Anda di halaman 1dari 119

KURIKULUM KTSP 2006

MODUL PEMBELAJARAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNTUK SMA DAN MA KELAS X


SEMESTER 1 DAN 2

Disusun Oleh ;
Drs. ABDUL RASYID, M.M.Pd.
SAEPUL ANWAR, S.Pd.
ASEP PURNAMA, S.Pd.
Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya
modul pembelajaran ini dapat disusun dan sdiselesaikan sebagai bahan
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas X (Sepuluh) SMA dan MA.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Semoga
kita senantiasa dalam alur sunnah rahmatan lil'alamin.
Modul pembelajaran ini disusun dengan pendekatan sederhana serta
menyeimbangkan antara materi pembelajaran dan latihan pembelajaran. Modul
pembelajaran ini pun dapat digunakan pada kegiatan pembelajaran semester 1
dan semester 2. Hal ini diharapkan dapat membantu peserta didik memahami
materi pembelajaran sekaligus bahan pendalaman materi. Selain itu, Pendidik
(Guru) pun memperoleh bahan pembelajaran yang dapat disajikan di kelas.
Penyajian isi pembelajaran terbagi atas beberapa bagian utama dimulai dari
Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), Indikator Pembelajaran Serta
Materi Pembelajaran. Selain itu, di setiap akhir pembelajaran disajikan latihan
pembelajaran guna memperkuat pemahaman peserta didik.
Tak lupa kami pun menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Drs.
Abdul Rasyid, M.M.Pd. selaku penanggung-jawab serta pihak-pihak lainnya yang
secara langsung maupun tak langsung berperan serta dalam penyusunan modul
ini, khususnya para penulis yang buku dan sumber tulisan lainnya dijadikan
bahan referensi guna melengkapi materi pembelajaran hingga akhirnya modul
pembelajaran ini sampai ke tangan Bapak/Ibu.
Kami menyadari bahwa penyusunan modul pembelajaran ini jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran sangat kami harapkan guna
menyempurnakan penyusunan modul pembelajaran berikutnya di masa yang
akan datang.

Cianjur, Nopember 2015


Penyusun

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X i


Daftar Isi

Pengantar ….......................................................................................................... i
Daftar Isi …............................................................................................................ ii

PEMBELAJARAN SEMESTER I
Modul1.Berita ....................................................................................................... 1
Modul 2. Cerita Pendek : Unsur Intrinsik dan Ekstinsik ........................................ 5
Modul 3. Memperkenalkan Diri ............................................................................. 8
Modul 4. Artikel : Mendiskusikan Masalah Dalam Artikel ..................................... 9
Modul 5. Pengalaman Pribadi ............................................................................. 11
Modul 6. Membaca Cepat .................................................................................. 13
Modul 7. Membaca Ekstensif ............................................................................. 15
Modul 8. Paragraf Naratif ................................................................................... 17
Modul 9. Paragraf Deskriptif .............................................................................. 19
Modul 10. Paragraf Ekspositif ............................................................................ 21
Modul 11. Memahami Puisi ................................................................................ 24
Modul 12. Mengungkapkan Isi Puisi ................................................................... 27
Modul 13. Cerita Pendek .................................................................................... 29
Modul 14. Nilai Cerita Pendek ............................................................................ 36
Modul 15. Cerita Pendek .................................................................................... 38
Modul 16. Membaca Puisi .................................................................................. 39
Modul 17. Menulis Puisi Lama ........................................................................... 42
Modul 18. Menulis Puisi Baru ............................................................................. 46

PEMBELAJARAN SEMESTER II
Modul 19. Mendengarkan Informasi Langsung .................................................. 54
Modul 20. Mendengarkan Informasi Tidak Langsung ........................................ 57
Modul 21. Berkomentar : Kritik .......................................................................... 60
Modul 22. Berkomentar : Memberikan Persetujuan/Tidak Setuju …................... 62
Modul 23. Membaca Memindai .......................................................................... 65
Modul 24. Membaca Grafik ................................................................................ 67
Modul 25. Menulis Paragraf Argumentatif .......................................................... 69

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X ii


Modul 26. Menulis Paragraf Persuasif ............................................................... 74
Modul 27. Menulis Hasil Wawancara ................................................................. 77
Modul 28. Pidato ................................................................................................ 80
Modul 29. Cerita Rakyat ..................................................................................... 85
Modul 30. Latar Cerita Rakyat ............................................................................ 90
Modul 31. Puisi : Gambaran Pengindraan ......................................................... 93
Modul 32. Puisi : Hubungan Puisi Dengan Realitas Alam ................................. 96
Modul 33. Sastra Melayu Klasik : Karaktersitik Sastra Melayu Klasik ............... 99
Modul 34. Sastra Melayu Klasik : Nilai-Nilai Sastra Melayu Klasik .................. 103
Modul 35. Menulis Cerpen : Pengalaman Pribadi ............................................ 109
Modul 36. Menulis Cerpen : Pengalaman Orang Lain ...................................... 111

Daftar Pustaka …................................................................................................ iv


Tentang Penyusun …........................................................................................... v

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X iii


MODUL PEMBELAJARAN
SEMESTER I (GANJIL)

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X iv


MODUL 1. BERITA

A. Standar Kompetensi: Mendengarkan


1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung/tidak
langsung
B. Kompetensi Dasar
1.1 Menanggapi siaran atau informasi dari media elektronik (berita dan
nonberita)

C. Indikator
 Menuliskan isi siaran radio/televisi dalam beberapa kalimat dengan
urutan yang runtut dan mudah dipahami.
 Menyampaikan secara lisan isi berita yang telah ditulis secara runtut dan
jelas.
 Mengajukan pertanyaan/tanggapan berdasarkan informasi yang
didengar (menyetujui, menolak, menambahkan pendapat).

D. Materi Pembelajaran
Pernahkah anda mendengarkan sebuah wawancara atau berita? Kemudian
menuliskannya dalam sebuah laporan ringkas? Sebagai acuan utama dalam
membuat ringkasan siaran wawancara atau berita, Anda harus menemukan
pokok-pokok isi berita tersebut. Rumus utamanya dapat menggunakan 6 (enam)
pertanyaan pokok (rumus 5 W + 1 H), yakni;
• What (apa) ; Apa yang menjadi pokok pembicaraan.
• Where (di mana) ; Dimana peristiwa tersebut berlangsung.
• When (kapan) ; Kapan peristiwa tersebut berlangsung
• Who (siapa) ; siapa saja pihak yang terlibat dalam peristiwa
tersebut.
• Why (mengapa) ; Mengapa peristiwa itu bisa terjadi (berkaitan
dengan sebab), dan
• How (bagaimana) ; Bagaimana peristiwa tersebut terjadi (dampak,
akibat).
Untuk lebih memahami materi pembelajaran, perhatikanlah contoh sebagai

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 1


berikut.

Program Pendidikan Menengah Universal (PMU) Resmi Diluncurkan


Jakarta -- Program Pendidikan Menengah Universal (PMU) resmi
diluncurkan hari ini, Selasa (25/6/2013) di Plasa Insan Berprestasi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. Mendikbud Mohammad Nuh secara resmi
meluncurkan program tersebut, yang juga dihadiri sejumlah mantan Menteri
Pendidikan, gubernur, bupati/walikota dan pemangku kepentingan pendidikan
nasional. Peluncuran program ini menandai dimulainya pelaksanaan PMU di
seluruh provinsi maupun kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
Mendikbud menyatakan bahwa program PMU ini adalah program yang
sangat strategis untuk pembangunan bangsa Indonesia di masa depan dalam
rangka menyiapkan generasi 100 tahun kemerdekaan Indonesia. "Ini program
yang sangat strategis untuk adik-adik kita, untuk bangsa kita ke depan," ujar
Mendikbud dalam peluncuran tersebut.
Salah satu latar belakang PMU, menurut Menteri Nuh, adalah adanya
potensi jumlah penduduk usia produktif yang sangat besar di Indonesia dalam
beberapa dekade ke depan. "Pertanyaannya adalah apakah populasi usia
produktif ini nanti menjadi bonus demografi atau bencana demografi, tentunya
kita ingin menjadikannya bonus demografi," kata Mantan Rektor ITS tersebut.
Program PMU ini diharapkan dapat mempercepat kenaikan angka partisipasi
kasar (APK) pendidikan menengah. Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan
Menengah Kemdikbud Hamid Muhammad menyatakan bahwa APK pendidikan
menengah sampai tahun 2012 sebesar 78,9%. "Dengan PMU, ditargetkan pada
tahun 2020 APK pendidikan menengah dapat meningkat menjadi 97%," kata
Hamid Muhammad.

Berdasarkan teks berita di atas, berikut analisis pokok-pokok beritanya.


Unsur-Unsur Berita Uraian Berita
1. Apa peristiwa tersebut? 1. Peluncuran Program
Pendidikan Menengah Universal
2. Siapa yang menyampaikan (PMU).
peristiwa tersebut? 2. Mohammad Nuh, sebagai
Menteri Kemdikbud

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 2


3. Di mana peristiwa itu terjadi?
3. Di Plasa Insan Berprestasi
Kementerian Pendidikan dan
4. Kapan peristiwa itu terjadi? Kebudayaan, Jakarta.
5. Mengapa peristiwa itu terjadi? 4. Hari Selasa tanggal 25 Juli
2013
5. Untuk menyiapkan generasi
6. Bagaimana keadaan/akibat- Indonesia masa depan yang
akibatnya? berpotensi besar sebagai usia
produktif.
6. Program PMU ini diharapkan
dapat mempercepat kenaikan
angka partisipasi kasar (APK)
pendidikan menengah.

Adapun ringkasan yang dapat dirangkum dalam pokok-pokok berita di atas


adalah sebagai berikut.
Mohammad Nuh sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah
meluncurkan Program Pendidikan Menengah Universal (PMU) pada Selasa, 25
Juli 2013. Hal ini dilakukan guna menyiapkan generasi usia produktif sebagai
aset demografi. Program PMU ini diharapkan dapat mempercepat kenaikan
angka partisipasi kasar (APK) pendidikan menengah.

E. Latihan Pembelajaran
Guna meningkatkan pemahaman materi pembelajaran, kerjakanlah latihan
berikut ini.
Peluncuran GrOS Albarkah

Cianjur-- Sekitar 20 unit PC di Laboratorium Bahasa SMP dan SMA Al-


Barkah Cikalongkulon Kabupaten Cianjur, Jawa Barat telah bermigrasi
menggunakan Sistem Operasi GrombyangOS 2.0 versi Edukasi. Hal ini berkaitan
dengan peresmian Gros Albarkah oleh Drs. Abdul Rasyid, M.M.Pd. Selasa
(8/92015) di sekolah tersebut.
Menurut Saepul Anwar, Jika pengadaan perangkat komputer di sekolah

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 3


harus pula dibebani dengan pembelian lisensi sistem operasi, tentu biaya yang
harus dikeluarkan sekolah semakin membengkak. “Belum lagi pembelian
beberapa aplikasi yang harganya fantastis. Dengan menggunakan
GrombyangOS, biaya bisa dialihkan untuk kebutuhan lain.” Tuturnya.
GrombyangOS telah menyediakan secara lengkap sebuah sistem operasi
sempurna sekaligus paket aplikasi lainnya yang siap digunakan, baik untuk
kebutuhan pribadi maupun instansi.
Abdul Rasyid berharap dengan dibukannya Gros Albarkah ini akan tercipta
siswa-siswi yang kreatif, mandiri serta mampu memanfaatkan sistem operasi
berbasis pendidikan yang dapat dikembangkan bersama serta disebar-luaskan
secara bebas dan terbuka.
“ini adalah langkah awal kami menjadi bagian dari komunitas GNU/Linux
Indonesia.”

Petunjuk pengerjaan.
1. Catat pokok-pokok isi siaran berita di atas.
2. Ringkaslah pokok-pokok isi berita tersebut ke dalam sebuah paragraf.
3. Kemukakanlah tanggapan Anda terhadap isi berita tersebut.
4. Kemukakan ringkasan beserta tanggapan Anda tersebut di depan kelas
secara jelas.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 4


MODUL 2. CERITA PENDEK

A. Standar Kompetensi: Mendengarkan


1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung/tidak
langsung .
B. Kompetensi Dasar
1.2. Mengidentifikasi unsur sastra (intrinsik dan ekstrinsik) suatu cerita yang
disampaikan secara langsung/ melalui rekaman.

C. Indikator
 Menyampaikan unsurunsur intrinsik ( tema, penokohan, konflik, amanat, dll.)

 Menyampaikan unsur- unsur ekstrinsik (nilai moral,kebudayaan, agama, dll.)

 Menanggapi (setuju atau tidak setuju) unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang
disampaikan teman

D. Materi : Cerita Pendek


Cerita Pendek atau Cerpen merupakan salah satu karya Sastra berbentuk
prosa (narasi ; bercerita). Sebuah cerpen dibangun berdasarkan unsur intrinsik
dan unsur ekstrinsik.
Adapun unsur intrinsik cerpen (in-; dalam) adalah unsur yang berasal dari
dalam sebuah cerpen sehingga membentuk satu kesatuan cerita. Unsur intrinsik
meliputi tema, penokohan (tokoh dan watak), plot/alur cerita, latar/setting cerita
(waktu dan tempat), gaya bahasa, konflik, sudut pandang, dan amanat.
• Tema, merupakan pokok cerita. Misalnya tema ketuhanan,
kepahlawanan, setia kawan, cinta-asmara, dan sebagainya.
• Penokohan (tokoh dan watak) adalah para tokoh beserta wataknya
masing-masing yang mampu berdialog dalam cerita pendek.
• Alur cerita (Plot) merupakan jalinan peristiwa yang membentuk sebuah
cerita.
• Latar (Setting) meliputi tempat dan waktu kejadian cerita.
• Gaya bahasa merupakan ciri khas penyampaian bahasa yang diceritakan
penulis.
• Konflik merupakan permasalahan yang diungkap dalam cerita

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 5


• Sudut pandang adalah posisi penenpatan pengarang dalam ceritanya.
Apakah ia sebagai tokoh utama (sang Aku), ataukah si pendongeng saja.
• Amanat merupakan pesan moral yang terkandung dalam cerita.
Sedangkan unsur ekstrinsik cerpen (eks-; luar) adalah unsur yang berasal
dari luar namun turut serta mempengaruhi sebuah cerpen. Unsur ekstrinsik ini
meliputi nilai moral, nilai kebudayaan, nilai agama, latar kehidupan penulis, latar
ekonomi, latar sosial-politik, dan sebagainya.
Untuk lebih memahami pembelajaran ini, simaklah kutipan cerpen sebagai
berikut.
Ziarah ke Laut
(Karya Faisal Syahreza)
BERGEGASLAH ia meninggalkan kota. Ia selalu lari menuju laut. Bukan
karena ramai di sana. Sebaliknya, justru selagi laut menjadi sepi. Ia ingin sendiri.
Ia menziarahi langit. Langit seakan tinggal guratan berwarna merah padam. Di
barat, rupanya matahari segera tenggelam. Entah apa yang dicari Tatistika di
sana. Di laut. Mungkin burung, ikan, nelayan, karang, atau bisa juga ombak yang
menamparkan angin ke wajahnya. Ia hanya duduk setibanya di sana. Menyatu
dengan pantai. Ia menjelma indahnya pantai.
"Tika, datanglah kemari!"
Suara mahagaib, selalu saja mengajaknya agar esok atau lusa ia datang lagi
ke laut. Pernah sekali ia ketiduran di rumahnya, ia lupa menengok laut
kesayangannya. Sampai suara itu masuk ke dalam mimpi. Seperti suara
bapaknya yang telah lama tiada. Dalam mimpi itu, Tatistika jelas sekali melihat
bapaknya. Dan bapaknya memang berpesan:
Ketika kau ingin mengeluh padaku pergilah ke laut! Begitu pula bila engkau
sedang kesepian atau engkau merasa sendiri. Temuilah laut!
Sejak saat itu, tak ada tempat yang sering ia datangi selain laut.
"Tika, berenanglah bersama ikan, menyelam melihat karang, dan benamkan
dirimu di pelukan laut!"
Tatistika hanya tersenyum mendengar angin berbisik. Ia selalu menyentuh
pasir lembut. Kadang ia juga tertidur di pantai. Bahkan lebih nyenyak dari pada
tidur di rumah ataupun tempat di mana pun. Temannya menjelang malam adalah
kumbang. Berbaris- garis. Ia biasanya menyapa. Kembali Tatistika tersenyum
merasakan lembut pasir, selembut rambut panjangnya tergerai. Sambil menatap

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 6


ke tengah lautan. Ia tidak pernah boros bicara. Cukup dengan hatinya, ia
bernyanyi dan menangkap sekeliling suara.
"Tika, engkau begitu setia. Tetaplah di sini! Tunggu aku suatu saat
menjemputmu."
Ombak pun genit menggodanya. Berusaha menyentuh jemari kaki Tatistika.
Tapi Tatistika manja tak mau disentuh. Dingin katanya. Dan basah. Kalau basah
mungkin ia tak bisa lama di pantai, karena ia masih tetap ingin menghabiskan
rindunya pada laut, untuk menatap, dan melayangkan pandangan pada
samudera mahaluas. Ketika semuanya selesai dan Tatistika telah menghabiskan
berbagai keluhan, ia akan pulang. Lima atau enam jam biasanya ia habiskan
waktu. Dan itu tak membuat Tatistika bosan. Justru bila ia
tak menengok laut, ia akan sangat bosan. Dan sebelum ia pulang selalu ada
yang dikatakan pada lautan.
"Esok berikan aku kesempatan melihatmu lagi! Agar aku merasakan rinduku
kepada orang-orang yang telah tiada."
(Kutipan cerpen ”Ziarah Ke Laut, Faisal Syahreza, 2009)

E. Latihan Pembelajaran
Buatlah kelompok belajar kemudian temukanlah unsur intrinsik dan ekstrinsik
cerpen ”Ziarah Ke Laut” di atas secara tepat.
1. Unsur intrinsik cerpen Ziarah Ke Laut meliputi ; tema, penokohan (tokoh
dan watak), plot/alur cerita, latar/setting cerita (waktu dan tempat), gaya
bahasa, konflik, sudut pandang, dan amanat.
2. Unsur ekstrinsik cerpen Ziarah Ke Laut meliputi ; nilai moral, nilai
kebudayaan, nilai agama.
3. Sampaikanlah hasil diskusi kelompokmu di depan kelas secara bergiliran,
kemudian tanggapi pula hasil diskusi kelompok lain secara santun.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 7


MODUL 3. MEMPERKENALKAN DIRI

A. Standar Kompetensi: Berbicara


2. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan
berkenalan, berdiskusi, dan bercerita.
B. Kompetensi Dasar
12.1 Memperkenal-kan diri dan orang lain di dalam forum resmi dengan
intonasi yang tepat.
C. Indikator
 Mengucapkan kalimat perkenalan (misalnya, sebagai moderator dan atau
pembawa acara) dengan lancar dan intonasi yang tepat.
 Menggunakan diksi (pilihan kata) yang tepat.

 Menanggapi kekurangan yang terdapat pada pengucapan kalimat perkenalan


oleh teman.

D. Materi : Memperkenalkan diri dalam forum resmi


Pada sebuah forum resmi, seseorang akan memperkenalkan diri kepada
peserta forum. Hal ini perlu memerhatikan tata cara memperkenalkan diri kepada
orang lain atau memperkenalkan orang lain kepada pihak tertentu secara baik
dan efektif.
Untuk berlatih memperkenalkan diri, perhatikanlah hal-hal berikut ini.
1. Gunakanlah bahasa yang sopan dan resmi,
2. Gunakan Nada bicara atau suara yang tidak tinggi/keras
3. Tidak merendahkan diri atau sebaliknya secara berlebihan,
4. Memperkenalkan diri sendiri atau orang lain dengan menjelaskan
identitas seperti nama lengkap, pekerjaan, pengalaman organisasi, dan
sebagainya yang dirasa perlu.
Contoh Perkenalan diri
Dalam kesempatan ini, kelompok kami akan menyampaikan topik unsur
intrinsik dan unsur ekstrinsik cerpen ”Ziarah Ke Laut” karya Faisal Syahreza.
Namun, sebelum pada pembahasan tesebut, ijinkan kami memperkenalkan diri
terlebih dahulu. Saya Ridwan, bertindak sebagai moderator. Di sebelah kiri saya
yakni Rida, Sutan, dan Wati yang akan menjadi narasumber.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 8


MODUL 4. ARTIKEL

A. Standar Kompetensi: Berbicara


2. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan
berkenalan, berdiskusi, dan bercerita.
B. Kompetensi Dasar
2.2 Mendiskusikan masalah (yang ditemukan dari berbagai berita, artikel,
atau buku)

C. Indikator
Mencatat masalah dari berbagai sumber
Menanggapi masalah dalam berita, artikel, dan buku
Mengajukan saran dan pemecahan masalah terhadap masalah yang
disampaikan
Mendaftar kata-kata sulit dalam teks bacaan membahas maknanya

D. Materi Pembelajaran
Sebuah artikel akan menyajikan pokok pembahasan yang khas. Namun,
sebagai pembaca yang kritis perlu memahami dan mengidentifikasi berbagai
permasalahan yang terdapat dalam artikel tersebut.
Pada kesempatan ini, kita akan belajar mendiskusikan masalah yang
terdapat dalam artikel serta mengidentifikasi kata-kata atau istilah yang belum
dipahami. Bacalah artikel berikut ini.
Ekosistem di Jakarta
Kawasan Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta, merupakan salah satu
kawasan favorit bagi burung-burung bebas. Di sini dapat kita jumpai sekitar 20
jenis burung. Kita dapat berkenalan dengan burung kepondang yang berwarna
kuning menyala beterbangan, me-lihat burung cabe yang sebesar jempol dan
berwarna merah meluncur cepat atau bahkan berjumpa dengan burung beo yang
bersuara keras dan jernih.
Mengamati burung-burung bebas ini merupakan kegiatan yang
menyenangkan. Kita akan dapat melihat begitu ragamnya penampilan burung
dari ukuran tubuh, warna bulu, atau bentuk paruhnya yang mencermin kan pola
hidupnya. Misalnya, burung air mempunyai kaki berselaput untuk berenang,

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 9


burung pemangsa bercakar dan paruh tajam untuk mencabik atau burung sesap
madu bertubuh langsing agar dapat masuk ke kelopak bunga guna menghisap
madu. Kemampuan terbang burung pun berbeda-beda. Rajawali meluncur. Alap-
alap menukik dan menerkam, atau burung hantu melayang tanpa suara.
Alat bantu utama untuk melihat burung bebas adalah teropong atau pinokuler
agar detail burung dapat terlihat dengan jelas. Waktu pengamatan pun harus
tepat pada jam-jam burung sibuk bersuara dan bergerak, yaitu pagi dan sore
hari.
Untuk mencari burung bebas tersebut mulailah dari sekitar halaman rumah
sendiri berlanjut ke taman, pinggiran sungai atau pinggir an kota jika sudah mulai
mahir meng amati, sebelum akhirnya ke pedesaan atau daerah hutan. Karena
burung sangat sensitif, berpakaianlah yang tidak berwarna dan tidak bersuara
ketika mengamati. Bagian yang paling menanti dalam pengamatan burung
adalah kemampuan untuk mengenali jenis burung.
Burung-burung yang terbang bebas memiliki fungsi ekologis. Jenis-jenis
burung pemakan serangga menjaga keseimbangan agar populasi serangga tidak
meledak se hingga menjelma menjadi hama. Burung penghisap madu membantu
penyerbukan tumbuhan agar dapat berkembang biak. Karena itu, melestarikan
burung bebas adalah sangat penting.
(Sumber: Asri, 8 Desember 2007 dengan penyesuaian)

E. Latihan Pembelajaran
Setelah membaca artikel ”Ekosistem di Jakarta” di atas, kerjakanlah latihan
berikut ini.
1. Catatalah permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam artikel
tersebut.
2. Buatlah tanggapan dalam setiap permasalahan yang ditemukan.
3. Tulislah kata-kata atau istilah yang belum dipahami yang terdapat pada
artikel tersebut.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 10


MODUL 5. PENGALAMAN PRIBADI

A. Standar Kompetensi: Berbicara


2. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan
berkenalan, berdiskusi, dan bercerita.
B. Kompetensi Dasar
2.3 Menceritakan berbagai pengalaman dengan pilihan kata dan ekspresi
yang tepat

C. Indikator
 Menyampaikan secara lisan pengalaman pribadi (yang lucu,
menyenangkan, mengharukan, dsb.) dengan pilihan kata dan ekspresi
yang tepat.
 Menanggapi pengalaman pribadi yang disampaikan teman

D. Materi Pembelajaran : Menyampaikan Pengalaman Pribadi Secara Lisan


Sebelum menyampaikan pengalaman pribadi, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yakni :
• Bersikap tenang, wajar, dan tidak dibuat-buat .

• Gunakanlah kata-kata efektif.

• Jangan menyampaikan hal yang bersifat SARA dan menyinggung pihak


lain.
• Kuasai suasana dan situasi kelas.

• Ceritakanlah hal yang berkualitas (bermoral, bernilai, berwawasan, dan


mendidik);
• Gunakanlah gerak tubuh, raut muka dan ekspresi untuk mendukung
cerita.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 11


Contoh :
Undian Berhadiah
Pengalaman ini tak akan pernah ku lupakan. Bagaimana tidak, ketika anak
lain berangkat sekolah dengan menggunakan kendaraan, aku hanya berjalan
kaki. Pagi itu, seperti biasa aku berangkat dengan hati riang. Perjalanan
memakan waktu 40 menit karena jarak rumah ke Sekolah memang cukup jauh.
Namun, siapa sangka di tengah perjalananku, dekat tong sampah besar aku
menemukan amplop kecil yang tebal tertutup rapat. Masih terdapat perangko dan
alamat lengkap. Aku baca, alamat tujuannya Jakarta. Sigap saja aku masukkan
ke dalam tas dan buru-buru berjalan.
Sesampainya di Sekolah, langsung aku menuju kelas yang masih sepi.
Dengan ragu dan gugup aku buka amplop itu. Tebal dan bikin penasaran. Dalam
pikiranku sudah macam-macam ; isinya uang, isinya uang. Buat jajan dan
membeli sepatu baru. Sebelum ku buka, ku toleh kiri-kanan masih sepi. Aman.
Lalu, pelan-pelan aku buka. Isinya aku keluarkan dengan mata terpejam. Saat
mataku terbuka, sontak saja aku lempar aplop itu. Halah.. hanya setumpuk
kertas koran dan secarik kertas tulis tangan ; Selamat anda mendapat undian.

E. Latihan Pembelajaran
Untuk memantapkan pemahaman, kerjakanlah latihan berikut ini.
1. Buatlah sebuah cerita pengalaman pribadi (Lucu, sedih, jenaka, dsb.).
2. Sampaikan di depan kelas secara bergantian. Siswa yang tidak
menyajikan, dipersilakan menyusun komentar atas pengalaman pribadi
tersebut.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 12


MODUL 6. MEMBACA CEPAT

A. Standar Kompetensi: Membaca


3. Memahami berbagai teks bacaan nonsastra dengan berbagai teknik
membaca berkenalan, berdiskusi, dan bercerita.
B. Kompetensi Dasar
3.1 Menemukan ide pokok berbagai teks nonsastra dengan teknik membaca
cepat (250 kata/menit)
C. Indikator
 Membaca cepat teks dengan kecepatan 250 kata/menit
 Menemukan ide pokok paragraf dalam teks
 Membuat ringkasan isi teks dalam beberapa kalimat yang runtut
D. Materi Pembelajaran : Mari Membaca Cepat
Membaca cepat merupakan membaca dengan mengutamakan kecepatan
tanpa mengabaikan pemahamannya. Membaca cepat dapat dilakukan dengan
teknik melompati bagian-bagian tertentu yang tidak penting sehingga panjang
bacaan menjadi berkurang hingga 30-40 %. Misalnya, pada bagian yang tidak
informatif (tidak perlu) dan bagian yang tidak berpengaruh jika dihilangkan.
Bagaimana agar membaca cepat dapat dilakukan secara efektif? Berikut ini
beberapa tips yang dapat dilakukan, diantaranya :
1. Tentukan tujuan membaca yang ingin digali informasinya.
2. Carilah ide pokok setiap paragraf kemudian pahami bagian tersebut.
3. Tandai bagian-bagian penting dalam bacaan tersebut.
Sebagai acuan penghitungan, berikut ini adalaha rumus untuk menghitung
kemampuan membaca cepat :

Jumlah kata yang dibaca X % Pemahaman = jumlah kata per menit


Waktu (dalam detik)

Selain itu, untuk mengukur kemampuan pemahaman membaca, berikut ini


rumus penghitungannya :
jumlah jawaban yang benar x 100%
jumlah soal

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 13


E. Latihan Pembelajaran
Untuk mengukur kemampuan membaca cepat anda, mari berlatih. Bacalah
wacana berikut ini dengan efektif. Hitunglah oleh temanmu berapa detik/menit
anda dapat membaca dan memahami isi wacana berikut ini.
Bahan Bakar Gas yang Ramah Lingkungan
BBG (Bahan Bakar Gas) sesungguhnya sudah sejak sembilan tahun yang
lalu diluncurkan oleh Pertamina dan dipromosikan sebagai bahan bakar masa
depan. Bahan bakar alternatif ini adalah gas bumi yang telah melalui proses
pemurnian.
Alasan BBG dijadikan sebagai bahan bakar alternatif adalah karena
pembakarannya lebih sempurna sehingga lebih sedikit mengemisikan partikel
debu, SO, dan NO yang potensial menjadi penyebab pemanasan global.
Kandungan CO di dalam BBG pun rendah, yakni hanya 10 %.
Di Indonesia penggunaan BBG memang belum memasyarakat. Justru yang
telah mulai menyadari bahwa BBG ini sifatnya lebih ramah lingkungan dan juga
“jatuhnya” lebih murah adalah para pengusaha kendaraan umum, seperti bus
dan taksi. Alasan mengapa masyarakat pemilik mobil pribadi tampaknya masih
enggan untuk menggunakan BBG, kemungkinan karena harga perangkat
“pengubah” atau conversion kit yang harus dipasang pada kendaraan berbahan
bakar BBG ini relatif mahal. Namun, jika dibandingkan dengan biaya untuk
membeli bahan bakar premuim maupun premix, BBG jauh lebih murah.
(Sumber: Majalah Ayah Bunda)
Sebagai indikator pemahaman wacana anda, jawablah pertanyaan-
pertanyaan berikut ini.
1. Partikel debu apa saja yang disebutkan dalam wacana di atas?
2. Berapakah persentase kandungan CO dalam BBG?
3. Mengapa BMG menjadi salah satu bahan bakar alternatif penting di masa
depan?
4. Kendaraan apa sajakah yang sudah menggunakan BBG?
5. Bagaimana tanggapan Anda mengenai penggunaan BBG pada
kendaraan bermotor?

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 14


MODUL 7. MEMBACA EKSTENSIF

A. Standar Kompetensi: Membaca


3. Memahami berbagai teks bacaan nonsastra dengan berbagai teknik
membaca berkenalan, berdiskusi, dan bercerita.
B. Kompetensi Dasar
3.2 Mengidentifikasi ide pokok teks nonsastra dari berbagai sumber melalui
teknik membaca ekstensif
C. Indikator
 Mengidentifikasi ide pokok tiap paragraf
 Menuliskan kembali isi bacaan secara ringkas dalam beberapa kalimat

D. Materi Pembelajaran : Membaca Ekstensif (Luas dan Dalam)


Membaca ekstensif merupakan membaca secara luas dan dalam. Tujuannya
adalah untuk memahami isi penting yang terkandung dalam wacana dengan
cepat dan efisien.
Bagaimanakah cara untuk membaca esktensif? Berikut ini hal-hal yang dapat
dilakukan, yakni :
1. Carilah setiap ide pokok paragrafnya
2. Rangkailah ide pokok tersebut dalam sebuah rangkuman
3. Simpulkan isi dari wacana tersebut berdasarkan rangkuman yang telah
dibuat.

E. Latihan Pembelajaran
Untuk melatiha kompetensi anda dalam membaca ekstensif, bacalah wacana
berikut secara seksama.

Bagaimanakah Software Diciptakan


Kita telah sering mengenal Mozilla Firefox, LibreOffice, Microsoft Word,
SmadAV, Adobe Photoshop, bahkan game seperti Super Mario Bros. Kita juga
menggunakan WhatsApp, PlayStore, BBM, di dalam sistem operasi Android.
Semua tersebut itu adalah software (Indonesia: perangkat lunak). Namun banyak

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 15


di antara kita belum mengenal bagaimana software diciptakan. Lebih lanjut,
bagaimana melakukan sendiri pembuatan software tersebut. Dan satu hal yang
unik, bagaimana membuat software aplikasi Android. Artikel ini ditulis sebagai
perkenalan bagi orang awam mengenai komputer dan software.
1. Sifat Komputer
Komputer (Inggris: to compute, computer) adalah mesin pengolah angka
yang terdiri dari tiga bagian: input, proses, output. komputer hanya mampu
memroses angka nol dan satu (0 dan 1) disebut bahasa biner.
2. Pemograman
Inilah rahasianya. Penciptaan software disebut pemrograman (Inggris:
programming). Pemrograman adalah proses membuat kode-kode nol dan satu
yang dimengerti oleh komputer dengan bahasa komputer Tingkat Rendah,
Tingkat Tinggi, menghasilkan suatu aplikasi (hasil pemograman). Lalu dilanjutkan
dengan Kompiler untuk menghasilkan suatu aplikasi yang khas.
Jika Anda ingin belajar pemrograman, selamat! Orang yang punya andil di
dunia komputer semuanya adalah orang yang ahli memrogram. Mulai dari mana?
Penulis sarankan Anda mulai dari bahasa C. Selamat belajar.
(Sumber : Majalah Rootmagz Edisi 04/2015 dengan penyesuaian)

Jawablah pertanyaan berikut ini


1. Tulislah ide pokok setiap paragraf dalam wacana tersebut
2. Buatlah rangkuman wacana di atas berdasarkan ide pokok setiap
paragraf yang telah ditemukan.
3. Simpulkan isi wacana tersebut dengan bahasamu sendiri

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 16


MODUL 8. PARAGRAF NARATIF

A. Standar Kompetensi: Membaca


4. Mengungkapkan informasi dalam berbagai bentuk paragraf (naratif,
deskriptif, ekspositif)
B. Kompetensi Dasar
4.1 Menulis gagasan dengan menggunakan pola urutan waktu dan tempat
dalam bentuk paragraf.
naratif
C. Indikator
 Mendaftar topik-topik yang dapat dikembangkan menjadi paragraf naratif.
 Menyusun kerangka paragraf naratif berdasarkan kronologi waktu dan
peristiwa.
 Mengembangkan kerangka yang telah dibuat menjadi paragraf naratif.
 Menyunting paragraf naratif yang ditulis teman berdasarkan kronologi,
waktu, peristiwa, dan EYD.

D. Materi Pembelajaran : Paragraf Naratif (Bercerita)


Paragraf merupakan rangkaian kalimat yang disusun untuk menjelaskan
sebuah ide pokok. Paragraf dapat dikembangkan dengan beberapa pola tertentu,
antara lain pola deduktif, induktif, sebab-akibat, deskriptif, proses, contoh,
pertentangan, perbandingan, dan kronologis.
Naratif berasal dari kata narasi (cerita). Penambahan Imbuhan akhir -if pada
kata narasi memiliki arti bersifat sesuai kata dasar, sehingga kata naratif berarti
kata atau kalimat yang bersifat narasi (bercerita).
Paragraf Naratif merupakan suatu bentuk teks yang berusaha mengisahkan
suatu kejadian atau peristiwa berdasarkan urutan waktu yang runut. Menurut
Gorys Keraf (2007: 136) narasi merupakan suatu bentuk teks yang sasaran
utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah
peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu.
Selain itu, bentuk-bentuk narasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu narasi
fiktif dan narasi nonfiktif. Narasi fiktif kita kenal dalam bentuk kesusastraan
seperti, novel, roman, cerpen, dan dongeng. Narasi nonfiktif kita jumpai dalam

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 17


bentuk sejarah, biografi, dan autobiografi.
Contoh paragraf naratif dapat disimak sebagai berikut.
Hari ini adalah hari pertamaku bersekolah di SMA Al-Barkah Cikalongkulon-
Cianjur. Pagi sekali aku sudah bangun pukul 04.30 WIB. Lalu segera ke kamar
mandi. Walapun udara terasa dingin, namun semangatku mengalahkan dingin
itu. Kemudian aku Salat Subuh penuh khusuk. Pakaian seragam baru yang telah
disiapkan ibu, ku pakai dengan rapi. Meskipun terpaksa, saya mencoba sarapan
pagi. Tepat pukul 6.00 WIB, saya berpamitan kepada kedua orang tua kemudian
berangkat dengan harapan dan semangat baru. Pukul 06.30 WIB aku tiba di
sekolah bertemu dengan teman-teman baru dan Bapak/Ibu guru yang sangat
ramah.
Berdasarkan contoh wacana di atas, adakah urutan waktu dan peristiwa?
Diskusikanlah dengan temanmu.

E. Latihan Pembelajaran
Agar pemahaman paragraf naratifmu lebih mendalam, kerjakanlah latihan
berikut ini.
1. Buatlah sebuah paragraf narasi dengan tema keseharianmu.
2. Gunakanlah EYD, kata-kata yang baku dan susun berdasarkan urutan
waktu.
3. Tukarkanlah hasil pengerjaanmu dengan teman sebangku, kemudian
perbaiki jika ada kesalahan berdasarkan ciri utama paragraf narasi.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 18


MODUL 9. PARAGRAF DESKRIPTIF

A. Standar Kompetensi: Membaca


4. Mengungkapkan informasi dalam berbagai bentuk paragraf (naratif,
deskriptif, ekspositif)
B. Kompetensi Dasar
4.2 Menulis hasil observasi dalam bentuk paragraf deskriptif
C. Indikator
 Mendaftar topik-topik yang dapat dikembangkan menjadi paragraf
deskriptif berdasarkan hasil pengamatan
 Menyusun kerangka paragraf deskriptif
 Mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi paragraf
deskriptif
 Menyunting paragraph deskriptif yang ditulis teman

D. Materi Pembelajaran : Paragraf Deskriptif (Penggambaran)


Paragraf deskripsi merupakan suatu bentuk teks yang berusaha
menggambarkan sejelas-jelasnya suatu objek sehingga objek itu seolah-olah
berada di depan mata kepala pembaca. Selain itu, pengertian deskripsi adalah
suatu tulisan atau karangan yang bertujuan menggambarkan atau melukiskan
pengalaman, pendengaran, perabaan, penciuman, perasaan, dan situasi atau
masalah tertentu sehingga pembaca seolah-olah mengalami, merasakan, atau
melihat langsung hal yang digambarkan.
Ada beberapa faktor penunjang yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
paragraf deskriptif, di antaranya:
1. Gunakanlah pilihan kata yang tepat dan dapat memberikan kesan
emosional pada pembacanya. Misalnya:
• Kaca depan mobil baru itu pecah, pecahan kacanya ada di tengah
jalan.
• Kaca depan sedan baru itu hancur, berserakan di tengah jalan.

2. Gunakanlah susunan bahasa yang komunikatif, tidak bertele-tele, tidak


monoton, dan menggunakan tanda baca yang tepat.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 19


3. Gunakanlah kesan- kesan pengindraan secara tepat. Melukiskan apa
yang dilihat, didengar, dicium, dan dirasa, dengan baik sesuai hal yang
dideskripsikan.
4. Gunakanlah data-data dan fakta dengan tepat Sehingga para pembaca
dapat dengan mudah membayangkan apa yang dideskripsikan penulis.

Contoh paragraf deskriptif.


Lelaki yang berambut pendek dan berkulit sawo matang itu bernama Putra.
Ia dilahirkan di Kota Cianjur, 24 Oktober 1995. Umurnya 16 tahun. Kedua orang
tuanya menjulukinya si kancil yang pintar, karena selain pintar ia pun sangat
lincah dan periang. Hobinya membaca, menulis, dan bermain sepeda. Ia juga
suka bermain sepakbola dengan teman-temannya. Kemudian, hal yang paling
berkesan dalam hidupnya adalah ketika ia menjadi juara sepakbola antar
kampung. Ia begitu bangga dengan prestasinya tersebut sehingga teman-teman
menjulukinya sebagai Ronaldho dari Cianjur.

E. Latihan Pembelajaran
Agar pemahaman paragraf deskriptifmu lebih mendalam, kerjakanlah latihan
berikut ini.
1. Buatlah sebuah paragraf deskriptif dengan tema keseharianmu.
2. Gunakanlah EYD, kata-kata yang penuh emosional dengan
penggambaran yang jelas.
3. Tukarkanlah hasil pengerjaanmu dengan teman sebangku, kemudian
perbaiki jika ada kesalahan berdasarkan ciri utama paragraf deskriptif.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 20


MODUL 10. PARAGRAF EKSPOSITIF

A. Standar Kompetensi: Membaca


4. Mengungkapkan informasi dalam berbagai bentuk paragraf (naratif,
deskriptif, ekspositif)
B. Kompetensi Dasar
4.3 Menulis gagasan secara logis dan sistematis dalam bentuk ragam
paragraf ekspositif.
C. Indikator
 Mendaftar topik-topik yang dapat dikembangkan menjadi paragraf
ekspositif
 Menyusun kerangka paragraf ekspositif
 Mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi paragraf
ekspositif
 Menyunting paragraph ekspositif yang ditulis teman

D. Materi Pembelajaran : Paragraf Ekspositif (Penjelasan)


Paragraf ekspositoris adalah paragraf yang memaparkan atau menerangkan
suatu hal atau objek. Paragraf ini memiliki istilah lain seperti paragraf eksposisi,
ekspositoris ataupun ekspositif. Ketiga isttilah tersebut sebenarnya memiliki arti
yang sama.
Menurut Gorys Keraf (1982:3) Eksposisi atau penjelasan adalah bentuk
tulisan atau retorika yang berusaha untuk menerangkan atau menguraikan suatu
pokok pikiran, yang dapat memperluas pengetahuan seseorang. Selain itu, gaya
bahasa yang digunakan pun berbentuk bahasa informatif, bahasa pemberitaan .
Data-data berupa grafik, statistik, diagram, gambar, organigram, dan lain-lain
yang disertakan dalam tulisan eksposisi dimaksudkan untuk memperjelas uraian
dan memperluas wawasan pembaca.

Sedikitnya terdapat tiga pola pengembangan paragraf ekspositoris, yakni


dengan cara proses, sebab dan akibat, serta pola ilustrasi.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 21


1. Pola Sebab Akibat
Pengembangan paragraf dapat pula dinyatakan dengan menggunakan
sebab- akibat. Sebab bisa bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat
sebagai perincian pengembangannya. Namun, dapat juga terbalik : akibat
dijadikan gagasan utama, sedangkan untuk memahami sepenuhnya akibat itu
perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya.
Persoalan sebab-akibat sebenarnya sangat dekat hubungannya dengan
proses. Bila disusun untuk mencari hubungan antarbagiannya, maka proses itu
dapat disebut proses kausal.
Contoh pola pengembangan Sebab-Akibat
Kegiatan apa yang dapat dilakukan bersama adik dan kakaknya? Banyak
pilihan.Tapi, mengingat Indonesia sedang berkabung karena 40.000 orang Aceh
dan Sumatera Utara meninggal akibat guncangan gempa tektonik dan
gelombang banjir tsunami serta disesuaikan dengan budget, akhirnya Arni
memilih berkebun dengan menanam bunga pada pot-pot yang ada di halaman
sekitar rumahnya.

2. Pola Ilustrasi
Sebuah gagasan yang terlalu umum memerlukan ilustrasi-ilustrasi konkret.
Dalam karangan eksposisi, ilustrasi-ilustrasi tersebut dipakai sekadar untuk
menjelaskan maksud penulis. Dalam hal ini, pengalaman pribadi merupakan
bahan ilustrasi yang paling efektif dalam menjelaskan gagasan umum tersebut.
Contoh pola pengembangan ilustrasi
Lusi bahagia sehingga terbetik dalam hatinya, “Bagaimana rasanya kalau
sebuah rumah dipenuhi tanaman bunga? Di sebuah pojok rumah, setiap mata
memandang yang terlihat hanya bunga-bunga dan bunga. Mungkin sangat pas
untuk mengungkapkan isi hatiku yang sedang gembira. Lusi melonjak
kegirangan sambil menata vas bunga dan bersenandung lagu-lagu
kesukaannya.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 22


E. Latihan Pembelajaran
1. Buatlah sebuah paragraf ekspositif dengan tema keseharianmu.
2. Gunakanlah kata-kata baku, dan EYD yang baik.
3. Tukarkanlah hasil pengerjaanmu dengan teman sebangku, kemudian
perbaiki jika ada kesalahan.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 23


MODUL 11. MEMAHAMI PUISI

A. Standar Kompetensi: Mendengarkan


5. Memahami puisi yang disampaikan secara langsung/ tidak langsung.
B. Kompetensi Dasar
5.1 Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan
secara langsung ataupun melalui rekaman.
C. Indikator
 Mendengarkan puisi
 Mendiskusikan unsur-unsur bentuk puisi tersebut
 Melaporkan hasil diskusi

D. Materi Pembelajaran : Memahami Puisi


Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang menggunakan kata-
kata indah dan kaya makna. Puisi dibentuk oleh struktur fisik (tipografi, diksi,
majas, rima, dan irama) serta struktur batin (tema, amanat, perasaan, nada, dan
suasana fisik).
Adapun ciri-ciri puisi dapat diidentifikasi sebagai berikut.
• Bahasa yang dipergunakan bersifat konotatif (makna kiasan)

• Adanya pemadatan semua unsur kekuatan bahasa.

• Puisi disusun dengan unsur-unsur bahasa indah dengan memerhatikan


irama dan bunyi.
• Puisi mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair berdasarkan

pengalamannya dan bersifat imajinatif.

Struktur fisik puisi dapat dijelaskna secara singkat sebagai berikut :


1. Tipografi, merupakan bentuk khas dari cara penulisan puisi oleh penyair.
Bentuk ini bisa berupa berbait-bait, berbentuk paragraf utuh, atau
berbentuk sembarang.
2. Diksi merupakan pilihan kata dalam mengungkapkan sebuah gagasan.
Menurut E. Zaenal Arifin (1998 : 24) bahwa diksi adalah pilihan kata.
Maksudanya memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Adakah

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 24


bedanya antara kata ”Mati”, ”Tewas”, dan ”Meninggal”?
3. Majas merupakan hiasan kata dalam mengungkapkan gagasan penulis.
Contohnya kata ”Mati” diungkapkan dengan ”Menghembuskan nafas
terakhir”. Atau, kata ”Cantik” diungkapkan dengan ”Bidadari bumi”.
4. Rima dan Ritma (irama). Rima berkenaan dengan pengulangan bunyi
sedangkan, ritma (irama) merupakan keras lembutnya suara puisi.

Perhatikan puisi ”Partitur Hujan” karya Faisal Syahreza berikut ini.


PARTITUR HUJAN
apakah ini yang kau sebut dengan rindu?
Jika daun-daun telah basah, dan tanah-tanah
meruapkan namamu, untuk ku hirup
bersama kenangan.

Ketika segalanya, menjadi kesenyapan


yang tak bisa lagi ditawar.
Jalan-jalan atau bahkan gedung-gedung
terasa menjauh, sedangkan
aku sendiri kedinginan
menggigil, aku ingin mengucapkan cinta
pada api, pada cahaya
dan pada apapun itu
yang mampu mencairkan kehendakku

saat jarak telah sekeras batu


dan ciuman tak pernah kunjung tiba
sungguh aku telah menjadi
nyanyian yang dihiraukan,
ribuan titik jarum tak tertahankan
menikam ke ulu jantung ingatan
(2009)

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 25


E. Latihan Pembelajaran
Bacalah puisi tersebut oleh salah satu temanmu, kemudian diskusikan
dengan kelompokmu untuk menentukan struktur fisik puisi Partitur Hujan karya
Faisal Syahreza sebagai berikut :
1. Tipografi
2. Diksi
3. Majas
4. Rima dan Irama
Laporkanlah hasil diskusi tersebut di depan kelas.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 26


MODUL 12. MENGUNGKAPKAN ISI PUISI

A. Standar Kompetensi: Mendengarkan


5. Memahami puisi yang disampaikan secara langsung/ tidak langsung.
B. Kompetensi Dasar
5.2 Mengungkapkan isi suatu puisi yang disampaikan secara langsung
ataupun melalui rekaman
C. Indikator
 Mendengarkan puisi
 Mengidentifikasi jenis puisi
 Mendiskusikan isi puisi
 Melaporkan hasil diskusi

D. Materi Pembelajaran : Memahami Puisi


Pada pelajaran sebelumnya telah dibahas mengenai pengertian puisi dan
struktur fisik suatu puisi, pada kesempatan ini kita akan membahas mengenai
Struktur batin sebuah puisi.
Struktur batin sebuah puisi terdiri atas tema, rasa, tanda, amanat, perasaan,
nada, dan suasana fisik suatu puisi. Berdasarkan pendapat Richard dalam
Situmorang (1983 : 2) puisi memiliki caturtunggal, yakni empat komponen yang
menjiwai sebuah puisi, yakni:
1. Memiliki sense, atau Tema yang merupakan gagasan pokok dari sebuah
puisi.
2. Memiliki feeling atau Rasa, yakni sikap penyair atau pokok persoalan dalam
pandangan (penyair).
3. Memiliki tore atau Tanda, yaitu sikap penyair terhadap pembaca; Apakah
terasa menggurui, menyindir, menasihati, dan sebagainya. Hal ini akan
berkenaan dengan Nada, yakni sikap penyair terhadap pembaca.
4.Memiliki intebtion, atau Amanat yang merupakan pesan atau sesuatu yang
ingin disampaikan penyair kepada pembaca.

Mari kembali menyimak puisi ”Partitur Hujan” karya Faisal Syahreza berikut
ini.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 27


PARTITUR HUJAN
apakah ini yang kau sebut dengan rindu?
Jika daun-daun telah basah, dan tanah-tanah
meruapkan namamu, untuk ku hirup
bersama kenangan.

Ketika segalanya, menjadi kesenyapan


yang tak bisa lagi ditawar.
Jalan-jalan atau bahkan gedung-gedung
terasa menjauh, sedangkan
aku sendiri kedinginan
menggigil, aku ingin mengucapkan cinta
pada api, pada cahaya
dan pada apapun itu
yang mampu mencairkan kehendakku

saat jarak telah sekeras batu


dan ciuman tak pernah kunjung tiba
sungguh aku telah menjadi
nyanyian yang dihiraukan,
ribuan titik jarum tak tertahankan
menikam ke ulu jantung ingatan
(2009)

E. Latihan Pembelajaran
Diskusikan dengan kelompokmu untuk menentukan struktur batin puisi :
1. Tema puisi 3. Nada puisi
2. Rasa puisi 4. Amanat puisi
Laporkanlah hasil diskusi tersebut di depan kelas.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 28


MODUL 13. CERITA PENDEK

A. Standar Kompetensi: Berbicara


6. Membahas cerita pendek melalui kegiatan diskusi.
B. Kompetensi Dasar
6.1 Mengemukakan hal-hal yang menarik atau mengesankan dari cerita
pendek melalui kegiatan diskusi
C. Indikator
 Menceritakan kembali isi cerita pendek yang dibaca dengan kata-kata
sendiri.
 Mengungkapkan hal-hal yang menarik atau mengesankan.
 Mendiskusikan unsur-unsur intrinsik (tema, penokohan, alur, sudut
pandang, latar ,amanat) cerita pendek yang dibaca.

D. Materi Pembelajaran : Cerpen ”Tamu Yang Datang Di Hari Lebaran”


Masih ingatkah dengan pembelajaran pada Modul II. Cerpen? Pengertian
Cerita Pendek atau Cerpen merupakan salah satu karya Sastra berbentuk prosa
(narasi ; bercerita). Sebuah cerpen dibangun berdasarkan unsur intrinsik dan
unsur ekstrinsik cerpen.
Unsur intrinsik cerpen adalah unsur yang berasal dari dalam sebuah
cerpen sehingga membentuk satu kesatuan cerita. Unsur intrinsik meliputi tema,
penokohan (tokoh dan watak), plot/alur cerita, latar/setting cerita (waktu dan
tempat), gaya bahasa, konflik, sudut pandang, dan amanat.
Pada pembelajaran kali ini, kita akan mempelajari 3 (tiga) hal menarik yang
bersumber dari sebuah cerpen, yakni tentang menceritakan kembali isi cerita
pendek yang dibaca dengan kata-kata sendiri, mengungkapkan hal-hal yang
menarik atau mengesankan, dan mendiskusikan unsur-unsur intrinsik (tema,
penokohan, alur, sudut pandang, latar ,amanat) cerita pendek yang dibaca.

Pahami contoh cerpen ”Tamu yang Datang di Hari Lebaran” karya AA Navis
berikut ini.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 29


TAMU YANG DATANG DI HARI LEBARAN
(Cerpen karya AA Navis)

SEPASANG orangtua yang rambutnya telah memutih memandang dari


ruang tamu ke jalan raya yang ramai oleh orang-orang berbaju indah-indah dan
baru. Berjalan kaki, berbendi atau bermobil sebagaimana tradisi setiap lebaran
Idul Fitri. Keduanya memandang sambil bergoyang pelan di kursi goyang yang
dipisahkan oleh meja kecil berdaun marmer Itali.
Rumah kedua orangtua itu, bangunan kayu model lama yang berkolong
tinggi. Bercat oker yang telah pudar warnanya. Kelihatan ganjil di antara
sederetan bangunan bergaya terkini. Mungkin karena sudah terlalu biasa dalam
pandangan penduduk kota kecil itu, tak terasa lagi ada keganjilan pada rumah
itu. Setiap orang tahu siapa penghuninya, yaitu Inyik Datuk Bijo Rajo dan Encik
Jurai Ameh. Lazimnya orang menyebutnya Inyik dan Encik saja. Inyik dulunya
seorang pejuang dan pernah menjadi gubernur. Pada hari tua yang sudah lama
terpakai mereka tinggal dengan sepasang pembantu yang telah puluhan tahun
bersamanya. Menurut istilah lama yang kini terpakai lagi, mereka "dikaruniai"
enam orang anak. Semua telah jadi orang terpandang di rantau.
Encik berkulit gelap dan bertubuh gemuk. Hampir tidak dapat bergerak
seleluasa maunya. Dan Inyik berkulit cerah, tapi tubuhnya ceking. Keduanya
sama mengenakan baju yang terindah, meski modelnya sudah kuno. Sambil
bergoyang di kursinya, sejak tadi Encik bicara sendiri tak henti-hentinya.
Mengatakan apa yang lewat di kepalanya. Sedangkan Inyik berbuat yang sama.
Dalam hatinya pula.
Kata Encik, "Pada setiap Lebaran begini aku mau semua anak-cucuku
berkumpul. Aku rindu mereka antre, bertekuk lutut sambil mencium tanganku
waktu bersalaman. Terharu aku melihatnya. Berdiri selurah bulu romaku. Namun
mataku sebak oleh air mata, bila ingat aku tidak pernah memperoleh
kebahagiaan seperti itu. Padahal, sebetulnya anak-anakku mampu pulang
bersama. Yang tak mampu hanya Ruski. Rezekinya memang pas-pasan. Lebih
sulit lagi dia tinggal jauh. Di Irian sana. Kalau mau, saudara-saudaranya bisa
patungan membiayai yang tidak mampu.
"Tapi itu tidak pernah terjadi. Rasanya aku tidak salah didik. Aku datangkan
guru agama tiga kali seminggu agar mereka menjadi penganut yang tawakal.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 30


Tapi mengapa setelah makmur mereka hidup nafsi-nafsian? Setiap Lebaran
datang luka hatiku kian dalam. Dulu, waktu ayahnya jadi gubernur, setiap
Lebaran mereka bisa berkumpul. Kata mereka, apa kata orang nanti bila mereka
tidak datang waktu Lebaran. Setelah itu, mereka tidak lagi datang dengan
lengkap. Mengapa? Sama seperti anak buah Inyik dan pejabat lain. Kalau
mereka tidak lagi datang, itu adat dunia masa kini. Di mana padi masak di sana
pipit berbondong-bondong. Tapi kalau bagi anak-menantuku tentu tidak berlaku
ungkapan itu."
Inyik pun berkata dalam hatinya, "dulu aku pernah baca artikel, kalau tidak
salah Ki Hajar yang menulis. Katanya, Idul Fitri hari yang istimewa karena pada
hari itu setiap orang tanpa pandang usia dan status, saling bertemu dan saling
memaafkan. Tak ada rasa rendah diri. Tidak ada rasa lebih diri. Tapi kini, setelah
Idul Fitri jadi kebudayaan baru, bawahan dan orang miskin yang wajib datang ke
penguasa untuk minta maaf. Penguasa akan merasa tidak pantas minta maaf
kepada rakyat. Meski kementerengan hidup yang mereka dapat karena banyak
rakyat yang ditelantarkan. Tak tersentuh hati mereka. Paling-paling mereka
memberi zakat fitrah senilai satu hari makan untuk satu orang miskin. Kenapa
tidak untuk sepuluh atau seratus orang miskin. Atau untuk makan sepuluh atau
seratus hari orang miskin?"
Kata Encik melanjutkan lamunannya, "Ruski memang keras hati. Pantang
meminta- minta. Saudara-saudaranya mau membantu kalau Ruski mau meminta.
Kenapa harus menunggu dulu kalau sudah tahu saudara sendiri tidak punya
kemampuan? Siapa yang mengajar mereka begitu? Seperti mereka tidak tahu
betapa rindunya aku. Si Mael yang paling kaya dari semuanya, lain perilaku
hidupnya. Setiap akhir tahun dia pergi berlibur bawa anak dan istrinya ke
Amerika, atau ke Eropa, atau ke Jepang. Tutup tahun ini kebetulan sama dengan
Lebaran. Tapi dia tidak pulang. Dia ke Mekkah karena sudah bosan ke kota-kota
dunia lainnya. Begitu janjinya kepada anak- anak. 'Sambil libur, sambil mencari
ridha-Nya,' tulisnya dalam surat. Sepertinya menemui ibu-bapa tidak merupakan
ridha-Nya. Aneh pahamnya beragama."
"Tulisan siapa yang pernah aku baca dulu? Hasan, Roem, Natsir atau siapa,
ya? Katanya, Nabi tidak menyuruh orang berpesta untuk merayakan Idul Fitri,
melainkan berzakat dan takbiran. Tapi kebudayaan baru menjadikannya lain.
Acara takbir dijadikan acara tontonan di lapangan. Pakai musik segala. Takbir

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 31


bukan lagi ibadah pribadi, melainkan dijadikan pesta dunia dengan biaya
milyaran rupiah. Sepertinya uang sebanyak itu tidak lagi berfaedah untuk orang
miskin. Sebetulnya Idul Adha tak kurang mulianya. Bahkan lebih. Kewajiban inti
pada kedua hari raya itu membantu orang miskin. Pada Idul Fitri memberi zakat
fitrah. Sedangkan pada Idul Adha memberi kurban senilai seekor kambing."
Inyik terbatuk-batuk. Setelah sereguk air, renungannya melanjut. "Waktu jadi
gubernur dulu, aku mencoba mengubah tradisi lama itu. Mengikis keduniawian
pada acara ritual. Hampir semua orang menyalahkan aku. Termasuk ulama
mengeluarkan fatwanya. Sebagai kepala pemerintahan aku dipojokkan.
Kolegaku menyalahkan aku dengan kata-kata durjana, 'Biar saja agama begitu
asal stabilitas terjamin.'"
"Sabir juga tidak pulang. Katanya, dia harus berlebaran ke rumah menterinya
yang baru. Menteri baru salah sangka kalau dia tidak datang. Aku maklum
alasannya, untuk keamanan jabatannya. Dulu ketika ayahnya jadi gubernur, aku
pun dendam jika ada bawahan tidak datang berlebaran ke gubernuran. Terlambat
datang pun jadi pertanyaan dalam hatiku," kata Encik melanjutkan kata hatinya.
Dan dia terus merunut satu demi satu alasan anaknya tidak bisa pulang
berlebaran. Melani karena tidak mendapat tiket pesawat. Sofi karena suaminya
belum bisa kembali dari Eropa. Sedangkan Gafar lain lagi alasannya.
Pikiran Inyik masih terus menerawang. Katanya, "Lima tahun jadi gubernur,
sesung guhnya tidak cukup waktu untuk mengubah tradisi yang usang. Akan
tetapi menjadi gubernur lebih lama, akulah yang menjadi usang. Kiai Marzuk
mengatakan kepadaku, 'Bila mau jadi pemimpin, teladani Nabi. Nabi diberi waktu
dua puluh tiga tahun oleh Tuhan. Ketika berhenti karena umurnya sampai, beliau
tetap seperti Muhammad sebelum menjadi Nabi.' Tidak kaya-raya seperti
umumnya diktator yang berkuasa. Kalau pun punya warisan, semuanya
dihibahkan menjadi wakaf untuk umatnya. Itu yang pertama. Kedua, sebagai
pemimpin umat, umurnya dibatasi Tuhan sampai enam puluh tiga tahun saja.
Jika lebih dari itu, kondisi mental dan fisiknya sudah menurun dan terus
menurun. Bagaimana nasib umat di bawah pimpinan yang pikun?' Dan
bagaimana umatnya meneladani perilaku Nabi bila di akhir hidupnya kepikunan
lebih menonjol. Apakah tidak akan terjadi kekacauan pada kehidupan umatnya?"
Tiba-tiba Inyik merasa dadanya sesak. Dia menyandarkan kepala ke sandaran
kursi. Beberapa saat kemudian dia berdiri. Kursi yang ditinggalkannya terus

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 32


bergoyang. "Aku lelah, Jurai. Aku berbaring dulu," katanya kepada istrinya sambil
melangkah dengan gontai.
"Aku juga," kata Encik hampir tak berdaya. "Rasanya hari Lebaran ini terlalu
panjang. Coba kalau anak-anak kita di sini semua, waktu dirasakan terlalu
singkat." Lama kemudian masih dalam goyangan kursi, pikirannya terus
menerawang. "Alangkah anehnya hidup ini. Rasanya aku sudah mendidik anak-
anak, supaya menjadi anak yang bersatu kukuh dalam persaudaraan serumpun.
Tapi kenapa pada hari tua kita, mereka telah hidup menurut pikiran dan caranya
masing-masing. Selagi aku masih hidup, mereka tidak lagi berpikiran sama
seperti sebelum mereka menjadi apa-apa? Apalagi bila aku sudah mati. Mungkin
mereka akan bercerai-berai."
Goyangan kursi Encik kian lama kian pelan. Lama-lama berhenti sendiri.
Menjelang berhenti, dalam penglihatannya beb-rapa mobil sedan yang mengkilap
catnya karena baru, memasuki halaman. Setiap pintu terbuka. Dari setiap pintu
keluar semua orang yang dikenalnya. Anak, menantu, dan cucunya. Satu demi
satu secara khidmat mereka berlutut ketika menyalami, menciumi tangannya dan
kemudian memeluk untuk mendekapi pipinya. Bila masih ada air matanya
tersisa, mungkin akan turun deras melelehi pipinya oleh rasa bahagia. "Tuhan
telah mengabulkan doaku. Semua anak-anakku pulang berlebaran. Oh, alangkah
indahnya Idul Fitri kali ini. Terima kasih, Tuhan, terima kasih. Terima kasih juga
seandainya ini hanya mimpi. Mimpi terakhirku."
Dalam berbaring di bangku tidur yang biasa digunakan pada waktu tidur
siang, pikiran Inyik masih terpaut pada waktu ketika di kursi goyang ruang tamu.
"Sebenarnya aku ingin jadi gubernur lebih lama. Teratama sekali karena aku
tidak melihat ada bawahanku yang mampu menggantikan aku. Meski mereka
berpendidikan tinggi, namun nyalinya kecil-kecil. Aku cemas pada nasib negeriku
bila dipimpin orang-orang seperti itu."
Tidak disangka seseorang masuk ke kamar tidurnya. Lalu duduk di kalang-
hulunya. Inyik tidak bereaksi, selain heran oleh kedatangan tamu yang tidak
dikenal itu. Tamu yang berani- berani saja sudah duduk di bangku tidurnya.
Dan berbicara tanpa basa-basi. "Sebetulnya aku tidak akan ke sini. Tapi aku
mendengar yang kau katakan." Hati Inyik merasa tertusuk oleh kata kau ke
alamatnya. Kata yang tidak pernah ada dalam hidupnya dialamatkan kepadanya.
"Ternyata kau sama dengan golonganmu. Tambah tua kian sombong.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 33


Sebaiknya kau tahu, bahwa waktu Nabi sampai umurnya, baru separuh jazirah
Arab yang Islam. Tetapi dalam masa seratus tahun, para kalifah telah meluaskan
wilayah Islam sampai ke Spanyol di barat, sampai ke Pakistan di timur. Maka itu
janganlah kau punya pikiran yang berlawanan dengan kodrat alam."
"Kodrat alam?"
"Ya. Karena alam dan kodratnya, itulah Sunnatullah."
Lama Inyik terdiam. Tak mampu dia memahami apa yang dimaksud
tamunya. Kini disadarinya benar, bahwa usia tua membuatnya lamban berpikir,
lamban bereaksi. Bahkan pelupa. Tapi berapa sesungguhnya usianya sekarang?
"Ah, baru tujuh puluh usiaku sudah begitu lambannya aku, " katanya pada
dirinya. Lalu kepada tamunya, "Apa maksudmu?"
"Dalam peribahasamu ada ungkapan, 'Patah tumbuh, hilang berganti.' Masa
kau lupa," kata tamu itu.
Inyik merasa tamu itu menguliahinya. Harga dirinya tersinggung. Maunya dia
marah. Tapi ada rasa tak berdaya pada dirinya. Dialihkannya pembicaraan.
"Engkau ke sini berlebaran, bukan?"
"Ada sedikit urusan dengan istrimu."
"Bagaimana dia?"
"Kursinya tidak bergoyang lagi."
Inyik lama termangu sambil membolak- balik makna ucapan tamu itu. Tiba-
tiba dia sadar bahwa tamu itu tidak lain dari Sang Maut. Dia mencoba meraba-
raba perasaannya. Tidak ada perasaan apa pun. Karena rasionya lebih kuat.
Bahwa manusia itu lahir, hidup dan akhirnya mati. "Pantarei," desis dalam
mulutnya ketika ingat pelajaran Yunani Kuno pada kelas terakhir sekolah
rendahnya dulu. "Sudah tiba waktuku kalau begitu."
"Belum. Belum sekarang."
"Kalau waktuku belum akan tiba, aku mau kehadiranku tidak akan merugikan
orang banyak," kata Inyik pula dalam keragu-raguan.
"Tidak. Tidak akan. Karena kau tidak berkuasa lagi," kata tamu yang
disangka Inyik sebagai Sang Maut seraya keluar dari kamar.

Kayutanam, Januari 1998


Sumber: Antologi cerpen AA Navis

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 34


E. Latihan Pembelajaran
Sungguh menarik bukan cerpen ”Tamu yang Datang di Hari Lebaran” karya
AA Navis tersebut? Setelah membaca cerpen di atas, kerjakanlah hal-hal berikut
ini.
1. Ceritakan kembali isi cerita pendek tersebut dengan kata-kata sendiri.
2. Tulislah hal-hal yang menarik atau mengesankan dari cerpen tersebut
3. Carilah unsur-unsur intrinsik cerpen tersebut, berupa : tema, penokohan,
alur, sudut pandang, latar, dan amanatnya.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 35


MODUL 14. NILAI CERITA PENDEK

A. Standar Kompetensi: Berbicara


6. Membahas cerita pendek melalui kegiatan diskusi.
B. Kompetensi Dasar
6.2 Menemukan nilai-nilai cerita pendek melalui kegiatan diskusi

C. Indikator
 Menemukan nilai-nilai dalam cerpen
 Membandingkan nilai-nilai yang terdapat dalam cerita pendek dengan
kehidupan sehari-hari
 Mendiskusikan nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen

D. Materi Pembelajaran : Diskusi Cerpen ”Tamu Yang Datang Di Hari


Lebaran”
Setelah kita mengapresiasi cerpen ”Tamu Yang Datang Di Hari Lebaran”
karya AA Navis pada modul sebelumnya, pada kesempatan ini pembelajaran
akan berfokus pada nilai-nilai yang ada dalam cerpen tersebut dan
membandingkannya dengan kehidupan sehari-hari.
Dalam sebuah karya cerpen, pengarang menyajikan nilai-nilai kehidupan
pada karyanya. Nilai-nilai tersebut berupa nilai moral, nilai agama, nilai budaya,
nilai politik dan sebagainya. Nilai-nilai tersebut disajikan secara tersirat dalam
karyanya dan dapat ditemukan setelah kita mengapresiasi secara sungguh-
sungguh.
Nilai Moral berkaitan dengan akhlak kehidupan cerpen tersebut. Nilai agama
berkaitan dengan tata-aturan agama yang ada dalam cerpen tersebut. Nilai
budaya tercermin dalam adat-istiadat yang disajikan. Adapun nilai politik
berkaitan dengan sistem politik yang diungkapkan dalam cerpen. Pengungkapan
tersebut bisa tercermin dalam dialog tokoh ataupun alur cerita yang tersaji.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 36


E. Latihan Pembelajaran
Apresiasi kembali cerpen ”Tamu yang Datang di Hari Lebaran” karya AA
Navis kemudian kerjakanlah hal-hal berikut ini dalam kelompok belajarmu.
1. Temukanlah nilai moral, nilai agama, nilai budaya dan nilai politik dalam
cerpen tersebut.
2. Bandingkanlah relevansinya nilai-nilai yang ditemukan dengan
kehidupan sehari-hari.
3. Laporkanlah hasil pengerjaan kelompokmu di depan kelas.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 37


MODUL 15. CERITA PENDEK

A. Standar Kompetensi: Membaca


7. Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan cerpen.
B. Kompetensi Dasar
7.2 Menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan
sehari-hari
C. Indikator
 Mengidentifikasi unsur-unsur (tema, penokohan, dan amanat) cerita
pendek yang telah dibaca.
 Mengaitkan unsur intrinsik (tema, penokohan, dan amanat) dengan
kehidupan sehari-hari.
D. Materi Pembelajaran : Diskusi Cerpen ”Tamu Yang Datang Di Hari
Lebaran”
Cerpen ”Tamu Yang Datang Di Hari Lebaran” karya AA Navis pada modul
sebelumnya dapat digali lebih dalam untuk bahan pembelajaran. Adapun pada
pembelajarn kali ini akan berfokus pada identifikasi dan keterkaitan unsur intrinsik
cerpen dengan kehidupan sehari-hari.
Masih ingatkah dengan unsur intrinsik cerpen? Unsur intrinsik cerpen
merupakan unsur yang berasal dari dalam sebuah cerpen sehingga membentuk
satu kesatuan cerita. Unsur intrinsik meliputi tema, penokohan (tokoh dan watak),
plot/alur cerita, latar/setting cerita (waktu dan tempat), gaya bahasa, konflik,
sudut pandang, dan amanat.
Setelah mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen tersebut, maka
bandingkanlah dengan realita kehidupan sehari-hari kita, apakah ada peristiwa
yang sama persis, adakah karakter tokoh yang sama, dan sebagainya.
E. Latihan Pembelajaran
Apresiasi kembali cerpen ”Tamu yang Datang di Hari Lebaran” karya AA
Navis kemudian kerjakanlah hal-hal berikut ini dalam kelompok belajarmu.
1. Identifikasilah unsur-unsur intrinsik cerpen tersebut, berupa : tema,
penokohan, dan amanatnya.
2. Kaitkanlah unsur tema, penokohan, dan amanat dengan kehidupan
sehari-hari.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 38


MODUL 16. MEMBACA PUISI

A. Standar Kompetensi: Membaca


7. Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan cerpen.
B. Kompetensi Dasar
7.1 Membacakan puisi dengan lafal, nada, tekanan, dan intonasi yang tepat

C. Indikator
 Membaca puisi dengan memperhatikan lafal, tekanan, dan intonasi yang
sesuai dengan isi puisi
 Membahas pembacaan puisi berdasarkan lafal, tekanan, dan intonasi
 Memperbaiki pembacaan puisi yang kurang tepat

D. Materi Pembelajaran : Membaca Puisi ”Padamu Jua”


Dalam pembacaan puisi, minimal harus memperhatikan beberapa hal
sebagai berikut.
1. Lafal, merupakan kejelasan pengucapan kata-kata. Hal ini berkaitan
dengan artikulasi pengucapan, kejelasan tiap huruf saat diucapkan
2. Nada, berkaitan dengan rima dan irama pembacaan puisi serta suasana
yang tergambar dalam puisi tersebut.
3. Tekanan, merupakan penguatan tekanan pengucapan pada kata-kata
tertentu yang dianggap khusus sehingga pesan-maknanya dapat
tersampaikan kepada pendengar.
4. Intonasi berkaitan dengan tinggi-rendahnya suara pada pembacaan puisi
serta cepat-lambatnya pengucapan tersebut. Suasana sedih biasanya
diucapkan secara lambat. Adapun suasana emosional diucapkan dengan
intonasi yang cepat dan tinggi.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 39


Apresiasilah puisi luar biasa berikut ini.
PADAMU JUA
(Karya Amir Hamzah )
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku pada-Mu
Seperti dahulu
Engkaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu
Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa
Di mana Engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya merangkai hati
Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas
Nanar aku, gila sasar
Sayang berulang pada jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara di balik tirai
Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu-bukan giliranku
Mati hari-bukan kawanku ...
(Sumber: Apresiasi Puisi, Herman J. Waluyo, hal 55-56)

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 40


E. Latihan Pembelajaran
Apresiasi secara sungguh-sungguh puisi di atas, kemudianlah cobalah
membacakan puisi tersebut di depan kelas dengan memperhatikan :
1. Lafal, tekanan, dan intonasi yang sesuai dengan karakter puisi
2. Perbaikilah pembacaan puisimu oleh teman lainnya dan guru.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 41


MODUL 17. MENULIS PUISI LAMA

A. Standar Kompetensi: Menulis


8. Mengungkapkan pikiran, dan perasaan melalui kegiatan menulis puisi.
B. Kompetensi Dasar
8.1 Menulis puisi lama dengan memperhatikan bait, irama, dan rima
C. Indikator
 Mengidentifikasi puisi lama (pantun, syair) berdasarkan bait, irama, dan
rima
 Membedakan bentuk pantun dan syair
 Menulis pantun/ syair dengan memperhatikan bait, irama, dan rima
 Menyunting puisi lama (pantun/syair) yang dibuat teman

D. Materi Pembelajaran : Menulis Puisi Lama (Pantun, Syair, dan Mantra)


Puisi lama merupakan puisi yang terikat oleh syarat-syarat, seperti jumlah
larik dalam setiap bait, jumlah suku kata dalam setiap larik, pola rima dan irama,
serta muatan setiap bait.
Adapun contoh-contoh puisi lama adalah bidal, gazal, gurindam, mantra,
masnawi, nazam, kith’ah, rubai, pantun, seloka, syair, talibun, dan teromba.
Berikut ini akan dipaparkan beberapa contoh puisi lama, yakni :

1. Pantun
Pantun merupakan ragam puisi lama yang memiliki ciri-ciri :
• Setiap baitnya terdiri atas empat larik dengan rima akhir a-b-a-b.
• Setiap larik (baris) biasanya terdiri atas empat kata atau delapan sampai
dengan 12 suku kata
• Dua larik (baris) pertama selalu merupakan kiasan atau sampiran dan dua
larik berikutnya berupa isi
Berdasarkan struktur dan persyaratannya, pantun dapat terbagi ke dalam
pantun biasa, pantun kilat (karmina), dan pantun berkait.
Pantun biasa adalah pantun seperti kita kenal lazimnya, namun dengan
tambahan, isinya curahan perasaan, sindiran, nasihat, dan peribahasa. Pantun
biasa pun dapat selesai hanya dengan satu bait.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 42


Contoh Pantun Biasa :
Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian.

Pantun kilat atau karmina memiliki syarat-syarat serupa dengan pantun


biasa. Perbedaan terjadi karena karmina sangat singkat, yaitu baitnya hanya
terdiri atas dua larik, sehingga sampiran dan isi terletak pada larik pertama dan
kedua. Contoh Pantun Kilat atau Karmina :
1). Ada ubi ada talas,
Ada budi ada balas.
2). Anak ayam pulang ke kandang,
Jangan lupa akan sembahyang.
3). Satu dua tiga dan empat,
Siapa cepat tentu dapat

Pantun Berkait (pantun berantai), adalah pantun yang bersambung antara


bait satu dan bait berikutnya. Dengan catatan, larik kedua dan keempat setiap
bait pantun akan muncul kembali pada larik pertama dan ketiga pada bait
berikutnya. Contoh :
Tanam melati di rumah-rumah
Ubur-ubur sampingan dua
Kalau mati kita bersama
Satu kubur kita berdua

Ubur-ubur sampingan dua


Tanam melati bersusun bangkai
Satu kubur kita berdua
Kalau boleh bersusun bangkai

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 43


2. Syair
Syair bersumber dari kesusastraan Arab dan tumbuh memasyarakat sekitar
abad ke-13, seiring dengan masuknya agama Islam ke Nusantara.
Ciri-ciri syair adalah sebagai berikut :
• Syair memiliki empat larik dalam setiap baitnya; setiap larik terdiri atas
empat kata atau antara delapan sampai dengan dua belas suku kata.
• Syair tidak pernah menggunakan sampiran, larik-larik yang terdapat
dalam syair memuat isi syair tersebut.
• Syair berpola a-a-a-a. Karena bait syair terdiri atas isi semata, antara bait
yang satu dengan bait lainnya biasanya terangkai sebuah cerita.
Cerita yang dikemas dalam bentuk syair biasanya bersumber dari mitologi,
religi, sejarah, atau dapat juga rekaan semata dari pengarangnya. Syair yang
cukup terkenal yang merupakan khazanah sastra Nusantara, misalnya Syair
Perahu karya Hamzah Fansuri, Syair Singapura Dimakan Api karya Abdullah bin
Abdulkadir Munsyi, Syair Bidasari, Syair Abdul Muluk, Syair Ken Tambunan, Syair
Burung Pungguk, dan Syair Yatim Nestapa.
Contoh beberapa bait pengantar Syair Burung Pungguk sebagai berikut :
Bismillah itu mulia dikata
Limpah rahmat terang cuaca
Berkat Mohammad penghulu kita
Lalah penghulu alam pendeta
Al rahman itu sifat yang sani
Maknanya murah amat mengasihani
Kepada muimin hati nurani
Di situlah tempat mengasihani
Al rahim itu pengasihan kita
Kepada Allah puji semata
Itulah Tuhan yang amat nyata
Memberi hambanya berkata-kata
Dengarkan tuan suatu rencana
Dikarang oleh dagang yang hina
Sajaknya janggal banyak tak kena
Daripada akal belum sempurna ...

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 44


3. Mantra
Mantra merupakan rangkaian kata yang mengandung rima dan irama yang
dianggap mengandung kekuatan gaib. Mantra biasanya diucapkan oleh seorang
dukun atau pawang untuk melawan atau menandingi kekuatan gaib lainnya.
Namun, hakikat mantra itu sendiri adalah doa yang diucapkan oleh seorang
pawang dalam keadaan trance ‘kerasukan’. Di dalam mantra yang penting bukan
makna kata demi kata, melainkan kekuatan bunyi yang bersifat sugestif.
Menurut Umar Junus (1983: 135), ciri-ciri mantra adalah sebagai berikut.
1. Di dalam mantra terdapat rayuan dan perintah.
2. Mantra mementingkan keindahan bunyi atau permainan bunyi.
3. Mantra menggunakan kesatuan pengucapan.
4. Mantra merupakan sesuatu yang utuh, yang tidak dapat dipahami melalui
bagian-bagiannya.
5. Mantra sesuatu yang tidak dipahami oleh manusia karena merupakan
sesuatu yang serius.
6. Dalam mantra terdapat kecenderungan esoteris (khusus) dari kata-
katanya.
Contoh mantra untuk mengusir anjing galak, yakni :
Pulanglah engkau kepada rimba sekampung,
Pulanglah engkau kepada rimba yang besar,
Pulanglah engkau kepada gunung guntung,
Pulanglah engkau kepada sungai yang tiada berhulu,
Pulanglah engkau kepada kolam yang tiada berorang,
Pulanglah engkau kepada mata air yang tiada kering,
Jikalau kau tiada mau kembali, matilah engkau.

E. Latihan Pembelajaran
Agar pemahaman tentang puisi lama lebih mendalam, kerjakanlah latihan
berikut ini.
1. Buatlah contoh puisi lama (Pantun, Syair, dan Mantra) yang bersumber
dari masyarakat sekitar
2. Tukarkanlah dengan temanmu lalu diskusikan dan koreksi isinya.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 45


MODUL 18. MENULIS PUISI BARU

A. Standar Kompetensi: Menulis


8. Mengungkapkan pikiran, dan perasaan melalui kegiatan menulis puisi.
B. Kompetensi Dasar
8.1 Menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima
C. Indikator
 Mengidentifikasi puisi baru berdasarkan bait, irama, dan rima
 Menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima
 Menyunting puisi baru yang dibuat teman

D. Materi Pembelajaran : Menulis Puisi Baru


Karakteristik Puisi Baru tidak sama dengan puisi lama. Isi, bentuk, irama, dan
bentuk persajakan yang terdapat dalam puisi lama sudah berubah pada puisi
baru. Terutama mengenai isi pada puisi baru, isinya pun dilukiskan dalam bahasa
yang bebas dan lincah.
Berikut ini bentuk-bentuk puisi baru berdasarkan jumlah baris dalam kalimat
pada setiap baitnya, yaitu:
• Sajak dua seuntai atau distikon
• Sajak tiga seuntai atau terzina
• Sajak empat seuntai atau quatrain
• Sajak lima seuntai atau quint
• Sajak enam seuntai atau sektet
• Sajak tujuh seuntai atau septima
• Sajak delapan seuntai atau oktaf atau stanza

Selain itu, Bentuk- bentuk puisi baru yang dibagi berdasarkan isi yang
terkandung di dalamnya adalah :
1. Ode, yaitu sajak yang berisikan tentang puji-pujian pada pahlwan, atau
sesuatu yang dianggap mulia.
2. Himne, yaitu puisi atau sajak pujian kepada Tuhan yang Mahakuasa.
Himne disebut juga sajak Ketuhanan.
3. Elegi, yaitu puisi atau sajak duka nestapa.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 46


4. Epigram, yaitu puisi atau sajak yang mengandung bisikan hidup yang
baik dan benar, mengandung ajaran nasihat dan pendidikan agama.
5. Satire, yaitu sajak atau puisi yang mengecam, mengejek, menyindir
dengan kasar (sarkasme) kepincangan sosial atau ketidakadilan yang
terjadi dalam masyarakat.
6. Romance, yaitu sajak atau puisi yang berisikan cerita tentang cinta kasih,
baik cinta kasih kepada lawan jenis, bangsa dan negara, kedamaian,dan
sebagainya.
7. Balada, yaitu puisi atau sajak yang berbentuk cerita.

Agar pemahamanmu lebih mendalam, berikut ini akan dipaparkan beberapa


jenis puisi baru, yakni :
a. Distikon (Distichon)
Distikon adalah sajak yang terdiri atas dua baris kalimat dalam setiap
baitnya. Distikon bersajak a-a.
Contoh :
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)

b. Terzina
Terzina atau sajak tiga seuntai, artinya setiap baitnya terdiri atas tiga buah
kalimat. Terzina dapat bersajak a-a-a; a-a-b; a-b-c; atau a-b-b.
Contoh :
BAGAIMANA
Kadang-kadang aku benci
Bahkan sampai aku maki
........ diriku sendiri
Seperti aku
menjadi seteru
........ diriku sendiri
Waktu itu

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 47


Aku ........
seperti seorang lain dari diriku
Aku tak puas
sebab itu aku menjadi buas
menjadi buas dan panas
(Or. Mandank)

c. Quatrain
Quatrain adalah sajak empat seuntai yang setiap baitnya terdiri atas empat
buah kalimat. Quatrain bersajak a-b-a-b, a-a-a-a, atau a-a-b-b.
Contoh :
MENDATANG-DATANG JUA
Mendatang-datang jua
Kenangan lama lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau

Membayang rupa jua


Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)

d. Quint
Quint adalah sajak atau puisi yang terdiri atas lima baris kalimat dalam setiap
baitnya. Quint bersajak a-a-a-a-a.
Contoh :
HANYA KEPADA TUAN
Satu-satu perasaan
Yang saya rasakan
Hanya dapat saya katakan
kepada Tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 48


Yang saya rasakan
Hanya dapat saya kisahkan
kepada Tuan
Yang pernah di resah gelisahkan
Satu-satu desiran
Yang saya dengarkan
Hanya dapat saya syairkan
kepada Tuan
Yang pernah mendengarkan desiran

Satu-satu kenyataan
Yang saya didustakan
Hanya dapat saya nyatakan
kepada Tuan
Yang enggan merasakan
(Or. Mandank)

e. Sektet (Sextet)
Sektet adalah sajak atau puisi enam seuntai, artinya terdiri atas enam buah
kalimat dalam setiap baitnya. Sektet mempunyai persajakan yang tidak
beraturan. Dalam sektet, pengarangnya bebas menyatakan perasaannya tanpa
menghiraukan persajakan atau rima bunyi.
Contoh :
MERINDUKAN BAGIA
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Alam seperti dalam samadhi
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 49


f. Septima
Septima adalah sajak tujuh seuntai yang setiap baitnya terdiri atas tujuh
buah kalimat. Sama halnya dengan sektet, persajakan septima tidak berurutan.
API UNGGUN
Diam tenang kami memandang
Api unggun menyala riang
Menjilat meloncat menari riang
Berkilat-kilat bersinar terang
Nyala api nampaknya curai
Hanya satu cita dicapai
Alam nan tinggi, sunyi, sepi
(Intojo)

g. Stanza
Stanza adalah sajak delapan seuntai yang setiap baitnya terdiri atas delapan
buah kalimat. Stanza disebut juga oktaf. Persajakan stanza atau oktaf tidak
berurutan. Contoh :
PERTANYAAN ANAK KECIL
Hai kayu-kayu dan daun-daunan!
Mengapakah kamu bersenang-senang?
Tertawa-tawa bersuka-sukaan?
Oleh angin dan tenang, serang?
Adakah angin tertawa dengan kami?
Bercerita bagus menyenangkan kami?
Aku tidak mengerti kesukaan kamu!
Mengapa kamu tertawa-tawa?
Hai kumbang bernyanyi-nyanyi!
Apakah yang kamu nyanyi-nyanyikan?
Bunga-bungaan kau penuhkan bunyi!
Apakah yang kamu bunyi-bunyikan?
Bungakah itu atau madukah?
Apakah? Mengapakah? Bagaimanakah?
Mengapakah kamu tertawa-tawa?
(Mr. Dajoh)

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 50


h. Soneta
Soneta berasal dari kata Sonetto dalam bahasa Italia yang terbentuk dari
kata latin Sono yang berarti ‘bunyi’ atau ‘suara’. Adapun syarat-syarat soneta
(bentuknya yang asli) adalah :
• Jumlah baris ada 14 buah.
• Keempat belas baris terdiri atas 2 buah quatrain dan 2 buah terzina.
• Jadi pembagian bait itu: 2 × 4 dan 2 × 3.
• Kedua buah kuatrain merupakan kesatuan yang disebut stanza atau
oktaf.
• Kedua buah terzina merupakan kesatuan, disebut sextet.
• Octav berisi lukisan alam; jadi sifatnya objektif.
• Sextet berisi curahan, jawaban, atau kesimpulan sesuatu yang dilukiskan
dalam oktaf; jadi sifatnya subjektif.
• Peralihan dari oktaf ke sektet disebut volta.
• Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 dan 14 suku
kata.
• Rumus dan sajaknya a-b-b-a, a-b-b-a, c-d-c, d-c-d.

Lama kelamaan para pujangga tidak mengikuti syarat-syarat di atas.


Pembagian atas bait-bait, rumus sajak serta hubungan isinya pun mengalami
perubahan. Yang tetap dipatuhinya hanyalah jumlah baris yang 14 buah itu saja.
Bahkan acapkali jumlah yang 14 baris dirasa tak cukup oleh pengarang untuk
mencurahkan angan-angannya. Itulah sebabnya lalu ditambah beberapa baris
menurut kehendak pengarang. Tambahan itu disebut Cauda yang berarti ekor.
Karena itu, kini kita jumpai beberapa kemungkinan bagan. Soneta Shakespeare,
misalnya mempunyai bagan sendiri mengenai soneta-soneta gubahannya, yakni:
• Pembagian baitnya : 3 × 4 dan 1 × 2.
• Sajaknya : a-b-a-b, c-d-c-d, e-f-e-f, g-g.
Demikian pula pujangga lain, termasuk pujangga soneta Indonesia
mempunyai cara pembagian bait serta rumus-rumus sajaknya sendiri.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 51


Contoh :
GEMBALA
Perasaan siapa ta’kan nyala (a)
Melihat anak berlagu dendang (b)
Seorang saja di tengah padang (b)
Tiada berbaju buka kepala (a)
Beginilah nasib anak gembala (a)
Berteduh di bawah kayu nan rindang (b)
Semenjak pagi meninggalkan kandang (b)
Pulang ke rumah di senja kala (a)
Jauh sedikit sesayup sampai (a)
Terdengar olehku bunyi serunai (a)
Melagukan alam nan molek permai (a)
Wahai gembala di segara hijau (c)
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau (c)
Maulah aku menurutkan dikau (c)
(Muhammad Yamin, SH.)

E. Latihan Pembelajaran
Agar pemahaman tentang puisi baru lebih mendalam, kerjakanlah latihan
berikut ini.
1. Tulislah 3 (tiga) contoh puisi baru sesuai kehendakmu dengan tema
bebas.
2. Tukarkanlah dengan teman sebangku kemudian diskusikan dan koreksi
isinya.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 52


MODUL PEMBELAJARAN
SEMESTER II (GENAP)

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 53


MODUL 19. MENDENGARKAN INFORMASI

A. Standar Kompetensi: Mendengarkan


9. Memahami informasi melalui tuturan.
B. Kompetensi Dasar
9.1 Menyimpulkan isi informasi yang disampaikan melalui tuturan langsung.
C. Indikator
 Mencatat pokok-pokok isi informasi yang disampaikan melalui tuturan
langsung
 Menyimpulkan isi informasi dengan urutan yang runtut dan mudah
dipahami.
 Menyampaikan secara lisan isi informasi yang telah ditulis secara runtut
dan jelas.

D. Materi Pembelajaran : Mendengarkan Informasi Langsung


Tuturan langsung adalah informasi yang disampaikan secara langsung
(lisan), baik melalui media elektronik maupun dibacakan oleh orang lain.
Untuk dapat memperoleh informasi yang bersumber dari tuturan langsung,
berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan, yakni :
1. Simaklah secara kritis tuturan yang disampaikan secara langsung
2. Ingatlah dan catat pokok-pokok isi informasi yang disampaikan melalui
tuturan langsung, semisal nama tokoh, peristiwa penting, dan sebagainya.
3. Buatlah sebuah daftar kecil dari pokok-pokok informasi tersebut.
Berikut ini akan disajikan wacana ”Mengenal Linux” yang bersumber dari
RootMagz edisi 01/20015. Bacakanlah oleh temanmu.

MENGENAL LINUX
Mengenal Sistem Operasi Free Terpopuler di Dunia
Ade Malsasa Akbar <teknoloid@gmail.com>
Linux adalah sebutan untuk sistem operasi free (bebas, gratis) yang paling
populer di dunia. Bagi Anda yang selama ini menggunakan Windows, Linux
terdengar asing. Namun jika ditelusuri, Linux punya daya tarik yang begitu
menarik juga seperti Windows. Linux dipakai orang di komputer- komputer server,

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 54


satu jenis komputer yang melayani semua pengguna internet dan WWW di
dunia. Linux dipakai orang di PC-PC, layaknya Windows. Linux juga dipakai di
perangkat smartphone dan lain-lain. Linux selain terkenal akan kestabilannya,
juga akan keamanannya. Linux itu free, open source, aman, dan memenuhi
kebutuhan komputer sehari-hari.

Kelebihan Linux
Di antara kelebihan Linux adalah keamanannya. Masyarakat dunia
menggunakan Linux karena bebas dari virus. Hal ini dimungkinkan karena Linux
memiliki prinsip-prinsip keamanan yang lebih bagus. Hal ini mengakibatkan
umumnya pengguna Linux tidak pernah mengenal antivirus. Karena memakai
Linux sama dengan tidak direpotkan lagi dengan virus.
Kelebihan Linux lainnya adalah sifatnya yang free ( free software , bukan
freeware) sehingga dia open source. Karena sifat ini, setiap orang boleh
mengembangkan Linux sesuka hati. Karena itu banyak orang dari berbagai
pengetahuan berbeda turut mengembangkan dan jadilah Linux sekarang yang
sangat kaya dengan fitur-fitur. Di smartphone, Android adalah contoh Linux yang
dikembangkan orang (oleh Google dan OHA) yang digunakan luas. Di PC, kita
punya banyak pilihan Linux seperti Ubuntu dan openSUSE.
Kelebihan Linux yang paling kentara bagi kita adalah legalitasnya. Kita tidak
melanggar hak cipta (tidak membajak) ketika meng-copy Linux milik teman, atau
mengedarkan kopian Linux dengan meminta bayaran. Dua hal tersebut adalah
pelanggaran hak cipta (pembajakan) di Windows. Maka Linux adalah solusi
paling cerdas untuk mengurangi pembajakan perangkat luna (pelanggaran hak
cipta) di sekitar kita. Minimal, dengan Linux kita bisa berusaha menguranginya
dari diri kita sendiri.

Distro Linux
Windows memiliki varian Windows 95, 98, 2000, ME, XP, Vista, 7, 8, Sampai
terakhir Windows 10. Linux tidak sesederhana itu. Linux tidak dibikin oleh satu
perusahaan saja seperti Microsoft membikin Windows. Linux memiliki varian,
yang kita sebut distro (distribusi). Distro Linux ada enam besar yaitu Slackware ,
Debian, SUSE, Red Hat Linux, Gentoo, dan Archlinux. Dari enam besar ini
sebagai bahannya, seniman-seniman teknik membuat lagi varian lain yang kita

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 55


kenal seperti Ubuntu , Fedora, dan openSUSE. Masih banyak distro lain yang
kita bisa kenali. Namun untuk memudahkan perkenalan ini hanya disebut tiga
saja.

Tampilan Linux
Linux memiliki 1.000 wajah. Windows hanya memiliki 1 wajah. Itulah
perbandingannya. Jumlah tampilan di Linux itu seperti jumlah game di Windows.
Hal ini karena sifat Linux yang free sehingga semua seniman teknik boleh
menciptakan tampilannya sendiri. Di antara tampilan yang paling terkenal di
Linux adalah KDE. Tampilan ini memberikan Linux wajah yang sangat mirip
dengan Windows.
(Sumber : Majalah RootMagz, Edisi 01/2015)

E. Latihan Pembelajaran
Setelah kalian menyimak wacana ”Mengenal Linux” yang dibacakan oleh
temanmu, kerjakanlah hal-hal berikut ini.
1. Apa yang menjadi pokok pembicaraan wacana tersebut?
2. Apakah kelebihan Linux dibandingkan dengan Windows?
3. Berapa macam Distro linux yang disebutkan dalam wacana tersebut?
4. Apa saja varian Windows yang terdapat pada wacana tersebut?
5. Apa yang dimaksud dengan Linux bersifat free?

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 56


MODUL 20. MENDENGARKAN INFORMASI

A. Standar Kompetensi: Mendengarkan


9. Memahami informasi melalui tuturan.
B. Kompetensi Dasar
9.2 Menyimpulkan isi informasi yang didengar melalui tuturan tidak langsung
(rekaman atau teks yang dibacakan)
C. Indikator
 Mencatat pokok-pokok isi informasi melalui rekaman atau teks yang
dibacakan
 Menyampaikan secara lisan isi informasi secara runtut dan jelas
 Menyimpulkan isi informasi yang didengar
D. Materi Pembelajaran : Mendengarkan Informasi Tidak Langsung
Bila pada materi Modul 19 anda mempelajari tentang informasi yang berasal
dari tuturan langsung, pada kesempatan ini kita akan mempelajari informasi yang
diperoleh secara tidak langsung. Tuturan Informasi langsung adalah informasi
yang disampaikan secara langsung (lisan), baik melalui media elektronik maupun
dibacakan oleh orang lain. Sedangkan tuturan tidak langsung sebaliknya,
diperoleh dengan cara membaca sebuah wacana.
Berikut ini akan disajikan wacana ”Wajah Perpustakaan Kita, Antara Impian
dan Realitas” sebagai sumber belajar kita. Bacalah dengan seksama.

Wajah Perpustakaan Kita,


Antara Impian dan Realita
Meski sebagian perpustakaan masih memprihatinkan, mulai ada aksi untuk
membenahinya. Bahkan, kini ada alternatif lain buat kamu yang ingin
mendongkrak minat baca. Sarie Puspayanti punya sebuah mimpi. "Saya ingin
datang ke perpustakaan yang lebih besar, lebih bersih, dan lebih lengkap
koleksinya," ujar siswa semester 2 Akuntansi, Universitas Padjadjaran ini.
Apabila Sarie menyimpan mimpi mengenai perpustakaan, harap maklum.
Wanita ini memang hobi banget datang ke perpustakaan. Untuk saat ini, mimpi
Sarie cukup terjawab di Cisral (Center of Information Scientific Resources and
Library). Bagi dia, pusat informasi yang terletak di Jalan Dipati Ukur, Bandung, ini

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 57


tampaknya telah memadai. "Cisral bagus karena sudah computerized, pakai
katalogisasi, banyak fasilitas mendukung, dan sering juga diadakan acara
diskusi," ujarnya. Namun, dia tetap menyimpan mimpi yang sempurna tentang
sebuah perpustakaan dalam benaknya.
Pagi itu sekitar pukul 10.00, Intan keluar dari gerbang sekolah. Dia tak punya
kegiatan sebab guru yang harus mengajarnya hari itu tidak bisa hadir. Intan dan
kedua temannya, Mayang dan Rita, lebih suka memilih melakukan aktivitas lain
ketimbang datang dan membaca di perpustakaan. Sebenarnya, perpustakaan
sekolah mereka cukup nyaman. Namun, koleksi bukunya kebanyakan buku-buku
lama. "Banyak juga sih buku-buku yang bagus seperti ensiklopedi negara-negara
di dunia, tapi tebel-tebel amat, belum baca saja sudah malas ngeliatnya," tutur
Intan yang merupakan salah seorang siswa sebuah SMAN di Bandung ini.
Mayang dan Rita mengangguk. Menurut mereka, perpustakaan sekolahnya
kurang memfasilitasi selera baca mereka yang masih remaja. "Aku sih lebih suka
baca novel, majalah, atau cerpen-cerpen gitu, pokoknya mah yang mudah
dimengerti," kata Mayang. "Males ah, nggak ada yang seru, paling kalau ke
perpus, kita curhat-curhatan sama ibu penjaganya," tambah Rita.
Ke tiga murid kelas tiga ini mempunyai pengalaman dengan perpustakaan
yang lain. Untuk melengkapi tugas yang diberikan guru mereka, Mayang dan
Intan juga pernah meminjam buku dari Perpustakaan Daerah. Tapi, lagi-lagi
mereka kecewa karena proses peminjaman memakan waktu cukup lama. Selain
itu, buku-buku yang ada di sana juga kebanyakan buku-buku jadul alias zaman
dulu. "Apalagi buat saya yang IPA, buku IPA- nya kurang lengkap," kata Rita.
Walaupun di Perpustakaan Daerah sudah menggunakan sistem
komputerisasi, tetap saja penelusuran buku masih sulit. "Kurang efektif. Misalnya
di komputer buku yang saya cari ada di rak sekian, tapi ternyata bukunya nggak
ada, kenapa yah nggak rapi banget," kata Mayang sambil bersungut-sungut.
Begitulah wajah perpustakaan kita. Ada yang cukup canggih, ada yang
seadanya kalau tidak bisa dikatakan memprihatinkan. Tentang ini, Asep
Saefulloh, dosen Ilmu Informasi dan Perpustakaan, Universitas Padjadjaran,
mengatakan bahwa perpustakaan di daerah Jawa Barat memang jauh tertinggal
dengan daerah-daerah lain. Penyebabnya bermula dari peminat yang kurang.
(Sumber: www.republikaonline.com dengan penyesuaian)
E. Latihan Pembelajaran

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 58


Setelah kalian membaca wacana di atas, kerjakanlah hal-hal berikut ini.
1. Catatlah pokok-pokok informasi dari wacana di atas dan buatlah daftar
dari pokok informasi tersebut.
2. Tulislah kata-kata tidak baku yang terdapat pada wacana di atas,
kemudian perbaiki menjadi kata-kata baku
3. Simpulkanlah isi wacana di atas berdasarkan pokok-pokok wacana yang
sudah dicatat dengan urutan yang runtut dan mudah dipahami.
4. Sampaikanlah hasil pengeraanmu secara lisan secara runtut dan jelas di
depan kelas.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 59


MODUL 21. BERKOMENTAR

A. Standar Kompetensi: Mendengarkan


10. Mengungkapkan komentar terhadap informasi dari berbagai sumber.
B. Kompetensi Dasar
10.1 Memberikan kritik terhadap informasi dari media cetak dan atau
elektronik
C. Indikator
 Mendata informasi dari sebuah artikel dengan mencantumkan
sumbernya
 Merumuskan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum di
masyarakat (apa isunya, siapa yang memunculkan, kapan dimunculkan,
apa yang menjadi latar belakangnya, dsb.)
 Memberikan kritik dengan disertai alasan

D. Materi Pembelajaran : Berkomentar Terhadap Informasi


Dari beberapa wacana yang telah disampaikan pada pembelajaran
sebelumnya, tentu kamu memperoleh berbagai informasi. Namun, ada kalanya
informasi tersebut tidak sesuai dengan kehendak hati pembaca. Apalagi bila kita
menerapkan teknik membaca kritis, tentu akan terlihat informasi yang berupa
fakta ataupun pendapat (opini).
Apabila ingin mengkritisi informasi dari media cetak dan elektonik,
sebaiknyalah dilakukan dengan cara dan bahasa yang baik serta santun. Selain
itu, harus pula mempunyai bukti atau fakta pendukung dan alasan yang logis
sehingga kritikan yang disampaikan menjadi suatu pendorong untuk memperluas
wawasan (kritik membangun).
Dalam pembelajaran ini, kita harus mengetahui dua perbedaan antara fakta
dan opini. Fakta merupakan sesuatu yang benar-benar terjadi, riil, dan dapat
dibuktikan baik dengan data-data maupun angka-angka.
Contoh :
Linux memiliki varian, yang kita sebut distro (distribusi). Distro Linux ada
enam besar yaitu Slackware , Debian, SUSE, Red Hat Linux, Gentoo, dan
Archlinux.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 60


Sedangkan pendapat / opini adalah pandangan seseorang terhadap suatu
permasalahan dan biasanya disertai dengan sisi subjektif.
Contoh :
Menurut mereka, perpustakaan sekolahnya kurang memfasilitasi selera baca
mereka yang masih remaja.

E. Latihan Pembelajaran
Setelah anda mengetahui perbedaan fakta dan pendapat di atas, berilah
kritikan anda terhadap pernyataan di bawah ini dengan mengungkapkan fakta
pendukung . Gunakanlah bahasa yang lugas, tegas, dan pilihan kata yang tepat.
1. Petani berhak mendapat harga jual gabah yang besar.
2. Pemerintah lebih baik memusatkan pembangunan pada bidang pertanian
sesuai dengan keadaan negara kita yang agraris.
3. Penyemprotan pestisida pada tanaman sayuran dan buah-buahan perlu
dilakukan karena dapat menghindari hama dan gulma.
4. Masyarakat desa boleh membunuh babi hutan yang telah merusak
perkebunan mereka.
5. Sebelum masa panen tiba, ada kalanya petani menjual hasil pertaniannya
kepada lintah darat.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 61


MODUL 22. BERKOMENTAR

A. Standar Kompetensi: Mendengarkan


10. Mengungkapkan komentar terhadap informasi dari berbagai sumber.
B. Kompetensi Dasar
10.2 Memberikan persetujuan/dukungan terhadap artikel yang terdapat
dalam media cetak dan atau elektronik

C. Indikator
 Mendata informasi dari sebuah artikel dengan mencantumkan
sumbernya
 Merumuskan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum di
masyarakat (apa isunya, siapa yang memunculkan, kapan dimunculkan,
apa yang menjadi latar belakangnya, dsb.)
 Memberikan persetujuan/ dukungan dengan bukti pendukung (disertai
dengan alasan)

D. Materi Pembelajaran : Memberikan Persetujuan Terhadap Informasi


Pada pembelajaran modul 21 sebelumnya, anda telah belajar bagaimana
mengungkapkan pendapat berdasarkan informasi tertentu. Pada kesempatan ini,
akan disajikan sebuah wacana untuk digunakan sebagai bahan pembelajaran
menyampaikan persetujuan ataupun tidak setuju dari beberapa pernyataan
wacana tersebut.
Sebelum anda belajar menyampaikan persetujuan ataupun tidak setuju, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, yakni :
1. Tandailah informasi-informasi penting dari sebuah artikel dengan
mencantumkan sumbernya.
2. Rumuskanlah pokok persoalan tersebut ke dalam beberapa kalimat (apa
isunya, siapa yang memunculkan, kapan dimunculkan, apa yang menjadi
latar belakangnya, dsb.)
3. Berikanlah persetujuan ataupun ketidak-setujuan anda dengan bukti
pendukung disertai dengan alasan yang logis.
Berikut ini akan disajikan wacana untuk bahan pembelajaran anda. Bacalah

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 62


secara kritis dan efektif.
Wajah Perpustakaan Kita, Antara Impian dan Realita

Meski sebagian perpustakaan masih memprihatinkan, mulai ada aksi untuk


membenahinya. Bahkan, kini ada alternatif lain buat kamu yang ingin
mendongkrak minat baca. Sarie Puspayanti punya sebuah mimpi. "Saya ingin
datang ke perpustakaan yang lebih besar, lebih bersih, dan lebih lengkap
koleksinya," ujar siswa semester 2 Akuntansi, Universitas Padjadjaran ini.
Apabila Sarie menyimpan mimpi mengenai perpustakaan, harap maklum.
Wanita ini memang hobi banget datang ke perpustakaan. Untuk saat ini, mimpi
Sarie cukup terjawab di Cisral (Center of Information Scientific Resources and
Library). Bagi dia, pusat informasi yang terletak di Jalan Dipati Ukur, Bandung, ini
tampaknya telah memadai. "Cisral bagus karena sudah computerized, pakai
katalogisasi, banyak fasilitas mendukung, dan sering juga diadakan acara
diskusi," ujarnya. Namun, dia tetap menyimpan mimpi yang sempurna tentang
sebuah perpustakaan dalam benaknya.
Pagi itu sekitar pukul 10.00, Intan keluar dari gerbang sekolah. Dia tak punya
kegiatan sebab guru yang harus mengajarnya hari itu tidak bisa hadir. Intan dan
kedua temannya, Mayang dan Rita, lebih suka memilih melakukan aktivitas lain
ketimbang datang dan membaca di perpustakaan. Sebenarnya, perpustakaan
sekolah mereka cukup nyaman. Namun, koleksi bukunya kebanyakan buku-buku
lama. "Banyak juga sih buku-buku yang bagus seperti ensiklopedi negara-negara
di dunia, tapi tebel-tebel amat, belum baca saja sudah malas ngeliatnya," tutur
Intan yang merupakan salah seorang siswa sebuah SMAN di Bandung ini.
Mayang dan Rita mengangguk. Menurut mereka, perpustakaan sekolahnya
kurang memfasilitasi selera baca mereka yang masih remaja. "Aku sih lebih suka
baca novel, majalah, atau cerpen-cerpen gitu, pokoknya mah yang mudah
dimengerti," kata Mayang. "Males ah, nggak ada yang seru, paling kalau ke
perpus, kita curhat-curhatan sama ibu penjaganya," tambah Rita.
Ke tiga murid kelas tiga ini mempunyai pengalaman dengan perpustakaan
yang lain. Untuk melengkapi tugas yang diberikan guru mereka, Mayang dan
Intan juga pernah meminjam buku dari Perpustakaan Daerah. Tapi, lagi-lagi
mereka kecewa karena proses peminjaman memakan waktu cukup lama. Selain
itu, buku-buku yang ada di sana juga kebanyakan buku-buku jadul alias zaman

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 63


dulu. "Apalagi buat saya yang IPA, buku IPA- nya kurang lengkap," kata Rita.
Walaupun di Perpustakaan Daerah sudah menggunakan sistem
komputerisasi, tetap saja penelusuran buku masih sulit. "Kurang efektif. Misalnya
di komputer buku yang saya cari ada di rak sekian, tapi ternyata bukunya nggak
ada, kenapa yah nggak rapi banget," kata Mayang sambil bersungut-sungut.
Begitulah wajah perpustakaan kita. Ada yang cukup canggih, ada yang
seadanya kalau tidak bisa dikatakan memprihatinkan. Tentang ini, Asep
Saefulloh, dosen Ilmu Informasi dan Perpustakaan, Universitas Padjadjaran,
mengatakan bahwa perpustakaan di daerah Jawa Barat memang jauh tertinggal
dengan daerah-daerah lain. Penyebabnya bermula dari peminat yang kurang.
(Sumber: www.republikaonline.com dengan penyesuaian)

E. Latihan Pembelajaran
Setelah anda membaca wacana di atas, bersiaplah memberikan
persetujuan/dukungan ataupun ketidak-setujuan anda terhadap pokok-pokok
persoalan yang diungkapkan dalam tabel berikut ini.
Wajah Perpustakaan Kita, Antara Impian dan Realita
No. Pokok Persoalan Setuju Tidak Setuju Alasan
1
2
3
4
5

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 64


MODUL 23. MEMBACA MEMINDAI

A. Standar Kompetensi: Membaca


11. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca memindai.
B. Kompetensi Dasar
11.1. Merangkum seluruh isi informasi teks buku ke dalam beberapa kalimat
dengan membaca memindai

C. Indikator
 Mencatat pokok-pokok isi informasi pada halaman bab tertentu yang
dirujuk
 Merangkum seluruh isi informasi (yang diperoleh dari halaman bab
tertentu) ke dalam beberapa kalimat
 Membahas rangkuman yang telah dibuat

D. Materi Pembelajaran : Membaca Memindai (Scanning)


Membaca memindai (Scanning) merupakan kegiatan membaca dengan
cara sekilas untuk menemukan informasi tertentui. Membaca memindai dilakukan
ketika membaca buku berindeks, seperti kamus, buku telepon, atau eksiklopedi.
Buku tersebut disusun secara alfabetis berdasarkan urutan abjad dan di
dalamnya selalu terdapat indeks atau petunjuk agar pembaca dengan mudah
menemukan informasi yang dicarinya.
Pada kesempatan pembelajaran kali ini, kita akan belajar tentang membaca
memindai, khususnya dengan indeks buku. Indeks dalam sebuah buku berisi
kosakata-kosakata penting atau kata-kata kunci beserta lokasi/halaman di mana
kosakata tersebut berada dalam buku. Indeks biasanya ditempatkan di bagian
akhir buku sebelum daftar pustaka. Indeks berguna untuk menelusuri informasi
spesifik dalam sebuah buku, misalnya informasi mengenai sebuah teori berikut
pencetusnya.

Contoh :
akting, 17
aktual, 147

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 65


Basidium, 130
Difusi, 10
Bagaimanakah cara membacanya? Apa arti dari daftar kata tersebut? Berikut
ini penjelasannya.
1. Kata Akting, terdapat pada halaman 17. Jika dibuka pada halaman 17
tersebut maka terdapat kata akting pada kalimat ; b. jika perlu, sertai
dengan akting/gerakan yang lucu;
2. Kata Aktual, terdapat pada halaman 147. Jika dibuka pada halaman 147
tersebut maka terdapat kata aktual pada kalimat ; Aktual dan faktual
3. Kata Basidium ditemukan pada halaman 130. Pada halaman tersebut
tertulis “Basidomycetes bereproduksi dengan komidia dan sporadium
yang dibuat oleh Basidium”.
4. Kata Difusi, terdapat pada halaman 10. Istilah ini terdapat pada kalimat:
“Difusi adalah perpindahan partikel zat padat atau gas dari hyper ke
hypo”.

Demikianlah penjelasan tentang cara membaca memindai indeks pada


sebuah buku. Cukup sederhana bukan? Semoga anda dapat memahami dan
menerapkannya pada sumber bacaan lain seperti kamus, buku telepon, dan
sebagainya.

E. Latihan Pembelajaran
Agar pemahaman anda lebih dalam tentang cara membaca memindai,
kerjakanlah tugas berikut ini.
1. Carilah sebuah buku yang berindeks lengkap.
2. Tuliskan 10 (sepuluh) kata yang terdapat dalam indeks tersebut.
3. Tulislah isi informasi yang terdapat pada halaman yang dirujuk pada
daftar indeks sesuai dengan contoh di atas.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 66


MODUL 24. MEMBACA TABEL DAN GRAFIK

A. Standar Kompetensi: Membaca


11. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca memindai.
B. Kompetensi Dasar
11.2 Merangkum seluruh isi informasi dari suatu tabel dan atau grafik ke
dalam beberapa kalimat dengan membaca memindai

C. Indikator
 Mencatat pokok-pokok isi informasi pada halaman bab tertentu yang
dirujuk
 Merangkum seluruh isi informasi (yang diperoleh dari halaman bab
tertentu) ke dalam beberapa kalimat
 Membahas rangkuman yang telah dibuat

D. Materi Pembelajaran : Membaca Tabel Dan Grafik


Tahukah anda perbedaan antara tabel dan grafik?
Tabel adalah daftar berisi ikhtisar sejumlah fakta/informasi, biasanya berupa
nama dan bilangan yang tersusun secara urut ke bawah dan ke samping dengan
garis pembatas sehingga dapat dibaca dengan mudah.
Bagian dari atas ke bawah disebut dengan kolom, sedangkan bagian dari kiri
ke kanan disebut baris.
Contoh Tabel
Judul Tabel
No. A B C
1
2
3
4
5

Sedangkan grafik adalah lukisan pasang-surut suatu keadaan dengan garis


atau gambar. Biasanya menggambarkan naik turunnya suatu hasil, statistik, dan
lain-lain.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 67


Contoh Grafik (Grafik Batang)
Judul Grafik
12

10

8
Column 1
6
Column 2
Column 3
4

0
Row 1 Row 2 Row 3 Row 4

Apa disajikan dalam bentuk kesimpulan, berikut ini contoh penuangan


kesimpulan pada sebuah kalimat.
Grafik industri di Kabupaten Cianjur dapat disimpulkan mengalami pasang
surut. Dalam kurun waktu lima tahun (2003 – 2007), puncak kejayaan industri
terjadi pada tahun 2005.

E. Latihan Pembelajaran
Agar pemahaman anda lebih mendalam dalam membaca tabel dan grafik,
perhatikanlah tabel berikut ini.
Angka Kematian Bayi Kabupaten Cianjur 2015
No. Penyebab Jumlah Korban
1 Malaria 10
2 Campak 15
3 Diare 30
4 Infeksi Pernapasan 15
5 Lainnya 20

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini


1. Penyebab kematian manakah yang paling tinggi?
2. Penyebab kematian manakah yang paling rendah?
3. Simpulkanlah isi tabel tersebut ke dalam kalimat yang efektif dan jelas.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 68


MODUL 25. MENULIS PARAGRAF ARGUMENTATIF

A. Standar Kompetensi: Menulis


12. Mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato.
B. Kompetensi Dasar
12.1 Menulis gagasan untuk mendukung suatu pendapat dalam bentuk
paragraf argumentatif

C. Indikator
 Mendaftar topik-topik pendapat yang dapat dikembangkan menjadi
paragraf argumentatif
 Menyusun kerangka paragraf argumentatif
 Mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi paragraf
argumentatif
 Menggunakan kata penghubung antarkalimat (oleh karena itu, dengan
denikian, oleh sebab itu, dll.) dalam paragraph argumentatif
 Menyunting paragraph argumentatif yang ditulis teman

D. Materi Pembelajaran : Menulis Paragraf Argumentatif


Paragraf argumentatif adalah paragraf yang mengemukakan alasan,
contoh, dan bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan. Alasan-alasan, bukti, dan
sejenisnya, digunakan untuk memengaruhi pembaca agar mereka menyetujui
pendapat, sikap, dan keyakinannya terhadap topik yang disampaikan.
Paragraf argumentatif dapat dikengembangkan dengan beberapa metode,
yakni (1) definisi, (2) sebab-akibat, (3) keadaan, (4) persamaan, (5)
perbandingan, (6) pertentangan, dan (7) kesaksian dan otoritas. Berikut ini akan
dipaparkan penjelasan dari tiap pengembangan paragraf argumentatif tersebut.

1. Definisi
Yakni pengembangan paragraf argumentasi yang menggunakan definisi,
biasanya menguraikan tulisan yang panjang lebar mengenai objek dan kelasnya.
Tujuan membuat definisi adalah untuk menetapkan jenis dari objek yang
dibicarakan. Penulis biasanya membuat definisi luas dengan menjelaskan ciri-ciri

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 69


dari sebuah jenis tersebut.
Contoh :
Sejalan dengan perencanaan Gerakan Disiplin Nasional, warga negara
dituntut meningkatkan diri dalam mematuhi peraturan perundang-undangan.
Selain itu, warga negara juga harus berupaya semaksimal mungkin untuk dapat
meninggalkan/menghindari kebiasaan yang tidak menguntungkan.
Sikap demikian tidak tumbuh dengan sendirinya, tetapi harus dibina secara
sadar. Disiplin nasional merupakan sikap suatu bangsa untuk menaati tata tertib
atau sikap mental suatu bangsa yang menyatakan diri dalam tingkah laku
terpola, yang mencerminkan penghargaan terhadap norma-norma yang
mengatur kehidupan bersama dan secara beradab.

2. Sebab-Akibat
Paragraf argumentasi yang dikembangkan dengan sebab akibat selalu
menggunakan proses berpikir yang bercorak khusus. Proses berpikir ini
menyatakan bahwa suatu sebab tertentu akan mencakup sebuah sebab yang
sebanding.
Pengembangan paragraf dengan cara sebab adalah dengan menempatkan
sebab sebagai inti dan akibat sebagai penjelasannya. Sebaliknya, dengan
menempatkan akibat sebagai inti untuk memahami bahwa akibat tersebut
ditimbulkan oleh sejumlah penyebab sebagai penjelasnya.
Contoh :
Jalan Pasar Baru sangat macet dan semrawut. Lebih dari separuh jalan
kendaraan tersita oleh pedagang kaki lima. Untuk mengatasinya, pemerintah
memasang pagar pemisah antara jalan dan trotoar. Pagar ini berfungsi juga
sebagai batas pemasangan tenda pedagang kaki lima tempat mereka diizinkan
berdagang. Pemasangan ini terpaksa dilakukan mengingat pelanggaran
pedagang kaki lima di lokasi itu sudah sangat keterlaluan sehingga menimbulkan
kemacetan lalu lintas.

3. Persamaan
Paragraf argumentasi yang dikembangkan dengan metode persamaan
biasanya mengandung suatu pernyataan mengenai kesamaan antara dua
barang/hal. Hal ini bertitik tolak dari berpikir analogis bahwa jika dua barang mirip

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 70


dalam aspek-aspek tertentu, besar kemungkinan mereka mirip pula dalam aspek
lainnya.
Contoh :
Apabila kita perhatikan, antara majalah Asri dan majalah Laras sebenarnya
tidak terdapat perbedaan. Isi kedua majalah tersebut membahas arsitektur,
interior, taman, dan lingkungan. Kedua majalah ini sangat disukai masyarakat
karena dapat membantu mereka dalam mengenal interior, taman, dan
lingkungan lebih jauh. Selain itu, keduanya juga menyediakan rubrik konsultasi
yang memudahkan pembaca untuk berkonsultasi mengenai semua materi yang
disajikan.

4. Perbandingan
Paragraf argumentasi persamaan dan perbandingan memiliki kesamaan,
tetapi juga memiliki perbedaan. Dalam perbandingan tercakup pengertian bahwa
salah satu dari hal yang diperbandingkan lebih kuat daripada hal lain yang
menjadikan dasar perbandingan.
Penulis yang menggunakan perbandingan ini menghadapi dua kemungkinan
yang mempunyai peluang atau kepastian lebih tinggi. Apabila kemungkinan
kedua lebih mempunyai peluang dari kemungkinan pertama, ia akan membatasi
jika menyetujui kemungkinan pertama. Artinya dengan menyetujui kemungkinan
yang pertama maka lebih pasti lagi ia harus menyetujui kemungkinan yang
kedua. Inilah pengembangan paragraf dengan cara membandingkan. Dalam hal
ini, penulis berusaha menunjukkan persamaan dan perbedaan antara dua hal.
Contoh :
Wacana 1 : Kepribadian
Apabila seseorang terbiasa disiplin terhadap diri sendiri, ia juga akan disiplin
terhadap peraturan orang lain. Ia disiplin dalam melakukan kegiatan pribadinya.
Oleh sebab itu, ia patut menjadi pemimpin karena ia disiplin pula terhadap
peraturan yang telah disepakati bersama. Hal ini dipertegas pula oleh Musthafa
Bisri. Beliau mengharapkan Gerakan Disiplin Nasional dimulai dari para
pemimpin bangsa.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 71


Wacana 2 : Kepribadian
Ratu Elizabeth tidak begitu tertarik dengan mode, tetapi selalu tampil di
muka umum seperti yang diharapkan rakyatnya. Kalau keluar kota, ia paling
senang mengenakan pakaian yang praktis. Ia menyenangi topi dan scarf. Lain
halnya dengan Margareth Tatcher. Ia melembutkan gaya berpakaian dan
rambutnya. Ia membeli pakaian sekaligus dua kali setahun. Ia cenderung
berbelanja di tempat yang agak murah. Ia hanya memakai topi ke pernikahan,
pemakaman, dan upacara resmi.

5. Pertentangan
Paragraf Argumentasi dengan metode pertentangan atau kebalikan
berasumsi bahwa jika kita memperoleh keuntungan dari fakta atau situasi
tertentu. Fakta atau situasi yang bertentangan dengan fakta dan situasi tadi akan
membawa bencana atau malapetaka bagi kita, atau kita memperoleh kerugian
karena berlawanan dengan situasi sekarang ini. Dengan kata lain, kegagalan
atau ketidakpuasan selalu mencakup keinginan akan situasi yang berlawanan
dari situasi sekarang.
Contoh :
Pendapat umum menyatakan bahwa bahasa pertama seseorang
berpengaruh negatif terhadap penokohan bahasa keduanya. Bahasa pertama
hanya akan merusak bahasa kedua. Akan tetapi, sebenarnya pendapat di atas
tidak mutlak. Justru sebaliknya, bahasa pertama membawa pengaruh yang baik
bagi perolehan bahasa kedua. Bahasa pertama merupakan dasar untuk
mempelajari bahasa kedua.

6. Kesaksian dan Otoritas


Paragraf Argumentasi dengan metode kesaksian biasanya penulis menggali
sendiri fakta- fakta sebagai sumber, kemudian disusun sendiri untuk menjelaskan
kebenaran yang nyata. Adapun argumentasi yang menggunakan otoritas
biasanya diperkuat oleh pendapat atau ucapan orang lain yang memiliki
popularitas, atau seseorang yang diakui keahliannya. Argumentasi otoritas sering
digunakan dalam bidang politik dan tulisan-tulisan ilmiah.
Contoh :
Menurut Derva Lee Daris, peneliti kanker dari National Academy of Science,

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 72


seorang perokok mempunyai kemungkinan 4-14% lebih tinggi terkena kanker
paru-paru dibandingkan dengan bukan perokok. Kematian akibat kanker paru-
paru yang terjadi karena kebiasan merokok bisa mencapai 80- 90%. Selain itu,
merokok juga dapat menyebabkan berkurangnya ketajaman mata. Setiap tahun,
kira-kira tiga juta orang akan mati karena keracunan asap rokok dan jumlah itu
akan meningkat sampai 10 juta pada tahun 2000.

E. Latihan Pembelajaran
Untuk memperdalam pemahamanmu mengenai paragraf argumentatif,
kerjakanlah latihan berikut ini.
1. Buatlah daftar topik yang akan dijadikan pokok persoalan pada paragraf
argumentatif.
2. Pilihlah jenis pengembangan paragraf argumentatif sesuai kehendakmu
untuk dijadikan sebuah wacana.
3. Tulislah sebuah paragraf argumentatif berdasarkan 1 (satu) topik yang
telah dipilih. Gunakanlah kata penghubung antarkalimat (oleh karena itu,
dengan denikian, oleh sebab itu, dll.) dalam paragraph argumentatifmu.
4. Tukarkan hasil pengerjaanmu dengan teman untuk dikoreksi dan
diperbaiki.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 73


MODUL 26. MENULIS PARAGRAF PERSUASIF

A. Standar Kompetensi: Menulis


12. Mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato.
B. Kompetensi Dasar
12.2 Menulis agasan untuk meyakinkan atau mengajak pembaca bersikap
atau melakukan sesuatu dalam bentuk paragraf persuasif

C. Indikator
 Mendaftar topik- topik yang dapat dikembangkan menjadi paragraf
persuasif berdasarkan hasil penelitian
 Menyusun kerangka paragraf persuasif
 Mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi paragraf
persuasif
 Menggunakan kata penghubung antarklausa (karena, jika, kalau, seperti,
dll.) dalam paragraph persuasif
 Menyunting paragraph persuasif yang ditulis teman

D. Materi Pembelajaran : Menulis Paragraf Persuasif


Paragraf persuasif merupakan paragraf yang berisi ajakan atau bujukan
agar pembaca mengikuti atau mengadopsi petunjuk-petunjuk yang ditulisnya
dalam teks. Dalam beberapa hal, karangan persuasif ini mirip sebuah iklan atau
adventoria.
Kalimat-kalimat persuasif dalam sebuah paragraf mendorong pembaca untuk
mengikuti langkah atau petunjuk dalam kalimat tersebut. Sebagai tulisan yang
bersifat ajakan, kalimat-kalimat dalam paragraf persuasif cenderung
mempromosikan sesuatu yang diperlukan pembaca. Judul tulisan pun biasanya
bersifat menunjukkan atau menginformasikan sesuatu kepada masyarakat.

Contoh :
Karier memang bukan segala-galanya dalam hidup ini, tetapi punya andil
dalam memengaruhi kehidupan seseorang. Mempertahankan serta
meningkatkan kualitas karier merupakan keinginan sebagian besar orang.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 74


Banyak cara yang bisa ditempuh untuk menjaga kualitas karier. Salah satu yang
paling efektif adalah dengan senantiasa menjaga gairah kerja. Gairah kerja
ternyata ikut menentukan sukses tidaknya karier seseorang. Bahkan, harus
usahakan agar gairah kerja selalu meningkat dari waktu ke waktu, jangan sampai
menurun, atau malah hilang sama sekali.

Dalam membuat memilah topik karangan persuasif, anda dapat


mengembangkannya dari berbagai macam bidang, dengan syarat topik itu
mengandung ajakan (persuasif) kepada pembaca.
Contoh topik :
Bidang Pendidikan :
• Meraih Prestasi di Tengah Kompetisi yang Ketat
• Cara Belajar yang Efektif
• Buku Sebagai Sumber Ilmu

Untuk menyusun kerangka paragraf harus memiliki koherensi antara satu


kalimat dan kalimat lainnya. Selai itu, Kerangka paragraf dapat dibuat terperinci
atau secara garis besarnya sesuai dengan kebutuhan.
Contoh penyusunan kerangka karangan persuasif :
• Topik paragraf : ............................................................
• Gagasan utama : ............................................................
• Gagasan pendukung : ............................................................

Jika dituangkan akan seperti ini :


Topik paragraf : Belajar secara efektif
Gagasan utama : Belajar secara efektif dibutuhkan oleh setiap pelajar
Gagasan pendukung : Kompetisi di antara pelajar semakin tinggi
Semakin banyak pelajar yang pintar
Materi ajar yang banyak membutuhkan waktu belajar yang
lebih lama.

Kemudian, dari kerangka karangan paragraf persuasif di atas dapat


dikembangkan menjadi sebuah paragraf utuh. Adapun contoh dari

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 75


pengembangan kerangka di atas adalah sebagai berikut :

Belajar Efektif
Setiap pelajar membutuhkan strategi belajar yang efektif pada masa
mendatang. Strategi belajar yang efektif sangat diperlukan oleh pelajar
mengingat semakin hari kompetisi di kalangan pelajar semakin tinggi. Para
pelajar berlomba untuk mencapai prestasi sehingga semakin banyak pelajar
yang pintar. Materi ajar yang banyak, harus disiasati dengan cara belajar efektif,
tidak membuang-buang waktu aagar pelajar bisa belajar dalam waktu yang lebih
singkat.

E. Latihan Pembelajaran
Untuk memperdalam pemahamanmu mengenai paragraf persuasif,
kerjakanlah latihan berikut ini.
Tulislah sebuah paragraf persuasif dalam bidang Olahraga dengan ketentuan
sebagai berikut :
1. Buatlah daftar topik yang dapat dikembangkan menjadi paragraf
persuasif
2. Susun kerangka paragraf persuasif bidang olahraga tersebut secara baik
dan runut.
3. Kembangkan kerangka yang telah disusun menjadi paragraf persuasif
4. Gunakanlah kata penghubung antarklausa (karena, jika, kalau, seperti,
dll.) dalam paragraph persuasif anda
5. Setelah selasai, tukarkan dengan temanmu untuk saling memperbaiki
paragraf persuasif yang telah ditulis.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 76


MODUL 27. MENULIS HASIL WAWANCARA

A. Standar Kompetensi: Menulis


12. Mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato.
B. Kompetensi Dasar
12.3 Menulis hasil wawancara ke dalam beberapa paragraf dengan
menggunakan ejaan yang tepat

C. Indikator
 Menentukan topik
 Menyusun daftar pertanyaan dengan memperhatikan kelengkapan isi
(apa, siapa, di mana, kapan,mengapa, dan bagaimana)
 Mencatat pokok-pokok informasi yang diperoleh dari wawancara
 Menuliskan hasil wawancara ke dalam beberapa paragraf dengan ejaan
dan tanda baca yang benar

D. Materi Pembelajaran : Menulis Hasil Wawancara


Pernahkah anda melakukan wawancara?
Wawancara merupakan percakapan antara dua orang, yaitu antara penanya
dan yang ditanya sebagai penjawab. Dalam kegiatan wawancara biasanya
terbagi atas tiga bagian utama, yaitu pendahuluan, tanya jawab, dan penutup.
Berikut ini akan dipaparkan ketiga fase tersebut, yaitu :
1. Bagian pendahuluan berupa kegiatan menciptakan suasana yang
menyenangkan, penjelasan tentang tujuan wawancara dan memberi
dorongan atau mengajak penjawab untuk bersedia memberi keterangan
yang sebenarnya tentang hal-hal yang ditanyakan. Keberhasilan
menciptakan suasana yang baik (kondusif) akan menjadikan wawancara
berjalan lancar sehingga tujuannya pun tercapai.
2. Bagian tanya jawab merupakan jantung suatu wawancara. Artinya,
melalui tanya jawab itulah berbagai informasi yang diperlukan bisa
didapat atau terungkap secara jelas. Oleh karena itu, si penanya tidak
boleh salah kaprah dalam mengajukan pertanyaan atau melantur.
3. Bagian penutup adalah penyimpulan hasil wawancara, lalu mengakhiri

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 77


perbincangan dengan ucapan terima kasih oleh penanya kepada
penjawab atas kesediaannya untuk diwawancarai.

Selain itu, dalam membuat daftar pertanyaan untuk kebutuhan


berwawancara tidak akan terlepas dari rumus 5 W dan 1 H agar proses
berwawancara anda terarah dengan baik.
Apa saja 5 W dan 1 H tersebut? Berikut ini penjelasannya.
1. What (Apa) berkaitan dengan pokok persoalan yang akan ditanyakan /
dibahas.
2. When (Kapan), berkaitan dengan waktu kejadian peristiwa.
3. Where (Dimana), berkaitan dengan tempat terjadinya peritiwa/pokok
pembicaraan
4. Who (Siapa) berkaitan dengan siapa subjek yang menjadi atau terlibat
dalam pokok pembicaraan
5. How (Bagaimana), berkaitan dengan proses terjadinya peristiwa dalam
pokok pembicaraan.

Setelah anda memahami rumusan 5 W dan 1 H dalam membuat daftar


pertanyaan di atas, berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan dalam
berwawancara, yakni :
 Tentukanlah topik untuk kegiatan berwawancara
 Susunlah daftar pertanyaan dengan memperhatikan kelengkapan isi 5 W
dan 1 H (apa, siapa, di mana, kapan,mengapa, dan bagaimana).
 Hubungi pihak yang akan diwawancarai sebelum pelaksaan wawancara.
Hal ini berkaitan dengan membuat janji bertemu untuk melaksanakan
wawancara.
 Ketika melaksanakan kegiatan berwawancara, catatlah pokok-pokok
informasi yang diperoleh dari kegiatan wawancara tersebut.
 Setelah pelaksanaan wawancara anda selesai, tuliskan hasil wawancara
ke dalam beberapa paragraf dengan ejaan dan tanda baca yang benar.

E. Latihan Pembelajaran
Untuk memperdalam pemahamanmu mengenai wawancara, kerjakanlah

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 78


latihan berikut ini secara berkelompok (maksimal 3-5 siswa per kelompok).
Lakukanlah kegiatan berwawancara dengan Gurumu atau pihak yang penting di
sekolah dengan ketentuan sebagai berikut.
1. Topik untuk kegiatan berwawancara tersebut berkaitan dengan
pembelajaran.
2. Susunlah daftar pertanyaan dengan memperhatikan kelengkapan isi 5 W
dan 1 H (apa, siapa, di mana, kapan,mengapa, dan bagaimana).
3. Buatlah janji dengan pihak yang akan diwawancarai untuk waktu dan
pelaksanaan berwawancara.
4. Catatlah pokok-pokok informasi yang diperoleh pada saat kegiatan
wawancara berlangsung.
5. Setelah pelaksanaan wawancara anda selesai, tuliskan hasil wawancara
ke dalam beberapa paragraf dengan ejaan dan tanda baca yang benar.
6. Sampaikanlah hasil pengerjaan anda di depan kelas.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 79


MODUL 28. MENULIS TEKS PIDATO

A. Standar Kompetensi: Menulis


12. Mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato.
B. Kompetensi Dasar
12.4 Menyusun teks pidato
C. Indikator
 Menyusun teks pidato berdasarkan kerangka dengan menggunakan
kalimat yang mudah dipahami
 Menyunting teks pidato tulisan teman

D. Materi Pembelajaran : Menyusun Teks Pidato


Pernahkah anda melakukan kegiatan berpidato? Bagi siswa yang
berkecimpung dalam dunia organisasi (OSIS, PMR, Pramuka, Paskibra, dsb.)
tentu akan memperoleh pengalaman berpidato. Namun, bagaimanakah tata cara
berpidato yang baik dan benar? Bagaimana menyusun teks pidato yang baik?
Pada pembelajaran kali ini, kita akan membahas kegiatan berpidato.
Teks pidato yang baik terdiri atas pendahuluan, isi, dan penutup. Isi pidato
harus sesuai dengan tema/topik yang telah ditentukan, juga tersusun urut seperti
kerangka yang mendahuluinya.
Agar anda dapat melaksanakan kegiatan pidato yang baik, perhatikanlah hal-
hal berikut ini.
1. Menentukan Tujuan
Pertama kali tentukanlah tujuan anda berpidato. Tujuan suatu pidato sangat
berpengaruh dalam menentukan topik pembicaraan, menentukan batasan topik,
serta berpengaruh dalam menentukan gaya dan bahasa pidato yang akan
dilakukan.

2. Memilih Topik Pembicaraan


Tentukan topik pidato secara relevan dan menarik. Topik pidato harus sesuai
dengan tujuan dan kebutuhan audiens (pendengar). Selain itu, topik yang akan
disampaikan haruslah menarik dan sesuai dengan kebutuhan audiens, sehingga
audiens akan secara saksama mengikuti uraian pidato anda.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 80


3. Membatasi Topik Pembicaraan
Dalam kegiatan berpidato, topik pembicaraan tidak mungkin dapat
disampaikan secara terperinci dalam waktu yang singkat dan terbatas. Oleh
karena itu, membatasi topik pembicaraan akan sangat membantu dalam
mengefektifkan materi pembicaraan sehingga tersampaikan secara tepat dan
menarik. Pembicaraan yang terlalu melebar akan meninggalkan kesan kurang
jelas pada audiens.

4. Mengumpulkan Bahan-bahan
Mulailah mengumpulkan bahan atau materi pidato yang sesuai dengan topik
yang akan dibicarakan. Bahan-bahan tersebut dapat diperoleh dari buku-buku,
ensiklopedi, majalah, surat kabar, informasi/ berita TV, atau dapat juga dengan
melakukan wawancara dengan seorang ahli dalam bidang tertentu.

5. Menyusun Bahan
Uraian pidato yang hendak disampaikan, biasanya diawali oleh salam
pembuka, pendahuluan, isi, kesimpulan, dan diakhiri dengan penutup.
a. Kalimat Pembuka/Salam Pembuka
Pada bagian pertama diawali kalimat pembuka berbentuk susunan kalimat
sapaan dengan maksud memberi penghormatan, mengkondisikan atau menarik
perhatian audiens agar memperhatikan pembicara.
Contoh :
Yang terhormat Bapak Kepala Sekolah,
Yang terhormat Bapak/Ibu Guru,
Yang terhormat Ketua OSIS serta Anggota OSIS sekalian,
Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatu!.
….......................

b. Pendahuluan
Pada bagian ini pembicaraan diawali dengan ucapan syukur, kemudian
dilanjutkan dengan memberi sedikit gambaran pada audiens topik yang akan
dibicarakan, latar belakangnya, mengapa topik pembicaraan itu penting. Agar
menarik perhatian, pada bagian ini dapat juga diawali dengan suatu pertanyaan
atau pernyataan yang dapat merangsang keingintahuan audiens.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 81


c. Bagian isi
Bagian ini merupakan bagian pokok pidato. Pada bagian ini uraian
penjabaran topik pidato secara keseluruhan. Rincilah topik pembicaraan menjadi
butir-butir penting pembicaraan sesuai batasan topik yang direncanakan.
Gunakanlah kalimat sapaan setiap peralihannya, atau gunakanlah kata rincian
pertama ..., kedua ..., ketiga ..., akhirnya ..., selanjutnya ..., langkah pertama ...,
langkah kedua ..., dan lain-lain.

d. Penutup
Akhir suatu pidato biasanya berbentuk kesimpulan, harapan, permohonan
maaf, dan salam penutup. Kesimpulan hendaknya jangan hanya disampaikan
dalam satu atau dua kalimat, tetapi hendaknya merupakan rangkuman butir-butir
penting rincian topik yang dinyatakan dalam satu atau dua paragraf.

Berikut ini adalah salah satu contoh teks pidato sebagai bahan referensi
anda menulis teks pidato.

TEKS PIDATO
Isu-isu Pendidikan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Yang terhormat Bapak Kepala Sekolah,


Yang terhormat Bapak/Ibu Guru,
Yang terhormat Kakak Kelas dan rekan sekalian,
Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatu!.
Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah
subhanahu wa taala, yang senantiasa melindungi dan memberikan kesehatan
kepada kita, sehingga pada hari yang berbahagian ini kita dapat berkumpul
dalam kebahagiaan dan silaturahmi. Salawat dan salam semoga senantiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad Sholallahu alaihi wassalam, kepada keluarga,
sahabat-sahabatnya, hingga kepada kita, umatnya. Amin.
Bapak/Ibu Guru, dan teman-teman yang berbahagia. Pada kesempatan yang
cerah ini, kami akan membahas topik yang berjudul “Isu-isu Pendidikan dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia”. Isu-isu yang berkembang dalam proses

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 82


pembelajaran dan pendidikan abad ke-21, berorientasi pada kurikulum
pendidikan, kualitas pembelajaran, dan efektivitas pembelajaran.
Implikasi dari isu tersebut mengandung makna: (1) kurikulum dinamika sosial,
relevan, tidak sarat berlebih (overload), dan mampu mengakomodasi segala
keperluan dan kemajuan teknologi, (2) kualitas pembelajaran harus tetap
diupayakan meningkat dalam rangka meningkatkan hasil belajar, (3) pendekatan
yang holistik dalam pembelajaran perlu senantiasa dikembangkan.
Isu dan pesan tersebut perlu diakomodasi dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia, khususnya di SMA, lebih-lebih jika dikaitkan dengan
konteks pembahasan kebijakan pendidikan: (1) sentralisasi pendidikan menjadi
desentralisasi pendidikan, (2) pendidikan yang berdasarkan kekuasaan menjadi
pendidikan yang berdasarkan layanan, (3) kekuasaan birokrasi pendidikan
menjadi partisipasi masyarakat dalam pendidikan, (4) hubungan instruktif
menjadi hubungan fasilitatif, dan (5) basis materi pelajaran menjadi basis
berpotensi. Hal tersebut mungkin dihasilkan dengan pembenahan dan
peningkatan mutu pendidikan, termasuk dalam mata pelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia.
Terlepas dari peringkat prestasi dan kemampuan berbicara dan menulis
lulusan sekolah Indonesia di antara negara-negara lain, kemampuan berbicara
dan menulis merupakan kemampuan yang strategis untuk mewujudkan
kecakapan hiidup seseorang. Kemampuan itu juga strategis untuk meningkatkan
prestasi belajar pada mata pelajaran yang lain, yang pada gilirannya berdampak
pada prestasi belajar secara untuh. Pada umumnya, prestasi siswa ditentukan
oleh tingkat keandalan kemampuannya dalam berbicara dan menulis.
Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran berbicara dan menulis di SMA
perlu diperhatikan secara sungguh-sungguh. Sejalan dengan Kurikulum
pendidikan yang bertumpu pada peningkatan Kompetensi peserta didik,
perhatian ini layak diwujudkan dalam kegiatan pembelajatan yang mengaitkan
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata. Selain itu, proses belajar
mengajar mampu mendorong siswa menaitkan pengetahuan yang dimiliki
dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga dan
masyarakat.
(Sumber : Indrawati, Buku Bahasa dan Sastra Indonesia Untuk SMA/MA Kelas X, hal. 111-112)

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 83


E. Latihan Pembelajaran
Untuk memperdalam pemahamanmu mengenai kegiatan berpidato,
kerjakanlah latihan berikut ini.
Ilustrasi : Anda diminta untuk memberikan pidato sambutan sekaligus ucapan
perpisahan pada acara ”Perpisahan Kelas XI (Duabelas)” di sekolah.
1. Buatlah rancangan/kerangka pidato itu dengan memilih topik yang tepat.
2. Uraikan rancangan/kerangka pidato menjadi teks pidato yang utuh!.
3. Tulislah teks pidato dengan memperhatikan tanda baca yang tepat agar
mudah dalam membacakannya.
4. Koreksilah teks pidato teman kamu dari segi ketepatan . Tukarkan teks
pidato kamu dengan hasil kerja teman kamu untuk saling mengoreksi
kesalahan atau kekurangannya.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 84


MODUL 29. CERITA RAKYAT

A. Standar Kompetensi: Mendengarkan


13. Memahami cerita rakyat yang dituturkan.
B. Kompetensi Dasar
13.1 Menemukan hal-hal yang menarik tentang tokoh cerita rakyat yang
disampaikan secara langsung dan atau melalui rekaman

C. Indikator
 Mengidentifikasi karakteristik cerita rakyat yang didengarkan
 Menentukan isi dan atau amanat yang terdapat di dalam cerita rakyat
 Menemukan hal-hal yang menarik tentang tokoh cerita rakyat
 Membandingkan nilai-nilai dalam cerita rakyat dengan nilai-nilai masa
kini dengan menggunakan kalimat yang efektif.
 Mengungkapkan kembali cerita rakyat dalam bentuk sinopsis

D. Materi Pembelajaran : Mendengarkan Cerita Rakyat


Cerita rakyat merupakan cerita yang berkembang di suatu daerah tertentu
sesuai dengan karakteristik adat-istiadat setempat. Istilah lain untuk cerita rakyat
disebut dengan Folklor. Cerita rakyat berbentuk prosa (cerita) dibagi ke dalam
tiga golongan besar, yakni mite, legenda, dan dongeng.
Mite adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap
suci oleh yang empunya cerita. Mite menghadirkan tokoh-tokoh para dewa atau
makhluk setengah dewa. Misalnya, cerita Nyi Roro Kidul dan mitologi Yunani
(Zeus, Hercules, Ares, Aprodite, dan sebagainya).
Legenda adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi, namun
tidak dianggap suci. Legenda biasanya menceritakan asal usul terjadinya suatu
tempat atau benda. Misalnya, legenda Sangkuriang dan asal mula nama
Buleleng.
Dongeng adalah cerita rakyat yang tidak benar-benar terjadi atau bersifat
imajinasi belaka. Dongeng pun tidak terikat oleh waktu dan tempat. Misalnya,
dongeng si Kancil dan Buaya.
Meskipun cerita rakyat tersebut kebanyakan imajinatif, namun banyak

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 85


pelajaran yang dapat dipetik. Dari cerita tersebut kita dapat memahami isi dan
pesan yang hendak disampaikan. Sesuai dengan karakter budaya lisan, segala
ajaran moral, agama, sosial kemasyarakatan, dan cara bertahan hidup
disampaikan lewat cerita secara lisan.
Selain itu, dalam sebuah cerita rakyat akan banyak mengandung nilai-nilai
kehidupan yang dapat kita petik. Apa saja nilai-nilai tersebut? Berikut beberapa
jenis nilai yang terkandung dalam sebuah cerita, yakni :
1. Nilai religius/keagamaan atau ketuhanan adalah nilai yang
berhubungan dengan perilaku memercayai adanya Tuhan, pengamalan
agama, dan sejenisnya.
2. Nilai budaya atau kultur adalah nilai yang berkaitan dengan budaya
masyarakat tertentu dalam menghadapi suatu masalah atau dalam
menjalankan kehidupan bermasyarakat.
3. Nilai etika atau moral adalah nilai yang mengajarkan kepada manusia
bahwa terhadap orang lain harus menghormati, tidak menyakiti, tidak
asusila, dan sejenisnya.
4. Nilai sosial adalah nilai yang berhubungan dengan kehidupan sosial,
yakni ketika satu orang tidak dapat hidup sendiri, tetapi selalu
membutuhkan kehadiran orang lain.
5. Nilai pendidikan atau edukasi adalah nilai mengajarkan bagaimana
seseorang harus berperilaku baik, dewasa, dan bermanfaat, serta dapat
membedakan yang baik dan yang buruk.
Lalu, bagaimanakah langkah-langkah untuk menyusun sebuah sinopsis?
Beberapa langkah yang perlu ditempuh dalam menyusun sinopsis adalah :
• Membaca naskah asli (beberapa kali) secara intensif
• Mencatat gagasan utama cerita
• Mencatat peristiwa-peristiwa penting sesuai alur cerita
• Apabila diperlukan, catat pula dialog-dialog yang dirasa bagus sebagai
pendukung sinopsis,
• Setelah hal-hal di atas diperoleh, selanjutnya menyusun sinopsis
• Terakhir, memperpadat sinopsis sehingga menjadi lebih pendek lagi
(sesuai keperluan).
Untuk memperluas wawasan anda, berikut ini akan disajikan salah satu

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 86


contoh cerita rakyat ”Puti Kesumba” yang berasal dari daerah Jambi. Bacakan
oleh Bapak/Ibu Guru atau salah satu temanmu, kemudian simak dengan penuh
penghayatan.

PUTI KESMUBA
Ada sepasang suami istri yang belum dikaruniai anak, padahal mereka
sudah lama menikah. Mereka juga sudah berusaha ke sana kemari agar
mempunyai anak sendiri. Namun, keinginan itu belum terkabul.
Tiap hari mereka berdoa. Pada suatu malam, mereka bermimpi melihat
seorang kakek tua. Kakek itu berkata kepada mereka, "Jika kalian ingin
mempunyai anak, carilah rebung yang dililit ular sawah. Rebus dan makanlah
rebung itu."
Rebung adalah tunas bambu yang masih muda, jika dimasak dengan bumbu
yang cocok rasanya memang lezat. Esok harinya suami istri itu mencari rebung
yang dililit ular sawah. Sang suami segera menceritakan mimpinya semalam
kepada ular sawah. Si ular sawah yang dapat berbicara itu segera angkat bicara
setelah mendengar penuturan si suami.
"Baiklah, akan kuberikan rebung ini. Tetapi, Tuan harus berjanji."
"Hai ular sawah, apa yang harus kujanjikan?"
"Jika anak yang lahir laki-laki, ia menjadi milik Tuan. Namun, jika anak yang
lahir perempuan ia akan menjadi milikku. Anak itu harus diserahkan kepadaku
pada saat berusia tujuh tahun," kata ular sawah.
Karena demikian besarnya keinginan memiliki anak, tanpa pikir panjang lagi
suami- istri itu segera menyetujui perjanjian yang diajukan si ular sawah.
Rebung tersebut lalu dibawa pulang, dimasak dengan lezat, lalu dimakan.
Ajaib, beberapa hari kemudian perut si istri mulai membesar. Sang istri benar-
benar telah mengandung. Setelah genap sembilan bulan sang istri pun
melahirkan anak.
Sejenak mereka gembira, namun kegembiraan itu segera sirna ketika
mengetahui anak yang lahir ternyata adalah anak perempuan. Nasi sudah
menjadi bubur, janji sudah terlanjur mereka ucapkan di depan si ular sawah.
Meski kecewa, mereka memelihara anak itu dengan penuh kasih sayang. Anak
itu diberi nama Puti Kesumba.
Puti Kesumba tumbuh semakin besar. Betapa berat hati seorang ayah dan

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 87


ibu menyerahkan anak mereka kepada seekor ular. Akhirnya, mereka
memutuskan untuk tidak menepati janji. Puti Kesumba pun dilarang bermain di
luar rumah. Semua keperluan Puti Kesumba mereka sediakan dan dilakukan di
dalam rumah.
Sepeninggal sang suami berlayar, sang istri membawa Puti Kesumba mandi
di sungai. Ketika sedang asyik bermain, Puti Kesumba ditangkap ular sawah.
Ibunya terkejut. Ia menyesal dan meratap sejadi-jadinya. Akan tetapi, apa hendak
dikata, kelengahannya membuat ia berpisah dengan anak kesayangannya.
Ular sawah itu membawa Puti Kesumba ke tebing yang menjorok ke tengah
sungai. Tidak seorang pun dapat menjangkaunya. Pada suatu hari, bertanyalah
ular sawah kepada Puti Kesumba, "Sudah seberapa besarkah hatimu, Puti?"
"Masih kecil. Baru sebesar buah pinang," jawab Puti. Seminggu kemudian,
sang ular sawah bertanya lagi kepada Puti Kesumba, "Sudah seberapa besarkah
hatimu, Puti?" "Baru sebesar mangga," jawab Puti Kesumba. Begitulah berturut-
turut, dari sebesar mangga menjadi sebesar bola, kemudian sebesar kelapa.
Ketika bulan ketiga hampir habis, bertanyalah ular sawah, "Sudah seberapa
besarkah hatimu, Puti?"
"Sudah sebesar nyiru," jawab Puti Kesumba. Setelah mendengar hal itu, ular
sawah pergi memanggil teman-temannya. Dia mengundang sepuluh ekor ular
sawah. Mereka akan makan besar nanti malam, yaitu melahap Puti Kesumba.
Ketika pesta akan dimulai, ayah Puti Kesumba pulang dari berlayar.
Perahunya penuh dengan pakaian. Ia pun lewat di dekat tebing itu. Puti
Kesumba langsung berteriak ketika ayahnya lewat, "Ayah, ambillah saya, Ayah!"
Ayah Puti Kesumba terkejut. Ia mendekatkan perahunya ke tempat Puti
Kesumba berada. Dengan cepat, ia menyambar Puti Kesumba dan diangkatnya
masuk ke dalam perahu. Dengan cepat pula perahu dikayuhnya menjauh dari
tempat itu.
Tepat pada saat itu, ular sawah dan teman-temannya datang. Ular sawah
melihat Puti Kesumba jauh di hulu sungai.
Kesepuluh ular sawah yang diundang itu pun menyerbu ular sawah yang
mengundang. Bagi dunia ular pesta tak boleh gagal, siapa saja yang
mengundang itulah yang bertanggung jawab terhadap hidangan. Jika tak
sanggup menyediakan, maka si pengundang itulah yang disantap beramai-ramai.
Dalam tempo yang tidak lama, ular sawah yang mengundang telah mati. Seluruh

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 88


badannya habis dimakan sepuluh ekor ular sawah temannya.
Sementara Puti Kesumba dan ayahnya tiba di rumah kembali. Ibu Puti
Kesumba mendekap Puti Kesumba sepuas hati, sambil menangis tersedu-sedu
mengenang saat ia kehilangan si anak di tepi sungai. Sejak saat itu, keluarga
Puti Kesumba hidup bahagia. Ular sawah yang mereka takuti sudah tiada.
(Sumber: Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara, 2003)

E. Latihan Pembelajaran
Agar pemahaman anda mengenai cerita rakyat lebih mendalam, jawablah
pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
1. Termasuk jenis/golongan cerita rakyat manakah cerita Puti Kesumba di
atas?
2. Apakah isi dan amanat dari cerita Puti Kesumba?
3. Sebutkanlah hal-hal menarik yang terdapat dalam cerita Puti Kesumba di
atas.
4. Tentukanlah nilai-nilai yang terkandung dalam cerita Puti Kesumba.
Kemudian bandingkanlah nilai-nilai tersebut dengan nilai- nilai yang masih
berlaku saat ini.
5. Buatlah sinopsis (jalan cerita singkat) cerita Puti Kesumba dengan kata-
kata Anda sendiri dalam beberapa kalimat.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 89


MODUL 30. LATAR CERITA RAKYAT

A. Standar Kompetensi: Mendengarkan


13. Memahami cerita rakyat yang dituturkan.
B. Kompetensi Dasar
13.2 Menjelaskan hal-hal yang menarik tentang latar cerita rakyat yang
disampaikan secara langsung dan atau melalui rekaman

C. Indikator
 Mengidentifikasi karakteristik cerita rakyat yang didengarkan
 Menentukan latar, isi dan amanat yang terdapat di dalam cerita rakyat
 Menemukan hal-hal yang menarik tentang latar cerita rakyat
 Membandingkan nilai-nilai dalam cerita rakyat dengan nilai-nilai masa
kini dengan menggunakan kalimat yang efektif.
 Mengungkapkan kembali cerita rakyat dalam bentuk sinopsis

D. Materi Pembelajaran : Latar Cerita Rakyat


Masih ingatkah dengan materi cerita rakyat pada pembelajaran sebelumnya?
Pada kesempatan ini, kita akan belajar lebih mendalam tentang cerita rakyat,
khususnya pada bagian latar cerita rakyat.
Unsur intrinsik cerita rakyat tidak jauh berbeda dengan karakteristik unsur
cerpen. Dalam cerita rakyat pun dibangun oleh tema, penokohan (tokoh dan
watak), plot/alur , latar/setting berupa waktu dan tempat, gaya bahasa, konflik,
sudut pandang, dan amanat.
Lebih jauh lagi, pembelajaran ini akan menitik-beratkan pada bagian latar
cerita rakyat, baik latar waktu dan latar tempatnya. Selain itu, anda pun harus
dapat menemukan hal-hal menarik, nilai-nilai yang terkandung, dan amanat
dalam cerita rakyat tersebut,
Berikut ini akan disajikan kembali salah satu contoh cerita rakyat berjudul
”Ratu Laut Selatan” yang berasal dari Jawa Barat. Simaklah baik-baik.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 90


Ratu Laut Selatan

Menurut cerita, Nyi Roro Kidul adalah seorang ratu berparas sangat cantik
bagaikan bidadari. Kecantikannya tak pernah pudar sepanjang zaman, ibarat tak
lekang oleh panas tak lapuk oleh hujan. Di dasar Laut Selatan, sebelah selatan
Pulau Jawa, ia bertahta di sebuah kerajaan yang sangat besar dan indah.
Siapakah Ratu Kidul? Konon, menurut yang empunya cerita, pada mulanya
ia adalah seorang wanita yang berparas elok, Kadita namanya. Karena
kecantikannya, Ia sering disebut Dewi Srengenge yang artinya matahari jelita.
Kadita adalah putri Raja Munding Wangi. Walaupun Kadita berparas cantik jelita,
raja tetap bermuram durja karena tidak mempunyai putra mahkota yang dapat
dipersiapkan untuk menduduki tahta kerajaan.
Barulah setelah raja memperistri Dewi Mutiara lahirlah seorang anak lelaki.
Akan tetapi, begitu mendapat perhatian lebih, Dewi Mutiara mulai mengajukan
tuntutan-tuntutan antara lain, memastikan anak lelakinya memegang tahta
kerajaan kelak dan Dewi Kadita harus diusir dari istana. Permintaan pertama
diluluskan, tetapi untuk mengusir Kadita, Raja Munding Wangi tidak bersedia.
”Ini sangat keterlaluan. Permintaan kedua Adinda sungguh sangat tidak
masuk akal dan sangat keji. Apa salah putriku Kadita?” Mendengarkan
penolakan raja, Dewi Mutiara tersenyum manis penuh goda sehingga kemarahan
raja sirna. Tetapi, diam- diam dalam hati istri kedua itu membara suatu dendam.
Keesokan harinya, ketika ufuk fajar, Dewi Mutiara mengutus kaki tangannya
untuk memanggil seorang tukang sihir. Kepada dukun sihir itu diperintahkan agar
menggunagunai Dewi Kadita.
”Buatlah badan atau tubuh Kadita kudisan dan kurapan. Kalau engkau
berhasil, akan aku beri hadiah yang sangat besar!” perintah Dewi Mutiara.
Tanpa kesulitan mereka mencampurkan ramuan guna-guna itu ke dalam
makanan Dewi Kadita. Malam harinya ketika Kadita sedang lelap, masuklah
angin semilir ke dalam kamarnya, angin itu berbau busuk, mirip bau bangkai.
Tatkala Kadita terbangun, ia menjerit. Seluruh tubuhnya penuh dengan kudis,
bernanah, dan berbau tidak enak. Tatkala raja mendengar berita ini, dalam hati
tahu bahwa yang diderita bukan penyakit biasa, tetapi guna-guna. Raja menduga
Mutiara yang merencanakannya. Atas desakan patih, putri dibuang jauh agar
tidak menjadikan aib.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 91


Maka berangkatlah Kadita seorang diri bagaikan pengemis yang diusir dari
rumah orang kaya. Hatinya remuk redam bagaikan tersayat sembilu. Namun,
dalam hati Kadita percaya bahwa Sang Maha Pencipta tidak akan membiarkan
makhluk ciptaan-Nya dianiaya sesamanya. Campur tangan-Nya pasti akan tiba.
Maka, dengan lapang hati diterimanya cobaan berat itu. Seperti yang sudah
diajarkan neneknya almarhum, ia tidak boleh mendendam dan membenci orang
yang membencinya. Biarlah orang-orang membencinya tetapi ia akan berusaha
tetap menyayanginya.
Siang malam selama tujuh hari tujuh malam ia berjalan, hingga akhirnya ia
tiba di pantai laut selatan. Kemudian ia berdiri menatap laut berjam-jam lamanya.
Lalu, didengar suara memanggil agar ia menceburkan diri ke laut. Tatkala ia
mengikuti panggilan itu, begitu tersentuh air tubuhnya pulih kembali. Jadilah ia
wanita cantik seperti sedia kala, bahkan ia segera menguasai seluruh lautan dan
mendirikan kerajaan di Laut Selatan. Dialah kini yang disebut Ratu Laut Selatan.
(Sumber : Cerita Rakyat, Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indoensia, hal. 134)

E. Latihan Pembelajaran
Berdasarkan cerita rakyat ”Ratu Laut Selatan” di atas, jawablah pertanyaan-
pertanyaan berikut ini.
1. Termasuk jenis/golongan cerita rakyat manakah cerita ”Ratu Laut Selatan”
di atas?
2. Tuliskanlah latar tempat dan waktu cerita rakyat ”Ratu Laut Selatan”
tersebut.
3. Apakah amanat dari cerita ”Ratu Laut Selatan”?
4. Sebutkanlah hal-hal menarik yang terdapat dalam cerita ”Ratu Laut
Selatan” di atas.
5. Tentukanlah nilai-nilai yang terkandung dalam cerita ”Ratu Laut Selatan”.
Kemudian bandingkanlah nilai-nilai tersebut dengan nilai- nilai yang masih
berlaku saat ini.
6. Buatlah sinopsis (jalan cerita singkat) cerita ”Ratu Laut Selatan” dengan
kata-kata Anda sendiri dalam beberapa kalimat.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 92


MODUL 31. PUISI

A. Standar Kompetensi: Berbicara


14. Mengungkapkan pendapat terhadap puisi melalui diskusi.
B. Kompetensi Dasar
14.1 Membahas isi puisi berkenaan dengan gambaran penginderaan,
perasaan, pikiran, dan imajinasi melalui diskusi

C. Indikator
 Mendiskusikan isi puisi (gambaran penginderaan, perasaan, pikiran, dan
imajinasi)
 Mendiskusikan maksud/makna puisi
 Mengemukakan hasil diskusi isi puisi di depan kelas.

D. Materi Pembelajaran : Mendiskusikan Isi Puisi


Puisi merupakan salah satu karya sastra yang tercipta oleh seseorang yang
terlatih dalam olah indra, rasa, pikiran, dan imajinasi. Agar dapat memahami
sebuah puisi, seorang pembaca (apresiator) harus menguasai dan memahami
diksi (pilihan kata). Diksi (pilihan kata) inilah yang menuntun pembaca untuk
mengetahui jenis puisi dan makna puisi.
Puisi tidak tercipta secara serta merta, namun perlu adanya keterampilan
khusus dalam mencipta sebuah puisi. Berikut ini beberapa hal yang
mempengaruhi terciptanya sebuah puisi diantaranya :
1. Faktor Indratif (gambaran pengindraan penglihatan, penciuman,
pendengaran, perasa/pececapan, gerak, dan sebagainya).
2. Faktor Sensitif emosional (gambaran kepekaan perasaan).
3. Faktor Sensitif intelektual (kepekaan berpikir).
4. Faktor Imajinatif (ketajaman daya khayal atau cipta).

Berkaitan dengan faktor indratif/pengindraan, pembaca seolah-olah


merasakan gambaran indra tertentu melalui penyampaian bahasa puisi penyair
melalui diksinya, misalnya ;
• Indra Penglihatan ; Silau tatap sorotmu..., Bendera berlumur darah itu...,

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 93


dsb.
• Indra Penciuman ; Bau melati menebar..., Harum kulitmu.., dsb.
• Indra Pendengaran ; Gelegar.., Dentum.., dsb.
• Indra Perasa/Pencecap ; Pahit hatiku.. manis.., dsb.
• Indra gerak : Lesat lari tubuhmu.., dsb.

Dalam upaya memberikan pemaknaan pada sebuah puisi, minimal harus


memahami 3 (tiga) unsur penting yaitu tema puisi, amanat puisi, dan makna
puisi. Agar lebih jelas, berikut ini akan dipaparkan ketiga hal tersebut, yakni :
1. Tema puisi merupakan pokok/inti permasalahan yang menjadi dasar
penulisan puisi. Tema puisi bersifat tersirat (implisit). Namun demikian,
salah satu cara menemukan tema dapat ditelusuri melalui judulnya.
2. Pesan atau amanat puisi adalah gagasan yang ingin disampaikan
penyair kepada pembaca. Melalui pesan dalam puisi, seorang penyair
ingin mengajak para pembaca atau penikmat puisi melakukan sesuatu
yang berharga, yang bernilai bagi ketuhanan, kemanusiaan, keadilan,
kebenaran, dan sebagainya.
3. Makna puisi adalah arti atau maksud yang terkandung dalam puisi yang
dapat ditangkap oleh pembaca sesuai tingkat pengalaman dan
pengetahuannya. Makna puisi hanya dapat ditangkap melalui
penafsiran/interpretasi. Oleh karena itu, makna puisi akan berbeda-beda
manakala penafsirnya tidak sama. Bahkan, bukan tidak mungkin akan
bertolak belakang. Dalam penafsiran pasti akan ada unsur subjektivitas.
Kedewasaan, kemantapan pengalaman, dan pengetahuan penafsir akan
menentukan mutu rumusan makna puisi.

E. Latihan Pembelajaran
Agar pemahaman anda lebih mendalam, apresiasilah puisi berikut ini
kemudian buatlah kelompok diskusi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di
bawah ini.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 94


KEPADA SEBUAH SAJAK
(Karya: Sapardi Djoko Damono)

Dengan rendah hati kuserahkan kau ke dunia


sebab bukan lagi milikku. Tegaklah
bagai seorang lelaki yang lahir dalam zaman
yang riuh rendah
dan memberontak
kulepas kau ke tengah pusaran topan
dari masalah manusia, sebab telah dilahirkan
tanpa ayah dan ibu
dari jemariku yang papa
kau pun menjelma secara gaib wahai nurani alam
aku bukan asal-usulmu. Kutolakkan kepada dunia
nama baik serta nasibmu
aku tak lagi berurusan denganmu
sekali kau lahir lewat tangan-tanganku. Tegaklah
seperti lelaki yang tanpa ibu-bapa
mempertahankan nasibnya sendiri
terhadap gergaji waktu
(Sumber : Tonggak, 2:409)

Berdasarkan puisi “Kepada Sebuah Sajak” karya: Sapardi Djoko Damono di atas,
jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
1. Diskusikan dan temukanlah faktor indratif (penglihatan, pendengaran,
perasa, penciuman, gerak) dari puisi “Kepada Sebuah Sajak” di atas.
2. Diskusikanlah maksud/makna puisi “Kepada Sebuah Sajak” di atas.
3. Kemukakan hasil diskusi isi puisi kelompok anda di depan kelas.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 95


MODUL 32. PUISI

A. Standar Kompetensi: Berbicara


14. Mengungkapkan pendapat terhadap puisi melalui diskusi.
B. Kompetensi Dasar
14.2 Menghubungkan isi puisi dengan realitas alam, sosial budaya, dan
masyarakat melalui diskusi
C. Indikator
 Mendiskusikan hubungan isi puisi dengan realitas alam
 Mendiskusikan hubungan isi puisi dengan sosial budaya,
 Mendiskusikan hubungan isi puisi dengan masyarakat

D. Materi Pembelajaran : Hubungan Puisi Dengan Keseharian


Menentukan hubungan isi puisi dengan realitas alam atau sosial atau
masyarakat, perlu didahului dengan memahami dan mengetahui nilai-nilai yang
terkandung di dalam puisi itu sendiri. Nilai-nilai itulah yang menunjukkan adanya
hubungan dengan dunia luar puisi.
Puisi tidak serta merta lahir dalam kehampaan, dalam ruang kosong. Puisi
akan memiliki hubungan pemaknaan isi puisi dengan realitas alam, sosial
budaya, dan dengan masyarakat. Mengapa hal itu bisa terjadi? Jawabannya
berasal dari faktor si penyair. Bagaimana pun, penyair sebagai manusia akan
berkaitan erat dengan lingkungan sekitarnya sehingga apa yang ia cipta dalam
sebuah puisi akan terefleksi (tercermin) dalam karya-karyanya. Munculnya
gagasan atau ide untuk membuat suatu puisi selalu dipengaruhi atau dilatari
dengan realitas kehidupan yang dialami oleh penyair itu sendiri.
Sebagai mahluk sosial, penyair merupakan anggota suatu kelompok
masyarakat yang memiliki kehidupan sosial yang beraneka ragam. Keberadaan
penyair di tengah-tengah kelompok masyarakat sosial secara tidak langsung
akan memberikan pengaruh terhadap karya yang dihasilkannya.
Untuk menemukan unsur kehidupan sosial masyarakat serta sikap penyair
terhadapnya melalui sebuah puisi, lakukanlah Langkah-langkah berikut ini :
1. Bacalah puisi secara berulang-ulang agar Anda mampu menemukan
makna keseluruhan puisi tersebut

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 96


2. Identifikasi dan simpulkanlah bagian judul puisi, kata-kata, larik, atau
kalimat yang ada di dalamnya
3. Identifikasi hubungan makna antara baris yang satu dengan baris lainnya
untuk memahami satuan makna yang terdapat dalam bait puisi;
4. Identifikasi pula unsur sosial kehidupan yang di kemukakan oleh penyair;
5. Identifikasi sikap penyair terhadap unsur kehidupan yang dibahas.
Perhatikanlah contoh berikut ini :
GADIS PEMINTA-MINTA
(Karya : Toto Sudarto Bachtiar)
Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang tanpa jiwa.
Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil
Pulang kebawah jembatan yang melulur sosok
Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan
Gembira dari kemayaan riang.
Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral
Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kauhafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bisa membagi dukaku.
Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil
Bulan di atas itu tak ada yang punya
Dan kotaku, ah kotaku
Hidupnya tak lagi punya tanda.
(Sumber : teori dan apresiasi puisi, 1995)

Contoh pembahasan mengenai hubungan puisi Gadis Peminta-Minta dengan


realitas kehidupan, yakni :
Berdasarkan puisi Gadis Peminta-Minta di atas, sang penyair hendak
menyampaikan sebuah realitas sosial mengenai kehidupan kaum tuna wisma.
Penyair sengaja memilih realitas kehidupan dengan cara menggambarkannya
melalui seorang gadis kecil untuk memberi efek agar pembaca dapat memahami
penderitaan kaum tersebut. Mereka tidak berdaya menghadapi kerasnya

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 97


kehidupan kota. Akan tetapi, dibalik itu semua, sebenarnya setiap manusia
memiliki harkat dan martabat yang sama. Perbedaan kekayaan, pangkat, dan
kedudukan seseorang, tidak boleh menjadi sebab adanya pembedaan perlakuan
terhadap kemanusiaan seseorang. Para penyair memiliki kepekaan perasaan
yang begitu dalam mengenai hal ini.

E. Latihan Pembelajaran
Agar pemahaman anda lebih mendalam, buatlah kelompok diskusi untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.

KERENDAHAN HATI
(Karya Taufiq Ismail )
Kalau engkau tak mampu menjadi beringin
yang tegak di puncak bukit
Jailah belukar, tetapi belukar yang baik,
yang tumbuh di tepi danau
Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,
Jadilah saja rumput, tetapu rumput yang
memperkuat tanggul pinggiran jalan
Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya
Jadilah saja jalan kecil,
Tetapi jalan setapak yang
Membawa orang ke mata air
Tidaklah semua menjadi kapten
tentu harus ada awak kapalnya ....
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi
rendahnya nilai dirimu
Jadilah saja dirimu ....
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri

Jawablah pertanyan-pertanyaan berikut ini.


1. Diskusikan dalam kelompok anda hubungan puisi dengan realitas alam,
sosial, dan budaya yang terdapat dalam puisi tersebut.
2. Buatlah hasil diskusi anda menjadi satu paragraf yang utuh.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 98


MODUL 33. SASTRA MELAYU KLASIK

A. Standar Kompetensi: Membaca


15. Memahami sastra Melayu klasik.
B. Kompetensi Dasar
15.1 Mengidentifika-si karakteristik dan struktur unsur intrinsik sastra Melayu
klasik

C. Indikator
 Mengidentifikasi karakteristik karya sastra Melayu klasik
 Menentukan struktur (unsur) karya sastra Melayu klasik
 Menuliskan secara ringkas isi karya sastra Melayu klasik dengan bahasa
sendiri ke dalam beberapa paragraf

D. Materi Pembelajaran : Sastra Melayu Klasik


Sastra Melayu Klasik merupakan karya sastra Indonesia lama. Bisakah anda
menyebutkan contoh-contohnya? Beberapa contoh karya Sastra Melayu Klasik
yaitu sajak, bidal, pantun, syair, seloka, gurindam, dongeng, dan hikayat.
Secara umum, ciri khas sastra Melayu klasik adalah sebagai berikut.
1. Bersifat istana sentris, yaitu jalan cerita berorientasi pada masyarakat
lingkungan istana, raja, dan bangsawan.
2. Bahasa yang digunakan bersifat klise.
3. Bersifat subjektif, yaitu jalan ceritanya menurut ketentuan masyarakat
lama.
4. Bersifat anonim atau tidak diketahui pengarangnya.

Masih ingatkah dengan unsur intrinsik Sastra Melayu Klasik? Unsur intrinsik
Sastra Melayu Klasik adalah tema, penokohan (tokoh dan watak), plot/alur ,
latar/setting berupa waktu dan tempat, gaya bahasa, konflik, sudut pandang, dan
amanat. Pada pembelajaran kali ini pun kita akan menentukan unsur intrinsik
tersebut dari salah satu contoh karya Sastra Melayu Klasik Ringkasan Hikayat
Nakhoda Muda. Simaklah dengan cermat.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 99


Ringkasan Hikayat Nakhoda Muda

Ada seorang raja yang bernama Raja Gaznawi yang besar kerajaannya dan
memerintah dengan adil. Sekali peristiwa, baginda bermimpi memperoleh
seorang perempuan yang amat baik parasnya. Perempuan itu memakai kain
merah dan memberi makan hati biri-biri panggang dengan isi pinggangnya.
Maka, baginda berahi akan perempuan yang dilihat dalam mimpi itu. Dua orang
anak perdana menteri yang masing-masing bernama Husain Mandi dan Husain
Mandari, sanggup pergi mencari perempuan itu.
Tersebut pula perkataan Husain Mandari, dua bersaudara pergi mencari
perempuan yang dimimpikan raja itu. Segala rumah raja-raja, rumah pengawal,
dan rumah orang besar-besar semuanya diperiksa mereka, tetapi perempuan
seperti yang dimimpikan baginda tidak dijumpai juga. Kemudian, mereka sampai
di pinggir negeri Batawi. Mereka bertemu dengan seorang tua yang mengambil
kayu dan bertanya: “Adakah di dalam negeri itu rumah yang tiada berdapur?”
Mereka mengikuti orang tua itu berjalan, tetapi kelakuan mereka menimbulkan
prasangka di hati orang tua itu. Mereka mengembangkan payung semasa
berjalan di dalam hutan, memakai kaus, dan sarung kaki semasa menyeberangi
sungai, serta menamai jembatan yang tiada pegangan itu jembatan monyet.
Akhirnya, mereka masih memperingatkan orang tua itu bahwa kalau sampai di
rumah, mestilah berdehem-dehem dahulu barulah naik ke rumah. Orang tua itu
tidak memberi perhatian kepada peringatan kedua orang itu. Setiba di rumah,
didapatinya Sitti Sara sedang mandi telanjang, kelihatan susunya.
Orang tua itu menceritakan kepada Sitti Sara kelakuan dua orang muda yang
dijumpainya di tengah jalan itu. Anaknya menjawab bahwa perbuatan kedua
anak muda itu ada alasannya. Misalnya, kalau bapanya berdehem-dehem dahulu
sebelum naik ke rumah, niscaya ia sempat mengambil kain untuk
menutup susunya.
Selang beberapa hari, Sitti Sara menyuruh seorang budak perempuan yang
bernama Si Delima mengantar makanan kepada kedua anak muda itu. Makanan
yang diantar itu ialah apam tiga puluh biji, kuah tujuh mangkuk dan air sekendi. Ia
juga berpesan: “Adapun sebulan itu genap tiga puluh hari dan sejumaat itu genap
tujuh hari, dan ada ketika air pasang.” Kedua orang muda itu menyambut
makanan itu dengan gembira dan memberikan setail emas kepada Sitti Sara.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 100


Pada keesokan harinya, Sitti Sara berbuat pula makanan yang sama jumlahnya,
pesannya pun sama juga. Tetapi kali ini Si Delima bertemu kendaknya di jalan
dan memberikan apam sebiji, kuah satu mangkuk dan air di kendi. Setelah
menerima makanan yang kurang dari biasanya itu, kedua anak muda memberi
pesan kepada Sitti Sara:
“Adapun sebulan itu kurang sehari tiga puluh dan sejumaat itu enam hari
juga dan pasang itu sudah surut.” Dengan demikian Sitti Sara tahu perbuatan
curang budak perempuannya itu.
Pada suatu hari, Sitti Sara mempersilakan kedua orang muda itu ke
rumahnya. Disediakannya hati biri-biri dan isi pinggang yang dipanggang sebagai
lauknya. Husain Mandari dan Husain Mandi melihat rupa Sitti Sara dan makanan
yang disajikan itu. Pada pikiran mereka, Sitti Sara adalah perempuan yang
dimimpikan baginda. Gambar Sitti Sara lalu dikirim kepada baginda. Baginda
sukacita melihat gambar Sitti Sara tiada berbeda dengan perempuan yang
dilihatnya dalam mimpi. Utusan lalu dikirim untuk meminang Sitti Sara. Setelah
pinangan diterima oleh orang tuanya, Sitti Sara diarak ke Negeri Gaznawi untuk
dinikahkan dengan baginda. Maka, baginda pun terlalu kasih akan Sitti Sara dan
memeliharanya seperti menatang minyak penuh.
Setelah beberapa lama baginda menikah, baginda pergi berburu ke dalam
hutan. Dipanahnya seekor rusa, kena kepalanya, lalu mati. Maka, datanglah
anak rusa itu menangisi ibunya yang sudah mati. Kemudian, baginda insaf akan
keadaan dirinya yang tiada beranak itu, lalu ia berlayar ke Pulau Langkawi. Dia
mengatakan kepada istrinya bahwa dia baru akan kembali, kalau istrinya sudah
beranak, cincinnya pindah ke tangan istrinya, kudanya sudah beranak dan
gedungnya yang tujuh buah itu sudah berisi ketujuhnya. Sitti Sara diam saja,
tiada berkata- kata.
Sepeninggalan baginda, Sitti Sara pun memanggil Husain Mandari dan
Husain Mandi serta berunding dengan mereka tentang keadaan dirinya.
Disuruhnya mereka menyediakan sebuah perahu yang lengkap dengan segala
perkakasnya, teristimewa kayu dan air. Disiapkan juga seekor kuda betina,
perkakas orang pandai emas dan papan catur. Dengan menyamar sebagai
seorang nakhoda, Sitti Sara pun berlayar ke Pulau Langkawi. Ia
memperkenalkan dirinya sebagai seorang nakhoda yang datang dari Negeri
Dangsekan. Maksudnya ialah hendak bermain catur dengan baginda.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 101


Maka Sitti Sara yang menyebut dirinya Nakhoda Muda itu, bermain catur
dengan baginda. Taruhannya ialah isi kapalnya. Untuk tiga kali pertama, baginda
kalah dan terpaksa menyerahkan kuda, cincin dan segala hartanya. Untuk kali
keempat, Sitti Sara menjadikan gundiknya sebagai taruhan. Tetapi, kali ini Sitti
Sara berpura-pura kalah dan datang menghadap baginda sebagai gundik
Nakhoda Muda. Tujuh hari lamanya, Sitti Sara bersama-sama dengan baginda,
kemudian ia pun dikembalikan kepada Nakhoda Muda. Sekembali ke perahunya,
Sitti Sara pun berlayar kembali ke Negeri Gaznawi, karena maksudnya sudah
tercapai.
Beberapa bulan kemudian, perut Sitti Sara besar dan pada hari yang baik, ia
melahirkan seorang laki- laki yang baik parasnya, serupa dengan ayahanda
baginda. Kudanya juga beranak kuda jantan. Kemudian, baginda kembali ke
negerinya dan mendapati bahwa Sitti Sara sudah mempunyai anak. Baginda
murka sekali seperti hendak membunuh Sitti Sara. Maka, Sitti Sara menerangkan
segala kelakuannya dan segala perilakunya menyamar sebagai laki-laki dan
bermain catur dengan baginda. Setelah mendengar kata-kata Sitti Sara itu,
baginda pun menjadi suka hati dan bertambah kasih hatinya kepada istrinya.
Maka, kekallah Sitti Sara itu menjadi permaisuri Raja Gaznawi. Husain Mandari
dan Husain Mandi dua bersaudara juga dijadikan menteri di dalam negeri.
Tamatlah Hikayat Nakhoda Muda ini.
(Sumber: Kesusastraan Melayu Klasik Jilid 1 dan 2, Liaw Yock Fang)

E. Latihan Pembelajaran
Kerjakanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
1. Tentukanlah struktur (unsur) karya sastra Melayu klasik “Ringkasan
Hikayat Nakhoda Muda” di atas dari segi pelaku, alur, latar, dan amanat.
2. Tulislah nilai-nilai yang terkandung dalam cerita “Ringkasan Hikayat
Nakhoda Muda” di atas.
3. Ringkaslah isi karya sastra Melayu klasik “Ringkasan Hikayat Nakhoda
Muda” di atas dengan bahasa sendiri ke dalam beberapa paragraf.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 102


MODUL 34. SASTRA MELAYU KLASIK

A. Standar Kompetensi: Membaca


15. Memahami sastra Melayu klasik.
B. Kompetensi Dasar
15.2 Menemukan nilai-nilai yang terkandung di dalam sastra Melayu klasik.
C. Indikator
 Menemukan nilai-nilai dalam karya sastra Melayu Klasik
 Membandingkan nilai-nilai dalam sastra Melayu Klasik dengan nilai-nilai
masa kini.

D. Materi Pembelajaran : Nilai Sastra Melayu Klasik Dengan Masa Kini


Pada pembelajaran Bab 33, anda telah belajar menentukan unsur intrinsik
karya Sastra Melayu Klasik dengan contoh karya “Ringkasan Hikayat Nakhoda
Muda”. Dalam kesempatan ini pun anda akan mempelajari karya Sastra Melayu
Klasik, khususnya menentukan nilai-nilainya dan membandingkan dengan nilai-
nilai masa kini.
Masih ingatkah dengan nilai-nilai karya sastra? Berikut beberapa jenis nilai
yang terkandung dalam sebuah cerita, yakni :
1. Nilai religius/keagamaan atau ketuhanan adalah nilai yang
berhubungan dengan perilaku memercayai adanya Tuhan, pengamalan
agama, dan sejenisnya.
2. Nilai budaya atau kultur adalah nilai yang berkaitan dengan budaya
masyarakat tertentu dalam menghadapi suatu masalah atau dalam
menjalankan kehidupan bermasyarakat.
3. Nilai etika atau moral adalah nilai yang mengajarkan kepada manusia
bahwa terhadap orang lain harus menghormati, tidak menyakiti, tidak
asusila, dan sejenisnya.
4. Nilai sosial adalah nilai yang berhubungan dengan kehidupan sosial,
yakni ketika satu orang tidak dapat hidup sendiri, tetapi selalu
membutuhkan kehadiran orang lain.
5. Nilai pendidikan atau edukasi adalah nilai mengajarkan bagaimana
seseorang harus berperilaku baik, dewasa, dan bermanfaat, serta dapat

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 103


membedakan yang baik dan yang buruk.

Sejarah Melayu
Ilam, ketahui olehmu, kepada zaman dahulu kala dan pada masa yang telah
lalu, kata yang empunya cerita, pada suatu masa Raja Iskandar, anak Raja
Darab, Rum bangsanya, Makdonia nama negerinya, Zulkarnain gelarannya,
sekali peristiwa baginda berjalan hendak melihat terbit. Maka baginda sampai
pada serokan Negeri Hindia.
Maka ada seorang raja di tanah Hindia terlalu besar kerajaannya, setengah
Negeri Hindia itu dalam tangannya, namanya Raja Kida Hindia.
Setelah ia mendengarkan Raja Iskandar datang, maka Raja Kida Hindia pun
menyuruhkan perdana menteri menghimpunkan segala rakyat dan raja-raja,
yang takluk kepadanya. Setelah sudah berkambung semuanya, maka
dikeluarkannyalah oleh Raja Kida Hindia akan Raja Iskandar. Maka setelah
bertemulah antara kedua pihak itu maka segala rakyat-rakyat lalu berperanglah
terlalu ramai, seperti yang di dalam hikayat Iskandar itu.
Maka kalahlah Raja Kida Hindia itu Raja Iskandar, ditangkap baginda dengan
hidupnya, maka disuruhlah membawa iman. Maka Raja Kida Hindia pun
membawa imanlah jadi Islam di dalam agama Nabi Ibrahim, khalilullah,
alaihissalam. Maka dipersalini oleh Raja Iskandar akan Raja Kida Hindia seperti
pakaian dirinya. Maka dititahkanlah oleh Raja Iskandar kembali ke negerinya.
Maka adapun akan Raja Kida Hindia itu ada beranak seorang perempuan
terlalu baik parasnya, tiada berbagi lagi dan tiada taranya pada masa itu. Cahaya
mukanya gilang gemilang seperti cahaya matahari dan bulan dan amat bijaksana
budi pekertinya. Putri itu namanya Syahrul Bariah. Maka Raja Kida Hindia pun
memanggil perdana menterinya di tempat yang sunyi. Maka titah Raja Kida
Hindia kepada menteri.
”Ketahui olehmu, bahwa aku memanggil engkau ini aku hendak bertanyakan
bicara kepadamu. Bahwa anakku, yang tiada taranya seorang pun anak-anak
raja zaman ini tulah; hendak aku persembahkan kepada Raja Iskandar. Sekarang
apa nasihatmu akan daku?”
Maka sembah perdana menteri, ”Sahaja sebenarnyalah pekerjaan yang
seperti titah Duli Tuanku itu.” Maka sabda Raja Kida Hindia pada perdana
menteri, ”Insyaallah taala, esok hari pergilah Tuan hamba kepada Nabi Khidir,

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 104


katakanlah oleh Tuan hamba segala perihal ini.”
Setelah esok harinya, maka pergilah perdana menteri itu kepada Nabi Khidir.
Setelah sudah perdana menteri itu pergi, maka disuruh Raja Kida Hindia
suratkan nama Raja Iskandar atas segala dirhamnya dan atas segala panji-
panjinya.
Adapun setelah sampai menteri kepada Nabi Khidir, maka ia pun memberi
salam. Maka disahut Nabi Khidir salam menteri itu, maka disuruhnya duduk.
Arkian, maka berkatalah perdana menteri itu kepada Nabi Khidir, ”Ketahuilah
oleh Tuanhamba, ya, Nabi Allah, bahwa raja hamba terlalu amat kasihnya akan
Raja Iskandar, tiada dapat hamba sifatkan. Dan ada ia beranak seorang
perempuan, tiada dapat dikatakan dan tiada ada baginya anak raja-raja dalam
alam ini dari masyrik lalu ke maghrib pada zaman ini daripada rupanya dan budi
pekertinya. Tiada ada taranya pada zaman ini. Adalah kehendak raja hamba
mempersembahkan dia akan jadi istri Raja Iskandar.”
Kata sahibul hikayat, maka pada ketika itu pergilah Nabi Khidir kepada Raja
Iskandar, maka diceritakanlah perihal itu. Maka kabullah Raja Iskandar.
Kemudian daripada itu, maka Raja Iskandar pun keluarlah ke penghadapan,
dihadap oleh segala raja-raja dan ulama dan pendeta dan segala orang besar-
besar. Dan segala pahlawan yang gagah-gagah mengelilingi tahta kerajaan
baginda dan dari belakang baginda segala hamba yang khas dan segala yang
kepercayaannya.
Maka adalah pada ketika itu Raja Kida Hindia pun ada menghadap Raja
Iskandar duduk di atas kursi emas yang berpermata. Maka seketika duduk itu,
Maka Nabi Khidir berbangkit, sambil berdiri, serta menyebut nama Allah
subhanahu wa taala dan mengucap salawat segala nabi yang dahulu-dahulu.
Syahdan lalu membaca khotbah nikah akan Raja Iskandar dan diisyaratkannya
perkataan itu kepada Raja Kida Hindia, demikian kata Nabi Khidir.
”Ketahui olehmu, hai, Raja Kida Hindia, bahwa raja kami inilah, yang
diserahkan Allah taala kerajaan dunia ini kepadanya dari masyrik lalu ke maghrib,
dari daksina datang ke paksina. Adapun sekarang didengarnya, bahwa Tuan
hamba beranak perempuan, terlalu baik parasnya. Kehendak baginda itu mau
dikasihi kiranya oleh Tuan hamba dan diambil akan menantu Tuan hamba,
supaya berhubunglah segala anak cucu Raja Kida Hindia dengan anak cucu
Raja Iskandar, jangan lagi berputusan kiranya hingga hari kiamat. Bagaimana,

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 105


kabulkah Tuanhamba, atau tiada?”
Kata sahibulhikayat, ”Tuanku, ya, Nabi Allah dan segala tuan-tuan, yang ada
hadir, bahwa hamba ini dengan sesungguhnya hamba kepada Raja Iskandar dan
anak hamba sekamu pun anak hamba juga ke bawah Duli Baginda itu, seperti
sahaya, yang mengerjakan dia seorang dua orang itu. Ketahuilah olehmu, hai,
segala tuan-tuan sekamu yang ada di sini, bahwa Nabi Khidir akan wali hamba
dan wali anak hamba, yang bernama Tuan Putri Syahrul Bariah itu.”
Apabila didengar oleh Nabi Khidir kata Raja Kida Hindia demikian itu, maka
berpalinglah ia menghadap kepada Raja Iskandar dan berkata ia kepada Raja
Iskandar.
”Bahwa sudah hamba kawinkan anak Raja Kida Hindia, yang bernama Tuan
Putri Syahrul Bariah dengan Raja Iskandar. Adapun isi kawinnya tiga ratus ribu
dinar emas. Relakah Tuanhamba?”
Maka sahut Raja Iskandar, ”Relalah hamba.”
Maka dikawinkan Nabi Khidirlah anak Raja Kida Hindia dengan Raja
Iskandar atas syariah Nabi Ibrahim, khalillah, di hadapan segala mereka yang
tersebut itu.
Maka berbangkitlah segala raja-raja dan segala orang besar-besar dan
perdana menteri dan hulubalang dan segala pendeta dan segala ulama dan
hukuma menaburkan emas dan perak dan permata, ratna, mutu, manikam
kepada kaki Raja Iskandar, hingga bertimbunlah segala emas dan perak dan
ratna, mutu, manikam itu di hadapan Raja Iskandar seperti busut dua tiga
timbunan. Maka sekamu harta itu disedekahkan kepada fakir miskin. Setelah hari
malam datanglah Raja Kida Hindia membawa anaknya kepada Raja Iskandar
dengan barang kuasanya, dengan berbagai permata, yang ditinggalkan oleh
datuk neneknya, sekamunya itu dikenakannya akan pakaian anaknya.
Maka pada malam itu naik mempelailah Raja Iskandar. Syahdan maka
heranlah hati Raja Iskandar melihat akan rupa Putri Syahrul Bariah itu, tiadalah
dapat tersifatkan lagi. Dan pada keesokan harinya, maka dipersalini oleh Raja
Iskandar akan Tuan Putri Syahrul Bariah itu dengan selengkap pakaian kerajaan
dan dianugerahinya harta, tiada terpermanai lagi banyaknya. Dan Raja Iskandar
pun menganugrahi pula persalin akan Raja Kida Hindia serta dengan segala raja-
raja daripada pakaian yang mulia-mulia, sekamu emas bertahtahkan ratna, mutu,
manikam. Tiga buah perbendaharaan, yang terbuka. Maka Raja Kida Hindia pun

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 106


dianugrahinya lagi bersalin dan dianugrahinya seratus cembul emas, berisi
permata dan ratna, mutu, manikam dan mata benda yang mulia- mulia. Dan
dianugrahi seratus ekor kuda, yang hadir dengan segala alatnya daripada emas,
bertatah dengan segala permata. Maka heranlah hati segala, yang memandang
dia.
Kemudian dari itu maka berhentilah Raja Iskandar ada kira-kira sepuluh hari.
Seperti datang kepada sebelas harinya, maka berangkatlah Raja Iskandar
seperti adat dahulu kala dan tuan putri, anak Raja Kida Hindia pun dibawa
baginda. Maka baginda pun berjalanlah lalu ke matahari hidup, seperti yang
tersebut di dalam hikayatnya yang termasyur itu.
Hatta beberapa lamanya, setelah sudah Raja Iskandar melihat matahari
terbit, maka baginda pun kembalilah lalu dari negeri Raja Kida Hindia. Maka Raja
Kida Hindia pun keluarlah menghadap Raja Iskandar dengan segala
persembahannya daripada tahfifah yang mulia-mulia dan daripada mata benda
yang ajaib-ajaib.
Maka Raja Kida Hindia pun berdatang sembah kepada Raja Iskandar akan
peri dengannya dan birahinya akan tapak hadirat Raja Iskandar, tiada dapat
terkatakan lagi. Syahdan peri rindu dendamnya akan anaknya, Putri Syahrul
Bariah dan dipohonkannyalah anaknya ke bawah duli Raja Iskandar.
Arkian maka dianugerahi Raja Iskandar akan Tuan Putri Syahrul Bariah
kembali kepada ayahnya Raja Kida Hindia. Maka dianugerahi oleh Raja Iskandar
akan Putri Syahrul Bariah persalinan seratus kali dan dianugerahi harta daripada
emas, perak, dan ratna, mutu, manikam dan daripada permata dan harta benda
yang indah-indah dan yang mulia- mulia, tiada terhisabkan lagi banyaknya. Maka
Raja Kida Hindia pun menjunjung tinggi Raja Iskandar. Maka dipersalin baginda
pula seratus kali daripada pakaian baginda sendiri.
Setelah itu, maka dipalu oranglah genderang berangkat dan ditiup oranglah
nafiri, alamat Raja Iskandar berangkat. Maka kasadnya hendak menaklukkan
segala raja-raja, yang belum takluk kepadanya, seperti yang termazkur itu.
(Sumber: Materi Pelajaran Bahasa Indonesia, 1995)

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 107


E. Latihan Pembelajaran
Kerjakanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan kelompok anda.
1. Tulislah nilai-nilai yang terkandung dalam cerita ”Sejarah Melayu ” di atas.
2. Bandingkanlah nilai-nilai cerita ”Sejarah Melayu ” di atas dengan nilai-nilai
masa kini.
3. Ringkaslah isi karya sastra Melayu klasik ”Sejarah Melayu ” di atas
dengan bahasa sendiri ke dalam beberapa paragraf.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 108


MODUL 35. MENULIS CERPEN

A. Standar Kompetensi: Menulis


16. Mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam cerpen.
B. Kompetensi Dasar
16.1 Menulis karangan berdasarkan kehidupan diri sendiri dalam cerpen
(pelaku, peristiwa, latar)

C. Indikator
 Menentukan topik yang berhubungan dengan kehidupan diri sendiri
untuk menulis cerita pendek
 Menulis kerangka cerita pendek dengan memperhatikan kronologi waktu
dan peristiwa
 Mengembangkan kerangka yang telah dibuat dalam bentuk cerpen
(pelaku, peristiwa, latar, konflik) dengan memperhatikan pilihan kata,
tanda baca, dan ejaan.

D. Materi Pembelajaran : Menulis Cerpen Bersadarkan Pengalaman Pribadi


Cerpen merupakan singkatan dari cerita pendek, yaitu karangan pendek
berbentuk prosa. Pada umumnya tidak lebih dari 10 halaman atau sekitar 10.000
kata. Cerpen hanya menceritakan satu peristiwa atau hanya melukiskan satu alur
cerita (plot tunggal). Dalam suatu cerpen biasanya dikisahkan sepenggal
kehidupan tokoh, dengan konflik kehidupannya. Sumber cerpen diambil dari
kehidupan sehari-hari, tetapi tidak melukiskan seluruh kehidupan pelakunya.
Oleh karena itu yang ditampilkan hanya bagian- bagian penting saja.
Cara yang paling mudah menulis sebuah cerpen adalah mengkisahkan
pengalaman sendiri dalam bentuk karangan naratif. Dengan cara mengkisahkan
atau memaparkan tokoh (aku) si penulis, anda dapat mengubah pengalaman
sendiri menjadi sebuah cerpen yang menarik.
Pada pembelajaran kali ini anda akan belajar menulis sebuah cerpen
berdasarkan pengalaman pribadi. Namun, agar anda mudah menulis sebuah
cerpen, untuk latihan awal anda perlu membuat kerangkanya.
Berikut ini salah satu contoh penyusunan Kerangka cerita pendek

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 109


berdasarkan rincian topik dengan memerhatikan pelaku, peristiwa, dan latar.
Misalnya :
Topik utama : Belajar sepanjang hayat penuh semangat
Topik pendukung :
• Paragraf 1 : Memperkenalkan tokoh Andri sebagai seorang siswa yang
memiliki keterbatasan materi, namun semangat belajarnya luar biasa.
• Paragraf 2 : Andri masuk sekolah, berkenalan dengan teman baru dan
Bapak/Ibu guru.
• Parafgarf 3 : Semangat belajarnya menurun ketika dihadapkan dengan
iuran yang harus segera dilunasi.
• Paragraf 4 : teman-temannya dan Wali kelas membantu andri dalam
melunasi iurannya
• Paragraf 5 : Andri Juara kelas

E. Latihan Pembelajaran
Susunlah sebuah cerita pendek berdasarkan pengalaman pribadi Anda
dengan ketentuan sebagai berikut.
1. Tentukan topik yang berhubungan dengan kehidupan diri sendiri.
2. Tulislah kerangka cerita pendek dengan memperhatikan kronologi waktu
dan peristiwa.
3. Kembangkan kerangka yang telah dibuat dalam bentuk cerpen (pelaku,
peristiwa, latar, konflik) dengan memperhatikan pilihan kata, tanda baca,
dan ejaan.
4. Tulislah menjadi sebuah cerpen yang utuh.
5. Sampaikanlah hasil pengerjaan anda di depan kelas.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 110


MODUL 36. MENULIS CERPEN

A. Standar Kompetensi: Menulis


16. Mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam cerpen.
B. Kompetensi Dasar
16.2 Menulis karangan berdasarkan pengalaman orang lain dalam cerpen
(pelaku, peristiwa, latar)

C. Indikator
 Menentukan topik yang berhubungan dengan kehidupan diri sendiri
untuk menulis cerita pendek
 Menulis kerangka cerita pendek dengan memperhatikan kronologi waktu
dan peristiwa
 Mengembangkan kerangka yang telah dibuat dalam bentuk cerpen
(pelaku, peristiwa, latar, konflik) dengan memperhatikan pilihan kata,
tanda baca, dan ejaan.

D. Materi Pembelajaran : Menulis Cerpen Bersadarkan Pengalaman Orang


Lain
Pada materi Bab 35 anda telah belajar menulis cerpen berdasarkan
pengalaman pribadi. Adapun pada kesempatan ini pun anda akan belajar
menulis cerita pendek. Namun, yang menjadi dasar cerita adalah pengalaman
orang lain.
Masih ingatkah dengan cara menyusun kerangka karangan cerita pendek?
Berikut ini akan dipaparkan beberapa langkah untuk membuat cerpen, yaitu :
1. Tentukan tema cerpen berdasarkan pengalaman atau peristiwa yang
pernah dialami orang lain.
2. Rincilah tema atau inti cerita menjadi sub-sub tema yang akan
dikembangkan menjadi cerita.
3. Letakkan sub-sub tema yang telah ditentukan sesuai dengan alur cerita
sebuah cerpen, seperti:
4. a. Pengungkapan atau pendeskripsian suasana,
b. Pemunculan pelaku disertai gambaran wataknya,

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 111


c. Pengungkapan masalah-masalah kecil,
d. Terjadinya konflik sehingga sampai klimaks, dan Konklusi (kesimpulan)
penyelesaian masalah.
5. Ungkapkan seting atau latar cerita dikaitkan dengan pemaparan watak
tokoh. Pemaparan latar sebuah cerpen cenderung dimunculkan dalam
rangka untuk melukiskan perwatakan tokoh. Misalnya, tokoh berwatak
jorok maka dilukiskan dengan kamarnya yang bau dan berantakan.
6. Gunakan gaya bahasa yang hidup dan memikat.
7. Gunakan tanda baca yang tepat sehingga apa yang kamu tulis dapat
dengan mudah dimengerti.
8. Berilah judul yang menarik, yang dapat memberikan kesan kuat dan rasa
ingin tahu pembaca terhadap cerpen yang kamu tulis.
9. Bacalah cerpen-cerpen yang lain sebagai bahan pembanding.

E. Latihan Pembelajaran
Susunlah sebuah cerita pendek berdasarkan pengalaman teman atau orang
lain dengan ketentuan sebagai berikut.
1. Tentukan tema atau topik yang akan menjadi bahan cerpen.
2. Tulislah kerangka cerita pendek dengan memperhatikan kronologi waktu
dan peristiwa.
3. Kembangkan kerangka yang telah dibuat dalam bentuk cerpen (pelaku,
peristiwa, latar, konflik) dengan memperhatikan pilihan kata, tanda baca,
dan ejaan.
4. Tulislah menjadi sebuah cerpen yang utuh.
5. Sampaikanlah hasil pengerjaan anda di depan kelas.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X 112


DAFTAR PUSTAKA

A.R., Syamsuddin., dkk. 2009. Kompetesi Berbahasa Dan Sastra Indonesia 1


Untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.

Akbar, Ade Malsasa. 2015. RootMagz Edisi 01/2015. Redaksi :


teknoloid@gmail.com

Akbar, Ade Malsasa. 2015. RootMagz Edisi 04/2015. Redaksi :


teknoloid@gmail.com

Hoerudin, Cecep Wahyu dan Suharti. 2009. Efektif dan Aplikatif Berbahasa
Indonesia untuk Tingkat Semenjana (Kelas X) Sekolah Menengah
Kejuruan. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

H., E. Kusnadi., dkk. 2009. Belajar Efektif B ahasa Indonesia 1 Untuk SMA dan
MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.

Indrawati. 2009. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta :
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Juhara, Erwan., dkk. 2009. Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas X.
Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Setiyono, Agus., dkk. 2009. Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia 1


Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.

Syahreza, Faisal. 2014. Antologi Puisi Cinta ”Partitur Hujan”. Bandung : Literat.

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X i


Tentang Penyusun

Drs. Abdul Rasyid, M.M.Pd. lahir di Tebing Tinggi, 11 Juli 1968. Suami dari Enur
Nurjanah, S.Pd., M.M.Pd. ini menempuh pendidikan Pasca Sarjana di STIE
Ganesha Jakarta. Selain aktif sebagai Kepala Sekolah di SMP dan SMA Al-
Barkah Cikalongkulon, penulis pun aktif di berbagai organisasi kependidikan
lainnya. Penulis dapat dihubungi melalui e-mail: abdul_rasyid_1968@yahoo.co.id

Saepul Anwar lahir di Cianjur, 24 Desember 1986. Penulis menempuh


pendidikan di MI Al-Huda Parasu (1999), SMP Negeri 2 Cikalongkulon (2002),
dan SMAN 1 Cilaku-Cianjur (2005). Selain itu, penulis pun menyelesaikan
Pendidikan S1 Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Suryakancana
Cianjur (2009) dan pendidikan Pasca Sarjana di STIE Ganesha Jakarta.
Selain aktif sebagai salah satu Tenaga Pendidik dan Kependidikan di
SMP dan SMA Al-Barkah Cikalongkulon, penulis pun aktif di berbagai organisasi,
diantaranya ; Komunitas Sapu Nyere (KSN) Cianjur, Pengembang Sistem
Operasi GrombyangOS (Linux), dan lainnya. Penulis dapat dihubungi melalui e-
mail: saepul.anwar.spd@gmail.com

Asep Purnama lahir di Cianjur, 28 Oktober 1987. Putra dari Bapak Kama dan
Ibu Rukmana ini menempuh pendidikan di SD Negeri Kiarapayung (2000), SMP
Negeri 2 Cikalongkulon (2003), dan SMA Pasundan Cikalongkulon (2007),
Universitas Kejuangan 45 Jakarta (2011) dan pendidikan Pasca Sarjana di STIE
Ganesha Jakarta.
Penulis aktif sebagai Tenaga Pendidik dan Kependidikan di SMP dan SMA
Al-Barkah Cikalongkulon sampai sekarang. Saat ini penulis bertempat tinggal di
Kp. Kiarapayung RT 02 RW 09 Desa Mekarjaya Kecamatan Cikalongkulon
Kabupaten Cianjur – Jawa Barat. E-mail Penulis: aseppurnama987@yahoo.co.id

Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X ii

Anda mungkin juga menyukai