian. Ibu dan bapak bisa mengajukan pertanyaan mengenai mainan favorit atau
teman favoritnya. Tanyakan, apakah hal itu membuatnya merasa senang, jika ya, maka dengarkan
ceritanya.
Kesibukan sehari-hari, tidak hanya dirasakan oleh orangtua tapi juga anak-anak. Bisa jadi tumbuh
rasa putus asa karena semua orang yang lebih besar darinya sibuk berbicara dan berbicara terus
dengan sangat lancar dibandingkan dirinya. Oleh karena itu, berikan kesempatan kepada anak untuk
berbicara dan yang lain biar mendengarkan.
Ciptakan kebiasaan itu pada saat makan malam bersama. Biasanya anak sudah makan lebih awal,
sehingga perutnya masih dalam keadaan kenyang. Anak dapat bercerita mengenai pengalamannya
seharian sambil menemani ibu dan bapak makan. Atau, ketika akan tidur, ibu – bapak dapat
menemani dan meluangkan waktu untuk berbincang dan mendengarkan ceritanya setelah
membacakan cerita. Kegiatan ini akan sangat bermanfaat bagi anak. Anak dapat melatih
keterampilannya bercakap-cakap, sekaligus juga menumbuhkan percaya dirinya karena ia tahu
pembicaraannya didengar.
Pilihan cara lainnya, dengan menciptakan suatu kesempatan dimana setiap anggota keluarga,
termasukm anak-anak, untuk bercerita mengenai pengalamannya hari itu. Anak akan belajar,
tentang caranya bercerita dan mendengarkan, juga memberikan respon pada pengalaman yang
diceritakan oleh orang lain.
Untuk tahap awal, berikan kesempatan kepada anak untuk bercerita di tengah giliran, agar ia tidak
bosan menunggu. Jika memungkinkan, suatu saat anak akan meminta untuk bercerita di awal karena
sudah tidak sabar menceritakan pengalamannya seharian.
Selain itu, kegiatan bermain juga merupakan salah satu cara bagi anak untuk mengembangkan
kemampuan berbahasanya. Ketika sedang bermain, anak merasa sangat nyaman dan tanpa beban
berlatih menggunakan kemampuannya. Kadang kala, anak berbicara sendiri dengan mainannya.
Tidak usah dilarang, karena ini adalah salah satu bentuk latihan dalam menggunakan bahasa.
Demikian pula ketika anak menggambar dan berbincang dengan gambarnya.
Asal ibu dan bapak memberikan kesempatan yang berimbang untuk anak berlatih berbahasa dengan
orang lain maupun orangtuanya, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Permainan pura-pura
pun menjadi sarana yang baik bagi anak untuk berlatih keterampilan berbahasa praktis. Bermain
jual-beli, dokter-dokteran, sekolah-sekolahan, atau rumah-rumahan akan membantu anak untuk
menggunakan bahasa secara lisan dan dalam konteks sehari-hari. Ibu dan bapak bisa juga terlibat
bermain sehingga dapat melatih anak untuk menggunakan kalimat yang tepat.
Latihan berbahasa dengan bermain peran juga dapat dikembangkan menjadi latihan untuk dapat
berhubungan dengan situasi yang baru. Anak akan belajar kalimat percakapan yang dapat digunakan
untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Misalnya, mengucapkan salam, menjawab nama bila
ditanya, bertanya siapa nama teman, meminta pertolongan untuk ke kamar mandi, dan sebagainya.
Kemampuan mendengar yang menjadi bagian penting dalam berkomunikasi sekarang mendapatkan
porsi terbesar dalam pengembangan kemampuan anak. Anak yang berusia 4 tahun tampak lebih
berani daripada sebelumnya dalam mengemukakan pendapatnya, terutama bila ia merasa tertarik
dengan tema pembicaraannya. Bahkan seringkali tidak bisa menahan diri karena terlalu
bersemangat.
Berikan kesempatan pada anak untuk menyampaikan pendapatnya sementara orangtua
mendengarkan dengan seksama. Selanjutnya bertukar peran. Ibu dan bapak yang berbicara dan
mintalah anak untuk mendengarkan.

PERANGSANGAN BAHASA USIA 4 – 5 TAHUN


Perangsangan bahasa bagi anak usia 4 – 5 tahun dapat dilakukan melalui kegiatan sehari-hari.
Seperti, ketika menemukan suatu situasi dimana anak mengulang-ulang sesuatu agar keinginannya
dituruti. Anak akan terus berusaha dengan meminta hal yang sama berulang-ulang kali. Harapannya,
dengan pengulangan tersebut maka anak bisa memenangkan adu pendapat tentang pembelian
mainan yang diinginkannya.
Setiap kali anak melakukan ini, berikan jawaban yang sama seperti yang telah diajukan sebelumnya.
Misal, “Kita tidak beli mobil-mobilan sampai kamu berulang tahun bulan depan.” Lakukan itu setiap
kali anak mengulangi permintaannya. Tidak usah gusar atau marah, karena anak sedang mengecek
konsistensi perilaku ibu dan bapak. Ia pun akan belajar untuk mendengarkan orang lain.
Kesempatan semacam itu juga tepat untuk menjelaskan kepada anak mengenai kekuatan bahasa,
bahwa kata-kata dapat membuat orang lain sedih, atau sebaliknya bergembira. Kalimat atau
rangkaian kata yang diucapkan memiliki dampak emosional kepada orang lain. Pada usia ini, anak
belum mampu memikirkan sudut pandang orang lain. Namun, dengan penjelasan mengenai situasi
yang terjadi, maka anak akan dapat memahami bahwa kata-kata yang diucapkannya memiliki
dampak.
Kegiatan yang dapat dilakukan:
• Bermain peran. Biarkan anak meminjam pakaian dan sepatu anda. Berikan kesempatan anak untuk
bermain peran menjadi bapak atau ibu, atau berperan profesi tertentu seperti dokter atau guru.
Bermain peran dapat mengajarkan anak berlatih untuk menggunakan bahasa yang baku dan
percakapan praktis yang berlangsung sehari-hari.
• Diskusikan pengalaman. Biasakan untuk saling menceritakan pengalaman sehari-hari. Ibu dan
bapak dapat memulai diskusi dengan menceritakan kegiatan yang telah dilakukan dan perasaannya
terhadap kegiatan tersebut. Minta anak untuk bergantian bercerita dan bahaslah mengenai
perasaannya dalam suatu kegiatan. Manfaat lain kegiatan ini, orangtua dapat mengetahui bila ada
masalah atau konflik yang dihadapi anak. Bicarakan segera terutama mengenai cara anak mengatasi
permasalahan itu. Ibu dan bapak dapat melakukan penilaian, apakah anak sudah dapat
mengemukakan pikirannya dengan tepat dan praktis.
• Bermain huruf. Anak dapat bermain menyebutkan kata-kata yang memiliki huruf depan tertentu.
Misalnya, huruf dari namanya : TINA, T untuk topi, I untuk ikan, N untuk nanas, A untuk ayam.
Variasikan permainan huruf-huruf dengan cara sebaliknya.
• Bermain “Aku lihat”. Salah satu bentuk lain permainan untuk mengenal huruf adalah menebak
dimana lokasi huruf-huruf. Ibu dan bapak bisa bermain ketika membaca buku bersama atau sedang
berjalan-jalan. Katakan, “Aku lihat huruf...” minta anak untuk menunjukkan dimana ibu dan bapak
melihat huruf tersebut. Bila anak sudah mulai bisa merangkai huruf, carilah kata-kata sederhana
yang dapat dibaca, misanya kata “toko”.

PERANGSANGAN BAHASA USIA 5 – 6 TAHUN


Bahasa menjadi alat utama bagi anak untuk belajar. Ia memahami pentingnya buku dan mencari
informasi dari dalam buku. Anak juga menggunakan bahasa sebagai kunci keterampilan sosial. Ketika
ia berusia lebih muda, anak bertindak terlebih dahulu baru meminta izin. Di usia ini, anak sudah
mampu untuk meminta izin terlebih dahulu. Anak pun dengan percaya diri bercakap-cakap dengan
orang dewasa dan menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya.
Ibu – bapak dapat mengembangkan kemampuan sosial melalui bahasa dengan mengajarkan anak
kalimat-kalimat awal percakapan. Keterampilan ini dapat digunakan oleh anak untuk dapat
berinteraksi dengan teman baru, misalnya. Anak seringkali bingung dan tidak tahu apa yang harus
dilakukan ketika masuk ke lingkungan baru.
Untuk menyampaikan ketrampilan ini, ibu – bapak dapat bermain peran dengan berbagai situasi.
Mulai dari memperkenalkan diri, menanyakan informasi, meminta bantuan, atau mengajak
temannya bermain. Caranya dapat menggunakan media boneka tangan, buku cerita, atau bermain
peran. Latihlah kalimat-kalimat sederhana, seperti “Hai, namaku Tina. Kamu siapa namanya?”
Kalimat untuk meminta bantuan juga harus dilatihkan kepada anak, misalnya “Tante, tolong aku
perlu ke kamar mandi.”
Tujuan penting dari semua latihan itu adalah anak berani untuk menggunakan kemampuannya
dengan orang lain. Ini sangat penting karena di sekolah pun anak membutuhkan keberanian untuk
bertanya dan meminta bantuan. Banyak anak yang merasa cemas untuk masuk sekolah karena
khawatir tidak dapat membuka tempat minum atau tidak tahu bagaimana caranya bila ia ingin
buang air kecil.
Biasakan anak untuk bertanya mengenai berbagai hal. Tentu latihan ini dilakukan terlebih dahulu di
rumah. Sebagai orangtua, ibu dan bapak dapat bersikap antusias bila anak mengajukan pertanyaan.
Selanjutnya, berikan kesempatan untuk dapat melatih keterampilan berbahasanya di tempat umum.
Anda dapat meminta bantuan anak untuk bertanya kepada penjaga toko, misal, apakah es krim rasa
cokelat kesukaannya tersedia atau tidak? Jangan lupa untuk menggunakan “kata-kata ajaib”, seperti
terima kasih, tolong, silakan, permisi, dan maaf dalam situasi yang sesuai.
Bahasa lisan mulai bergeser menjadi bahasa tulisan pada periode ini. Anak seharusnya sudah
terbiasa dengan kegiatan membaca buku, koran, majalah, atau komik, atau membuat buku sendiri.
Jadikan aktivitas membaca buku menjadi suatu kebiasaan. Tidak hanya belajar membaca, anak juga
harus mengembangkan kemampuannya untuk memahami bacaan. Pertanyaan-pertanyaan seputar
bacaan seperti siapa tokohnya, bagaimana jalan ceritanya, apa yang terjadi ketika sang tokoh
melakukan sesuatu dapat membantu anak untuk berlatih memusatkan perhatian dan memahami isi
cerita.
Kegiatan yang dapat dilakukan:
• Berlatih membaca. Banyak metode membaca yang bisa diterapkan pada anak. Yang penting adalah
konsistensi dan kenyamanan anak dalam belajar. Pilih metode yang paling menyenangkan buat anak
dan orangtua. Jangan terpaku dengan buku panduan, usahakan keseharian anak pun terlibat dengan
kegiatan membaca.
• Libatkan anak dalam percakapan dan diskusi. Tidak harus mengenai pengalaman, orangtua pun
dapat menanyakan pendapat anak mengenai sesuatu. Misal, menu makan malam yang menarik
untuk hari minggu nanti.

PESAN UNTUK IBU - BAPAK


Ananda akan dengan cepat meniru bahasa yang digunakan oleh pemeran dalam tayangan yang
ditonton. Ibu – bapak harus selektif dalam memilihkan tayangan. Pilihlah tayangan yang bahasanya
sesuai dengan usia anak. Alangkah baiknya memerhatikan bahasa yang digunakan di lingkungan,
termasuk lingkungan permainan anak. Bila anak mengatakan kata-kata yang tidak sepatutnya
diucapkan, ibu – bapak tidak usah terkejut atau marah. Tanyakan dengan suara tenang, apakah anak
mengerti arti kata yang diucapkan. Jelaskan bahwa kata itu tidak pantas diucapkan dan mintalah
agar anak tidak menggunakan kata itu lagi.

Sumber Bacaan :
Beyond Toddlerdom : Keeping five to twelve year • olds on the rails, oleh Vermilion C, Penerbit :
Green, Tahun 2000
Bright Start oleh R. C. Woolfson, Penerbit : Hamlyn, • Tahun 2003
Child Development and Education, oleh Teresa M. • McDevitt dan Jeanne Ellis Ormrod, Penerbit :
Merril Prentice Hall, Tahun 2002
Guide to Understanding Your Child : Healthy • Development from Birth to Adolescence, oleh Linda. C
Mayes dan Donald J. Cohen, Penerbit : Little Brown, Tahun 2002.
Teach Your Child : How to discover and enhance • your child’s potential oleh Mirriam Stoppard,
Penerbit : Kindersley, Tahun 2001.
Your Childs’s Development : from birth to adolescence, • oleh Richard Lansdown. Marjorie Walker,
Penerbit : Frances Lincoln, Tahun 1996.

http://paud-anakbermainbelajar.blogspot.co.id/2014/06/cara-sederhana-melatih-kemampuan.html

unda, sebelum anak bisa membaca, anak harus tahu dan menggunakan perbendaharaan
kata-kata dasar yang baik. Mereka hanya dapat memahami kata-kata yang mereka lihat
tercetak jika mereka telah menemui kata-kata tersebut dalam pembicaraan. Cara terbaik
untuk mendorong perkembangan bahasa anak adalah menyisihkan waktu untuk berbicara
dengan mereka. Doronglah mereka untuk mengungkapkan pendapat, melontarkan
pertanyaan dan mengambil keputusan.

Ada beberapa metode dan cara yang dapat digunakan untuk melatih dan meningkatkan
kemampuan berbicara pada anak, antara lain :

1. Bermain Fantasi

Bermain fantasi ini adalah permainan yang melibatkan anak-anak membayangkan diri dalam
peran atau situasi adalah permainan fantasi. Permainan ini dapat menggunakan media
visual, diantaranya adalah :

a. Bermain boneka
b. Benda Asesoris untuk permainan “Berdandan”
c. Permainan “kotak karton”.

2. Permainan deskriptif

Untuk melatih anak murid berbicara dapat dilakukan permainan Deskriftif yaitu permainan
yang menuntut anak-anak untuk menguraikan benda mendorong mereka untuk mencari-cari
kata-kata dan membantu mereka berbicara dan berfikir dengan lebih jelas. 

Contoh permainan Deskriptif dengan berbagai macam indra visual yang dapat dilakukan
dalam kegiatan melatih kemampuan bicara anak:

a. Kotak Raba
b. Pemberian gambar
c. Permainan hubungan.

http://www.seputarpengetahuan.com/2015/03/16-pengertian-bahasa-menurut-para-ahli-
terlengkap.html

http://www.trigonalmedia.com/2014/12/pengertian-berbicara-menurut-para-ahli.html
Menurut Henry Guntur Tarigan

Henry Guntur Tarigan1 (1983:15) dalam bukunya Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa mengemukakan bahwa

Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-


kata untuk mengekspresikan, mengatakan serta menyatakan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Pendengar menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan persendian.
Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka ditambah lagi dengan gerak tangan dan air
muka (mimik) pembicara.

Masih menurut Henry Guntur Tarigan2 (2008:3) dalam buku Berbicara menjelaskan bahwa

Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak yang
hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan
berbicara atau berujar dipelajari.

Menurut Djago Tarigan

Djago Tarigan3 (1990 : 149) menyatakan bahwa

Berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan.

Menurut Arsjad dan Mukti U.S.

Arsjad dan Mukti U. S.4 (1993:23) mengemukakan bahwa

Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kalimat-kalimat untuk


mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa berbicara adalah
keterampilan untuk mengucapkan untaian kata sehingga apa yang ada di dalam
pikiran dapat tergambarkan dengan jelas dan diterima oleh para penyimaknya. Seni
berbicara sangat vital peranannya terutama bagi para pemimpin, telah kita sama-sama ketahui
bahwa banyak bukti pidato bisa menjadi awal perubahan suatu sejarah bangsa.

http://woocara.blogspot.co.id/2015/12/30-pengertian-bahasa-menurut-para-ahli-dan-fungsi-
bahasa.html

1. EPDIKNAS 2005

Bahasa merupakan sebuah ucapan yang berasal dari perasaan serta pikiran manusia yang
disampaikan secara teratur dan dengan memakai bunyi sebagai mediumnya.

2. Harun Rasyid, Mansyur dan Suratno


Bahasa ialah struktur serta makna yang terbebas dari penggunanya sebagai sebuah tanda
guna menyimpulkan maksud dan tujuannya.

3. Hasan Alwi

Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer dimana dapat untuk dimanfaatkan
semua orang dalam berinteraksi, bekerjasama, serta mengenali diri terhadap percakapan
yang baik serta tingkah laku dan sopan santun.

4. Bill Adams

Bahasa merupakan sistem pengembangan psikologi setiap individu dalam konteks yang
intersubjektif.

5. Wittgenstein

Bahasa ialah sebuah bentuk pemikiran yang dapat untuk dipahami serta mempunyai suatu
hubungan dengan kenyataan, memiliki struktur, serta bentuk yang logis.

6. D.P. Tambulan

Bahasa ialah suatu cara guna memahami pikiran dan perasaan manusia serta untuk
menyatakan isi dari pikiran dan perasaan tersebut.

7. Ferdinand De Saussure

Bahasa merupakan salah satu ciri yang menjadi pembeda, hal ini karena dengan memakai
bahasa maka setiap kelompok yang ada pada masyarakat dapat menjadi dirinya sebagai
kesatuan yang berbeda dengan kelompok lain.

8. Plato

Plato berpendapat bahwa pengertian bahasa adalah pernyataan yang ada pada pikiran
seseorang dengan memakai perantaraan rhemata (ucapan) serta onomata (nama benda
atau sesuatu) yang merupakan cerminan ide seseorang dalam arus udara dengan melalui
media yaitu mulut.

9. Bloch dan Trager

Bahasa mempunyai struktur yang tersusun secara teratur tentang bunyi serta urutan bunyi
bahasa yang mempunyai sifat manasuka serta dengan sistem tersebut sebuah kelompok
sosial untuk bekerja sama.

10. Sudaryono
Bahasa merupakan sarana berkomunikasi secara efektif meskipun masih tidak sempurna
sehingga ketidaksempurnaan bahasa tersebut dapat menjadi suatu sarana komunikasi yang
menjadi sumber dari kesalahpahaman.

11. Saussure

Bahasa merupakan sebuah objek pada semiologi.

12. MC. Carthy

Bahasa merupakan praktik yang sangat tepat untuk dapat mengembangkan kemampuan
dalam berfikir.

13. William A. Haviland

William A. Haviland berpendapat bahwa pengertian bahasa ialah sistem bunyi yang ketika
digabungkan menurut aturan akan dapat menimbulkan arti yang dapat ditangkap oleh
semua orang yang sedang berbicara dengan menggunakan bahasa tertentu.

14. Tarigan

Bahasa merupakan sistem yang tersusun secara sistematis yang kemungkinan dipakai pada
sistem generatif serta menjadi lambang atau simbol yang arbitrer.

15. Santoso

Bahasa adalah rangkaian bunyi yang dikeluarkan melalui pengucapan manusia dalam saat
kondisi sadar.

16. Mackey

Bahasa merupakan bentuk serta keadaan ataupun sistem lambang bunyi yang arbitrer atau
berasal dari tatanan yang terdapat didalamnya berbagai sistem.

17. Wibowo

Bahasa adalah sistem persimbolan bunyi yang mempunyai berbagai makna dan artikulasi
yang dihasilkan alat ucap secara arbitrer serta konvensional yang digunakan untuk alat
berkomunikasi kepada sekelompok umat manusia supayat melahirkan perasaan dan juga
pikiran.

18. Walija

Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang sangat lengkap serta efektif guna untuk
menyampaikan pesan, perasaan, maksud, ide, dan pendapat untuk orang lain.

19. Syamsuddin
Pengertian bahasa menurut syamsuddin adalah alat yang digunakan dalam membentuk
perbuatan, pikiran, perasaan, serta keinginan dimana menggunakan alat untuk
mempengaruhi dan dipengaruhi.

20. Pengabean

Pengertian bahasa menurut Pengabean, bahasa merupakan sistem yang dipakai untuk
melaporkan serta menyampaikan segala yang berproses pada sistem saraf.

21. Soejono

Soejono berpendapat bahwa pengertian bahasa merupakan sarana untuk menghubungkan


rohani yang penting dalam kehidupan secara bersama.

22. Gorys Keraf

Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi satu sama lain dan berupa simbol bunyi yang
berasalkan dari alat ucap yang dimiliki manusia.

23. Finoechiaro

Bahasa merupakan sistem simbol vokal yang arbitrer serta dapat memungkinkan semua
orang untuk berada dalam suatu kebudayaan tertentu ataupun orang lain yang akan
mempelajari sistem kebudayaan tersebut yaitu dengan cara berkomunikasi ataupun
berinteraksi.

24. Kamus Linguistic

Bahasa ialah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipakai oleh masyarakat dalam
berinteraksi, mengidentifikasi diri, serta bekerjasama.

25. Fodor

Bahasa merupakan sistem tanda serta simbol yang saling berhubungan dengan memiliki sifat
yang konvensional dimana mempunyai sifat ataupun ciri-ciri tertentu yang dipunyai pada
situasi atau benda yang dimaksud tersebut.

26. Bolinger

Bahasa merupakan sistem fonem yang terbentuk karena perbedaan bunyi, sintaksis, serta
sistem morfem untuk dapat mengungkapkan makna yang ada hubungannya dengan dunia
luar, dunia luar yang dimaksud adalah kenyataan.

27. Felicia

Bahasa merupakan alat yang dipakai untuk berkomunikasi dan dapat berupa tulis ataupun
tulisan.
28. Owen

Bahasa ialah sebuah sistem konvensional untuk menyampaikan konsep dengan melalui
manfaat dari berbagai simbol yang diinginkan serta untuk mengkombinasikan segala simbol
yang diatur dan juga mempunyai suatu ketentuan.

29. Carrol

Bahasa adalah sistem berstruktural tentang bunyi serta urutan bunyi bahasa yang bersifat
manasuka, yang dipakai ataupun dapat digunakan untuk berkomunikasi antar sesama
sekelompok manusia dan secara agak tuntas untuk memberi nama kepada berbagai jenis
benda, peristiwa, serta proses yang ada dalam lingkungan hidup umat manusia.

30. Harimurti Kridalaksana

Bahasa adalah sistem bunyi yang memiliki makna serta digunakan dalam berkomunikasi
antar sesama umat manusia.

Kesimpulan Dari Pengertian Bahasa Menurut Para Ahli

Diatas telah disebutkan pengertian bahasa dan dapat diambil kesimpulan, bahwa pengertian bahasa
ialah sebuah sistem yang teratur dan berupa berbagai lambang bunyi yang dipakai dalam
mengekspresikan pikiran serta perasaan dari bahasa tersebut. Dari pengertian bahasa diatas,
terdapat hal-hal yang menonjolkan beberapa segi, antara lain :

1. Bahasa adalah sistem. Arinya bahwa bahasa tunduk kepada


berbagai kaidah tertentu baik gramatik, fonemik, dan fonetik. Bahasa itu tidak bebas, namun
terikat kepada berbagai kaidah tertentu.
2. Sistem bahasa itu sukarela (arbitary). Bahwa mempunyai sistem yang berlaku secara umum,
serta bahasa merupakan suatu peraturan yang mendasar. Sebagai contoh: ada beberapa
bahasa di dunia yang memulai suatu kalimat dengan memakai kata benda terlebih dahulu
seperti Bahasa Inggris, dan juga terdapat bahasa yang memakai kata kerja untuk mengawali
kalimatnya. Dan seseorang tidak dapat untuk menolak aturan tersebut.
3. Bahasa pada dasarnya ialah bunyi serta manusia sudah memakai bahasa lisan tersebut
sebelum bahasa lisan seperti halnya anak yang baru belajar berbicara sebelum belajar untuk
menulis. Di dunia banyak orang yang dapat berbahasa lisan, namun tidak dapat untuk
menuliskannya. Jadi bahasa pada dasarnya ialah bahasa lisan, adapun menulis merupakan
bentuk bahasa kedua. Tulisan itu merupakan lambang bahasa dan bahasa itu adalah ucapan.
4. Bahasa adalah simbol. Bahasa merupakan beberapa simbol tertentu. Misalnya pada kata
”rumah” yang menggambarkan hakikat suatu rumah. Jadi bahasa merupakan berbagai
lambang tertentu. Pembaca ataupun pendengar meletakkan simbol atau lambang secara
proporsional.

Fungsi Bahasa
Setelah memahami mengenai pengertian bahasa, alangkah baiknya untuk mengetahui juga tentang
fungsi bahasa. Berikut beberapa fungsi bahasa:

1) Dalam tujuan praktis, fungsi bahasa yaitu untuk berkomunikasi dalam kehidupan.
2) Dalam tujuan artistik, sebuah bahasa yang diolah dan dirangkai dengan indah dapat memiliki
fungsi bahasa sebagai sebuah media pemuasan rasa estetis bagi manusia.
3) Dalam tujuan pembelajaran, fungsi bahasa adalah sebagai media dalam mempelajari berbagai
ilmu pengetahuan, baik itu yang masih berada pada ruang lingkup bahasa itu sendiri, ataupun diluar
ruang lingkup bahasa, seperti pengetahuan sejarah dan ilmu pengetahuan yang lainnya.
4) Dalam tujuan filologis, fungsi bahasa untuk mempelajari berbagai naskah tua untuk menyelidiki
latar belakang dari sejarah manusia, perkembangan bahasa itu sendiri, dan lain sebagainya.
5) Fungsi bahasa juga penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam bidang
tersebut, sebuah bahasa digunakan pada konsep untuk kecerdasan buatan.

Itulah pengertian bahasa menurut para ahli dan fungsi bahasa.

Posted by Muhammad Yovi

http://gurubelajarnulis.blogspot.co.id/2012/09/melalui-penggunaan-media-buku-cerita.html

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Media Buku Cerita Bergambar


1.      Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin yaitu jamak dari kata medium yang secara
harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari
pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum media pembelajaran dalam
pendidikan disebut media, yaitu berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsangnya untuk berpikir, menurut Gagne (dalam Sadiman, 2002:6). Sedangkan
menurut Brigs (dalam Sadiman, 2002: 6) media adalah segala alat fisik yang dapat
menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.
Jadi, media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dari pengirim dan penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan
perhatian sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman, 2002:6). Adapun
menurut Heinich, dkk (1982) menyatakan bahwa media berasal dari bahasa Latin ,
merupakan bentuk jamak dari kata “ Medium” yang secara harfiah berarti “ Perantara ” (
between), yaitu perantara sumber pesan (source) dengan penerima pesan (receiver). Dalam
proses pembelajaran, media ini dapat diartikan sebagai berikut:
1.      Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran
(Schramm, 1977).
2.      Sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku, film, video, slide,
dan sebagainya (Briggs, 1977).
3.      Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk teknologi
perangkat kerasnya (NEA, 1969).
Menurut Latuheru (dalam Hamdani, 2005) menyatakan bahwa media pembelajaran
adalah bahan, alat atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan
maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung
secara tepat guna dan berdaya guna.
Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah diberikan, maka media pembelajaran
merupakan segala sesuatu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran agar dapat
merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa sehingga proses interaksi
komunikasi edukasi antara guru (atau pembuat media) dan siswa dapat berlangsung secara
tepat guna dan berdaya guna.
Media yang digunakan dalam proses pembelajaran harus dapat memotivasi siswa
untuk giat dalam belajar, Sesuatu dapat dikatakan sebagai media apabila media tersebut
digunakan dalam menyampaikan atau menyalurkan pesan dengan tujuan-tujuan pendidikan
dan pembelajaran.
2.      Pengertian Buku Cerita Bergambar
Gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual kedalam bentuk dua
dimensi sebagai hasil perasaan dan pikiran. Gambar dapat dipergunakan sebagai media dalam
penyelenggaraan proses pendidikan sehingga memungkinkan terjadinya proses belajar-
mengajar. Tarigan (1995:209) mengemukakan bahwa pemilihan gambar haruslah tepat,
menarik dan dapat merangsang siswa untuk belajar. Media gambar yang menarik, akan
menarik perhatian siswa dan menjadikan siswa memberikan respon awal terhadap proses
pembelajaran. Media gambar yang digunakan dalam pembelajaran akan diingat lebih lama
oleh siswa karena bentuknya yang konkrit dan tidak bersifat abstrak. Gambar adalah suatu
bentuk ekspresi komunikasi universal yang dikenal khalayak luas.
Buku cerita bergambar adalah buku bergambar tetapi dalam bentuk cerita, bukan buku
informasi. Dengan demikian buku cerita bergambar sesuai dengan ciri-ciri buku cerita,
mempunyai unsur-unsur cerita (tokoh, plot, alur). Buku cerita bergambar ini dapat dibedakan
menjadi dua jenis, (1) buku cerita bergambar dengan kata-kata, (2) buku cerita bergambar
tanpa kata-kata. Kedua buku tersebut biasanya untuk prasekolah atau murid sekolah dasar
kelas awal.
Buku cerita bergambar merupakan sesuatu yang tidak asing dalam kehidupan anak-
anak. Disamping itu, buku adalah sebuah media yang baik bagi anak-anak untuk belajar
membaca. Buku cerita bergambar merupakan kesatuan cerita disertai dengan gambar-gambar
yang berfungsi sebagai penghias dan pendukung cerita yang dapat membantu proses
pemahaman terhadap isi buku tersebut. Melalui buku cerita bergambar, diharapkan pembaca
dapat dengan mudah menerima informasi dan deskripsi cerita yang hendak disampaikan.
Untuk anak usia dini, alangkah baiknya jika kita mengenalkan buku cerita bergambar
yang sesuai dengan usia mereka, untuk membantu perkembangannya. Karena pada saat usia
dini, perkembangan otak anak berkembang secara pesat. Sehingga kita harus memotivasi
anak untuk selalu belajar dan media pembelajaran membaca permulaan yang efektif adalah
melalui buku cerita bergambar.
Dari beberapa paparan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa media buku cerita
bergambar sangat cocok jika diterapkan dalam proses pembelajaran membaca permulaan di
kelas 1, karena media tersebut dapat merangsang siswa dalam pembelajaran membaca
khususnya membaca permulaan, media buku cerita bergambar tersebut diwujudkan dalam
bentuk visual ke dalam bentuk dua dimensi sebagai hasil pikiran dan perasaan.
3.      Manfaat dan Fungsi Media Buku Cerita Bergambar
Mitchell (dalam Nurgiantoro, 2005:159) mengungkapkan fungsi dan pentingnya buku
cerita bergambar sebagai berikut:
1.      Membantu perkembangan emosi anak.
2.      Membantu anak belajar tentang dunia dan keberadaannya.
3.      Belajar tentang orang lain, hubungan yang terjadi dan pengembangan perasaan.
4.      Memperoleh kesenangan.
5.      Untuk mengapresiasi keindahan, dan
6.      Untuk menstimulasi imajinasi.

B.     Pembelajaran Membaca Permulaan


1.      Pengertian Membaca Permulaan
Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat
reseptif karena dengan membaca, seseorang akan memperoleh informasi, memperoleh ilmu
pengetahuan serta pengalaman-pengalaman yang bersifat baru. Semua yang diperoleh melalui
bacaan akan memungkinkan seseorang mampu mempertinggi pemikiran dan wawasannya
dan memperluas pandangannya, karena membaca adalah jendela dunia. Membaca juga
merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Kegiatan membaca setiap
saat dilakukan oleh individu. Di era global banyak informasi-informasi disampaikan melalui
media-media elektronik maupun media cetak, dengan demikian kemampuan membaca
merupakan kemampuan dasar yang penting yang harus dimiliki oleh individu, oleh karena itu
pembelajaran membaca di sekolah mempunyai peranan yang sangat penting.
Usia siswa kelas 1 Sekolah Dasar berkisar antara 6-7 tahun. Dimana pada usia ini,
anak mulai diajarkan membaca secara formal. Pada usia 6-7 tahun inilah siswa mulai dapat
belajar membaca dengan baik, karena siswa telah memiliki kematangan dalam berpikir dan
memiliki kesiapan membaca yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang berusia 4-5
tahun.
Pembelajaran membaca di kelas rendah merupakan pembelajaran membaca tahap
awal, kemampuan membaca yang diperoleh dikelas rendah terutama di kelas 1 sekolah dasar
akan menjadi dasar pembelajaran membaca di kelas-kelas berikutnya dan membaca di
jenjang tersebut akrab dikenal sebagai membaca permulaan.
Membaca permulaan adalah salah satu aspek keterampilan bahasa yang diperuntukan
bagi siswa kelas awal. Akhadiah (dalam Resmini, 2006:108) mengemukakan bahwa
permulaan membaca hanya berlangsung dua tahun, yaitu kelas 1 dan kelas 2 sekolah dasar.
Bagi siswa kelas 1 dan kelas 2 tersebut, membaca merupakan kegiatan belajar mengenal
bahasa tulis.
Melalui tulisan itulah siswa dituntut untuk dapat memahami dan menyuarakan
lambang-lambang bunyi bahasa tersebut. Namun, pengucapan kata secara tepat hanya akan
tercapai jika pengenalan bunyi itu dapat membangkitkan makna sebagaimana halnya dalam
penggunaan bahasa lisan. Selain itu, latar belakang pengalaman siswa juga akan
mempengaruhi. Siswa yang memiliki banyak pengalaman akan lebih mudah dalam
mengembangkan pemahaman kosakata dan konsep yang didapatkannya dalam teks bacaan.
Burns, Roe dan Rose (dalam Resmini, 2006:108).
Pada tahap membaca permulaan siswa mulai diperkenalkan dengan berbagai simbol
huruf, mulai dari simbol huruf /a/ sampai dengan /z/. Mercer (dalam Abdurrahman,
1999:204) mengidentifikasikan bahwa ada 4 kelompok karakteristik siswa yang kurang
mampu membaca permulaan, yaitu dilihat dari: (1). Kebiasaan membaca. (2). Kekeliruan
mengenal kata. (3). Kekeliruan pemahaman, dan (4). Gejala-gejala lainnya yang beraneka
ragam. Siswa yang sulit membaca, sering memperlihatkan kebiasaan dan tingkah laku yang
tidak wajar. Gejala-gejala gerakannya penuh ketegangan seperti: (1). Mengernyitkan kening.
(2). Gelisah. (3). Irama suara meninggi. (4). Menggigit bibir. (5). Adanya perasaan tidak
aman yang ditandai dengan perilaku menolak untuk membaca, menangis, atau mencoba
melawan guru.
Gejala-gejala tersebut muncul akibat dari kesulitan siswa dalam membaca. Indikator
kesulitan siswa dalam membaca permulaan, antara lain: (1). Siswa tidak mengenali huruf. (2).
Siswa sulit membedakan huruf. (3). Siswa kurang yakin dengan huruf yang dibacanya itu
benar. (4). Siswa tidak mengetahui makna kata atau kalimat yang dibacanya.
Pemahaman dalam membaca permulaan, disisi lain hanya menuntut siswa untuk
mampu melafalkan lambang-lambang bunyi dan memahami makna bacaan secara sederhana.
Menurut Ellis (dalam Resmini, 2006:109) pusat perhatian membaca permulaan adalah
membantu siswa untuk belajar membaca. Maka pembelajaran membaca permulaan di kelas 1,
siswa lebih banyak dituntut untuk melafalkan lambang bunyi bahasa tulis daripada untuk
memahami dan menafsirkan isi bacaan.
Pembelajaran membaca permulaan di sekolah dasar bertujuan agar siswa mengenal
dan menguasai sistem tulisan sehingga mereka dapat membaca dengan menggunakan sistem
tersebut. Siswa sekolah dasar harus mampu membaca dengan tepat. Ketepatan membaca
permulaan sangat dipengaruhi oleh keaktifan dan kreativitas guru yang mengajar di kelas I
sekolah dasar. Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar
ditentukan oleh penguasaan kemampuan membaca mereka. Banyak pakar pendidikan
mencari solusi bagaimana cara memperbaiki pembelajaran kemampuan membaca permulaan.
Belajar membaca permulaan sebaiknya dilakukan melalui gambar-gambar dengan kata-kata
sederhana.
2.      Tujuan Membaca Permulaan
Pembelajaran membaca permulaan di sekolah dasar bertujuan agar siswa mengenal
dan menguasai sistem tulisan sehingga mereka dapat membaca dengan menggunakan sistem
tersebut. Adapun tujuan lain dari membaca permulaan adalah untuk membangkitkan,
membina dan memupuk minat anak untuk membaca. Siswa sekolah dasar harus mampu
membaca dengan tepat. Ketepatan membaca permulaan sangat dipengaruhi oleh keaktifan
dan kreativitas guru yang mengajar di kelas I SD. Keberhasilan belajar siswa dalam
mengikuti proses kegiatan belajar mengajar ditentukan oleh penguasaan kemampuan
membaca mereka. Banyak pakar pendidikan mencari solusi bagaimana cara memperbaiki
pembelajaran kemampuan membaca permulaan.

C.    Pembelajaran Membaca Permulaan melalui Media Buku Cerita Bergambar

Pemanfaatan Buku Cerita Bergambar dalam pembelajaran membaca permulaan


terbukti efektif. Efektivitas tersebut terlihat pada hal berikut. Pertama, pemanfaatan Buku
Cerita Bergambar dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan gembira, bebas, aktif, dan
produktif, sehingga kendala psikologis yang sering menghambat siswa seperti rasa enggan,
takut, malu dapat teratasi. Hal ini terlihat ketika siswa melaksanakan kegiatan membaca yang
semula malu dan takut untuk membaca menjadi lebih bergairah, gembira, dan semangat
dalam melaksanakan kegiatan membaca. Kedua, hasil membaca permulaan siswa semakin
meningkat, dari kurang mampu mengenali gambar menjadi tertarik untuk mengenalinya, dari
kurang mampu membaca huruf, suku kata, kata, dan kalimat sederhana menjadi tertarik
menganalisisnya sampai bisa menguasai kalimat sederhana dengan baik. Dari kurang
berminat membaca, menjadi tertarik dan penasaran ingin membaca dan memiliki Buku Cerita
Bergambar. Frekuensi baca menjadi meningkat dibanding ketika masih menggunakan buku
paket. Ketiga, siswa terlatih untuk berani mengemukakan kesan pembelajaran dan berani
membaca tanpa bimbingan guru.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Buku cerita bergambar adalah buku bergambar tetapi dalam bentuk cerita, bukan buku
informasi. Buku cerita bergambar sesuai dengan ciri-ciri buku cerita, mempunyai unsur-unsur
cerita (tokoh, plot, alur). Buku cerita bergambar merupakan sesuatu yang tidak asing dalam
kehidupan anak-anak. Buku cerita bergambar merupakan kesatuan cerita disertai dengan
gambar-gambar yang berfungsi sebagai penghias dan pendukung cerita yang dapat membantu
proses pemahaman terhadap isi buku tersebut.
2.      Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif
karena dengan membaca, seseorang akan memperoleh informasi, memperoleh ilmu
pengetahuan serta pengalaman-pengalaman yang bersifat baru. Kemampuan membaca
merupakan kemampuan dasar yang penting yang harus dimiliki oleh individu, oleh karena itu
pembelajaran membaca di sekolah mempunyai peranan yang sangat penting.
3.      Dalam menggunakan media dalam pembelajaran di kelas 1 SD lebih baik menggunakan
media buku cerita bergambar, kerena dapat dengan mudah menerima informasi dan deskripsi
cerita yang hendak disampaikan, sehingga kemampuan membaca siswa akan meningkat.

B.     Saran
1.      Para pendidik, buatlah suasana pembelajaran menjadi menyenangkan, terutama bagi siswa
usia Sekolah Dasar, khususnya kelas 1. Karena suasana pembelajaran yang menyenangkan
dapatmenumbuhkan semangat belajar pada siswa terutama siswa kelas 1. Penggunaan
metode, strategi dan media pembelajaran perlu diperhatikan, karena hal tersebut dapat
menunjang terhadap keberhasilan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, begitu pun pada
saat pembelajaran membaca permulaan, carilah media yang cocok bagi siswa sesuai dengan
karakteristik mereka, dan media buku cerita bergambar sangat cocok diterapkan kepada siswa
kelas 1 dalam rangka meningkatkan kemampuan membaca permulaan mereka.
2.      Bagi orang tua siswa terutama orang tua siswa kelas 1 yang hendak mengajar anaknya
membaca, gunakanlah media yang cocok, dan media buku cerita bergambar sangat cocok
untuk pembelajaran membaca permulaan.

http://www.slideshare.net/agussetiawan75/keterampilan-membaca-mengunakan-media-buku-
bergamabar-setiawan

keterampilan membaca mengunakan media buku bergamabar setiawan


bangko

1. 1. Nama : Agus Setiawan Kelas : b Prody : PBS/ Sastra Indonesia Multimedia Pembelajaran
Bahasa Indonesia
2. 2. Buku Cerita Bergambar Menurut (Drs,Tri Rama k). Menurut kamus lengkap bahasa
indonesia, kata cerita adalah tuturan yang membentang terjadinya suatu hal karangan yang
menyatakan perbuatan, pengalaman atau penderitaanorang. Sedangkan gambar artinya
adalah dihiasi dengan gambar buku . cerita bergambar menurut kamus besar indonesia
adalah buku yang mempunyai gambar kartun yang berisikan kisah atau yang berkisahkan
kisah atau cerita dimuat secara bersambung. Sedangkan menurut (murti bunata,2010) buku
cerita bergambar atau cergam menjadi suatu media dalam menyampaikan pesan melalui
cerita dengan di sertai ilustrasi gambar, buku itu sendiri, merupakan suatu media dalam
menyampaikan pesan.
3. 3. PENGERTIAN BUKU CERITA BERGAMBAR buku cerita bergambar adalah gambar kartun
yang berkisahkan kisah atau cerita yang dimuat secara bersambung yang dapat menjadi
sumber penyampaian informasi atau pesan.
4. 4. Contoh buku cerita bergambar
5. 5. Manfaat Buku cerita bergamabar  Sebagai penghibur atau pelipur lara  Sebagai
penambah wawasan  Menambah kecerdasan  Sebagai bahan ajar untuk membaca 
Membuat anak menjadi kreatif menerka isi cerita
6. 6. Kelebihan menggunakan buku cerita bergambar Peran pokok dari buku cerita bergambar
dalam intruksional adalah kemampuan dalam menciptakan minat peserta didik
Membimbing minat membaca yang menarik pada peserta didik Melalui bimbingan guru
buku cerita bergambar dapat berfungsi sebagai jembatan untuk menambah minat baca
Mempermudahkan anak didik menangkap hal-hal atau rumusan yang abstrak Dapat
mengembangkan minat baca anak
7. 7. Kelemahan menggunakan buku cerita bergambar o Guru harus menggunakan motivasi
pontensional dari buku cerita bergambar apabila minat baca telah dibangkitkan dan buku
cerita bergambar harus di lengkapi o Banyak aksi-aksi yang menonjol kekerasan atau tingkah
laku yang kurang baik
8. 8. Cara penggunaan buku cerita bergambar dalam meningkatkan keterampilan membaca a.
Membuat tugas yang relevan sesuai dengan materi yang akan diajarkan b. Menyiapkan
ruang perpustakaan c. Memastikan bahwa di perpustakaan ada buku cerita bergambar d.
Menjelaskan materi yang akan diajarkan e. Menjelaskan langkah-langkah dalam
mengerjakan tugas diperpustakaan f. Membuat kelompok belajar g. Memberi pengarahan
tentang tata cara mencari buku cerita bergambar diperpustakaan h. Menyuruh siswa
membaca buku cerita bergambar yang dipilihnya i. Memberi evaluasi
9. 9. Alasan kenapa buku cerita bergambar di gunakan dalam meningkatkan keterampilan
membaca Karena dalam proses keterampilan membaca buku cerita bergambar dapat
meningkatkan dan memotivasi siswa dalam belajar membaca dengan gembira, bebas,aktif
dan produktif, dalam meningkatkan keterampilan membaca melalui buku cerita bergambar
ini sehingga siswa tertarik minat membacanya dalam melihat gambar-gambar bercerita yang
ditampilkan didalam buku.cerita bergambar.

http://sintanirwana.blogspot.co.id/2013/05/upaya-meningkatkan-kemampuan-bahasa.html

Kemampuan Bahasa

1.      Pengertian Bahasa

Bahasa merupakan tanda atau simbol-simbol dari benda- benda, serta menunjuk pada

maksud-maksud tertentu. Kata-kata, kalimat, dan bahasa selalu menampilkan arti-arti

tertentu. Sehubungan dengan arti simbolik tadi, bahasa dipakai juga sebagai alat untuk

menghayati pengertian-pengertian dan peristiwa-peristiwa di masa lampau, masa kini dan

masa mendatang. Oleh karena itu bahasa sangat besar artinya bagi anak sebagai alat bantu.

Bahasa adalah alat komunikasi antar manusia dapat berbentuk lisan, tulisan atau

isyarat. Bahasa merupakan simbol-simbol yang disepakati dalam suatu komunitas

masyarakat. Pengembangan bahasa untuk anak usia 4-6 tahun difokuskan pada keempat

aspek bahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dengan menggunakan
bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain, anak akan mendapatkan banyak sekali kosa

kata, sekaligus juga mengekspresikan dirinya. Anak akan belajar bagaimana berpartisipasi

dalam suatu percakapan dan menggunakan bahasanya untuk memecahkan masalah. (Winda

dan Azizah Muis, 2008 :231 ).

Pendidik dapat berperan sebagai model yang baik dalam berbicara sehingga anak

dapat memperoleh cara berkomunikasi yang sesuai dengan konteks dan memenuhi nilai-nilai

kesopanan. Dengan mendapatkan contoh, anak diharapkan dapat mempunyai kecakapan

dalam mempresentasikan pemikiran dan perasaannya secara verbal ( Azizah Muis, 2008 :

4.16 ).

2.      Perkembangan Bahasa

Penggunaan bahasa anak akan berkembang sesuai hukum alam, yaitu mengikuti

bakat, kodrat, dan ritme perkembangan yang alami. Namun perkembangan tadi sangat

dipengaruhi oleh lingkungan atau oleh stimuli ekstern (pengaruh lingkungan). Disamping itu

bahasa anak terpadu erat dengan alam penghayatannya, terutama dengan emosi atau

perasaannya. Hal ini jelas terungkapkan dengan lagu, irama, dan suara anak sewatu ia

mengucapkan kata-kata atau kalimat.

Menurut Desmita ( 2009 : 138 ) perkembangan bahasa anak yang sesuai dengan

norma tata bahasa, belum bisa selesai pada usia 12-18 tahun. Oleh karena itu anak harus

banyak belajar bicara baik dengan menggunakan bahasa yang halus. Pengembangan

kemampuan dasar di TK meliputi beberapa pengembangan berbahasa. Sebagai alat

komunikasi, bahasa merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan anak.

Disamping itu bahasa juga merupakan alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada

orang lain yang sekaligus berfungsi untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain.

Mengingat besarnya peranan pengembangan bahasa bagi kehidupan anak, maka perlu

dikembangkan pada anak didik sejak usia Taman Kanak- Kanak.


Pengembangan kemampuan berbahasa di TK bertujuan agar anak didik mampu

berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksudkan adalah

lingkungan di sekitar anak antara lain lingkungan teman sebaya, teman bermain, orang

dewasa, baik yang ada di sekolah, dirumah maupun dengan tetangga di sekitar tempat

tinggalnya.

3.      Karakteristik perkembangan bahasa anak usia dini

Berdasarkan dimensi perkembangan bahasa anak usia dini, pada usia 4- 6 tahun

memiliki karakteristik perkembangan, antara lain :

a.       Dapat berbicara dengan menggunakan kalimat sederhana yang terdiri dari 4-5 kata.

b.       Mampu melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar.

c.        Senang mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urut dan mudah

dipahami.

d.       Menyebut nama, jenis kelamin dan umurnya. menyebut nama panggilan orang lain (teman,

kakak, adik, atau saudara yang telah dikenalnya ).

e.        Mengerti bentuk pertanyaan dengan menggunakan apa, mengapa dan bagaimana.

f.        Dapat mengajukan pertanyaan dengan menggunakan kata apa, siapa, dan mengapa.

g.        Dapat menggunakan kata depan seperti di dalam, di luar, di atas, di bawah, di samping.

h.       Dapat mengulang lagu anak- anak dan menyanyikan lagu sederhana.

i.         Dapat menjawab telepon dan menyampaikan pesan sederhana.

j.         Dapat berperan serta dalam suatu percakapan dan tidak mendominasi untuk selalu ingin

didengar

4.      Kemampuan Bahasa

Kemampuan berbahasa merupakan salah satu dari bidang pengembangan kemampuan

dasar yang telah dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas

anak sesuai dengan tahap perkembangannya. pengembangan kemampuan berbahasa


bertujuan agar anak mampu mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana secara

tepat, mampu berkomunikasi secara efektif dan membangkitkan minat untuk dapat berbahasa

indonesia. Sesuai dengan standart kompetensi dasar berbahasa adalah anak mampu

mendengarkan, berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata dan mengenal

simbol-simbol yang melambangkannya untuk persiapan membaca dan menulis.

Pengembangan kemampuan berbahasa ini hendaknya menggunakan pendekatan yang

berpedoman pada suatu program kegiatan yang telah disusun dan berorientasi pada prinsip-

prinsip perkembangan anak, kebutuhan anak, bermain sambil belajar, menggunakan

pendekatan tematik, kreatif dan inovatif, lingkungan kondusif, dan mengembangkan

kecakapan hidup.

Pengembangan bahasa anak usia dini secara keseluruhan melalui mendengarkan,

bercakap-cakap, membaca, menulis dan apresiasi (the whole language).

5.      Keterampilan Bahasa

Keterampilan Bahasa Anak Usia dini adalah, kemampuan anak dalam

mengungkapkan ataupun menerima bahasa baik secara lisan maupun tulisan. Ada 4

keterampilan bahasa pada anak usia dini, yatu :

a.       Keterampilan berbahasa

Dapat ditunjukkan oleh anak dalam perilaku : menyapa, memperkenalkan diri, bertanya,

mendiskripsikan, melaporkan kejadian, menyatakan suka / tidak suka, meminta ijin, bantuan,

mengemukakan alasan, memerintah atau menolak sesuatu.

b.       Keterampilan mendengar

Dapat ditunjukkan oleh anak dalam perilaku : mendengarkan perintah, mendengarkan

pertanyaan, mendengarkan orang yang sedang bercerita dan mendengarkan orang yang

memberi petunjuk.

c.        Keterampilan berbicara


Dapat ditunjukkan oleh anak dalam perilaku : mengembangkan keterampilan bertanya,

menyiapkan kegiatan yang dapat dilakukan di dalam maupun di luar kelas, menciptakan

suasana belajar yang menyenangkan dan menggunakan berbagai kegiatan yang bervariasi.

d.       Keterampilan membaca

Membaca adalah kegiatan yang melibatkan unsur auditif (pendengaran) dan visual

(pengamatan)

6.      Fungsi Bahasa

Bicara merupakan salah satu alat komunikasi yang paling efektif. Semenjak anak

masih bayi, sering kali menyadari bahwa dengan mempergunakan bahasa tubuh dapat

terpenuhi kebutuhannya. Namun hal tersebut kurang mengerti apa yang dimaksud oleh anak.

Oleh karena itu baik bayi maupun anak kecil selalu berusaha agar orang lain mengerti

maksudnya. Hal ini yang mendorong orang untuk belajar berbicara dan membuktikan bahwa

berbicara merupakan alat komunikasi yang paling efektif dibandingkan dengan bentuk-

bentuk komunikasi yang lain yang dipakai anak sebelum pandai berbicara. Karena bagi anak,

bicara tidak sekedar merupakan prestasi akan tetapi juga berfungsi untuk mencapai

tujuannya, misalnya:

a.       Sebagai pemuas kebutuhan dan keinginan.

Dengan berbicara anak mudah untuk mcnjelaskan kebutuhan dan keinginannya tanpa harus

menunggu orang lain mengerti tangisan, gerak tubuh atau ekspresi wajahnya. Dengan

demikian kemampuan berbicara dapat mengurangi frustasi anak yang disebabkan oleh orang

tua atau lingkungannya tidak mengerti apa saja yang dimaksudkan oleh anak.

b.      Sebagai alat untuk menarik perhatian orang lain.

Pada umumnya setiap anak merasa senang menjadi pusat perhatian orang lain. Dengan

melalui keterampilan berbicara anak berpendapat bahwa perhatian orang lain terhadapnya
mudah diperoleh melalui berbagai pertanyaan yang diajukan kepada orang tua misalnya

apabila anak dilarang mengucapkan kata-kata yang tidak pantas. Di samping itu berbicara

juga dapat untuk menyatakan berbagai ide, sekalipun sering kali tidak masuk akal bagi orang

tua, dan bahkan dengan mempergunakan keterampilan berbicara anak dapat mendominasi

situasi sehingga terdapat komunikasi yang baik antara anak dengan teman bicaranya.

c.       Sebagai alat untuk membina hubungan sosial.

Kemampuan anak berkomunikasi dengan orang lain merupakan syarat penting untuk dapat

menjadi bagian dari kelompok di lingkungannya. Dengan keterampilan berkomunikasi anak-

anak lebih mudah diterima oleh kelompok sebayanya dan dapat memperoleh kesempatan

lebih banyak untuk mendapat peran sebagai pcmimpin dari suatu kelompok, jika

dibandingkan dengan anak yang kurang terampil atau tidak memiliki kemampuan

berkomunikasi dengan baik.

d.      Sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri.

Dari pernyataan orang lain anak dapat mengetahui bagaimana perasaan dan pendapat orang

tersebut terhadap sesuatu yang telah dikatakannya. Di samping anak juga mendapat kesan

bagaimana lingkungan menilai dirinya. Dengan kata lain anak dapat mengevaluasi diri

melalui orang lain.

e.        Untuk dapat mecmpengaruhi pikiran dan perasaan orang lain.

Anak yang suka berkomentar, menyakiti atau mengucapkan sesuatu yang tidak

menyenangkan tentang orang lain dapat menyebabkan anak tidak populer atau tidak

disenangi lingkungannya. Sebaliknya bagi anak yang suka mcngucapkan kata-kata yang

menyenangkan dapat merupakan modal utama bagi anak agar diterima dan mendapat simpati

dari lingkungannya.

f.       Untuk mempengaruhi perilaku orang lain.


Dengan kemampuan berbicara yang baik dan penuh rasa percaya diri anak dapat

mempengaruhi orang lain atau teman sebaya yang berperilaku kurang baik menjadi teman

yang bersopan santun. Kemampuan dan keterampilan berbicara dengan baik juga dapat

merupakan modal utama bagi anak untuk menjadi pemimpin di lingkungan karena teman

sebayanya menaruh kepercayaan dan simpatik kepadanya.

http://nurzubaini.blogspot.co.id/2013/01/perkembangan-bahasa-anak-usia-dini.html

Perkembangan bahasa anak


Perkembangan bahasa sebagai salah satu dari kemampuan daar yang harus dimiliki anak,
sesuai dengan tahapan usia dan karakteristik perkembangannya. Perkembangan adalah suatu
perubahan yang berlangsung seumur hidup dan dipengaruhi oleh berbagai factor yang saling
berinteraksi seperti biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Bahasa adalah suatu system
symbol untuk berkomunikasi yang meliputi fonologi (unit suara), morfologi (unit arti),
sintaksis (tata bahasa), semantic (variasi arti), dan pragmatic (penggunaan) bahasa. Dengan
bahasa, anak dapat mengkomunikasikan maksud, tujuan, pemikiran, maupun perasaannya
pada orang lain.
Anak usia dini, khususnya usia 4-5 tahun dapat mengembangkan kosa kata secara
mengagumkan. Owens (dalam Rita Kurnia, 2009:37) mengemukakan bahwa “anak usia
tersebut memperkaya kosa katanya melalui pengulangan”. Mereka sering mengulangi kosa
kata yang baru dan unik sekalipun belum memahami artinya. Dalam mengembangkan kosa
kata tersebut, anak menggunakan fast wrapping yaitu suatu proses dimana anak menyerap arti
kata baru setelah mendengarnya sekali atau dua kali dalam dialog. Pada masa dini inilah anak
mulai mengkombinasikan suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat.
Anak usia 4-5 tahun rata-rata dapat menggunakan 900-1000 kosa kata yang berbeda.
Mereka menggunakan 4-5 kata dalam satu kalimat yang dapat berbentuk kalimat pernyataan,
negative, Tanya, dan perintah. Anak usia 4 tahun sudah mulai menggunakan kalimat yang
beralasan seperti “saya menangis karena sakit”. Pada usia 5 tahun pembicaraan merka mulai
berkembang dimana kosa kata yang digunakan lebih banyak dan rumit.
Berpartisipasi dalam komunikasi bahasa seperti dalam penciptaan teks, baik lisan maupun
tulisan. Haliday dan Hasan (dalam Rita Kurnia, 2009:38) mendefinisikan “teks sebagai
wacana, lisan maupun tulisan, seberapapun panjangnya, yang membentuk satu kesatuan yang
utuh”. Hymess (dalam Rita Kurnia, 2009:38) menyebut “kemampuan berkomunikasi, yang
berarti menciptakan wacana, sebagai communicative competence.” Dengan demikian,
kurikulum yang mengklaim sebagai berbasis kompetensi. Sejauh ini dapat dikatakan bahwa
kurikulum 2004 berbeda dengan kurikulum pendahulunya dalam dua hal yang mendasar.
Pertama, kurikulum ini didasarkan kepada rumusan kompetensi komunikatif yang
didefinisikan sebagai kompetensi wacana tersebut digunakan pendekatan (pendidikan)
literasi.
Perkembangan berbicara dan menulis merupakan suatu proses yang menggunakan bahasa
ekspresif dalam membentuk arti.kajian tentang perkembangan berbicara pada anak tidak
terlepas dari kenyatan adanya perbedaan kecepatan dalam berbicara, maupun kualitas dan
kuantitas anak dalam menghasilkan bahasa. Anak yang satu lebih cepat, lebih luwes, lebih
rumit, dalam mengungkapkan bahasanya, ataupun lebih lambat dari yang lain. Kajian tentang
perkembangan menulis pada anak berkaitan dengan suatu proses yang dilakukan anak
sehingga menghasilkan bentuk tulisan.
Perkembangan berbicara pada anak berawal dari anak menggumam maupun membeo,
sedangkan perkembangan menulis pada anak berawal dari kegiatan mencoret-coret sebagai
hasil ekspresi mereka. Dyson (dalam Rita Kurnia, 2009:39) berpendapat bahwa
“perkembangan berbicara memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan
menuykis pada anak”. Anak memiliki kemampuan menulis dipengaruhi oleh kemampuan
sebelumnya (dalam hal ini kemampuan berbicara) sehingga dapat dituangkan dalam bentuk
tulisan.
Dalam berbicara terkadang individu dapat menyesuaikan dengan keinginannya sendiri.
Hal ini tidak sama dengan menulis, dimana diperlukan suatu aturan berbahasa yang baik,
benar dan tertib. Dengan kata lain dalam menulis diperlukan adanya keserasian antara pikiran
dan tatanan dalam berbahasa yang tepat dalam mengekspresikan gagasan yang tertuang
dalam lambang-lambang bahasa tulisan.

B.     Pengembangan bahasa lisan


Anak “mempelajari” bahasa dengan berbagai cara, yakni meniru, menyimak,
mengekspresikan, dan juga bermain. Melalui bermain, anak dapat belajar menggunakan
bahasa secara tepat dan belajar mengkomunikasikannya secara efektif dengan orang lain.
Melalui bermain anak juga belajar tentang daya bahasa.
Banyak ungkapan yang di kemukakan untuk menggambarkan bagaiman pentingnya bahasa
bagi manusia. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia umumnya dan
dalam kegiatan berkomunikasi khususnya. Seperti di kemukakan oleh Laird bahwa tiada
kemanusiaan tanpa bahasa dan tidak ada peradaban tanpa bahasa lisan. Manusia tidak berfikir
hanya dengan otaknya, tetapi juga memerlukan bahasa sebagai mediunya. Orang lain tidak
akan dapat memahami hasil pemikiran kita kalau tidak di ungkapkan dengan menggunakan
bahasa baik secara lisan maupun tulisan.
Begitu juga halnya peranan bahasa bagi anak. Bahasa memberiakan sumbangan yang pesat
dalam perkembangan anak menjdi manusia dewasa. Dengan bantuan bahasa, anak tumbuh
dari organism biologis menjadi pribadi dalam kelompok. Pribadi itu berfikir, berperasaan,
bersikap, berbuat serta memandang dunia dan kehidupan seperti masyarakat di sekitarnya.
Sehubungan dengan peranan penting bahasa dalam kehidupan.
Haliday(dalam Rita Kurnia, 2009:68) mengemukakan “beberapa fungsi bahasa bagi anak,
fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Fungsi instrumental; bahasa di gunakan sebagai alat perpanjangan tangan”tolong ambilkan
pensil’’.
2.      Fungsi regulative; bahasa di gunakan untuk mengatur orang lain” jangan ambil buku ku!”
3.      Fungsi interaksional; bahasa di gunakan untuk bersosialisasi “ apa kabar?”
4.      Fungsi personal; bahasa di gunakan untuk mengungkapkan perasaan, pendapat, dan
sebagainya. “saya senamg sekali!”
5.      Fungsi heuristic / mencari informasi; bahasa di gunakan untuk bertanya. “Apa itu?”
6.      Fungsi imajinatif; bahasa digunakan untuk memperoleh kesenangan, misalnya, bermain-main
dengan bunyi, irama.
7.      Fungsi representative; bahasa di gunakan untuk memberikan informasi atau fakta. “sekarang
hujan”.

Bahasa merupakan sarana yang paling penting dalam komunikasi manusia. Bahasa bersifat
unik sekaligus bersifat universal bagi manusia. Dalam kenyataan kegiatan sehari-hari kita
amati bahwa hanya manusialah yang mampu menggunakan komunikasi verbal dan kita amati
pula bahwa manusia mampu mempelajarinya. Inilah yang menyebabkan tingkah laku
manusia secar esensial berbeda dengan tingkah laku hewan. Tingkah laku bahasa adalah satu
diantara bentuk yang paling member pada tingkah laku insani. Tingkah insane ini tergambar
dengan suasana adanya pengiriman dan penerima. Penerima bias dalam bentuk pendengar
atau pembaca. Jadi, keterampilan yang harus di miliki anank mencakup 4 keterampilan
berbahasa yaitu menyimak atau mendengarkan, berbicara, menulis, dan membaca.
Keterampilan berbahasa tidak di kuasai dengan sendirinya oleh anak. Akan tetapi,
keterampilan berbahasa akan di peroleh melalui proses pembelajaran atau memerlukan upaya
pengembangan.
C.     Aspek-aspek perkembangan bahasa anak usia taman kanak-kanak
Anak usia taman kanak-kanak berada dalam fase perkembangan bahasa secara ekspresif.
Hal ini berarti bahwa anak telah dapat mengungkapkan keinginananya, penolakannya,
maupun pendapatnya dengan menggunakan bahasa lisan. Bahasa lisan sudah dapat di
gunakan anak sebagai alat berkomunikasi. Aspek-aspek yang berkaitan dengan
perkembangan bahasa anak tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Kosa kata
Seiring dengan perkembangan anak dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungannya,
kosa kata anak berkembang dengan pesat.
2. Sintaksis (tata bahasa)
Walaupun anak belum mempelajari tata bahasa, akan tetapi melalui contoh-contoh berbahasa
yang di dengar dan di lihat anak di lingkungannya, anak telah dapat menggunakan bahasa
lisan dengan susunana kalimat yang baik. Misalnya: “Rita memberi makan kucing” bukan
“kucing Rita makan memberi”.
3.      Semantik
Semantik maksudnya penggunaan kata sesuai dengan tujuannya. Anak di taman kanak-kanak
sudah dapat mengekspresikan keinginan, penolakan dan pendapatnya dengan menggunakan
kata-kata dan kalimat yang tepat. Misalnya: “tidak mau” untuk menyatakan penolakan.
4.      Fonem (satuan bunyi terkecil yang membedakan kata)
Anak di taman kanak-kanak sudah memilki kemampuan untuk merangkaikan bunyi yang di
dengarnya menjadi satu kata yang mengabdung arti. Misalnya: i.b.u menjadi ibu.

D.    Prinsip perkembangan bahasa anak usia taman kanak-kanak


Sesuai dengan pendapat Vigotsky tentang prinsip zone of proximal yaitu zona yang
berkaitan dengan perubahab dari potensi yang di miliki oleh anak menjadi kemampuan
aktual, maka prinsip-prinsip perkembangan bahsa anak usia taman kanak-kanak adalah
sebagai berikut:
1.      Interaksi
Interaksi anak dengan lingkungan sekitarnya, membantu anak memperluas kosa katanya dan
memperoleh contoh dalam menggunakan kosa kata tersebut secara tepat.
2.      Ekspresi
Mengekspresikan kemampuan bahasa. Ekspresi kemampuan bahasa anak dapat di salurkan
melalui pemberian kesempatan pada anak untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya
secara tepat.
E.     Karakteristik kemampuan bahasa anak usia taman kanak-kanak
1.      Karakteristik kemampuan bahsa anak usia 4 tahun
a.       Terjadi perkembangan yang cepat dalam kemampuan bahsa anak. Ia telah dapat
menggunakan kalimat dengan baik dan benar.
b.      Telah menguasai 90% dari fonem dan sintaksis bahasa yang di gunakannya.
c.       Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat mendengarkan orang lain
berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut.

2.      Karakteristik kemampuan bahasa anak usia 5-6 tahun


a.       Sudah dapat mengucapkan lebih dari 2500 kosa kata
b.      Lingkup kosa kata yang dapat di ucapkan anak menyangkut: warna, ukuran, bentuk, rasa,
bau, keindahan, kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan, jarak, permukaan (kasar halus)
c.       Anak usia 5-6 tahun sudah dapat melakukan peran sebagai pendengar yang baik.
d.      Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat mendengarkan orang lain
berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut.
e.       Percakapan yang di lakukan oleh anak usia 5-6 tahun telah menyangkut berbagai
komentarnya terhadap apa yang di lakukan oleh dirinya sendiri dan orang lain, serta apa yang
di lihatnya. Anak pada usia 5-6 tahun sudah dapat melakukan ekspresi diri,menulis, membaca
dan bahkan berpuisi.
F.      Keterkaitan kemampuan kognitif bahasa dengan kemampuan bahasa.
Menurut pandangan Piaget dan Vygotsky(dalam Martini Jamaris,2006:33)
“perkembangan bahasa berhubungan dengan perkembangan kognitif”. Hal ini dapat di lihat
dari kemampuan bahasa anak usia 3-5 tahun. Berdasarkan fase perkembangan kognitif yang
di kemukakan oleh Piaget, anak tersebut berada dalam fase praoperasional. Pada fase ini,
fungsi simbolis anak berkembang dengan pesat. Fungsi simbolis berkaitan dengan
kemampuan anak untuk membayangkan tantang sesuatu benda atu objek lainnya secara
mental, atau tanpa kehadiran benda atau objek secara konkret. Oleh sebab itu, perkembangan
bahasa anak pada fase ini juga di warnai oleh fungsi simbolis.
G.    Proses perkembangan bahasa
Vygotsky (dalam Martini Jamaris, 2006:34) mengemukakan bahwa “ada dua alasan yang
menyebabkan perkembangan bahasa berkaitan dengan perkembangan kognitif,
Pertama, anak harus menggunakan bahasa untuk berkomunikasi atau berbicara den gan
orang lain. Kemampuan ini di sebut dengan kemampuan bahasa secara eksternal dan menjadi
dasar bagi kemampuan berkomunikasi kepada diri sendiri.
Pengaruh orang dewasa sangat penting dalam mengembangkan kemampuan bahasa anak
secara eksternal. Orang dewasa memperkaya kosa kata anak. Ia memberikan contoh tentang
cara-cara berkomunikasi dengan bahasa yang baik dan benar.
Kedua, transisi dari kemampuan berkomunikasi secara eksternal kepada kemampuan
berkomunikasi secara internal membutuhkan waktu yang cukup panjang. Transisi ini terjadi
pada fase praoperasional, yaitu pada usia 2-7 tahun. Selama masa ini, berbicara pada diri
sendiri merupakan bagian dari kehidupan anak. Ia akan berbicara dengan berbagai topik dan
tentang berbagai hal, melompat dari satu topik ke topik lainya. Pada saat ini anak sangat enag
bermain bahasa dan bernyanyi. Pada usia 4-5 tahun, anak sudah dapat berbicara dengan
bahasa yang baik, hanya sedikit kesalahan ucapan yang di lakukan anak pada masa ini.
Ketiga, pada perkembangan selanjutnya anak akan bertindak tanpa berbicara. Apabila hal ini
terjadi, maka anak telah mampu menginternalisasi percakapan egosentris (berdasarkan sudut
pandang sendiri) ke dalam percakapan di dalam dri sendiri”.
Anak yang banyak melakukan kegiatan berbicar pada diri sendiri, yang di lanjutkan berbicara
dalam diri sendiri lebih memiliki kemampuan sosial daripada anak yang pada fase
praoperasional kurang melakukan kegiatan tersebut.

H.    Implikasi perkembangan bahasa dalam proses pembelajaran efektif di taman kanak-kanak
a.       Menciptakan situasi yang memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan
kemampuan bahasanya. Kesempatan ini dapat di lakukan melalui kegiatan bercakap-cakap,
bercerita, bertanya dan menjawab pertanyaan.
b.      Menyediakan saran pebdukung perkembangan bahasa anak. Misalnya, menyediakan alat
permainan yang menstimulasi perkembangan bahasa anak.

http://paudjateng.xahzgs.com/2015/09/perkembangan-bahasa-anak-usia-dini.html

Tahap Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

Pemahaman akan berbagai teori dalam perkembangan bahasa anak menurut para ahli yang sesuai
dengan tingkat usia anak, antara lain:

1. Reflexsive Vocalization
Pada usia 0-3 minggu bayi akan mengeuarkan suara tangisan yang masih berupa refleks. Jadi, bayi
menangis bukan karena ia memang ingin menangis tetapi hal tersebut dilakukan tanpa ia sadari.

2. Babling
Pada usia lebih dari 3 minggu, ketika bayi merasa lapar atau tidak nyaman ia akan mengeluarkan
suara tangisan. Berbeda dengan sebelumnya, tangisan yang dikeluarkan telah dapat dibedakan
sesuai dengan keinginan atau perasaan si bayi.
3. Lalling
Di usia 3 minggu sampai 2 bulan mulai terdengar suara-suara namun belum jelas. Bayi mulai dapat
mendengar pada usia 2 s/d 6 bulan sehingga ia mulai dapat mengucapkan kata dengan suku kata
yang diulang-ulang, seperti: “ba….ba…, ma..ma….”

4. Echolalia
Di tahap ini, yaitu saat bayi menginjak usia 10 bulan ia mulai meniru suara-suara yang di dengar dari
lingkungannya, serta ia juga akan menggunakan ekspresi wajah atau isyarat tangan ketika ingin
meminta sesuatu.

5. True Speech
Bayi mulai dapat berbicara dengan benar. Saat itu usianya sekitar 18 bulan atau biasa disebut batita.
Namun, pengucapannya belum sempurna seperti orang dewasa.

Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

Bahasa meliputi berbicara, menyimak,menulis dan ketrampilan membaca, bahasa memungkinkan


anak untuk menterjemahkan pengalaman mentah ke dalam symbol-simbol yang dapat digunakan
untuk berkomunikasi dan berfikir. Dengan demikian bahasa merupakan  alat untuk berfikir,
mengekspresikan diri dan berkomunikasi.

Menurut Eliason (1994) perkembangan bahasa dimulai sejak bayi dan mengandalkan perannya pada
pengalaman,penguasaan dan pertumbuhan bahasa.Anak belajar bahasa sejak masa bayi sebelum
belajar berbicara mereka berkomunikasi melalui tangisan, senyuman dan gerakan badan.
Belajar bahasa sangat krusial terjadi pada usia sebelum enam tahun.

Oleh karena itu pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan wahana yang sangat penting dalam
mengembangkan bahasa anak sehingga kondisi ini bisa memfasilitasi pengembangan ketrampilan
berbahasa pada anak usia dini. Anak memperoleh bahasa dari lingkungan keluarga dan lingkungan
tetangga. Dengan kosa kata yang mereka miliki pertumbuhan kosa kata anak akan tumbuh dengan
cepat seperti dikemukan oleh Sroufe(1996) pertumbuhan kosa kata anak akan lebihcepat setelah
mereka mulai berbicara.

Tujuan Pengembangan Bahasa bagi Anak Usia Dini


Pengembangan kemampuan berbahasa bagi Anak Usia Dini bertujuan agar anak mampu
berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkunagn di
sekitar anak antara lain teman sebaya, teman bermain,orang dewasa, baik yanga da di sekolah, di
rumah, maupun dengan tetangga di sekitar tempat tinggalnya.

Kemampuan bahasa Anak Usia Dini diperoleh dan dipelajari anak secara alami untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungannya sehingga anak akan ammpu bersosialisasi, berinteraksi dan merespon
orang lain. Selanjutnya baca : Pembelajaran Bahasa Untuk Anak Usia Dini (PAUD)

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Bahasa merupakan sarana yang paling penting dalam komunikasi manusia. Bahasa
bersifat unik sekaligus bersifat universal bagi manusia. Dalam kenyataan kegiatan sehari-hari
kita amati bahwa hanya manusialah yang mampu menggunakan komunikasi verbal dan kita
amati pula bahwa manusia mampu mempelajarinya. Inilah yang menyebabkan tingkah laku
manusia secar esensial berbeda dengan tingkah laku hewan. Tingkah laku bahasa adalah satu
diantara bentuk yang paling member pada tingkah laku insani. Tingkah insane ini tergambar
dengan suasana adanya pengiriman dan penerima. Penerima bias dalam bentuk pendengar
atau pembaca. Jadi, keterampilan yang harus di miliki anank mencakup 4 keterampilan
berbahasa yaitu menyimak atau mendengarkan, berbicara, menulis, dan membaca.
Keterampilan berbahasa tidak di kuasai dengan sendirinya oleh anak. Akan tetapi,
keterampilan berbahasa akan di peroleh melalui proses pembelajaran atau memerlukan upaya
pengembangan.

B.     Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita pembaca, terutama bagi kita calon
pendidik.

http://melyloelhabox.blogspot.co.id/2013/05/teori-perkembangan-bahasa-anak.html

Periode Perkembangan Bahasa Anak


Menurut study yang dilakuan sebelum tahun 1960, minat bahasa anak mulai timbul
pada dekade pertama abad ke-20 yang dipelori oleh ilmuan di bidang psikologi ataupun
pedagogi, antara lain W. Stern, W. Preyer, dan G. Stumpf. Pada umumnya mereka
mempelajari buku harian anak-anaknya kemudian membandingkan hasilnya. Tombullah
argumentasi-argumentasi mengenai perolahan bahasa anak.

Pada periode sesudah tahun 1960 terjadi perubahan yang cukup berarti. Disamping
disebabkan karena munculnya banyak tokoh dengan teori yang di bawanya, juga dikarenakan
oleh kemajuan di bidang teknologi, seperti adanya tape recorder, alat video, perhatian
terhadap perkembangan bahasa anak semakin meningkat. Dengan suatu alat, bahasa
anakdapat diselidiki, dengan merekam dan kemudian menganalisisnya. Tokoh-tokoh yang
banyak melakukan penyelidikan berkaitan dengan hal tersebut adalah W. Miller (1964), P.
Menyuk (1963), R. Brown (1964), dan Braine (1963).
M. Schaerleakens (1977) membagi fase-fase perkembangan bahasa anak dalam empat
periode. Perbedaan fase-fase ini berdasrkana pada cirri-ciri tertentu yang khas pada setiap
periode. Adapun periode-periode tersebut sebagai berikut:

• Periode Prelingual (usia 0 - 1 tahun)


Disebut demikian karena anak belum dapat mengucapkan ‘bahasa ucapan’ seperti yang
diucapkan orang dewasa, dalam arti belum mengikuti aturan-aturan bahasa yang berlaku.
Pada periode ini anak mempunyai bahasa sendiri, misalnya mengoceh sebagai ganti
komunikasi dengan orang lain. Contohnya baba,mama, tata, ayng mungkin merupakan reaksi
terhadap situasi tertentu atau orang tertentu sebagai awal suatu simbolisasi karena
kematangan proses mental pada usia 9-10 bulan.

Pada periode ini, perkembangan yang menyolok adalah perkembangan comprehension,


artinya penggunaan bahasa secara pasif. Misalnya anak mulai bereaksi terhadap pembicaraan
orang dengan melihat kepada pembicara dan memberikan reaksi yang berbeda terhadap suara
yang ramah, yang lembut, dan yang kasar.

• Periode Lingual Dini (1 - 2,5 tahun)


Pada periode ini anak mulai mengucapkan perkataannya yang pertama, meskipun belum
lengkap. Misalnya: atia (sakit), agi (lagi), itut (ikut), atoh (jatuh). Pada masa ini beberapa
kombinasi huruf masih sukar diucapkan, juga beberapa huruf masih sukar untuk diucapkan
seperti r, s, k, j, dan t. pertambahan kemahiran berbahasa pada periode ini sangat cepat dan
dapat dibagi dalam tiga periode, yaitu:

a.    Periode kalimat satu kata ( holophrare)


Menurut aturan tata bahasa, kalimat satu kata bukanlah suatu kalimat, karena hanya
terdiri dari satu kata, tetapi para ahli peneliti perkembangan bahasa anak beranggapan bahwa
kata-kata pertama yang diucapkan oleh anak itu mempunyai arti lebih dari hanya sekedar
suatu ‘kata’ karena kata itu merupakan ekspresi dari ide-ide yang kompleks, yang pada orang
deawasa akan dinyatakan dalam kalimat yang lengkap.
Contohnya: ucapan “ibu” dapat berarti:
Ibu kesini! Ibu kemana? Ibu tolong saya!
Itu baju ibu, Ibu saya lapar, dst.
Pada umunya, kata pertama ini dipergunakan untuk member komentar terhadap obyek
atau kejadian di dalam lingkungannya. Dapa berupa perintah, pemberitahuan, penolakan,
pertanyaan, dll. Bagaimana menginterpretasikan kata pertama ini tergantung pada konteks
waktubkata tersebut di ucapkan, sehingga untuk dapat mengerti apa maksud si anak dengan
kata tersebut kita harus melohat atau mengobservasi apa yang sedang dikerjakan anak pada
waktu itu. Intonasi juga sangat membantu untuk mempermudah menginterpretasikan apakah
si anak bertana, member tahu, atau memerintah.

b.    Periode kalimat dua kata


Dengan bertambahnya perbendaharaan kata yang diperolah dari lingkungan dan juga
karena perkembangan kognitif serta fungsi-fungsi lain pada anak, maka terbentuklah pada
periode ini kalimat yang terdiri dari dua kata.
Pada umunya, kalimat kedua muncul pertama kali tatkala seorang anak mulai mengerti suatu
tema dan mencoba untuk mengekspresikannya. Hal ini terjadi pada sekitar usia 18 bulan,
dimana anak menentukan bahwa kombinasi dua kata tersebut mempunyai hubungan tertentu
yang mempunya makna berbeda-beda, misalnya makna kepunyaan (baju ibu), makna sifat
(hidung pesek), dan lain sebagainya.

c.    Kaimat lebih dari dua kata


Kalau ada lebih dari dua kata di bidang morfologi belum terlihat perkembangan yang
nyata, maka pada periode kalimat lebih dari dua kata sudah terlihat kemampuan anak di
bidang morfologi. Keterampilan membentuk kalimat bertambah, terlihat dari panjangnay
kalimat, kalimat tiga kata, kalaimat empat kata, dan seterusnya. Pada periode ini penggunaan
nahasa tidak bersifat egosentris lagi, melainkan anak sudah mempergunakan untuk
komunikasi dengan orang lain, sehingga mulailah terjadi suatu hubungan yang sesungguhnya
antara anak dengan orang dewasa.

• Periode Diferensiasi (usia 2,5 - 5 tahun)


Yang menyolok pada periode ini adalah keterampilan anak dalam mengadakan diferensiasi
dalam penggunaan kata-kata dan kalimat-kalimat. Secara garis besar ciri umum
perkembangan bahasa pada periode ini adalah sebagai berikut:
-       Pada akhir periode secara garis besar anak telah menguasai bahasa ibunya, artinya hukum-
hukum tatabahasa yang pokok dari orang dewasa telah dikuasai.
-       Perkembangan fonologi boleh dikatakan telah berakhir. Mungkin masih ada kesukaran
pengucapan konsonan yang majemuk dan sedikit kompleks.
-       Perbendaharaan kata sedikit demi sedikit mulai berkembang.Kata benda dan karta kerja mulai
lebih terdiferensiasi dalam pemakaiannya, hal ini ditandai dengan penggunaan kata depan,
kata gati dank at kerja bantu.
-       Fungsi bahasa untuk komunikasi benar-benar mulai berfungsi. Persepsi anak dan
pengalamannya tentang dunia luar mulai ingin dibaginya dengan orang lain, dengan cara
memberikan kritik, bertanya, menyuruh, membri tahu dan lain-lain.
-       Mulai terjadi perkembangan di bidang morfologi, ditandai dengan munculnya kata jamak,
perubahan akhiran, perubahan kata karja, dan lain-lain.

• Perkembangan bahas sesudah usia 5 tahun


Dalam periode ini ada anak dianggap telah menguasai struktur sintaksis dalam bahasa
pertamanya, sehingga ia dapat membuat kalimat lengkap. Jadi sudah tidak terlalu banyak
masalah. Menurut Piaget, pada periode ini perkembangan anak di bidang kognisi masih
berkembang terus sampai usia 14 tahun, sedangkan peranan kognisi sanga t besar dalam
penggunaan bahasa. Dengan masih terus berkembangnya kognisi, dengan sendirinya
perkembangan bahasa juga masih berkembang. 

Ada beberapa penelitian tentang perkembangan bahasa sesudan usia 5 tahun, antara
lain penelitian yang dilakukan oleh A. Karmiloff Smith yang menyelidiki bahasa anak-anak
sekolah (1979) yang menyatakan bahwa antara usia 5 – 8 tahun muncul cirri-ciri baru yang
khas pada bahasa anak, yaitu kemampuan untuk mengerti hal-hal yang abstrak pada taraf
yang lebih tinggi. Baru kemudian sesudah anak usia 8 tahun bahasa menjadi alat yang betul-
betuk penting baginya untuk melukiskan dan menyampaikan pikiran.

Dalam bidang semantic terlihat kemajuan-kemajuan yang tercermin pada penambahan


kosa kata, dan penggunaan kata sambung secara tepat. Tetapi aturan sintaksis khusus untuk
pembuatan kalimat konteks baru dikuasai secara bertahap antara usia 5 – 10 tahun.
Selanjutnya pada usia 7 tahun baru dapat menggunakan kalimat pasif, maksudnya mengerti
aturan-aturan tatabahasa mengenai prinsip-prinsip khusus, bertidak ekonomis dalam
mengungkapkan sesuatu serta menghindari hal-hal yang berlebihan. Sampai SMP
keterampilan bicara lebih meningkat, sintaksis lebih lengkap dengan variasi-variasi struktur
dan variasi-variasi kata, baik kekomplekan kalimat tulis maupun lisan.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa:

1. Kesehatan 
Anak yang sehat lebih cepat belajar berbicara ketimbang anak yang tidak sehat,
karena motivasinya lebih kuat untuk menjadianggauta kelompok sosial dan berkomunikasi
dengan anggauta kelompok tersebut. Apabila pada usia dua tahun pertama, anak mengalami
sakit terus menerus, maka anak tersebut cenderungakan mengalami kelambatan atau kesulitan
dala perkembangan bahasannya. 

2. Intelegensi
Anak yang memiki kecerdasan tinggi belajar berbicara lebih cepat dan
memperlihatkan penguasaan bahasa yang lebih unggul ketimbang anak yang tingkat
kecerdasannya rendah. 

3. Status Sosial Ekonomi Keluarga


Beberapa studi tentang hubungan antara perkembangan bahasa dengan hal ini
menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin mengalami kelambatan dalam
perkembangan bahasanya dibandingkan anak yang berasal dari keluargayang lebih baik.
Kondisi ini terjadi mungkin disebabkan oleh perbedaan atau kesempatan belajar (keluarga
miskin diduga kurang memperhatikan)perkembangan bahasa anaknya atau kedua-duanya
(Hetzer & Raindrorf dalam E. Hurlock, 1956).

4. Jenis Kelamin
Pada tahun pertama usia anak, tidak ada perbedaan vokalisasi antara laki-laki dan
perempuan. Namun mulai usia dua tahun, anak perempuan menunjukkan perkembangan yang
lebih cepat dari pada anak pria. Pada setiap jenjang umur, anak laki-laki lebih pendak dan
kurang betul tatabahasanya, kosa kata yang diucapkan lebih sedikit, dan pengucapannya
kurang tepat ketimbang anak perempuan.

5. Hubungan Keluarga 
Hubungan ini dimaknai sebagai proses pengalaman berinteraksi dan berkomunikasi
dengan lingkungan keluarga, terutama dengan orang tua yang mengajar, melatih dan
memberikan contoh berbahasa dengan anak. Hubungan yang sehat antara orang tua dan anak
memfasilitasi perkembangan bahasa anak, sedangkan hubungan yang tidak sehat
menakibatkan anak akan mengalami kesulitan atau kelambatan dalam perkembangan
bahasanya.
Hubungan yang sehat itu bisa berupa sikap orang tua yang keras\kasar, kurang kasih sayang
dan kurang perhatian untuk memberikan latihan dan contohdalam berbahasa yang baik
kepada anak, maka perkembangan bahasa anak cenderung akan mengalami stagnasi atau
kelainan. Seperti gagap dalam berbicara, tidak jelas dalam mengungkapkan kata-kata, merasa
takut untuk mengungkapkan pendapat, dan berkata yang kasar atau tidak sopan. 

6. Keinginan Berkomunikasi 
Semakin kuat keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain, semakin kuat motivasi anak
untuk belajar berbicara, dan semakin bersedia menyisihkan waktu dan usaha yang diperlukan
untuk belajar. 
7. Dorongan 
Semakin banyak anak didorong untuk berbicara, dengan mengajaknya bicara dan didorong
menanggapainya, akan semakin awal mereka belajar berbicara dan semakin baik kualitas
bicaranya. 

8. Ukran Keluarga
Anak tunggal atau anak dari keluarga kecil biasanya berbicara lebih awaldan lebih
baik ketimbang anak dari keluarga besar. Karena orang tua dapat menyisahkan waktu yang
lebih banyak untuk mengajarkan anaknya berbicara. 

9. Urutan Kelahiran 
Dalam keluarga yang sama, anak pertama lebih unggul ketimbang anak yang lahir
kemudia. Hal ini karena orang dapat menyisihkan waktunya lebih banyak untuk mengajar
dan mendorong anak yang lahir pertama dalam belajar berbicara ketimbang untuk anak yang
lahir kemudian. 

10. Metode Pelatihan Anak


Anak-anak yang dilatih secara otoriter yang menekankan bahwa ”anak harus dilihat
dan didengar” merupakan hambatan belajar. Sedangkan pelatihan yang memberikan
keleluasan dan demokratis akan mendorong anak untuk belajar.

11. Kelahiran Kembar


Anak yang lahir kembar umumnya terlambat dalam perkembanga bicaranya
terutamakarena mereka lebih banyak bergaul dengan saudara kembarnya dan hanya
memahamilogat khusus yang mereka miliki. Hal ini melamahkan motivasi mereka untuk
belajar berbicara agar orang lain dapat memahami mereka.

12. Hubungan Dengan Teman Sebaya


Semakin banyak hubungan anak dengan teman sebayanya, dan semakin besar
keinginan mereka untuk diterima sebagai anggauta kelompok sebayanya akan semakin kuat
motivasi mereka untuk belajar berbicara. 

13. Keperibadian 
Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderungkemampuan bernicaranya
lebih baik , baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. 
D. Gangguan Dalam Perkembangan Berbicara
Disamping faktor tersebut terdapat beberapa gangguan yang harus diatasi oleh anak dalam
rangka belajar berbicara, antara lain:

• Tangisan yang berlebihan


Tangisan yang berlebuhan dapat menimbulkan gangguan pada fisik, antara lain berupa
kurangnya energi, sehingga secara otomatis dapat menyebabkan kondisi anak tidak fit. Dan
gangguan psikis anak yaitu berupa perasaan ditolak atau tidak dicintai.

• Anak sulit memahami pembicaraan orang lain


Sering kali anak tidak dapat memahami isi pembicaraan. Hal ini disebabkan kurangnya
perbendaharaan kata pada anak dan orang tua yang sering kali berbicara sangat cepat dengan
mempergunakan kata-kata yang belum dikenal oleh anak. Bagi keluarga yang menggunakan
dua bahasa, anak akan lebih banyak mengalami kesulitan untuk memahami pembicaraan
orang tuanya atau saudaranya yang tinggal dalam satu rumah. Orang tua hendaknya selalu
berusaha mencari sebab kesulitan bahasa anak dalam memahami pembicaraan tersebut agar
dapat memperbaiki atau membetulkan apabila anak kurang mengerti dan bahkan salah
mengartikan suatu pembicaraan.

  KESIMPULAN 
Setiap manusia mengawali komunikasi dengan dunia sekitarnya melalui bahasa
tangis. Sejalan dengan perkembangan kemampuan serta kematangan jasmani terutama yang
bertalian dengan proses bicara, komunikasi tersebut makin meningkat dan meluas. Dilhat dari
fungsinya, bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. 
Penelitian yang dilakukan terhadap perkembangan bahasa aank tentunya tidak
terlepas dari pandangan, hipotesis, atau teori psikologi yang dianut. Mengenai hal ini terdapat
beberapa toeri tantang perkembangan Bahasa, diantaranya toeri natavisme, kognitivisme, dan
behaviorisme.
Perkembangan bahasa terbagi atas tiga periode, yaitu periode prelingual, periode lingual dini
dan periode diferensiasi. Mulai periode linguistik dini inilah anak mulai mengucaokan kata-
kata yang pertama yang merupakan saat paling menakjubkan bagi orang tua.

Adapun factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa antara lain


kesehatan, kecerdasan, keadaan sosial ekonomi, jenis kelamin, keinginan berkomunikasi,
dorongan, ukuran keluarga, urutan kelahiran, metode pelatihan anak, kelahiran kembar,
hubungan dengan teman sebaya, dan kepribadian.
Terdapat beberapa kendala yang sering kali dialami oleh anak dalam belajar berbicara, antara
lain disebabkan karena tangisan yang berlebihan dan kesulitan dalam memahami isi
pembicaraan orang lain bagi anak.
http://pengertian-pengertian-info.blogspot.co.id/2016/02/pengertian-dan-tujuan-metode-
bercerita.html

Pengertian Metode Bercerita


Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain
dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan,
informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan,
oleh karena itu orang yang menyajikkan cerita tersebut menyampaikannya dengan menarik
(Dhieni, 2008 : 6.3).
Menurut Bachir (2005:10) Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang
perbuatan atau sesuatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan
pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 210) cerita adalah: Tuturan yang
membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal atau peristiwa atau karangan yang
menuturkan perbuatan, pengalaman kebahagiaan atau penderitaan orang, kejadian tersebut
sungguh-sungguh atau rekaan.

Berdasarkan pengertian di atas maka cerita anak dapat didefinisikan "tuturan lisan, karya
bentuk tulis atau pementasan tentang suatu kejadian, peristiwa, dan sebagainya yang terjadi di
seputar dunia anak (Musfiroh et al, 2005: 59). Berdasarkan keberagaman pengertian metode
bercerita diatas dapat disimpulkan sebagai berikut : "metode bercerita adalah cara bertutur
kata dalam penyampaian cerita atau memberikan penjelasan kepada anak secara lisan", dalam
upaya memperkenalkan ataupun memberikan keterangan hal baru pada anak.

Tujuan Bercerita
Metode ini bertujuan untuk memberi pengalaman pelajaran agar anak memperoleh
penguasaan isi cerita yang disampaikan lebih baik. Melalui bercerita anak menyerap pesan-
pesan yang dituturkan melalui kegiatan bercerita. Penuturan cerita yang sarat informasi atau
nilai-nilai itu dihayati anak dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Moeslichatoen (1996 : 155) Dalam kegiatan bercerita anak dibimbing


mengembangkan kemampuan untuk mendengarkan cerita guru yang bertujuan untuk
memberikan informasi atau menanamkan nilai-nilai sosial, moral, dan keagamaan, pemberian
informasi tentang lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik itu meliputi
segala sesuatu yang ada disekitar anak yang non manusia. Dalam kaitan lingkungan fisik
melalui bercerita anak memperoleh informasi tentang binatang. Peristiwa yang terjadi dari
lingkungan anak meluputi : bermacam makanan, pakaian, perumahan, tanaman yang terdapat
di halaman rumah, sekolah, kejadian di rumah, di jalan. Sedang informasi tentang lingkungan
sosial meliputi : orang yang ada dalam keluarga, di sekolah, dan di masyarakat. Dalam
masyarakat tiap orang itu memiliki pekerjaan yang harus dilakukan setiap hari yang
memberikan pelayanan jasa kepada orang lain, atau menghasilkan sesuatu untuk memenuhi
kebutuhan orang lain.

Selain itu, tujuan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah agar anak mampu mendengarkan
dengan seksama terrhadap apa yang disampaikan orang lain, anak dapat bertanya apabila
tidak memahaminya, anak dapat menjawab pertanyaan, selanjutnya dapat melatih daya
konsentrasi ,mendengarkan,membangun pemahaman, mengungkapkan apa yang dipahaminya
dan mengekspresikan terhadap apa yang didengarkan dan diceritakannya, sehingga hikmah
dari isi cerita dapat dipahami dan lambat laun didengarkan, diperhatikan, dilaksanakan dan
diceritakannya pada orang lain. Karena menurut Frunner (Tampubolon, 1991 : 10 dalam
Dhieni 2008 : 6.5) “Bahasa berpengaruh besar pada perkembangan pikiran anak”.

Manfaat Metode Bercerita


Metode bercerita dalam kegiatan pengajaran anak usia dini mempunyai beberapa manfaat
penting bagi pencapaian tujuan pendidikan anak usia dini.

Bagi anak usia dini mendengarkan cerita yang menarik yang dekat dengan llingkungannya
merupakam kegiatan yang mengasyikkan. Guru anak usia dini yang terampil bertutur dan
kreatif dalam bercerita dapat menggetarkan perasaan anak. Guru dapat memanfaatkan
kegiatan bercerita untuk menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan,
ketulusan, dan sikap-sikap positif yang lain dalam kehidupan lingkungan keluarga, sekolah,
dan luar sekolah (Moeslichatoen 1996 : 152).

Selain manfaat yang telah dikemukakan di atas. Ada beberapa manfaat lain yang
dikemukakan mengenai metode bercerita bagi anak usia dini di antaranya, menurut Dhieni
(2008 : 6.6) sebagai berikut :

1. Melatih daya serap atau daya tangkap anak usia dini, artinya anak usia dini dapat
dirangsang, untuk mampu memahami isi atau ide-ide pokok dalam cerita secara
keseluruhan.
2. Melatih daya pikir anak usia dini. Untuk terlatih memahami proses cerita,
mempelajari hubungan bagian-bagian dalam cerita termasuk hubungan sebab-
akibatnya,
3. Melatih daya konsentrasi anak usia dini, untuk memusatkan perhatiannya kepada
keseluruhan cerita, karena dengan pemusatan perhatian tersebut anak dapat, melatih
hubungan bagian-bagian cerita sekaligus menangkap ide pokok dalam cerita.
4. Mengembangkan daya imajinasi anak. Artinya dengan bercerita anak dengan daya
fantasinya dapat membayangkan atau menggambarkan suatu situasi yang berada
diluar jangkauan inderanya bahkan yang mungkin jauh dari lingkungan sekitarnya ini
berarti membantu mengembangkan wawasan anak.
5. Menciptakan situasi yang menggembirakan serta mengembangkan suasana hubungan
yang akrab sesuai dengan tahap perkembangannya, anak usia dini senang
mendengarkan cerita terutama apabila gurunya dapat menyajikannya dengan menarik.
6. Membantu perkembangan bahasa anak berkomunikasi secar aktif dan efesien sehinng
proses percakapan menjadi komunikatif.

Menurut Musfiroh (2005:95) ditinjau dari beberapa aspek, manfaat bercerita sebagai berikut :

1. Membantu membentuk pribadi dan moral anak.


2. Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi.
3. Memacu kemampuan verbal anak.
4. Merangsang minat menulis anak.
5. Merangsang minat baca anak.
6. Membuka cakrawala pengetahuan anak.

Sedangkan menurut Bachri (2005: 11), manfaat bercerita adalah dapat memperluas wawasan
dan cara berfikir anak, sebab dalam bercerita anak mendapat tambahan pengalaman yang bisa
jadi merupakan hal baru baginya.

Manfaat bercerita dengan kata lain adalah menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi
sehingga dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak.

Dari manfaat-manfaat yang dijelaskan diatas peneliti memilih manfaat metode bercerita
untuk melatih daya serap/tangkap anak usia dini karena dengan melatih daya serap anak,
maka untuk mengembangkan daya pikir dan imajinasi akan lebih mudah.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita


Bentuk penyajian proses pembelajaran Anak Usia Dini adalah terpadu antara Bidang
pengembangan satu dengan yang lain, termasuk Bidang pengembangan Bahasa. Dan setiap
metode pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, untuk itu dengan adanya
pembelajaran terpadu maka pengembangan metode yang bervariasi dapat membantu
pencapaian tujuan tiap materi pembelajaran. Demikan pula untuk metode bercerita cerita
memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihannya antara lain :

1. Dapat menjangkau jumlah anak yang relative lebih banyak.


2. Waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efesian.
3. Pengaturan kelas menjadi lebih sederhana.
4. Guru dapat menguasai kelas dengan mudah.
5. Secara relatif tidak banyak memerlukan biaya.

Kekurangannya, antara lain :

1. Anak didik menjadi pasif, karena lebih banyak mendegarkan atau menerima
penjelasan dari guru.
2. Kurang merangsang perkembangan kreativitas dan kemampuan anak untuk
mengutarakan mendapatnya.
3. Daya tangkap atau serap anak didik berbeda dan masih lemah sehinnga sukar
memahami tujuan pokok isi cerita.
4. Cepat menumbuhkan rasa bosan terutama apa bila penyajiannya tidak menarik
(Dhieni, 2008 : 6.6).

Bentuk-bentuk Metode Bercerita


Tentunya setiap pendidik menginginkan kegiatan pembelajaran atau bercerita dikelas
menyenangkan bagi anak, salah satu yang sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan
tersebut adalah media pendidikan. Menurut Surtiati dan Rejeki, 1999 : 1 (dalam Dhieni
2008 : 6.9) Media pendidikan dalam pengertian yang luas adalah semua benda, tindakan atau
keadaan yang denagn sengaja diusahakan/diadakan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan
anak usia dini dalam rangka mencapai tujuan. Sedangkan sarana adalah merupakan media
pendidikan untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Oleh karena itu, metode bercerita dibagi
menjadi dua, yaitu :

a. Bercerita Dengan Alat Peraga


Kegiatan bercerita dengan menggunakan media atau alat pendukung isi cerita yang
disampaikan artinya menyajikan sebuah cerita pada anak usia dini dengan menggunakan
berbagai media yang menarik bagi anak untuk mendengarkan dan memperhatikan ceritanya.

Alat atau media yang digunakan hendaknya aman, menarik, dapat dimainkan oleh guru
maupun anak dan sesuai dengan tahap perkembangan anak. Alat atau media yang digunakan
dapat asli atau alami dari lingkungan sekitar, dan dapat pula benda tiruan atau fantasi.

b. Bercerita Tanpa Alat Peraga


Tehnik ini banyak digunakan guru anak usia dini untuk mengembangkan daya konsentrasi
anak untuk memperhatikan isi cerita dari cara guru membawakan cerita tersebut.
Bercerita tanpa alat ini sangat mengandalkan kualitas suara, ekspresi wajah, serta gerak
tubuh. Penceritaan dapat mengambil posisi duduk atau berdiri dalam suasana santai.

Setelah dijelaskan mengenai metode bercerita, maka diketahui metode bercerita


mengembangkan beberapa kemampuan yang dimiliki anak usia dini di antaranya kemampuan
mendengarkan, melatih daya tangkap atau serap, perkembangan bahasa, daya konsentrasi,
menyimak dan lain-lain. Selanjutnya dalam pengkajian penelitian ini akan dibahas mengenai
perkembangan menyimak anak usia dini.

Dari kedua jenis bercerita yang dijelaskan diatas peneliti memilih bercerita dengan alat
peraga karena peneliti ingin memanfaatkan apa yang ada disekolah. Sehingga apa yang
dimiliki sekolah bisa dimanfaatkan dengan baik juga bisa membantu mengembangkan
perkembangan menyimak anak dengan maksimal.

Pengertian Menyimak
Menyimak merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang bersifat langsung dan bersifat
tatap muka, melibatkan proses menginterpretasi dan menterjemahkan suara yang didengar
sehingga memiliki arti tertentu.

Kegiatan menyimak dapat dilakukan oleh seseorang dengan bunyi bahasa sebagai
sumbernya, sedangkan mendengar dan mendengarkan bisa bunyi apa saja. Jadi, menyimak
memiliki kandungan makna yang lebih spesifik bila dibandingkan mendengar dan
mendengarkan (Dhieni 2008 : 4.4).

Selain itu, menyimak juga mempunyai pengertian lain yaitu: Menyimak adalah suatu proses
kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman,
apresiasi, serta interprestasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta
memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran
atau bahasa lisan (Tarigan, 1993 :28).

Jadi, berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah


kegiatan mendengarkan secara aktif dan kreatif untuk memperoleh informasi, menangkap isi
cerita atau pesan serta memahami makna komunikasi yang disampaikan secara lisan.

Fungsi Menyimak
Sabarti (1992 : 149 dalam Dhieni 2008 : 4.5) mengemukakan bahwa menyimak berperan
sebagai (1) Dasar belajar bahasa, (2) Penunjang keterampilan berbicara, membaca, dan
menulis, (3) Penunjang komunikasi lisan, (4) Penambah informasi atau pengetahuan. Adapun
menurut Hunt dalam Tarigan(1986 : 55) fungsi menyimak adalah (1) Memperoleh informasi,
(2) Membuat hubungan antar pribadi lebih efektif, (3) Agar cepat memberikan respon yang
positif, (4) Mengumpulkan data agar dapat membuat keputusan yang masuk akal.

Berikut ini akan dijelaskan peranan dari menyimak menurut Dhieni (2008 : 4.6) yaitu :

 Menjadi dasar belajar bahasa, baik bahasa pertama maupun bahasa kedua.
 Kemampuan berbahasa tidak akan dimiliki oleh seseorang kalau tidak diawali dengan
kegiatan mendengarkan. Seorang dapat mengucapka kata mama, papa dan sebagainya
setelah ia sering dan berulang-ulang menyimak pengucapan kata-kata tersebut dari
orang-orang yang ada di sekitarnya. Demikian pula halnya pada saat anak belajar
bahasa asing. Kegiatan mungkin diawali dengan menyimak cara pengucapan kata, dan
kalimat sebelum dia bisa mengucapkan sebuah kata dan penggunaanya dalam
kegiatan berbicara.
 Menjadi dasar pengembangan kemampuan bahasa tulis (membaca dan menulis).
Kemampuan mendengarkan ini juga menjadi kemampuan dasar yang harus dimiliki
anak sebelum diajarkan membaca. Seperti dikemukakan oleh Tom dan Sobol, salah
satu kemampuan dasar yang harus dimiliki anak sebelum diajarkan membaca adalah
kemampuan membedakan auditorial. Artinya, anak mampu membedakan suara-suara
di lingkungan mereka dan mampu membedakan bunyi-bunyi huruf atau fonem yang
mereka dengarkan (2003 : 26). Pendapat ini juga diperkuat oleh Pflaum dan Steinberg
dalam Tampubolon bahwa kemampuan anak memahami bahasa lisan menjadi salah
satu ciri penanda kesiapan anak diajarkan membaca (1991 : 64).
 Menunjang keterampilan berbahasa lainnya Apabila bahasa pembicara sama dengan
bahasa penyimak, maka penyimak dari hasil simakannya akan dapat mengetahui ciri-
ciri bahasa pembicara. Hal ini dapat menunjang kemampuan berbicara penyimak.
Selain itu, penyimak dari hasil simakannya akan memperoleh tambahan
perbendaharaan kata yang dapat meningkatkan keterampilan berbahasanya, baik lisan
(berbicara dan menyimak) maupun tulisan (membaca dan manulis).
 Memperlancar komunikasi lisan Setelah menyimak pembicaraan seseorang, tentu
penyimak akan dapat mengetahui isi atau makna pembicaraan tersebut, maka akan
terjadi komunikasi antara pembicara dan penyimak. Hal ini berarti, menyimak dapat
memperlancar komunikasi lisan.
 Menambah informasi atau pengetahuan Pengetahuan tentang kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi atau informasi lainnya tidak hanya diperoleh melalui
membaca, tetapi juga melalui menyimak. Pengetahuan baru tersebut dapat diperoleh
melalui kegiatan mendengarkan berita, ceramah, diskusi, dan lain sebagainya.

Tujuan Menyimak
Bermacam-macam tujuan orang menyimak. Tujuan seseorang menyimak tergantung pada
niat setiap orang. Tarigan (1993 : 56) mengemukakan ada delapan tujuan orang menyimak,
yaitu :

1. Ada orang yang menyimak dengan tujuan utama agar dia dapat memperoleh
pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara dengan perkataan lain, dia menyimak
untuk belajar.
2. Ada orang yang menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari
materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan (terutama sekali
dalam bidang seni), pendeknya dia menyimak untuk menikmati keindahan audial.
3. Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat menilai apa-apa yang dia
simak itu (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngaur, logis-tak logis, dan lain-lain),
singkatnya dia menyimak untuk mengevaluasi.
4. Ada orang yang menyimak agar dia dapat manikmati serta menghargai apa-apa yang
disimaknya itu (misalnya : pembacaan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu,
dialog, perdebatan). Pendek kata, orang itu menyimak untuk mengapresiasikan materi
simakan. 
5. Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat mengkomunukasikan ide-
ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancer
dan tapat. Banyak contoh dan ide yang dapat diperoleh dari sang pembicara dan
semua ini merupakan bahan penting dan menunjangnya dalam mengkomunikasikan
ide-idenya sendiri.
6. Ada pula orang yang menyimak dengan maksud dan tujuan agar dia dapat
membedakan bunyi-bunyi dengan tepat, mana bunyi yang membedakan arti, mana
bunyi yang tidak membedakan arti. Biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang
sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli.
7. Ada lagi orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat memecahkan masalah
secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara dia mungkin memperoleh
banyak masukan berharga.
8. Selanjutnya ada lagi orang tekun menyimak sang pembicara untuk meyakinkan
dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini dia ragukan, dengan
perkataan lain, dia menyimak secara persuasif (disarikan dari : Logan [et al], 1972 :
42 ; Shrope, 1979 : 261 dalam Tarigan 1993 : 56).

Sejalan dengan pendapat tersebut Sabarti (dalam Dhieni, 2008 : 4.6) juga mengemukakan
beberapa tujuan menyimak, yaitu : (1) Menyimak untuk belajar, (2) Menyimak untuk
menghibur diri, (3) menyimak untuk menilai, (4) menyimak untuk mengapresiasikan, dan (5)
menyimak untuk memecahkan masalah.

Berikut ini penjelasan tujuan menyimak bagi anak yaitu :


a. Untuk Belajar
bagi anak usia dini tujuan mereka menyimak pada umumnya adalah untuk belajar. Misalnya
belajar untuk membedakan bunyi-bunyi yang diperdengarkan guru., mendengarkan cerita,
permainan bahasa. Jadi, anak usia dini melakukan kegiatan menyimak lebih cenderung bukan
karena keinginan anak itu sendiri tetapi karena ditugaskan sehubungan dengan kegiatan
dalam pembelajaran.

b. Untuk Mengapresiasikan
artinya menyimak bertujuan untuk dapat memahami, menghayati, dan menilai bahan yang
disimak. Bahan yang disimak dengan tujuan ini biasanya berbentuk karya sastra, seperti
cerita atau dongeng dan puisi.

c. Untuk Menghibur Diri


Menyimak yang bertujuan untuk menghibur diri artinya dengan menyimak anak merasa
senang dan gembira.

d. Untuk Memecahkan Masalah


Tujuan ini biasanya ditemui pada orang dewasa. Orang yang sedang punya permasalahan bisa
mencari pemecahannya melalui kegiatan menyimak.

Tujuan menyimak ini masih bisa ditambah dengan tujuan-tujuan lain yang lain tergantung
pada niat seseorang untuk menyimak.

Jenis-jenis Menyimak yang Dikembangkan pada Anak Usia Dini


Kemampuan berbahasa merupakan salah satu kemampuan dasar yang dikembangkan pada
anak usia dini. Kemampuan bahasa lisan adalah kemampuan berbahasa yang diprioritaskan
untuk dikembangkan di lembaga ini. Sebelum anak diajarkan membaca dan menulis anak
terlebih dahulu harus memiliki kemampuan menyimak. Adapun jenis-jenis menyimak yang
dapat dikembangkan untuk anak usia dini menurut Broemley (1990, dalam Dhieni 2008 :
4.11 ) adalah sebagai berikut :

a. Menyimak informatif
Menyimak atau mendengarkan informasi untuk mengidentifikasi dan mengingat fakta-fakta,
ide-ide dan hubungan-hubungan. Ada beberapa kegiatan yang dapat direncanakan atau
ditugaskan kepada anak untuk mengembangkan kemampuan menyimak informatif, di
antaranya :

1. Membiarkan atau menyuruh anak menutup mata lalu menundukkan kepalanya di atas
meja, kemidian suruh mereka membedakan bunyi (meraut pensil, mendorong buku,
membuka pintu, mendorong kursi) lalu tamyakan kepada mereka untuk mebak suara
apa yang muncul.
2. Mengajarkan kepada anak bagaimana menerima pesan telepon secra singkat.
3. Mengajak anak berjalan-jalan.
4. Membacakan paragraf pendek tentang ilmu pengetahuan dan sosial. Kemudian ajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang apa, siapa, mengapa, dan kapan. Jawabannya harus
berupa pilihan dan anak harus menerangkan faktanya untuk dapat menjawab.
5. Membaca sajak atau cerita. Kadang-kadang hilangkan sebuah kata atau kalimat pada
akhir cerita, kemudian suruh anak melengkapi atau mengisi kata kalimat yang hilang
tersebut.
6. Ajak anak untuk menggambar dalam pikirannya tentang apa yang mereka dengar dari
cerita yang dibacakan. Diskusikan tentang bagaimana meraka menyusun gambaran
visualnya.
7. Menggambar sebuah objek di kertas grafik yang luris. Minta anak-anak untuk
menandai arah utara, selatan, timur dan barat pada kertas grafik. Setelah menentukan
titik permulaan, berikan petunjuk pada anak langkah demi langkah untuk
menggambar sebuah objek, misal ke utara 2 persegi, ke barat 2 persegi. Akan tetapi
kegiatan seperti ini lebih cocok digunakan untuk anka yang sudah lebih besar seperti
anak di Sekolah Dasar.

b. Menyimak Kritis
Mendengar kritis lebih dari sekedar mengidentifikasi dan mengingat fakta, ide dan hubungan-
hubungan. Kemampuan ini membutuhkan kemampuan untuk mengenali isi apa yang
didengar dan mambuat sebuah keterangan tentang hal tersebut dan membuat generalisasi
berdasarkan apa yang didengar (Dhieni 2008 : 4.12).

Beberapa kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan menyimak kritis pada anak
adalah sebagia berikut :

 Membacakan cerita pendek lalu ajak untuk mengungkapkan ide utama dari cerita
yang meraka dengar. Untuk mambantu anak usia dini mengungkapkan ide cerita bisa
dipandu dengan pertanyaan dari guru. Perlu diketahui bahwa manfaat membacakan
cerita pada anak-anak, disampaikan dapat mengembangkan kemampuan menyimak
meraka juga dapat menambah keuntungan yang lain, yaitu :

1. Merangsang anak untuk ingin membaca.


2. Mempertinggi kebebasan kemampuan membaca.
3. Memperluas pengalaman dan ketertarikan anak.
4. Memperjelas kepada anak tentang buku yang tidak dibaca.

 Membacakan teka-teki dan mengajak anak menebak berbagai jawaban.


 Mengajak anak membuat teka-teki sendiri lalu membacakan pada teman-temannya.
 Mengajak anak menonton cerita pada televise atau VCD, lalu mintalah kesan anak
tentang cerita tersebut. Atau ajukan pertanyaan yang dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis anak. Misalnya pertanyaan : “kamu sengang tidak dengan
cerita tadi?”, “siapa tokoh dalam cerita tersebut? Bagaimana sifat-sifat tokohnya?
Tokoh yang mana yang kamu sukai? Mengapa?” dan seterusnya.

c. Menyimak Apresiatif
Menyimak Apresiatif adalah kemampuan anak untuk menikmati dan merasakan apa yang
didengar. Penyimak dalam jenis menyimak ini larut dalam bahan uang disimaknya. Anak
akan terpaku dan terpukau dalam-dalam menikmati dramatisasi atau puisi. Secara imajinatif,
penyimak seolah-olah ikut mengalami, merasakan, melakukan karakter dari perilaku cerita
yang dilisankan (Dhieni 2008 : 4.12).

Ada tiga media yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan menyimak ini,
yaitu :

1. Musik, merupakan media yang paling nyata untuk membantu anak menghargai dan
menikmati apa yang didengar.
2. Bahasa yang berirama, meliputi semua sajak anak usi dini. Membacakannya dengan
lantang di depan anak membantu mereka memahami dan merasakan irama dan ritme
bahasanya.
3. Patung Visual, berhubungan dengan musik yang menciptakan atmosfir khusus atau
irama yang mebuat pesan yang disampaikan diperkirakan dapat lebih menambah
ketertarikan anak dalam mendengarkan.

Adapun beberapa kegiatan yang dapat diberikan untuk meningkatkan kemampuan menyimak
apresiasif pada anak adalah sebagai berikut :

1. Membacakan anak koleksi cerita, seperti cerita binatang atau cerita lain sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan anak untuk mengenalkan anak pada pengulangan
kata dan nyanyian yang berulang. Bicarakan tentang perasaan, suasana hati, atau
gambaran yang muncul dalam cerita.
2. Membacakan bacaan yang berkualitas pada anak. Menggiring perhatian mereka
pada penggunaan kata-kata yang suaranya seperti artinya. Membicarakan tentang
perasaan, suasana hati, atau gambaran yang muncul pada cerita.
3. Membacakan semua tipe puisi pada anak dan membantu mereka merespon isi
puisi dengan visualisasi dan perasaan. Gunakan kepekaan penglihatan,
pendengaran, perasa, penciuman, dan perabaan. Dorong anak untuk bergabung
bergabung dan membacakannya sehingga meraka merasakan perasaan puisi tersebut
dari pengucapannya sendiri.
4. Berbagai buku puisi bergambar atau buku bergambar. Menurut Glazer (1990
dalam Dhieni 2008 : 4.13) puisi yang diberi ilustrasi yang cantik akan berdampak dua
kali lipat pada pembacanya, dibandingkan dengan kualitas puisi yang lebih artistik
namun tanpa ilustrasi.
5. Mengundang seorang pencerita untuk mengunjungi kelas, sehingga anak dapat
belajar untuk menikmati bentuk kesenian khusus.

Dari penjelasan diatas peneliti memilih kegiatan membacakan anak koleksi cerita Karena
peneliti ingin menggunakan fasilitas yang ada secara maksimal.
Proses Menyimak
Menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses. Sudah barang tentu dalam
proses ini terdapat tahap-tahap. Begitulah dalam proses menyimak pun terdapat tahap-tahap,
antara lain :

1. Tahap Mendengar, dalam tahap ini kita baru mendengar segala sesuatu yang
dikemukakan oleh sang pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya. Jadi masih
berada dalam tahap hearning.
2. Tahap Memahami, setelah kita mendengarkan maka ada keinginan untuk mengerti
atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh sang pembicara,
maka sampailah dalam tahap understanding.
3. Tahap Menginterpretasi, penyimak yang baik, yang cermat dan teliti, belum puas
kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara. Dia ingin
menafsirkan atau menginterpretasikan isi, butir-butir pendapat yang terdapat dan
tersirat dalam ujaran itu, dengan demikian maka sang penyimak telah tiba pada tahap
interpreting.
4. Tahap mengevaluasi, setelah memahami serta dapat menafsirkan atau
menginterpretasikan isi pembicaraan, sang penyimak pun mulailah menilai atau
mengevaluasi pendapat serta gagasan sang pembicara, dimana keunggulan dan
kelemahan, dimana kebaikan dan kekurangan sang pembicara, maka dengan demikian
sudah sampai pada tahap evaluating.
5. Tahap Menanggapi, merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak. Sang
penyimak menyambut, mencamkan, menyerap, serta menerima gagasan atau ide yang
dikemukakan oleh sang pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya,sang penyimak
pun sampailah pada tahap menanggapi (responding). (Logan [et al], 1972 : 39 ; Loban
[et al], 1969 : 243 dalam Tarigan, 1993 : 58).

Implementasi Perkembangan Menyimak Anak melalui Metode Bercerita


Setiap anak mempunyai kemampuan menyimak tentang suatu cerita berbeda-beda. Oleh
karena itu, diperlukan metode yang sesuai untuk mengembangkan perkembangan menyimak
pada anak. Sehingga pesan yang ingin disampaikan guru dapat tersampaikan dengan baik
kapada anak. Disini peneliti memilih metode bercerita untuk mengembangkan perkembangan
menyimak pada anak.

Kurikulum berbasis kompetensi membuka peluang bagi guru untuk memanfaatkan metode
yang paling sesuai dan kontekstual. Dan hal yang paling penting dengan bercerita kita dapat
memperkaya kosa kata yang dimiliki anak didik dengan mengajak anak-anak untuk ikut
dalam alur cerita dan sesekali anak bisa diminta menentukan akhir dari cerita sehingga
suasana kelas menjadi hidup.

Hal ini dapat ditandai dengan berkembangnya beberapa kemampuan anak didik sebagai
berikut :

1. Mampu berkomunilkasi dengan baik.


2. Memiliki berbagai perbendaharaan kata kerja, kata kata sifat, kata keadaan, kata
tanyadan kata sambung.
3. Menunjukkan pengertian dan pemahaman tentang sesuatu.
4. Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan tindakan dengan menggunakan
kalimat sederhana.
5. Mampu membaca dan mengungkapkan Sesuatu melalui gambar.
Dalam bercerita juga bisa digunakan alat bantu yang dapat digunakan bisa berupa gambar,
boneka, atau jari pencerita sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

1. Arikunto, Suharsimi. 1990. Metode Penelitian. Jakarta : Angkasa

http://melyloelhabox.blogspot.co.id/2013/05/metode-bercerita-anak-usia-dini.html

FUNGSI BERCERITA
Menurut prof.Dr Tampubolon, (1991:50), “Bercerita kepada anak memainkan
permainan penting bukan saja dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca, tetapi
juga dalam mengembangkan bahasa dan fikiran anak” Dengan demikian, fungsi kegiatan
bercerita bagi anak 4-6 tahun adalah membantu perkembangan bahasa anak. Dengan bercerita
pendengaran anak dapat difungsikan dengan baik untuk membantu kemampuan
bercerita,dengan menambah pembendaharaan kosakata, kemampuan mengucapkan kata-kata,
melatih merangkai kalimat sesuai dengan tahap perkembanganya.Rangkaian kemampuan
mendengar ,berbicara, membaca, menulis, dan menyimak adalah sesuai dengan tahap
perkembangan anak, karena tiap anak berbeda latar belakang dan cara belajarnya.

5. MANFAAT METODE BERCERITA


1. Melatih daya serap atau daya tangkap anak TK
2. Melatih daya fikir anak
3. Melatih daya konsentrasi anak TK
4. Mengembangkan daya imajenasi anak
5. Menciptakan situasi yang menggembirakan serta mengembangkan suasan hubungan yang
akrab sesuai dengan tahap perkembanganya
6. Membantu perkembangan bahasa anak dalam berkomunikasi secara efektif dan efisien
sehingga proses percakapan menjadi komunikatif.

6.      KELEBIHAN DAN KEKURANGAN METODE BERCERITA


Kelebihanya antara lain:
1. Dapat menjangkau jumlah anak yang relatif lebih banyak
2. Waktu yang disediakan dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efisien
3. Pengaturan kelas menjadi lebih sederhana
4. Guru dapat menguuasai kelas dengan lebih mudah
5. Secara relatif tidak banyak memerlukan biaya
Kekuranganya antara lain:
1. Anak didik menjadi fasif,karena lebih banyak mendengarkan atau menerima penjelasan dari
guru
2. Kurang merangsang perkembangan kreativitas dan kemampuan siswa untuk mengutarakan
pendapatnya
3. Daya serap atau daya tangkap anak didik berbeda dan masih lemah sehinggasukar memahami
tujuan pokok isi cerita
4. Cepat menumbuhkan rasa bosan terutama apabila penyajianaya tidak menarik
Untuk bercerita dengan alat dapat dikembangkan pula pada jenjang ke-1 dalam
perkembangan pikiran anak menurut Piaget (Tampubolon, 1991:3) yaitu jenjang
Sensorimotoris yang berkembang sejak lahir hingga 18/24 bulan. Ada tiga perkembangan
pikiran yang dapat dikatakan khas pada periode ini, khususnya dalam bagian-bagian terakhir
yaitu: (1) perkembangan persepsi tentang ketetapan eksistensi objek-objek, yaitu,
pemahaman tentang adanya suatu objek terpisah dan lain dariobjek-objek lainnya; (2) mulai
berkembangnya kesadaran kan hubungan sebab-akibat; dan (3) mulai berkembang bahasa dan
pikiran sesungguhnya.
Sesuai dengan yang dikatakan oleh Bruner (Tampubolon, 1991:11) berkenaan dengan
perkembangan pikiran anak yang dikaitkan dengan perkembangan bahasa anak. Ialah “Anak
memahami dunia sekitarnya denagn tiga tingkatan Modus Pewakilan Pemikiran yaitu tiga
cara pemikiran yang menggambarkan (dalam arti memahami) pengertian tentang objek-objek
yang diamati didunia sekitar. Ketiga tingkata Modes Pewakilan Pemikiran tentang tersebut
yaitu:
1.      Modus Enaktif
2.      Modus Ikonis
3.      Modus Simbolis

Anda mungkin juga menyukai