Anda di halaman 1dari 3

KETIKA ELGIBITI DIFASILITASI

Oleh : Emat S. Elfarakani

Sengaja saya tulis sesuai spelling biar nggak dihapus di sosmed pendukung elgibiti.
Soalnya kita tahu sosmed yang kita pake ini mendukung prilaku penyimpang. Saya awali dengan
cerita agak-agak mengerikan. Sabtu sore di halte bus Grand Arcade Mall Cambridge City UK.
Ada penampakan dua laki dewasa dengan tampang preman. Berbadan tegap, berkumis bersepatu
boot. Tak lupa juga tangan-tangannya bertato.

Sambil menahan dingin, saya sandarkan badan ini ke dinding halte. Tapi pandangan saya
masih tertuju ke dua laki tadi. Yang awalnya saya membayangkan seperti preman di negara saya.
Tiba-tiba buyar bayang itu. Karena kedua laki itu menampilkan hal yg berbeda.

Sambil curi-curi pandang saya lihat kedua laki-laki preman yang menyeramkan itu
berpegangan mesra, berjalan berpelukan sambil salah satunya sosor-sosoran. Kebayangkan
menyeramkan campur perut mual? Saya dengan teman "gholdul basyar", karena jangan coba-
coba pandangan kita diarahkan ke mereka, bisa-bisa kita dipenjara. Karena dianggap
mengganggu kebebasan individu.

Ternyata sekarang fenomena kedua laki-laki tadi justru mulai nampak di Indonesia.
Mungkin ada yang pernah dapat share video prilaku elgibiti yg dua anak laki-laki seumur SMA
yang berciuman di sebuah stasiun kereta di Jakarta. Atau mereka berkumpul bermesraan dalam
sebuah acara yang katanya di Kebun Raya Bogor. Mengerikan bukan? Lebih mengerikan lagi
jangan-jangan mereka bagian dari keluarga kita, na'udzulillah min dzalik.

Kita perlu tahu, bahwa elgibiti, zina atau perselingkuhan secara hukum posistif (hukum
yang belaku) di Indonesia, maka hukumnya adalah abu-abu. Para pelaku, elgibiti, zina atau
perselingkuhan tidak bisa dipidana. Karena menurut hukum positif, prilaku tersebut merupakan
bagaian dari ranah privat (hukum pribadi). Di mana negara tidak boleh ikut campur dalam urusan
itu.

Perilaku elgibiti, zina, atau perselingkuhan bisa dipidana kalau ada yang salah satu pihak
dirugikan atau dipaksa. Perilaku bisa dipidana jika pelakunya anak di bawah umur (dan batasan
umurnya juga masih berbeda-beda). Apakah ada orang dewasa yang selingkuh berzina dipaksa?
Apakah ada elgibiti dipaksa. Perzinahan akan jadi pidana kalau dikomersilkan oleh mucikari, dan
hanya mucikarinya yang akan yang akan dipidanakan karena mengkomersilkan. Sementara
pelaku zina akan dibebaskan.

Elgibiti akan menjadi pidana kalau dikomersilkan oleh germo. Tapi pelakunya tidak akan
dipidana. Buktinya sampai hari ini belum pernah ada keputusan pengadilan yang memutuskan
nara pidana elgibiti atau pezina selingkuh. Yang dilakukan karena keinginan sendiri alias suka
sama suka.

Jadi di negeri ini hukum asal elgibiti, zina dan perselingkuhan adalah masih abau-abu.
Bisa dihukum pidana dengan syarat dan ketentuan berlaku (kalo dalam Islam mirip-mirip
muqayyad). Kalau tidak memenuhi syarat maka pelaku bebas melenggang.

"Pak, Elgibiti dan sejenisnya haram menurut Islam." Sangah murid saya.

"Betul, tapi apakah pelakunya bisa dihukum menurut Islam di negeri ini?"

"Ya, nggak juga." Nah itulah, artinya Islam tidak menjadi hukum publik di negeri ini. Islam
hanya menjadi hukum privat shalat, puasa, zakat, haji dan urusan nikah talak.

HUKUM PENJAJAH

Hukum publik KUHPidana dan privat KUHPerdata yang berlaku di negeri ini adalah
warisan Belanda dan KUHP Belanda adalah warisan Prancis. Karena Belanda dijajah Prancis.
Kemudian Belanda menerapkan di Indonesia sampai sekarang. Walau negeri ini sudah
memperingati kemerdekaannya yang ke 73.

Kenyataan ini sebenarnya membantah pernyataan bahwa hukum yang berlaku di


Indonesia bersumber dari Pancasila. KUHP perdata dan pidana sudah ada sebelum Indonesia ini
ada, itu artinya hukum yang diterapkan di negeri ini sudah ada sebelum Pancasila ada. Ahli
hukum mana yang berani mengklaim bahwa KUHP itu bersumber dari Pancasila? Apakah
Prancis dan Belanda berideologi Pancasila?

Maka wajar jika perzinahan dan elgibiti tidak dilarang dalam KUHP secara jelas, karena
memang di negeri asalnya Belenda atau Prancis juga sama. Sebagai seorang muslim harusnya
fakta ini menggugah kesadaran, bahwa ada wilayah abu-abu dalam hukum elgibiti, zina di negeri
ini. Di tolaknya judicial review BEM (Barisan Emak-emak Militan) untuk memperluas pasal
perzinahan dan elgibiti di KUHP agar bisa mempidanakan para pelaku sudah ditolak di MK.
Sekarang muncul RUU PKS yang juga abu-abu. RUU ini memang akan mempidanakan para
pelaku kejahatan seksual, tapi di sisi lain RUU ini juga memberikan peluang bagi pelaku
orientasi seks penyimpang.

Sedih memang, ketika ruang untuk perilaku seks menyimpang seakan-akan difasilitasi
oleh negara (jangan baper ya, saya menyebut negara bukan pemerintah). Negara kita memang
negara hukum, tapi abu-abu. Dengan abu-abu ini seakan-akan menjadi wasilah untuk prilaku
kemaksiatan.

Aaah,,,sesak rasanya dada ini. Mari kita bertanya, apakah kita bisa berkhusyu dalam
sholat, sementara keluarga kita terancam berbuat maksiat. Siapa yang bisa mengkontrol anak
gadis kita, istri kita dalam pergaulan untuk tidak terlibat, kalau negara diam tak berbuat.
Masihkah kita bisa tenang shalat, puasa atau zakat?

Cambridge UK, 4 May 2016

Saya renungkan di atas Bis City 3 jurusan Newmarket Road alias jalan Pasar Anyar kalau kata
orang Bogor, menuju rumah di jalan Garfild Close.

Penulis adalah Guru Social Studies Program Cambridge International di Sekolah Bosowa Bina
Insani. Pernah menulis di Koran Harian Republika, Radar Bogor, Majalah Sobat Muda, Majalah
Permata, Majalah Media Pembinaan Kemenag Prov. Jabar. Penulis Capaian Pembelajaran IPS
SMP Kemdikbudristek 2020, Penulis Skrip Video Sosialisasi CP IPS SMP Kemdikbudristek 2020,
Penelaah Perangkat Ajar Pusmenjar Kemdikbudristek 2021. Nara sumber Nasional Bimtek
Instruktur Program Sekolah Penggerak (PSP) Kemdikbudrsitek 2021.

Anda mungkin juga menyukai