jantung
1
Anamnesis
• Informasi tentang diagnostik
• Informasi tentang derajat penyakit
• Informasi tentang etiologi
• Informasi tentang interaksi penyakit jantung
anak dengan keluarganya
2
Informasi diagnostik
• DRA+karditis+gagal jantung :
1. Artritis berpindah-pindah
2. Demam
3. Sesak nafas
4. Berdebar-debar
5. Edema (+/-)
• Endokarditis infektif :
1. Demam ringan lama
2. Riwayat kel jantung struktural sebelumnya
3
• Saat timbul sianosis :
1. Sianosis berat saat lahir : AP, AT, sindroma hipoplasia jantung kiri
2. Sianosis hr 1-2 : TGV
3. Sianosis >minggu 1 : TF
• Riwayat mulai terdengar bising jantung:
1. Sejak lahir : SP, SA, VSD kecil, PDA
2. Usia 2-4 minggu : PDA
• Riwayat waktu terjadi gagal jantung :
1. 10 hari post natal : obstruksi jantung kiri : Coar-Ao, Atresia Aorta
2. Minggu ke 2-6 : obstruksi jantung kiri berat, kel miokardium, MI
3. Minggu 6-3 bulan : VSD, PDA, defek septum AV
4
Informasi derajat kelainan
• Gangguan hemodinamik ∞ derajat kelainan
jantung:
1. Gangguan pertumbuhan
2. Sianosis
3. Berkurangnya toleransi latihan
4. Ispa berulang
5. Komplikasi neurologis
5
Informasi etiologi
• Riwayat keluarga :
1. Saudara kandung/ortu : PJB
2. Penyakit tertentu dlm keluarga : DM, hipertensi, penyakit jantung
3. Riwayat kehamilan : obat, radiasi, penyakit infeksi, riwayat perdarahan
trimester I
6
Informasi interaksi kel jantung anak dg keluarga
7
Pemeriksaan fisik
• Pola pertumbuhan anak : TB, PB, BB, LLA
• Keadaan umum : inspeksi :
1. Dismorfik wajah
2. Kesan penampakan sakit
3. Kesadaran
4. Status gizi
5. Pucat, sianosis, ikterus
6. Distress , gerakan involunter, tremor, paresis
7. Cara duduk, jalan, berbaring
8
• Kel bawaan/sindroma tertentu
Sindroma PJB tersering
Down (Trisoma 21) Defek septum AV, VSD
Trisomi 17-18 & 13-15 VSD
Turner (XO) Koarktasio aorta
Turner lelaki (XO) & mosaik Stenosis pulmonal
Rubella PDA, SP, Stenosis cab arteri
pulmonalis perifer
9
Kulit & mukosa :
Sianosis
1. Sianosis tepi/perifer : ujung jari, daun
telinga, ujung hidung
2. Sianosis sentral : saturasi O2 rendah :
mukosa bibir, lidah, konjungtiva
Pucat : anemia berat
Kulit gelap, ikterus
Eritema marginatum, nodul subcutan
10
11
12
• Nadi
1. Diraba pada 4 arteri : a radialis D/S, a brachialis
(neonatus) & a femoralis D/S atau a dorsalis pedis
2. Denyut : dinilai :
a. Kecepatan : takikardia & bradikardia
b. Irama : aritmia, disritmia
c. Amplitudo nadi :
magnus : nadi teraba sangat kuat
parvus : nadi teraba sangat lemah
alternans : amplitudo berselang seling
tardus : nadi teraba naik dengan lambat,
mendatar, menurun lambat
13
• Tekanan darah
1. Diukur pada 4 ekstremitas (1 ektremitas jika nadi 4 ekstremitas
sama)
2. Manset sesuai
Umur Lebar manset
0-1 tahun 5cm
1-5 tahun 7cm
5-12 tahun 9,5cm
>12 tahun 12,5cm
• Inspeksi :
1. Asimetris/kelainan bentuk dada
2. Pembonjolan dada kiri
3. Dada membulat
4. Pembonjolan dada difus
5. Iktus cordis
6. Pulsasi epigastrium
Pectus carinatum 16
17
18
Palpasi
• Ujung jari
& telapak
tangan
19
Perkusi
• Menentukan pembesaran & kontur jantung
• Sulit dilakukan pada bayi & anak
20
Auskultasi
• Stetoskop :
1. Diafragma : bunyi &
bising nada tinggi
2. Sungkup : bunyi &
bising nada rendah
3. Ukuran stetoskop
tergantung usia
21
Bunyi jantung
22
Bunyi jantung
• Berhubungan dengan
1. pembukaan & penutupan katub jantung
2. Kontraksi otot jantung
3. Percepatan atau perlambatan aliran darah
• Terdapat 4 bunyi jantung : I, II, III, IV
23
24
25
• Suara jantung I : penutupan katub mitral & tricuspid
• Suara jantung II : penutupan katub aorta & pulmonal
• Suara jantung III : apex jantung : vibrasi dinding
ventrikel saat arus darah ke ventrikel terlalu banyak
• Suara jantung IV : saat kontraksi atrium
26
Bising jantung
• Karena arus turbulensia
• Dibagi berdasarkan waktu terdengarnya
1. Bising sistolik
2. Bising diastolik
3. Bising sistolik & diastolik
27
Terima kasih perhatiannya
28
PENYAKIT JANTUNG BAWAAN
Dr Erny SpA(K)
ernyprasetyo65@yahoo.com
29
Tujuan Instruksional umum
• Mampu memahami mengenai PJB dan
melakukan deteksi dini serta
melakukan tatalaksana PJB
30
Tujuan instruksional khusus
• Mampu menyebutkan definisi PJB
• Mampu menjabarkan hemodinamika yang
terjadi pada PJB
• Mampu melakukan anamnesa pada PJB
• Mampu melakukan pemeriksaan fisik pada
PJB
• Mampu menyusun program tatalaksana
pada PJB
• Mampu menentukan pola rujukan pada PJB
31
Anatomi dan hemodinamika sistim
kardiovaskuler normal
32
33
DOES THE HEALTHY HEART WORKS
34
35
36
Definisi PJB
• Defek anatomis pada bagian-bagian
jantung yang terjadi selama proses
organogenesis intrauterine
• Terjadi sebelum usia kehamilan 8
minggu
37
Epidemiologi
• Insiden PJB diseluruh dunia relatif
sama dan tetap
• Insiden 6-10 per 1000 kelahiran hidup
38
Tabel 1. distribusi usia saat diagnostik PJB ditegakkan
(n=2091)
39
Tabel 2. diagnosis PJB di poliklinik jantung anak RSCM Jakarta
1983-1992
diagnosis jumlah %
PJB Non-sianotik
VSD 694 33,1
PDA 281 13,4
PS 111 5,3
DSAV 30 1,4
AS 23 1,1
Koar 4 0,2
PJB Sianotik
TF 212 10,5
TAB 74 3,5
VKAJKG 25 1,2
PA 20 0,9
TA 19 0,9
TAPVD 10 0,4
40
Etiologi
• Eksogen : (3%)
- Obat maternal
- Penyakit maternal
- Pajanan sinar X
• Endogen :
- Penyakit genetik (10%)
- Sindroma tertentu
• Multifaktorial (90%)
• Tidak diketahui
41
PJB NON SIANOTIK
42
Definisi
• Defek anatomis pada jantung yang tidak
menyebabkan gejala atau tanda sianosis
• Macam kelainan :
1. VSD
2. ASD
3. PDA
4. PS
5. AS
6. Koartasio aorta
43
Pembagian PJB Non-sianotik
• Berdasarkan ada/tidak adanya pirau :
1. Pirau kiri ke kanan : VSD, ASD, DSAV, PDA
2. Pirau tanpa pirau : PS, AS, Koartasio aorta
44
VSD (VENTRICULER SEPTAL DEFECT)
45
Hemodinamik - VSD
46
47
Kemungkinan yang terjadi pada
VSD besar
• Defek mengecil
• Defek menutup
• Stenosis infundibular : pirau berkurang
• Defek tetap besar : aliran darah ke paru
meningkat, perubahan vaskuler paru (gr I _
VI), tekanan ventrikel kanan melebihi VS,
pirau berbalik, penderita sianotik (sindroma
essenmenger)
48
Gambaran klinis
• Tergantung : besar defek & derajat
pirau
• Defek kecil :
1. Asimptomatis
2. Suara jantung normal
3. Bising sistolik di ICS III-IV
49
Defek sedang
1. Gejala mulai masa bayi
2. Sesak saat minum
3. Bb sulit naik, kurus
4. Jika mengalami radang paru lama sembuh
5. Gagal jantung pada usia 3 bulan
6. Dispnea, takipnea, retraksi ICS
7. Suara jantung Normal, bising pansistolik
keras & kasar ICS III-IV kiri
50
Defek besar
1. Gejala mulai masa neonatus
2. Dispnea bermakna dalam mg I
3. Gagal jantung pada mg VI
4. Diawali infeksi paru-paru
5. Dispnea saat istirahat
6. Suara jantung normal
7. Bising pansistolik dengan atau tanpa
getaran bising
51
Defek besar dengan Sindroma Essenmenger
(hipertensi pulmonal):
52
Gambaran Radiologis
• Merupakan refleksi besarnya pirau kiri
ke kanan
• Bergantung pada ukuran defek,
tahanan vaskuler paru, lesi obstruktif
pada jalan keluar VD & VS
53
• Defek kecil :
1. bentuk & ukuran jantung normal
2. Vaskularisasi paru normal atau sedikit
meningkat
• Defek sedang :
1. Kardiomegali, konus pulmonalis menonjol
2. Peningkatan vaskularisasi paru
3. Pembesaran pembuluh darah pada hilus
54
• Defek besar :
1. Kardiomegali nyata, konus
pulmonalis menonjol
2. Pembuluh darah hilus membesar
3. Vaskularisasi paru meningkat
55
EKG
• Defek sedang : Peningkatan aktivitas
VS & VD, tetapi aktivitas VS lebih
meningkat
56
Ekokardiografi
• Perlu untuk menentukan besar dan
letak defek
• Menentukan kelainan penyerta
57
Prinsip dasar Terapi medis
• Memaksimalkan performa jantung
• Asupan oksigen
• Asupan nutrisi
• Pencegahan dan pengobatan komplikasi
58
Penatalaksanaan
• Medis :
1. Defek kecil : tidak perlu, kecuali
profilaksis antibiotika jika terjadi
endokarditis infektif pre operasi
rongga mulut, digestif dan UG
2. Defek sedang-besar : gagal jantung :
Digoksin 0,01mg/kg/hari 2x/hari
59
• Pembedahan : indikasi :
1. Jika usia 3-4 tahun defek belum
menutup
2. Terdapat pembesaran jantung
3. Pletora paru
60
Prognosis
• Defek kecil : kemungkinan menutup
spontan pada usia 1 tahun
• Setelah 2 tahun belum menutup kecil
kemungkinan menutup spontan
• Hipertensi pulmonal : prognosis buruk
61
ASD
62
ASD HEMODINAMIK
63
Definisi
• Defek anatonis yang terdapat pada antara AD & AS
64
• Banyak dijumpai secara kebetulan pada
remaja dan dewasa karena asimptomatis
65
ASD Sekundum
• Defek di fossa ovalis ukuran kecil s/d besar
• Terjadi pirau dari AS ke AD : beban volume AD
& VD
66
67
Gambaran klinis
• Mayoritas asimptomatis
• Pirau besar :
1. Dispnea
2. Infeksi paru berulang
3. Gg pertumbuhan ringan
4. Suara jantung 1 mengeras
5. Bising ejeksi sitolik daerah pulmonal
68
Radiologi
• Defek bermakna :
AD menonjol,
konus pulmonalis
menonjol, jantung
sedikit membesar,
vaskularisasi paru
meningkat sesuai
dengan besar defek
69
EKG
• Pola RBBB : beban volume VD
• Deviasi sumbu QRS ke kanan
• Blok AV derajat I
• Hipertrofi ventrikel kanan
70
Penatalaksanaan
• Terapi definitif : pembedahan
71
ASD Primum
• Celah pada bagian bawah septum atrium
• Celah pada daun katub mitral
72
Gambaran klinis
• BB kurang
• Prekordium menonjol ok pembesaran ventrikel
kanan
• Kardiomegali ok pembesaran VD & VS
• Suara jantung I normal/mengeras, suara jantung II
melebar
• Bising ejeksi sistolik pada pulmonal ok stenosis
pulmonal
• Bising pansistolik ok regurgitasi mitral
73
Radiologis
• Pembesaran VD dengan
atau tanpa dilatasi AD
• Konus pulmonalis
menonjol
• Peningkatan
vaskularisasi paru pada
hilus & perifer
• Pembesaran VS & AS ok
regurgitasi mitral
74
Penatalaksanaan
• Tindakan pembedahan jika pembesaran
jantung terjadi progresif
• Profilaksis antibiotika untuk mencegah
endokarditis
75
PJB Sianotik
76
Definisi
• PJB dengan
manifestasi klinis
sianosis (warna
kebiruan pada
mukosa karena ada
>5g/dL hemoglobin
tereduksi dalam
sirkulasi)
77
Angka kejadian
• Lebih sedikit dibanding dengan PJB non-
sianotik (rasio 1:4)
• Morbiditas & mortalitas lebih tinggi
• 65% di diagnosis <2 tahun
• 17% antara usia 2-5 tahun
• 18% usia >5 tahun
78
Klasifikasi
• Dari gambaran radiologis :
1. PJB sianotik dengan vaskularisasi paru menurun (oligemia
paru) : TF, AP, AT, anomali ebstein
2. PJB sianotik dengan vaskularisasi paru meningkat (pletora
paru)
79
Tetralogi Fallot
80
Angka kejadian
• PJB Sianotik terbanyak
• 10% dari seluruh PJB
81
82
TETRALOGI FALLOT HEMODINAMIKA
83
Hemodinamik
• Penentu derajat penyakit : stenosis pulmonal
(ringan-atresia)
• Stenosis pulmonal bersifat progresif
• VSD besar, dibawah katub aorta & lebih
anterior
84
Hasil akhir dari hemodinamik :
• Hipoksia : kompensasi :
1. Polisitemia
2. Terbentuk sirkulasi kolateral (jangka
panjang)
85
Manifestasi klinis
• Mencerminkan derajat hipoksia :
1. BBL belum sianotik, baru sianotik setelah tumbuh
2. Jari tabuh usia >6 bulan
3. Serangan sianotik : sesak nafas mendadak, nafas cepat dan
dalam, sianosis bertambah, lemas dapat disertai kejang
atau sinkop) bila berat dapat koma bahkan kematian
4. Dada menonjol karena pelebaran ventrikel kanan
5. Bising sistolik yang makin melemah dengan peningkatan
derajat stenosis
86
87
88
Radiologis
• Jantung tidak membesar
• Arkus aorta disebelah kanan
• Apeks jantung kecil dan terangkat
• Konus pulmonalis cekung
• Vaskularisasi paru menurun
• Secara umum dikenal dengan bentuk sepatu
89
90
Komplikasi
• CVA usia < 5 tahun, setelah serangan sianotik, atau
dehidrasi
• Abses otak usia >5 tahun
• Endokarditis infektif akibat infeksi di berbagai
tempat(tonsil, gigi, kulit, nasopharynx)
• Anemia relatif
• Trombosis paru
• perdarahan
91
Penatalaksanaan
• Medikamentosa :
• Serangan sianotik :
1. Posisi knee-chest position
2. O2 masker
3. Morfin sulfat 0,1-0,2mg/kg/sc/im
4. Sodium bicarbonat 1mEq/kg/iv
5. Transfusi darah jika Hb <15g/dl
6. Propanolol 0,1mg/kg/iv
92
DEMAM REUMATIK AKUT
93
Pendahuluan
94
• Penyebab terpenting penyakit jantung
dapatan
• Angka kejadiannya stabil diberbagai dunia
• Hingga saat ini masih banyak dijumpai
95
Risk factors
• Family history. Some people may carry a gene or genes that
make them more likely to develop rheumatic fever.
• Age
• Poor socioeconomic status
• Recurrence infection
96
Patogenesis
• Mekanisme imunologik, humoral atau seluler
menyebabkan cedera jaringan jantung
97
Manifestasi klinis
• Artritis : paling sering
• Carditis : paling serius
• Chorea : paling aneh
• Nodul subcutan & erithema marginatum :
paling jarang
98
Manifestasi mayor (capoches)
• Karditis
1. ± 50% penderita
2. Penyebab mortalitas
tersering selama stadium
akut
3. Terjadi miokarditis,
endokarditis (MI, AI)
4. Merupakan keadaan
progresif
99
Artritis
• 70% kasus
• Tidak spesifik, banyak DD
• Nyeri hebat, bengkak, erithema, demam
• Mengenai sendi besar : lutut, siku,
pergelangan tangan
• Asimetris dan berpindah-pindah tempatnya
100
Chorea sydenham
• 15% kasus
• Keterlibatan SSP ; ganggial basalis & nucleus
caudatus
• Masa timbul ≥ 3 bulan
• Gerakan tidak bertujuan, inkoordinasi
muscular, emosi labil (muka, ekstremitas)
• Lebih tampak jika px stress
101
SYDENHAM CHOREA
102
Erithema marginatum
103
Nodul subcutan
• ≤ 5% kasus
• Lokasi : permukaan ekstensor
sendi siku, ruas jari, lutut,
persendian kaki, kepala,
columna vertebralis
• Ukuran 0,5-2cm, tidak nyeri,
mobile
104
Manifestasi minor
• Demam remiten, <39◦C, kembali normal dlm
2-3mg
• Nyeri abdominal karena distensi hati (RF
dengan gagal jantung)
• Anoreksia, nousea (RF dengan gagal jantung
kongestif
• Epistaksis
105
Pemeriksaan penunjang dx
Uji radang jaringan akut Uji bakteriologis & serologis radiologis EKG Echocardiografi
Karditis klinik :
Poliartritis riwayat DRA atau PJR
Korea atralgia
Erithema marginatum demam
Nodulus subcutan laboratorium :
reaktan fase akut
1. LED
2. PCR
3. leukositosis
pemanjangan PR interval
ditambah
bukti infeksi sreptokokus :
- ASO titer - biakan usap tenggorok (+)
- demam skarlatina yang baru
108
Pedoman tirah baring DRA
Status karditis penatalaksanaan
109
Pengobatan medikamentosa karditis
110
Jadwal pengobatan & pencegahan streptokokus
3. Eritromisin : 3. eritromisin :
40mg/kg/hr 2-4x/hr 10 hari 250mg 2x/hr
4. sulfadiazin :
a. BB<30kg : 0,5g 1x/hr
b. BB>30kg : 1 gr 1x/hr 111
Obat antiradang pada DRA
112
Pengobatan chorea
• Ringan : tirah baring
• Berat :
1. fenobarbital 15-30mg/6-8jam
2. Haloperidol 0,5mg dinaikkan sampai
2mg/8jam tgt respons klinis
113
Prognosis
• Morbiditas tergantung derajat keterlibatan
jantung
• Mortalitas pada karditis berat
• Profilaksis sekunder efektif mencegah relaps
DRA sehingga mencegah perburukan status
jantung
114
DUCTUS ARTERIOSUS PERSISTEN
(DPA/PDA)
115
Definisi
• Ductus arteriosus yang tetap terbuka setelah
bayi lahir
• 7% dari PJB
• Sering dijumpai : bayi prematur
• BBL < 1500 gram : 40%
• BBL < 1000 gram : 80%
• Normal : ductus menutup >1 tahun jarang
dijumpai
116
117
118
Manifestasi klinis
• DAP kecil :
1. Asimptomatis
2. Getaran bising di ICS II kiri sternum
3. Bising kontinu persisten di subclavis kiri
4. Radiologis & EKG dbn
119
• DAP sedang :
1. Gejala ringan mulai timbul pada usia 2-5 bulan
2. Sulit makan, URI, mudah lelah
3. RR meningkat, getaran bising di ICS I-II
parasternal kiri
4. Bising kontinu ICS II-III parasternal kiri menjalar
kesekitarnya
5. Radiologis : cardiomegali (Ventrikel kiri),
vaskularisasi paru meningkat & pd hilus
membesar
6. EKG : hipertrofi ventrikel kiri dengan atau tanpa
dilatasi atrium kiri
120
• DAP besar :
1. Gejala berat sejak minggu pertama lahir
2. Sulit minum, BB sulit bertambah
3. Dyspnea, takipnea, hiperhidrosis saat minum
4. Getaran bising tidak teraba
5. Auskultasi : bising kontinu atau hanya bising sistolik,
tidak menjalar
6. Sering gagal jantung
7. Sering mengalami hipertensi pulmonal
8. Radiologis : pembesaran ventrikel kanan & kiri, a
pulmonalis & cabangnya
9. EKG : hipertrofi biventrikel dengan dominasi aktivitas
ventrikel kiri dengan atau tanpa dilatasi ventrikel kanan,
aorta & a pulmonalis besar
121
122
• DAP besar & hipertensi pulmonal :
1. Pada DAP besar yang tidak di operasi
2. Terjadi pada usia < 1 tahun, sering pada usia
2 atau 3 tahun
3. Progresif, ireversibel
4. Operasi tidak dilakukan jika kelainan sudah
sangat berat.
123
Penatalaksanaan
• Terapi medikamentosa :
1. Indometasin iv atau po 0,2mg/kg 3x selang 12 jam :
Hanya efektif pada bayi prematur usia < 1 minggu :
Dapat menutup ductus ± 70%
2. Terapi gagal jantung : digitalisasi
124
GAGAL JANTUNG
(Decompensasi Cordis)
125
Definisi
• Keadaan ketidakmampuan jantung sebagai
pompa darah untuk memenuhi secara adekwat
kebutuhan metabolisme tubuh.
126
Penyebab
Preload----kontraktilitas----afterload
Beban vol myocard beban tekanan
Pre-cardial & setelah output
Intracardial aorta
127
Hasil dari DC
Penurunan Cardiac output
Kegagalan multiorgan
128
Gagal jantung
Cardiac output
Angiotensin I (AI)
Turun (1)
6 5
Retensi Natrium
Peningkatan afterload (6) Ekskresi Kalium
129
Penyebab gagal jantung neonatus
Disfungsi miokardium :
asfiksia, sepsis, hipoglikemia, miokarditis
Beban tekanan :
stenosis aorta berat, koarktasio aorta
sindroma hipoplasia jantung kiri
Beban volume (relatif jarang) :
duktus arteriosus
VSD
AV defek
Disritmia :
takikardia supraventrikuler
fibrilasi/geletar atrium
blok jantung lengkap
130
Penyebab gagal jantung bayi
Beban volume :
VSD
PDA
trunkus arteriosus
transposisi
anomali total drainage vena pulmonalis
atresia trikuspid
ventrikel kanan dengan jalan keluar ganda
Kelainan miokardium :
miokarditis, kawasaki disease
fibroelastosis endokardial
Gagal jantung sekunder :
penyakit ginjal
hipertensi
131
Penyebab gagal jantung anak
Demam rematik/PJR
Miokarditis virus
Endokarditis
Sekunder :
penyakit ginjal
tirotoksikosis
kardiomiopati
kor pulmonale
132
Mekanisme kompensasi
• Meningkatkan preload
• Meningkatkan kontraktilitas miokardium dg
peningkatan katekolamin
• Hipertrofi miokardium dg/tanpa dilatasi ruang
jantung
133
Manifestasi klinis tergantung :
• Usia
• Etiologi
• Ruang jantung yg terlibat
• Derajat gg penampilan jantung
134
Anamnesa
Bayi : Anak :
1. Tidak kuat minum 1. Cepat lelah,
2. Nafas cepat Kurang aktif
2. Toleransi
3. Banyak keringat berkurang
4. Bb sulit naik 3. Batuk, mengi,
5. Sering mengalami sesak nafas
infeksi sal nafas bawah ringan sd berat
135
Pemeriksaan fisik
• Gangguan pertumbuhan
• Takikardia (>150x/m saat istirahat)
• Takipnea (>50x/m saat istirahat)
• Palpasi : prekordial : aktivitas meningkat
• Auskultasi : bising jantung (+/-) tgt kelainan strukturalnya
• Irama gallop : terutama neonatus
• Bendungan vena sistemik : tek vena juguler & refluks
hepato-juguler meningkat
• Hepatomegali (>2cm bac)
• Ujung ekstremitas dingin
136
Thoraks foto
• Kardiomegali
• Bendungan vena pulmonalis
137
EKG : tergantung penyakit dasar
• Frekuensi QRS cepat
• Disritmia
• Pembesaran ruang jantung
138
Pemeriksaan penunjang
• Hb, Hct
• Analisis gas darah
• Serum elektrolit (Na, K, Ca, Cl)
• Kadar gula darah
• Urinalisis : albuminuria, hematuria
139
Prinsip pengobatan
• Pengobatan kondisi gagal jantung
• Pengobatan penyakit dasar (CHD)
• Pengobatan faktor pencetus (anemia, infeksi,
disritmia)
140
Pengobatan umum
• Bedrest posisi setengah duduk
• Maintenance suhu & kelembaban : neonatus
• Oksigen
• Pemberian cairan & diet :
1. cairan tanpa Na
2. jumlah cairan tergantung derajat gagal jantung
3. diberikan dengan pemantauan ketat (klinis, lab)
4. Diet rendah garam
141
Tabel : dasar pengobatan gagal jantung
Medikamentosa :
obat inotropik : digitalis, obat inotropik iv
vasodilator : arteri, vena, arteri-vena
diuretik
pengobatan disritmia : pacu jantung
Pembedahan :
PJB : paliatif, korektif
PJ dapatan : valvuloplasti, penggantian katub jantung
142
Kasus
143
• Seorang bayi usia 8 bulan dibawa orang
tuanya ke RS karena sering sesak nafas
144