Anda di halaman 1dari 4

Kelompok 7 Apt 22

PENGERTIAN-PENGERTIAN
 Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan
tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan
dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
 Sediaan Galenik yang selanjutnya disebut Ekstrak adalah sediaan kering, kental
atau cair dibuat dengan menyari Simplisia nabati atau hewani menurut cara yang
cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung.
 Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk
pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain suhu
pengeringan tidak lebih dari 600C.
 Rajangan adalah sediaan Obat Tradisional berupa satu jenis Simplisia atau
campuran beberapa jenis Simplisia, yang cara penggunaannya dilakukan dengan
pendidihan atau penyeduhan dengan air panas.

Obat Tradisional yang beredar di Indonesia wajib memiliki izin edar.


OBAT BAHAN ALAM Untuk mendapatkan izin edar, produk OT harus didaftarkan ke Badan
POM. Izin edar berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama
memenuhi persyaratan.
JAMU
•Aman sesuai dengan persyaratanyang ditetapkan OT yg tidak wajib daftar yaitu :
•Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris 1. OT yg dibuat oleh usaha jamu racikan dan usaha jamu gendong
•Persyaratan mutu yang berlaku (standaisasi kandungan kimia belum 2. Simplisia dan sediaan galenik untuk keperluan industry dan
dipersyaratkan keperluan layanan pengobatan tradisional
•Contoh : Amurat, Antangin, Buyung Upik 3. OT untuk penelitian

OBAT HERBAL TERSTANDAR Persyaratan mutu produk jadi meliputi parameter uji organoleptik, kadar
•Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan air, cemaran mikroba, aflatoksin total, cemaran logam berat, keseragaman
•Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah atau praklinik bobot, waktu hancur, volume terpindahkan, pH, dan Bahan Tambahan, sesuai
dengan bentuk sediaan dan penggunaannya
•Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku (Standarisasi kandungan
kimia bahan baku penyusun formula
•Contoh : Kiranti, Diapet, Lelap, Tolak Angin Obat Dalam Obat Luar

FITOFARMAKA
Rajangan Cair untuk obat luar
•Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
•Klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji klinik Serbuk Simplisia semipadat (salep, krim)
•Telah distandarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk Bentuk sediaan Oral termasuk Parem, Pilis, Tapel, Koyo/Plester,
pastile dan dodol/jenang dan suppo untuk wasir
•Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku jadi (standarisasi sediaan)
•Contoh : Stimuno, Nodiar, Tensigard

TAHAPAN UJI FITOFARMAKA :

1. Tahap Seleksi  memilih bahan alam yg berkhasiat


2. Tahap Biological Screening  menyaring ada/tidaknya efek farmakologi dan
keracunan
3. Tahap Penelitian farmakodinamik  Mekanisme kerja lebih rinci BKO (Bahan Kimia Obat)
4. Tahap Pengujian Toksisitas  toksisitas akut/khusus Kegunaan BKO yang ditambahkan
5. Tahap Pengembangan Sediaan (Formulasi)  tatalaksana teknologi ologysi yaitu Obat
Tradisional
tahap awal, pembakuan, dan parameter standar mutu
Pegal Fenilbutazon, antalgin, diklofenak,
6. Tahap Uji Klinik pada Manusia : Linu/Encok/Re proksikam, paracetamol, deksametason,
- Fase I : sukarelawan sehat (20-50) matik allopurinol
- Fase II : Kelompok pasien terbatas (200-300) Pelangsing Sibutramin hidroklorida, amfetamin,
- Fase II : Jumlah pasien lebih besar dari fase II (300-3000) bumetadine, fenitoin, pencahar
Peningkat Sildenafil sitrat
- Fase IV : postmarketing surveillance untuk evaluasi semua fase stamina/obat
kuat pria
JENIS INDUSTRI OBAT TRADISIONAL Kencing
manis/diabetes
Glibenklamid

Sesak Teofilin
UMOT UKOT 1 UKOT 2 IOT nafas/asma

•Param •Semua sediaan UMOT •Semua sediaan UMOT & •Semua bentuk sediaan
•Tapel •Sediaan semipadat UKOT 1
•Pilis (krim, salep) •Kapsul
•Cairan obat luar •Cairan obat dalam
•Rajangan

Note :
Sediaan yg tidak boleh dibuat : intravaginal, tetes mata, parenteral, suppositoria
Dilarang mengandung : etil alcohol >1%, BKO, Narkotika/Psikotropika dan bahan lain yg membahayakan kesehatan serta
mengandung tumbuhan/hewan yg dilindungi.
Kelompok 7 Apt 22

STANDARISASI
Petunjuk penetapan kualitas produk obat herbal yg mengatur preparasi produk obat herbal meliputi isi dari konstituen/ kelompok dari senyawa-senyawa dengan
efek terapeutik. Seluruh proses pembuatan obat tradisional dari tahap penyiapan raw material (simplisia), bahan jadi (ekstrak), proses produksi dan obat tradisional
itu sendiri.

PARAMETER SPESIFIK PARAMETER NON SPESIFIK


1. Identitas 1. Penerapan Kadar Air
Deskripsi Tanaman : Air  Media tumbuh mikroorganisme yg baik
- Nama daerah Menyebabkan berlangsungnya reaksi enzimatis
- Nama latin Menyebabkan perubahan metabolit sekunder
- Nama Indonesia Maka akan mempengaruhi aktivitas farmakologi obat herbal
- Bagian yg digunakan Memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan
air di dalam bahan.
2. Pemeriksaan Organoleptik Syarat : umumnya <10%
 Warna : putih, hijau, kuning atau lembayung Metode penetapan kadar air :
 Bentuk : serbuk, hablur, Kristal
 Bau : ekstrak Titrasi Gravimetri Destilasi
 Rasa : pahit, sangat pahit, agak pahit, manis, pedas
 Ukuran : nano, mm atau partikel kecil 2. Penetapan Kadar Abu
 Kadar Abu Total
3. Senyawa Terlarut Pada Pelarut Tertentu Menunjukan jumlah senyawa anorganik, mineral internal & eksternal
Memberikan gambaran awal jumlah senyawa kandungan  Kadar Abu tidak larut asam
 Kadar Sari larut air Menandakan adanya silikat yg terdapat didalam pasir/tanah
Penetapan kadar zat terekstraksi air dilakukan untuk mengetahui
kandungan terendah zat yang larut dalam air 3. Penetapan Logam Berat
 Kadar sari larut etanol Untuk mengetahui adanya logam berat : merkuri, timbal, tembaga,
Penetapan kadar zat terekstraksi air dilakukan untuk mengetahui cadmium & arsen.
kandungan terendah zat yang larut dalam etanol tetapi Metode :
mungkin tidak arut dalam air
AAS ICP NAA

4. Pemeriksaan Makroskopik & Mikroskopik


Makro  Pengenalan simplisia secara makroskopis dengan ukurannya 4. Penetapan residu peptisida
Mikro  pengamatan bagian-bagian simplisia secara mikroskopis Menetapkan total organic klorin dan fosfat (pestisida)
Metode : Kromatografi gas
5. Uji Kandungan Kimia Ekstrak
 Pola Kromatogram 5. Cemaran mikroba
Memberikan gambaran awal komposisi kandungan kimia berdasarkan Pemeriksaan jumlah kuman boleh positif tetapi harus
pola kromatogram mempunyai batas, serta tidak boleh mengandung bakteri patogen
 Kadar Total Golongan Kandungan Kimia seperti E.coli, Staphyllococcus sp, Streptococcus sp, Vibrio cholera,
Memberikan informasi kadar golongan kandungan kimia sebagai Pseudomonas sp, Shigella sp, Baccilus sp.
parameter mutu ekstrak dalam kaitannya dengan efek farmakologis
 Kadar Kandungan Kimia Tertentu 6. Cemaran aflatoksin, kapang & khamir
Memberikan data kadar kandungan kimia tertentu sebagai suatu Menetukan adanya jamur secara mikrobiologis dan adanya aflatoksin
identitas atau senyawa yang diduga bertanggungjawab pada efek dengan KLT.
farmakologi Syarat : kapang kamir = umumnya  104 koloni/gram
Aflatoksin total  20 g/kg

7. Susut pengeringan
Memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang
hilang pada proses pengeringan.

NOTE : 8. Bobot Jenis


Perbedaan standarisasi antara simplisia dan ekstrak adalah pada Untuk memberikan batasan tentang besarnya massa per satuan volume
yang merupakan parameter khusus ekstrak cair sampai ekstrak kental yang
simplisia tidak ada pemeriksaan bobot jenis, sisa pelarut dan uji masih dapat dituang
kandungan kimia (hanya sampai pada penapisan fitokimia)
9. Sisa Pelarut
Menentukan kandungan sisa pelarut tertentu ( yang memang ditambahkan)
yang secara umum dengan kromatografi gas

Contoh Perhitungan :
Pada proses pemeriksaan kadar air ekstrak Diketahui berat abu total simplisia kulit manggis Simplisia daun sirsak akan ditetapkan kadar sari
temulawak dilakukan penjenuhan toluene dengan adalah 0,65 gram. Selanjutnya akan ditetapkan kadar larut etanolnya. Sebanyak 10 gram simplisia
air sehingga didapatkan volume destilat awal 1,5 abu larut airnya. Abu dilarutkan dalam air panas direndam dalam 100 mL etanol selama 24 jam.
mL. selanjutnya sebanyak 1 gr ekstrak temulawak untuk selanjutnya disaring dan ampas abu hasil Selanjutnya penetapan kadar sari dilakukan triplo
dimasukan kedalam labu destilasi dan proses penyaringan kemudian diabukan kembali sehingga dengan menguapkan sebanyak 20 mL sari daun
dilanjutkan kembali sehingga didapatkan volume didapatkan berat abu dan kurs tersebut sebesar sirsak tersebut hingga didapat bobot konstan
destilat akhir bertambah menjadi 1,8 mL. 5,850g. Diketahui, berat simplisia kulit manggis sebesar 0,50, 0,48 dan 0,52g. Berapakah kadar
berapakah kadar air ekstrak tersebut ? adalah 2,0g dan berat kurs kosong adalah 5,5 g. sari larut air simplisia daun sirsak tersebut?
Berapakah kadar abu larut air dari rimpang
Jawab : temulwak tersebut? Jawab :
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑥 5
𝑥 100 % Jawab : 𝑥 100 %
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎
1,8 − 1,5 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑎𝑖𝑟 0,5 𝑥 5
𝑥 100 % = 30 % 𝑥 100 % 𝑥 100 % = 25 %
1 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 10
0,65 − (5,850 − 5,5)
𝑥 100 % = 15 % 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 100 𝑚𝐿
2 5 dari , maka =5
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑦𝑔 𝑑𝑖𝑢𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛 20 𝑚𝐿
Kelompok 7 Apt 22
METABOLIT SEKUNDER
ALKALOID FLAVONOID KUMARIN
 Ciri-ciri :  Ciri-ciri :  Ciri-ciri :
- Rasa pahit - Polifenol - Senyawa fenol
- Sifat basa - Semipolar atau polar  Struktur
- Ciri punya atom N - Punya 2 gugus kromofor C6 – C3 memiliki heterosiklik oksigen
 Klasifikasi - Umumnya memiliki aktivitas antioksidan
- True Alkaloid  N Heterosiklik - Umumnya berwarna kuning, merah, biru
- Proto Alkaloid  N Alifatik  Struktur
 Deteksi dan Penampak Bercak
- Pseudo Alkaloid  Non N, heterosiklik Dua cincin benzen yg dipisahkan oleh unit
- FeCl3  Biru tua/gelap
 Deteksi : propana
- Erlich  Orange
- Reaksi Pengendapan (yg umum digunakan)  Contoh :
1. Dragendroff  Jingga kemerahan - Morinda citrofolia L.  Skopoletin
2. Meyer   Putih - Cinnamomi burmannii  Sinamaldehid
3. Wagner   merah bata  Bentuk
4. Boucardat   merah bata - Bebas  Aglikon flavonoid
- Terikat  glikosida flavonoid
- Reaksi Warna  Deteksi
1. Marquis - AlCl3  berwarna
2. Froehad - Sitroborat
3. Mardalish - Natursluff
4. Erdmann - Asam sulfanilat
 Contoh bahan alam - Vanillin HCl
- Nicotiana Sp.  Nikotin
- Arecea catechu L.  Arekolin  Penampak Bercak :
- Labelia inflate L.  Lobelin - AlCl3  flouresensi kuning di UV 366nm
- Atropa Belladona  Atropin - Sitroborat  kuning, jingga/merah
- Hysoscyamus niger  Hyosiamin  Contoh bahan alam
- Chinchoma Sp.  Kinin - Syzygium polyantum  Kuersetin
- Ephedra Sp.  Efedrin - Apium graveolens  Apigenin
- Erytroxylum coca  Kokain - Orthosipon stamineus  Sinensetin
- Hibiscus sabdariffa  Sianidin

TANIN TERPENOID KUINON


 Ciri-ciri :  Struktur  Ciri-ciri :
- Tidak ada stuktur karena terdiri dari Tersusun dari satuan 5 atom C dan 10 atom H - Aromatic diketon (senyawa aromatic
sekelompok senyawa  Deteksi dengan 2 gugus keton)
- Mengkoagulasi protein dari kulit Lieberman Burchard  hijau-merah keunguan - Diturunkan dari oksidasi senyawa fenolik
- Mengikat dan mengendapkan protein  Penampak Bercak - Senyawa katekol
- Terasa kelat Vanillin HCl  Deteksi
 Macam-macam :  Contoh bahan alam NaOH  merah – coklat
- Tanin tekondensasi  tidak mudah - Ginkgo biloba L. Ginkgolide  Contoh bahan alam
terhidrolisis - Taxus brevifolia  Taxol - Drosera Sp.  Droseron
- Tanin terhidrolisis  mengikat glikosida - Daucus carota  ß-Karoten - Hypericus perforatum  Hypericin
- Tanin kompleks - Centella asiatica  Asiatikosida - Cassia angustifolia  Sennidin
 Deteksi - Andrographidis paniculataeAndrografolid
- FeCl3  hitam kebiruan - Solanum lycopersicum  Lycopene
- Gelatin   putih
- Steasny   merah muda
 Contoh bahan alam
- Psidium guajava L.  Tanin

Cara pembuatan pereaksi :


1. Dragendroff
Bismut (III) Nitrat 8 gr dalam 20 mL as.nitrat P
Kalium Iodida dalam 50 mL aquadest
2. Mayer
Merkuri (II) Klorida 1,358 gr dalam 60 mL aquadest
Kalium Iodida 5 gr dalam 20 mL aquadest
3. Steasny
1 mL formaldehid : 2 mL asam klorida
4. Lieberman Burchard
2 tts asetat anhidrat – 1 tts asam sulfat pekat
5. Sitroborat
5 gr asam sitrat P dan 5 gr asam borat dalam etanol hingga 100 mL
Kelompok 7 Apt 22
METODE PEMISAHAN BAHAN ALAM
• zat atau senyawa esensial, berperan pada proses
kehidupan organisme tsb, (kebutuhan dasar bagi Macam-macam Simplisia
Metabolit kelangsungan hidup organisme)
Primer • Contoh : karbohidrat, protein, lemak dan asam amino NABATI HEWANI MINERAL

• simplisia berupa tanaman • simplisia yang berupa • simplisia yang berupa


Tumbuhan utuh, bagian tanaman atau hewan utuh, bagian hewan mineral (pelikan) yang
eksudat tanaman. Contoh : atau zat-zat yang berguna belum diolah atau diolah
• zat / senyawa dgn manfaat bagi tumbuhan penghasil Rhizoma, herba, damar dll) yang dihasilkan oleh hewan dengan cara sederhana dan
tidak jelas dan beroperasi pada kondisi tertentu. • Eksudat tanaman adalah isi dan belum berupa zat kimia belum zat kimia murni.
Metabolit • Contoh : alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, sel yang secara spontan murni.Contoh : Adeps lanae, Contoh : vaselin album,
keluar dari tanaman atau isi mel depuratum dll. paraffinum, belerang dl
Sekunder steroid/terpenoid, kumarin, kuinon, lignan dan lignin, sel dengan cara tertentu
minyak atsiri dikeluarkan dari selnya, atau
zat-zat nabati lainnya yang
dengan cara tertentu
dipisahkan dari tanamannya
dan belum zat kimia murni.
Jenis pelarut berdasarkan polaritas : Contoh : opium, papainum
Polar  Air, etanol, methanol, dll
asam asetat
Semi polar  kloroform, etil
asetat, aseton,
Non polar  heksan, eter EKSTRAKSI
Syarat pelarut : Proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
 Tidak toksik dan ramah lingkungan menggunakan pelarut yg sesuai
 Selektif
 Volatilitas tinggi
 Dpat diregenerasi
 Murah/ekonomis senyawa sudah diketahui &
 Non korosif Senyawa belum diketahui & termostabil
 Viskositas rendah termolabil
DINGIN PANAS

SOXKLET

Lainnya
REFLUKS

• ekstraksi dengan • Ekstraksi dengan


pelarut yang selalu • digesti  maserasi
PERKOLASI

• merupakan pelarut yang dilakukan


• cara penyarian
MASERASI

pada titik didih pelarut baru, umumnya kinetik (dengan


sederhana yang ekstraksi dengan tersebut, selama waktu dilakukan pengadukan kontinyu)
dilakukan dengan menggunakan tertentu dan sejumlah menggunakan alat yang dilakukan pada
cara merendam pelarut yang selalu pelarut tertentu dengan khusus sehingga suhu lebih tinggi dari
baru sampai adanya pendingin terjadi ekstraksi suhu ruangan, secara
serbuk simplisia konstan dengan umum dilakukan pada
dalam cairan sempurna balik (kondensor)
• digunakan untuk adanya pendingin suhu 40ºC – 50ºC.
penyari selama (exhaustive balik (kondensor) • dekok  Ekstraksi
extraction) yang sampel yang
beberapa hari pada mempunyai tekstur • Digunakan untuk dilakukan dengan
temperatur kamar umumnya kasar dan tahan sampel dengan tekstur solven air pada suhu
dan terlindung dari dilakukan pada pemanasan langsung yang lunak dan tidak 90°-95°C selama 30
cahaya suhu ruangan tahan terhadap menit
pemanasan secara • infus  Hampir sama
langsung, dan dengan dekok, namun
Pemanasannya dapat dilakukan selama 15
diatur menit

INDEKS POLARITAS PELARUT KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS


Memisahkan senyawa berdasarkan perbedaan
gerak antara fase diam dan fase gerak.

Proses/mekanisme yg terjadi :
 Adsorpsi senya pada penjerap/fase diam
 Kompetisi fase gerak dan solute untuk
berikatan dengan fase diam, solute lepas
dari permukaan fase diam (desorpsi)
 Senyawa dielusi oleh pengembang/fase
gerak
Apabila Fase gerak yg digunakan adalah
kloroform-n heksana. Maka Urutan Bercak pada
A plat KLT adalah A>C>B, karena senyawa A
bersifat lebih polar sehingga tertahan pada fase
diamnya (polar), sedangkan senyawa B bersifat
B lebih non polar sehingga lebih menyukai fase
geraknya dan ikut terbawa hingga keatas.

Misalkan, Fase Gerak : MeOH – Etil Asetat – Air


Jika 2 atau lebih pelarut dicampur maka akan diperoleh nilai polaritas Maka, urutan bercak menjadi B>C>A, karena
yg baru. C fase gerak bersifat lebih polar dari pafa fase
diamnnya sehingga senyawa A lebih
Rumus : pc = (a x P’a) + (b x P’b) tertahan/menyukai fase geraknya.
Contoh :
12 mL asetonitril dicampur dengan 85 mL air. Berapa polaritas
campuran larutan tersebut ? Perhitungan Rf
6,8 cm
Jawab : 2,3
12 85 Rf A = = 0,29
Pc = 𝑥 5,8 + 𝑥 10,2 = 9,66 8
97 97 5,5
Rf C = = 0,69
5,5 cm 8
Didapatkan ekstrak kental 5 gram dari total yang diekstraksi 100. 8 cm 6,8
Rf B = = 0,85
berapakah % rendemen ? 8
Jawab :
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 5 𝑔𝑟𝑎𝑚 2,3 cm
% Ren =  𝑥 100 % = 5 %
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 100 𝑔𝑟𝑎𝑚

Anda mungkin juga menyukai