Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN BRONKITIS PADA ANAK

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Keperawatan Medikal
Bedah I yang Dibimbing Oleh Ns. Wiwik Agustina, S.Kep., M.Biomed

Disusun oleh Kelompok 2 :

1. HENGKI SUSENO (1814314201011)


2. ADISTY PUTRI (1914314201029)
3. ARINTA HALANG (1914314201032)
4. DWI FEBRIYANTI (1914314201040)
5. EKA NATA LINTANG (1914314201041)
6. MAULIDA NAFATIN (1914314201053)
7. RAMA PUTRA (1914314201059)
8. SELA TRI YULIANA (1914314201065)
9. TRI ANGGUN A. (1914314201066)
10. YUMI OCTAFIAS (1914314201072)

S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG
2020/2021
1. POHON MASALAH

Saluran Nafas Dalam

Hipertermi

Masuknya microbakteri ke saluran Kebiasaan tidur di


Menimbulkan reaksi nafas lantai
imunologi
Bronkus iritasi
Sering batuk-batuk pada pagi
hari
Menghasilkan
Terjadinya peradangan
endotoksin
Dahak sulit di
Akumulasi sekret pada saluran keluarkan
nafas
Peningkatan produksi
Menghambat pemasukan mukus
oksigen ke paru - paru
Kesulitan untuk
Timbul sesak dan dahak bernafas

Ketidakefektifan bersihnya jalan


nafas
2. ANALISIS DATA

No Analisa Data Etiologi DX


1. Ds : sejak satu bulan Masuknya Ketidak efektifan
SMRS penderita Mikrobakterium Ke bersihan jalan
mengeluh batuk-batuk Saluran Nafas nafas b/d sekresi
terutama pada pagi hari, yang tertahan
batuk disertai dahak
berwarna putih kental. Domain 11 kelas 2
Dahak sulit untuk
dikeluarkan sehingga Dapat Mengiritasi
membuat sulit untuk Bronkus
bernafas.

Do : pasien tampak Terjadinya Peradangan


lemah GCS 4 5 6

TTV
TD : 110/60mmHg Banyaknya Tuberkel
S : 38,5°C Disaluran Nafas
N : 92x/m
RR : 32x/m

Berat Badan Akumulasi Secret Pada


SMRS : 55Kg Saluran Nafas
MRS : 40Kg

Menghambat
Pemasukan Oksigen
Ke Paru-Paru

Timbul Sesak Dan


Batuk Berdahak

Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas
2. Ds ; - Infeksi Hipertermi
Do : TTV
TD : 110/60mmHg
S : 38,5°C
N : 92x/m Menghasilkan
RR : 32x/m Endotoksin

Bakteri
Dianggap Benda Asing

Reaksi Imunologi

Hipertermi
3. Ds : ibu mengatakan Batuk Intoleransi Aktivitas
bahwa anaknya sesak
kurang sejak satu bulan
batuk dan sesak
Do : klien terlihat lemah Pengeluaaran Energy
GCS 456 Meningkat

Kelemahan Fisik

Intoleransi Aktivitas
4. Ds : klien mengeluh Rasa Makanan Dan Mual
merasa mual-mual Minuman Tidak Enak Domain 12
sehingga makan sedikit Kelas 1
Do : makan kurang lebih
3sdm

Keenganan Terhadap
Makanan

Sensasi Muntah

Mual

5. Ds : saat tidur klien Saat Tidur Terbangun Hambatan Rasa


sering terbangun karena Karena Kaget Nyaman
kaget (lingkungan ramai
dan sumpek) Domain 12
Do : - Kelas 2
Lingkungan Ramai

Terasa Sesak

Stimuli Lingkungan
Yang Mengganggu

Merasa Tidak Nyaman

Hambatan Rasa
Nyaman

PRIORITAS MASALAH :

̶ Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b/d sekresi yang tertahan


3. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No Diagnosis Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1. Ketidak efektifan bersihan Setelah dilakukan tindakan 1. Memfasilitasi kepatenan 1. Memperlancar jalan
jalan nafas b/d sekresi yang keperawatan, status pernafasan jalan udara. napas.
tertahan (Domain 11 kelas baik dengan kriteria hasil : 2. Memasukkan sebuah 2. Mengeluarkan sekret
2)  Frekuensi dan irama kateter pengisap ke dalam dari jalan napas.
pernapasan dalam jalan napas oral atau 3. Memastikan
Ds : sejak satu bulan SMRS rentan normal trakea. kepatenan jalan
penderita mengeluh batuk-  Mengeluarkan sekret 3. Mengumpulkan dan napas dan pertukaran
batuk terutama pada pagi secara efektif menganalisis data pasien gas yang adekuat.
hari, batuk disertai dahak  Mempunyai jalan napas 4. Meningkatkan pola napas 4. Memaksimalkan
berwarna putih kental. yang paten spontan yang optimal. pertukaran oksigen
Dahak sulit untuk dan karbondioksida
dikeluarkan sehingga dalam paru.
membuat sulit untuk
bernafas.

Do : pasien tampak lemah


GCS 4 5 6

TTV
TD : 110/60mmHg
S : 38,5°C
N : 92x/m
RR : 32x/m

Berat Badan
SMRS : 55Kg
MRS : 40Kg

2. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan 1. Pemantauan tanda-tanda 1. Menentukan serta


keperawatan pasien vital dengan mencegah terjadinya
Ds ; - menunjukkan kriteria hasil : mengumpulkan dan komplikasi.
Do : TTV  Penurunan suhu tubuh menganalisis data 2. Mempertahankan
TD : 110/60mmHg dalam rentan normal kardiovaskular, suhu tubuh dengan
S : 38,5°C pernapasan, dan suhu normal.
N : 92x/m tubuh.
RR : 32x/m 2. Regulasi suhu (NIC)
dengan pemantauan suhu
minimal setiap 2 jam
sesuai kebutuhan atau
pasang alat pantau suhu
inti tubuh kontinu, jika
perlu.
3. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kendala untuk 1. Mengatur
keperawatan pasien beraktivitas. penggunaan energi
Ds : ibu mengatakan bahwa menunjukkan kriteria hasil : 2. Mengidentifikasi lintasan untuk mengatasi atau
anaknya sesak kurang sejak  Menyeimbangkan jalan napas. mencegah keletihan
satu bulan batuk dan sesak aktivitas dan istirahat dan mengoptimalkan
Do : klien terlihat lemah  Menyadari keterbatasan fungsi.
GCS 456 energi 2. Menangani dan
mencegah reaksi
terhadap
inflamasi/kontruksi
pada lintasan jalan
napas.
4. Mual (Domain 12 Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau gejala subjektif 1. Mencegah atau
Kelas 1)
perawatan pasien menunjukkan mual pada pasien. meminimalkan
kriteria hasil : 2. Kaji penyebab mual. malnutrisi.
Ds : klien mengeluh merasa
 Mual akan berkurang 3. Berikan terapi IV, sesuai 2. Mencegah dan
mual-mual sehingga makan
 Menghindari penyebab dengan anjuran. meredakan muntah.
sedikit
mual 3. Mengatur dan
Do : makan kurang lebih
mencegah komplikasi
3sdm
akibat perubahan
kadar cairan dan
elektrolit.
5. Hambatan Rasa Nyaman Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji sumber 1. Mengetahui penyebab
(Domain 12
perawatan pasien menunjukkan ketidaknyamanan. ketidaknyamanan.
Kelas 2)
kriteria hasil : 2. Memantau dan 2. Meningkatkan
 Kesenangan dan memanipulasi lingkungan kanyamanan yang
Ds : saat tidur klien sering
keamanan pasien pasien. optimal.
terbangun karena kaget
terhadap keseluruhan 3. Memantau dan 3. Meningkatkan
(lingkungan ramai dan
fisik dan lingkungan memanipulasi lingkungan keamanan.
sumpek)
fisik. 4. Memberikan rasa
Do : -
4. Berikan informasi kepada nyaman kepada
keluarga pasien untuk pasien.
tetap menjaga lingkungan
agar tetap tenang.
4. FUNGSI DAN PERAN PERAWAT
A. PERAN PERAWAT :
1. Care giver, sebagai pemberi asuhan keperawatan “Care Giver”
merupakan peran perawat dalam memberikan asuhan
keparawatan secara langsung atau tidak langsung kepada pasien,
keluarga dan masyarakat dengan metoda pendekatan pemecahan
masalah yang disebut proses keperawatan. Proses keperawatan
meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana intervensi,
implementasi keperawatan dan evaluasi keprawatan.
̶ Caring, merupakan suatu sikap rasa peduli, hormat,
menghargai orang lain, artinya memberi perhatian dan
mempelajari kesukaankesukaan seseorang dan bagaimana
seseorang berpikir dan bertindak.
̶ Sharing artinya perawat senantiasa berbagi pengalaman
dan ilmu atau berdiskusi dengan pasiennya.
̶ Laughing, artinya senyum menjadi modal utama bagi
seorang perawat untuk meningkatkan rasa nyaman pasien.
̶ Crying artinya perawat dapat menerima respon emosional
baik dari pasien maupun perawat lain sebagai suatu hal
yang biasa disaat senang ataupun duka.
̶ Touching artinya sentuhan yang bersifat fisik maupun
psikologis merupakan komunikasi simpatis yang memiliki
makna (Barbara, 1994)
̶ Helping artinya perawat siap membantu dengan asuhan
keperawatannya
̶ Believing in others, artinya perawat meyakini bahwa orang
lain memiliki hasrat dan kemampuan untuk selalu
meningkatkan derajat kesehatannya.
̶ Learning artinya perawat selalu belajar dan
mengembangkan diri dan keterampilannya
̶ Respecting artinya memperlihatkan rasa hormat dan
penghargaan terhadap orang lain dengan menjaga
kerahasiaan pasien kepada yang tidak berhak
mengetahuinya.
̶ Listening artinya mau mendengar keluhan pasiennya.
̶ Feeling artinya perawat dapat menerima, merasakan, dan
memahami perasaan duka , senang, frustasi dan rasa
puas pasien. (Gaffar, 1999)
2. Client advocate, sebagai pembela untuk melindungi pasien.
Sebagai advokat pasien, perawat berfungsi sebagai penghubung
antar pasien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan
kebutuhan pasien, membela kepentingan pasien dan membantu
pasien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang
diberikan.
3. Counseller, sebagai pemberi bimbingan/konseling pasien. Tugas
utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi
pasien terhadap keadaan sehat sakitnya. Memberikan
konseling/bimbingan kepada pasien, keluarga dan masyarakat
tentang masalah kesehatan sesuai prioritas.
4. Educator, sebagai pendidik pasien Sebagai pendidik pasien,
perawat membantu pasien meningkatkan kesehatannya malalui
pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan
tindakan medis yang diterima.
5. Collaborator, sebagai anggota tim kesehatan yang dituntut untuk
dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain. Perawat
bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam
menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawatan
guna memenuhi kebutuhan kesehatan pasien.
6. Coordinator, Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan
potensi yang ada, baik materi maupun kemampuan pasien secara
terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi yang terlewatkan
maupun tumpang tindih.
7. Change agent, sebagai pembaru yang selalu dituntut untuk
mengadakan perubahan-perubahan. Sebagai pembaru, perawat
mengadakan inovasi dalam cara berpikir, bersikap, bertingkah
laku, dan meningkatkan keterampilan pasien/keluarga agar
menjadi sehat.
8. Consultant, sebagai sumber informasi yang dapat membantu
memecahkan masalah pasien. Elemen ini secara tidak langsung
berkaitan dengan permintaan pasien terhadap informasi tentang
tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan peran ini dapat
dikatakan perawat adalah sumber informasi yang berka itan
dengan kondisi spesifik lain
̶ Peran perawat meliputi :
a. pengkajian
b. penetapan diagnose
c. perencanaan
d. implementasi
e. evaluasi

B. FUNGSI PERAWAT :
a) Pada pasien bronchitis akut :
 Antibiotic untuk mengobati infeksi
 Peningkatan asupan cairan dan ekspektoran untuk
mengencerkan dahak
 Istirahat untuk mengurangi kebutuhan oksigen
b) Pada pasien bronchitis kronik :
 Penyuluhan agar pasien menghindari pajanan iritan lebih
lanjut, terutama asap rokok
 Terapi antibiotic profilaktik, terutama pada musim-musim
dingin untuk mengurangi insiden infeksi saluran
pernafasan bawah, karena setiap infeksi akan semakin
meningkatkan pembentukan mukus dan pembengkakan
 Karena banyak pasien yang mengalami spasme saluran
napas akibat bronchitis kronik yang mirip dengan spasme
pada asma kronik, maka sering diberikan bronkodilator
 Ekspektoran dan peningkatan asupan cairan untuk
mengencerkan mukus
 Mungkin diperlukan terapi oksigen

Anda mungkin juga menyukai