Pemeriksaan Laboratorium Imunologi Untuk Infeksi Mycobacterioum
tuberkulosis (Mtb) Destiya Amalia Safitri Program Studi D III Teknologi Laboratorium Medis, Jurusan Analis Kesehatan, Poltekkes Kemenkes Semarang, Semarang, Indonesia.
PENDAHULUAN 1. Serologi Rapid teest (ICT)
2. Serologi Reaksi antigen-antibodi Tuberkulosis (TB) paru adalah berlabel seperti ELISA, IFA dan lain- penyakit yang disebabkan oleh kuman lain. Mycobacterium tuberkulosis (MTB) ditandai 3. Uji Tuberkulin dengan terbentuknya tuberkel serta nekrosis kaseosa pada jaringan paru. Pada infeksi TB, Diagnosis Serologi Pada TB gejala utama yang terjadi adalah batuk selama dua minggu atau lebih dan disertai Uji serologi merupakan uji reaksi dengan gejala tambahan yaitu sputum antigen-antibodi secara in-vitro. Uji ini bercampur darah, sesak nafas, badan terasa dilakukan pada sampel serum darah untuk lemas, nafsu makan dan berat badan tujuan mendeteksi antibodi atau antigen menurun, serta berkeringat pada malam hari. secara khusus dalam hubungannya dengan penyakit tertentu. Beberapa uji yang Diagnosis TB paru dapat dilakukan dilakukan yaitu ELISA, hemagglutin selain dari gejala dan pemeriksaan klinis ininhibitor, uji netralisasi, uji Mycodot juga didasarkan atas hasil pemeriksaan (LAM), uji peroksidase anti peroksidase penunjang seperti mikrobiologi, radiologik, (PAP), uji serologi baru/ IbG TB, dan dan uji serologi. Saat ini, pemeriksaan Immunochromatography (ICT). Uji ICT-TB serologi untuk TB berkembang dengan adalah uji serologi untuk mendeteksi sangat pesat. Pemeriksaan ini sangat antibodi M.tuberculosis dalam serum. membantu pada penderita yang sulit untuk Kelebihan dari uji ini adalah membutuhkan memperoleh sampel sputum atau dengan waktu cepat untuk melihat hasilnya yaitu 5 – hasil BTA negatif karena berbagai faktor. 20 menit. Sitokin yang berperan paling utama Adapun ujiserologi metode direct dalam melawan kuman MTB adalah: dan indirect yaitu: 1. Interferon gama (INF- γ): 1. Uji Serologi Metode Direct (langsung) menghasilkan Nitric Oxide Synthase (NOS2) Tes kuantitatif deteksi 2. Tumor Necrosing Factor Alpha Lipoarabinomannan (LAM) digunakan (TNF-α): memberikan efek untuk mendeteksi TB dalam urine. multifaset Kemudian tes yang lain dalam percobaan 3. Interleukin 2 (IL-2): berperan adalah dipstick method (semi kuantitatif) mengaktifkan makrofag yang untuk deteksi LAM pada TB paru mengandung kuman MTB. danekstra paru. Dengan sensitivitas 93% dan spesifisitas 95%. METODE 2. Uji Serologi Indirek (tidak langsung) Pemeriksaan laboratorium TB dapat Immunodiagnosis (uji serologi) dilakukan dengan pemeriksaan sederhana indirek biasanya untuk mendeteksi sampai dengan metode canggih, beberapa Antobodi terhadap antigen MTB. Metode metode pemeriksaan sebagai berikut: ini menggunakan respon imun seluler dan humoral yang spesifik dari host untuk A. Metode direct (langsung) melawan infeksi ataupun penyakit. 1. Pemeriksaan Mikroskopis BTA Tuberculin skin test (TST) dan Induksi 2. Kultur kovensional antigen spesifik ex vivo terhadap 3. Kultur otomatis/non kovensional produksi Interferon gama (INF- γ) sudah 4. Identifikasi spesies Mycobacterium digunakan untuk mendeteksi adanya 5. Deteksi dan Identifikasi infeksi MTB. Mycobacterium langsung dari Tes serologi memiliki keuntungan pada sampel klinis keadaan : 6. Diagnosis serologi Penderita yang mana tidak dapat a. Deteksi LAM pada sputum memproduksi sputum yang b. Deteksi antigen pada cairan tubuh adequate B. Metode indirect (tidak langsung) Hasil pemeriksaan sputum BTA dengan menggunakan panjang negatif (-) gelombang tertentu. TB ekstra paru Pemeriksaan ELIS untuk mendeteksi antimicrobial superoxide a. Rapid test dismutase antibody digunakan untuk Tes ini merupakan teknik uji serodiagnosis TB. Superoxide dalam menegakkan diagnosis TB dismutase merupakan secretory dengan memakai protein dari MTB. Immunochromatography Tuberculosis (ICT-TB) yang c. Tuberculin skin test (TST) merupakan uji serologi untuk Tes ini banyak digunakan untuk mendeteksi antibodi MTB dalam mendeteksi TB aktif, guna serum. Uji ICT-TB menggunakan 5 mengetahui prevalensi TB di antigen spesifik yang berasal dari masyarakat dan mengetahui membran sitoplasma M. penderita yang peka atau high risk Tuberculosis. Tes ini mendeteksi terhadap vaksin BCG. TST adanya antibodi IgG terhadap dilakukan dengan inejeksi antigen tersebut dengan prinsip intradermal 0,1 mL 5 TU PPD di reaksi antigen pada alat akan lengan bawah lalu diamati berikatan dengan anti-TB dari munculnya reaksi positif berupa sampel penderita yang eritema dan indurasi > 10 mm dikonjugasikan ke partikel halus setelah 48-72 jam. berwarna, yaitu colloidal gold (merah) sebagai pelabe. Kompleks SIMPULAN imun yang terbentuk kemudian akan mengalir melalui membran Tuberculosis (TB) merupakan salah (nitroselusose) yang dilapisi oleh satu penyakit tertua yang menyerang penangkap terhadap antigen mikroba manusia dan merupakan salah satu penyebab yang sama. Keuntungan dari metode kematian terbesar. Tuberculosis memiliki ini adalah: banyak manifestasi klinis, dapat menyerang Use-friendly berbagai sistem organ lain terutama paru. Waktu sangat singkat Diagnosis TB dapat dilakukan Stabil dalam jangka lama dengan berbagai metode, mulai dari Relatif tidak mahal pemeriksaan yang sederhana sampai dengan teknik biologi molekuler yang kompleks. Ada 2 pendekatan dasar untuk diagnosis TB, yaitu dengan Metode Direk (langsung) menilai MTB dengan mikroskopis dan Metode Indirek (tidak langsung) biakan Prosedur Rapid Test kuman dan serologi untuk menilai respon imun penderita TB. b. ELISA/Enzyme linked immunosorbent assay FERERENSI Teknik ini dapat mendeteksi Buchari. 2019. Uji Serologi Pada Penderita respon humoral berupa proses Tuberkulosis Aktif. Departemen antigen-antibodi yang terjadi dan Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran yang memiliki senitivitas dan Universitas Syiah Kuala, Rumah Sakit spesivitas yang tinggi dengan Zainoel Abidin, Banda Aceh. berlabel enzim sebagai penanda reaksi. ELISA memiliki 4 teknik yaitu: ditect, indirct, sanwich, dan competitive ELISA. Prinsip dari pemeriksaan ini adalah reaksi antigen-antibodi (Ag-Ab) dimana setelah penambahan konjugat, yaitu antigen atau antibodi yang dilabel enzim enzim dan subtrat akan terjadi perubahan warna. Perubahan warna ini akan diukur intensitasnya dengan alat pembaca yang disebut spektrofotometer atau ELISA reader