Anda di halaman 1dari 7

MODUL KODE ETIK

TEORI ETIKA, ETIKA


DESKRIPTIF, DAN ETIKA
NORMATIF

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

02
Fakultas Psikologi Psikologi Dian Din Astuti Mulia S.Psi., M.A

Abstract Kompetensi
Pengertian mengenai teori etika, etika Mahasiswa mampu memahami teori
deskriptif, dan etika normatif etika dasar, epengertian etika deskriptif
dan etika normatif.
TEORI ETIKA

Etika merupakan studi tentang kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan,


menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai manusia
dalam kehidupan pada umumnya.

Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat yang berbicara tentang praxis
(tindakan) manusia.

 Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan


bagaimana manusia harus bertindak.
 Tindakan manusia ini ditentukan oleh bermacam-macam norma. Norma ini
masih dibagi lagi menjadi norma hukum, norma agama, norma moral dan
norma sopan santun
.

Fungsi Etika

 Sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan pelbagai


moralitas yang membingungkan.
 Etika ingin menampilkanketrampilan intelektual yaitu ketrampilan untuk
berargumentasi secara rasional dan kritis
 Orientasi etis ini diperlukan dalam mengabil sikap yang wajar dalam suasana
pluralisme

2016 Teori Kepemimpinan Pusat Bahan Ajar dan eLearning


2 Dian Din Astuti Mulia S.Psi., M.A http://www.mercubuana.ac.id
2016 Teori Kepemimpinan Pusat Bahan Ajar dan eLearning
3 Dian Din Astuti Mulia S.Psi., M.A http://www.mercubuana.ac.id
Etika perlu dipahami sebagai satu cabang filsafat yang membahas moralitas, atau

tentang manusia sejauh berkaitan dengan moralitas. Satu perumusan lain etika

adalah ilmu yang menyelidiki tingkah laku moral. Akan tetapi, ada berbagai cara

untuk mempelajari moralitas atau berbagai pendekatan ilmiah tentang tingkah laku

moral. Selanjutnya kita mengikuti pembagian bidang etika atas tiga pendekatan yang

lazim, yaitu: etika deskriptif, etika normatif, dan metaetika

ETIKA DESKRIPTIF
Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya: adat
kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang
diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Etika deskriptif mempelajari moralitas yang
terdapat pada individu-individu tertentu, dalam berbagai kebudayaan atau subkultur
tertentu, dalam suatu periode sejarah, dan sebagainya. Karena etika deskriptif
hanya melukiskan, maka tidak memberi penilaian. Misalnya, etika deskriptif
melukiskan adat mengayau kepala yang ditemukan dalam masyarakat yang disebut
primitif, tetapi tidak memberikan penilaian moral bahwa adat semacam itu dapat
diterima atau harus ditolak.

Pendekatan etika deskriptif ini dijalankan oleh ilmu-ilmu sosial, seperti: antropologi
budaya, psikologi, sosiologi, sejarah, dan sebagainya. Berbagai studi terkenal
tentang perkembangan kesadaran moral dalam hidup seorang manusia oleh
psikolog Swiss Jean Piaget (1896-1980) dan psikolog Amerika Lawrence Kohlberg
(1917-1988) merupakan contoh bagus mengenai etika deskriptif ini. Berbagai studi
sosiologis yang dilakukan banyak negara tentang masalah prostitusi dapat disebut
sebagai contoh lain lagi. Akan tetapi, karena ilmu-ilmu sosial masih berumur agak
muda dibandingkan dengan filsafat, maka tidak mengherankan bila sebelum ilmu-
ilmu sosial muncul pendekatan ini sering dipraktikkan dalam rangka filsafat. Setelah
mencapai kemandirian, ilmu-ilmu sosial tidak perlu bekerja di bawah naungan
filsafat. Salah satu perbedaan pokok antara filsafat dan ilmu-ilmu lain (termasuk
ilmu-ilmu sosial) bersifat empiris, artinya membatasi diri pada pengalaman indrawi,

2016 Teori Kepemimpinan Pusat Bahan Ajar dan eLearning


4 Dian Din Astuti Mulia S.Psi., M.A http://www.mercubuana.ac.id
sedangkan filsafat melampaui tahap empiris. Oleh karena itu dapat dimengerti
bahwa etika deskriptif ini sebenarnya termasuk ilmu empiris, dan bukan filsafat.

Sekalipun antara etika deskriptif dan etika filsafati tidak dapat disejajarkan, namun
keduanya berhubungan erat. Filsuf yang mempraktikkan etika, membutuhkan
pengetahuan luas dan mendalam tentang moralitas dalam berbagai konteks budaya,
agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Misalnya, seorang ahli etika ingin
mengadakan penelitian yang berbobot tentang masalah korupsi, maka ia perlu
mengetahui terlebih dahulu bagaimana korupsi berfungsi dalam masyarakatnya
sendiri dan dalam masyarakat-masyarakat lain, baik pada masa sekarang maupun
masa lalu. Dengan kata lain, sebelum mengemukakan pandangan filosofisnya
tentang masalah korupsi, ada baiknya terlebih dahulu mengetahui pandangan
sosiologis dan historis tentang masalah itu. Sebaliknya, seorang antropolog,
psikolog, sosiolog, atau sejarawan yang menyoroti fenomena moral, sebaiknya
mempunyai pengetahuan cukup mendalam tentang teori etika. Sekiranya ia
mengenal sedikit etika dalam arti filsafat moral, penelitiannya tentang masalah moral
akan lebih terarah dan lebih berbobot.

ETIKA NORMATIF
Etika normatif merupakan bagian terpenting dari etika dan bidang di mana
berlangsung diskusi paling menarik tentang masalah moral. Etika normatif dalam hal
ini tidak bertindak sebagai penonton netral, seperti halnya dalam etika deskriptif,
melainkan melibatkan diri dengan mengemukakan penilaian tentang perilaku
manusia. Filsuf etika normatif bukan sekedar melukiskan adat mengayau yang
pernah terdapat dalam kebudayaan pada masa lalu, melainkan menolak adat
tersebut karena bertentangan dengan martabat manusia.

Demikian pula, etika normatif bukan hanya membatasi diri dengan memandang
fungsi prostitusi dalam suatu masyarakat, melainkan menolak prostitusi sebagai
suatu lembaga yang bertentangan dengan martabat wanita, biarpun dalam praktik
belum tentu dapat diberantas sampai tuntas. Penilaian itu dibentuk atas dasar
norma-norma. Misalnya, norma bahwa “martabat manusia harus dihormati”.

2016 Teori Kepemimpinan Pusat Bahan Ajar dan eLearning


5 Dian Din Astuti Mulia S.Psi., M.A http://www.mercubuana.ac.id
Etika deskriptif tentu saja dapat berbicara tentang norma-norma bila membahas
berbagai tabu yang terdapat dalam suatu masyarakat primitif. Akan tetapi, etika
deskriptif hanya melukiskan norma-norma tersebut. Etika deskriptif tidak menyelidiki
apakah norma-norma itu sendiri benar atau tidak. Etika normatif itu meninggalkan
sikap netral itu dengan mendasarkan pendiriannya atas norma. Filsuf etika normatif
akan mempertanyakan berbagai norma yang diterima dalam suatu masyarakat, atau
diterima oleh filsuf lain.

Etika normatif disebut bersifat preskriptif (memerintahkan), yaitu menentukan benar


tidaknya tingkah laku atau anggapan moral. Sehubungan dengan itu, etika normatif
mengemukakan berbagai argumentasi mengapa berlaku harus disebut baik atau
buruk, dan mengapa suatu anggapan moral dapat dianggap benar atau salah.
Berbagai argumentasi tersebut bertumpu pada norma-norma atau prinsip-prinsip etis
yang dianggap tidak dapat ditawar-tawar. Oleh karena itu, etika normatif bertujuan
merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat dipertanggungjawabkan dengan cara
rasional dan dapat digunakan dalam praktik.

2016 Teori Kepemimpinan Pusat Bahan Ajar dan eLearning


6 Dian Din Astuti Mulia S.Psi., M.A http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
American Psychological Association. 1994. Ethical principles of psychologists and
code of conduct. Washington, DC. American Psychological Association.

Canter, M.B., Bennett, B.E., Jones, S.E.& Nagy, T.F. 1999. Ethics for psychologists.
Washington, DC. American Psychological Association.

HIMPSI. 2010. Kode Etik Psikologi; Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Psikologi
Indonesia. Jakarta; HIMPSI

2016 Teori Kepemimpinan Pusat Bahan Ajar dan eLearning


7 Dian Din Astuti Mulia S.Psi., M.A http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai