Anda di halaman 1dari 64

i

BAHAN AJAR AUDIO DIGITAL


MAKALAH
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran TIK
Diampu oleh Zulfa Husnawati, M.Pd.

Disusun oleh:
Kelompok 1 Pgmi 5b

Ahmad Al Hafidz Ibnu R (NIM 126205202096)


Anggia Novita Putri (NIM 126205202117)
Meila Khoirina (NIM 126205203221)
Umi Nadiroh (NIM 126205203199)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

SEPTEMBER 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta taufik
dan hidayahNya, sehingga kita dapat menyelesaikan salah satu tugas Pembelajaran
TIK
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kita dari jalan jahiliyah menuju jalan terang
benderang ini yaitu Agama Islam.
Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini,
maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Zulfa Husnawati, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Pembelajaran
TIK yang sangat tulus dan ikhlas memberikan bimbingan dan pembelajaran
kepada kami.
2. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam pemyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak untuk penyempurna makalah ini.

Tulungagung, 7 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................2
C. Tujuan Penulisan......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
A. Audio.......................................................................................................3
1. Pengertian Bahan Ajar Audio......................................................3
2. Format Audio Digital dan Monolog............................................3
3. Unsur-Unsur Bahan Ajar Audio..................................................9
4. Seleksi Media..............................................................................9

B. Podcast...................................................................................................12
1. Pengertian Podcast.....................................................................12
2. Jenis-Jenis Podcast.....................................................................15
3. Podcast Audio Sebagai Media Pembelajaran............................16
4. Kelebihan dan Kekurangan dari Podcast...................................18
5. Hasil Penelitian Tentang Podcast...............................................18

BAB III PENUTUP............................................................................................42


A. Kesimpulan.............................................................................................42
B. Saran.......................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................44
LAMPIRAN.......................................................................................................45

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi Informasi, sangat
berpengaruh terhadap penyusunan dan implementasi strategi pembelajaran. Melalui
kemajuan tersebut para guru dapat menggunakan berbagai media sesuai dengan kebutuhan
dan tujuan pembelajaran. Dengan menggunakan media komunikasi bukan saja dapat
mempermudah dan mengefektifkan proses pembelajaran, akan tetapi juga bisa membuat
proses pembelajaran lebih menarik. Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi.
Dalam suatu proses komunikasi selalu melibatkan tiga komponen pokok, yaitu komponen
pengirim pesan (guru), komponen penerima pesan (siswa), dan komponen pesan itu
sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang dalam proses pembelajaran
terjadi kegagalan komunikasi. Artinya, materi pelajaran atau pesan yang disampaikan guru
tidak dapat diterima oleh siswa dengan optimal, artinya tidak seluruh materi pelajaran
dapat dipahami dengan baik oleh siswa, lebih parah lagi siswa sebagai penerima pesan
salah menangkap isi pesan yang disampaikan. Untuk menghindari semua itu, maka guru
dapat menyusun strategi pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai media dan sumber
pelajaran. Media pembelajaran adalah sarana yang dapat dimanipulasikan dan dapat
digunakan mempengaruhi pikiran, perasaan, perhatian dan sikap peserta didik, sehingga
mempermudah terjadinya proses pembelajaran. Pikiran, perasaan, perhatian dan sikap
peserta didik dalam pembelajaran dapat dirangsang dengan menggunakan media
pembelajaran. Pemanfaatan media pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan
efektivitas pembelajaran. Berbagai macam media dan sumber yang dapat digunakan
dalam kegiatan belajar mengajar, salah satunya yaitu media pembelajaran dengan
menggunakan media audio.1

Kemajuan dari adanya internet adalah pembentukan media digital baru yang
menawarkan kemudahan dibandingkan media konvensional. Hal ini terjadi pada media
audio dalam menyebarkan informasi, seperti hal nya di media digital saat ini podcast
merupakan media audio yang meyiarkan informasi dengan menyediakan fasilitas on-
demand kepada pendengar nya. Fenomena mendengarkan Podcast telah menjadi rutinitas
bagi pendengar masa kini. Podcast dikemas lebih instan dari media audio sebelum nya.

1
Daryanto,Media Pembelajaran,Bandung: CV.Yrama Widya,2011.
1
Podcast merupakan media berbasis siaran yang diakses menggunakan internet dalam
beberapa aplikasi. Media ini hadir pada tahun 2005 lalu dan mulai dikenal tahun 2007
yang berkembang hingga sekarang (Ben Hammersley, 2004). Sepintas podcast terlihat
seperti radio, dengan adanya fasilitas pendengar disuguhkan serial audio yang berisi
komunikasi satu arah dari penyiar yang membahas suatu topik yang memiliki jadwal
untuk setiap programnya secara lebih fleksibel. Produksi konten podcast biasanya
menghadirkan dua orang atau lebih dengan membahas salah satu tema. Pembicaraan
podcast dilakukan dengan dipandu satu orang yang menginterview lawan bicaranya.
Pemilihan tema yang tepat akan mempengaruhi pendengar yang akan hadir di laman
podcast sang pemilik. Biasanya pembawa acara menginterview narasumber tentang
bidang yang digeluti. Oleh karena itu, untuk dapat melaukan peningkatan yang signifikan
atau agar pembelejaran dikatakan efektif maka digunakan media pembelajaran salah
satunya dengan menggunakan media audio digital. Berdasarakan uraian tersebut maka
dibuatlah makalah mengenai media audio digital.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi bahan ajar audio?
2. Bagaimana format audio digital dan monolog?
3. Bagaimana unsur-unsur dalam bahan ajar audio?
4. Bagaimana pertimbangan dalam memilih media audio?
5. Bagaimana definisi podcast?
6. Bagaimana jenis-jenis podcast?
7. Bagaimana podcast audio sebagai media pembelajaran?
8. Bagaimana kelebihan dan kekurangan podcast?
9. Bagaimana hasil-hasil penelitian tentang podcast?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan definisi baha ajar audio.
2. Untuk menjelaskan format audio digital dan monolog.
3. Untuk menjelaskan unsur-unsur dalam bahan ajar audio.
4. Untuk menjelaskan pertimbangan dalam memilih media audio.
5. Untuk menjelaskan definisi podcast.
6. Untuk menjelaskan jenis-jenis podcast.
7. Untuk menjelaskan podcast audio sebagai media pembelajaran.
8. Untuk menjelaskan kelebihan dan kekurangan podcast.
9. Untuk menjelaskan hasil-hasil penelitian tentang podcast.
2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Audio
1. Pengertian Bahan Ajar Audio
Bahan ajar merupakan salah satu perangkat materi atau substansi pembelajaran yang
disusun secara sistematis, serta menampilkan secara utuh dari kompetensi yang akan
dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Bahan ajar dapat pula dipandang sebagai
bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa
dalam proses pembelajaran. Bahan ajar memuat materi pembelajaran, metode, batasan-
batasan dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik untuk
mencapai tujuan. Bahan ajar terdiri dari beberapa macam salah satunya yaitu bahan ajar
audio. Bahan ajar audio merupakan salah satu jenis bahan ajar noncetak yang di dalamnya
mengandung suatu sistem yang menggunakan sinyal audio secara langsung yang dapat
dimainkan atau diperdengarkan oleh guru kepada peserta didiknya guna membantu
mereka dalam menguasai kompetensi tertentu. Pada 1926, ditemukan bahwa 70 persen
dari waktu bangun kita dipakai untuk berkomunikasi, yaitu membaca, menulis, berbicara,
dan mendengarkan. Apabila jika bahan ajar audio dipersiapkan secara matang dan
digunakan dengan metode yang baik dapat diproduksi dan didistribusikan dengan biaya
yang relatif murah dan terangkau. Akan tetapi, jika tidak didesain dan tidak digunakan
dengan baik ia justru akan menjadi pengganggu dalam kegiatan pembelajaran peserta
didik. Mungkin ini adalah salah satu problem yang bisa muncul dari bahan ajar audio.2

Namun mungkin itu juga bukan substansi persoalannya karena persoalan


mendengarkan sesungguhnya bukan suatu proses yang sederhana. Mendengarkan adalah
suatu proses yang rumit yang melibatkan empat unsur, yaitu: (1) mendengar, (2)
memperhatikan, (3) memahami, dan (4) mengingat. Dari sini dapat dipahami bahwa
mendengarkan adalah proses selektif untuk memperhatikan, mendengarkan, memahami,
dan mengingat simbol-simbol pendengaran. Ini tentu persoalan yang lebih penting dan
substansial. Dari penjelasan mengenai proses mendengarkan yang rumit tersebut, hal ini
tentunya bisa membantu kita dalam memanfaatkan media audio sebagai bahan ajar dalam
kegiatan pembelajaran. Bahan ajar audio memiliki ciri khas tertentu, yaitu pesan yang

2
Nurul Huda Panggabean, Desain Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Sains, (Jakarta: Yayasan Kita Menulis,
2020), hal. 4.
3
disalurkan melalui media audio dituangkan dalam lambang-lambang auditif, baik verbal
(bahasa lisan/kata) maupun nonverbal (bunyi-bunyian dan vokalisasi, seperti: gerurutan,
gumam, dan musik). Adapun kelebihan dan kelemahan bahan ajar audio dapat
diungkapkan, sebagai berikut:

a. Kelebihan Bahan Ajar Audio


Bahan ajar audio memiliki kelebihan yang cukup banyak untuk kegiatan pembelajaran,
yaitu:
1) Materi pelajaran sudah tetap, terpatri, dan dapat direproduksi tetap sama.
2) Produksi dan reproduksi sangat ekonomis, dan mudah didistribusikan.
3) Peralatan program audio termasuk yang paling murah dibandingkan dengan media
audio visual lainnya.
4) Dengan berbagai teknik perekaman audio, bentuk-bentuk pengajaran terprogram dapat
digunakan untuk pengajaran mandiri, memungkinkan setiap peserta didik belajar sesuai
dengan kecepatan masing-masing, memberikan penguatan dan pengetahuan dengan
penampilan langsung.
5) Dalam bentuk program pengajaran mandiri yang canggih, sudah ada peralatan yang
dapat menyelaraskan visual dengan program audio yang terekam, dan alat yang dapat
berhenti sendiri, sehingga peserta didik berkesempatan untuk berinteraksi dengan
program tersebut kemudian melanjutkan program jika sudah siap. Perlengkapan lain
yang didesain khusus untuk komparasi audio yang menungkinkan peserta didik dapat
mendengar, contoh: penampilan, kemudian meresponsnya, dan lebih lanjut
membandingkan penampilannya dengan itu.
6) Suasana dan perilaku peserta didik dapat dipengaruhi melalui penggunaan musik latar
belakang dan efek suara.
b. Kelemahan Bahan Ajar Audio
Selain kelebihan, bahan ajar audio juga tak luput dari keterbatasan - keterbatasannya
paling tidak ada enam macam. Keenam macam inilah yang sering kali menjadi alasan bagi
guru untuk tidak menggunakannya dalam kegiatan pembelajaran. Keterbatasan-
keterbatasan tersebut antara lain:
1) Membutuhkan kesangat hati-hatian jika hanya audio yang digunakan, karena waktu
yang lama tanpa memberikan rangsangan visual dapat membosankan dan akan
mengganggu pengajaran dengan kecepatan sendiri (audio yang diputar selama 15
menit akan memakan waktu peserta didik sebanyak itu pula, tanpa memperhatikan

4
keterampilan peserta didik).
2) Perbaikan biasanya menuntut diproduksinya rekaman master induk baru dan
dibuatnya copy rekaman baru. Hal ini akan memakan waktu dan biava vang besar.
3) Masalah pendistribusian akan muncul manakala produksi gambar diselaraskan
dengan audio. Hal ini diselabkan oleh adanya keragaman perangkat keras yang ada
dan yang digunakan di berbagai tempat latihan. Pengembang pelajaran mesti
mengetahui perlengkapan apa yang ada untuk disesuaikan degan perangkat
lunaknya (software).
4) Pengembangan naskah audio yang baik terutama yang akan digunakan untuk
menunjang visual dapat menyita waktu, dan membutuhkan keterampilan-
keterampilan khusus.
5) Perlu berkali-kali dalam nemperkirakan kecepatan penyajian materi verbal.
Seandainya bahan sajian terlalu cepat, atau pengajaran yang rumit diberikan terlalu
cepat, maka para peserta didikan kehilangan jejak atau bingung. Dalam beberapa hal
sebaiknya diberikan pengulangan melalui peringatan visual contohnya dituliskan
kembali dalam perlengkapan buku kerja atau ditampilkan pada gambar diam. Hal ini
umumnya dapat ditentukan selama tes pengembangan (developmental test).
6) Peserta didik menemukan kesulitan dan kebingungan, jika mereka menggunakan
audiovisual yang diselaraskan tetapi menyimpang dari keselarasan.

Selanjutnya, untuk bentuk bahan audio ada beragama macam. Dilihat dari jenisnya, bahan
ajar audio meliputi dua bentuk, yaitu: bentuk kaset, piringan hitam, campact disc (CD), atau
digital audio, dan satunya lagi, yaitu radio. Untuk bentuk pertama seiring dengan
berkembangnya teknologi modern saat ini, kaset dan piringan hitam sudah jarang digunakan,
karena playernya juga sudah dianggap tidak portable lagi bahkan untuk pemutar piringan
hitam sudah langka di pasaran. Kini terdapat banyak media digital (seperti hardisk, flashadisk,
memory card) dan internet untuk penyimpanan sistem suara dalam bentuk audio file dengan
format audio seperti MP3. Sedang sumbernya yaitu dari perangkat perekam dan pemutar audio
digital, seperti multimedia player and recorder (MP3, MP4, MP5, MP6, dan MP7 Sound
recorder dan juga handphone atau gawai.

Sementara bentuk bahan ajar audio yang kedua yaitu radio broadcasting. Radio adalah
berupa mesin dengar yang dapat digunakan sebagai bahan ajar. Dengan radio peserta didik
bisa belajar sesuatu. Radio juga dapat digunakan sebagai sumber belajar. Program radio dapat
dirancang sebagai bahan ajar, misalnya pada jam tertentu guru merencanakan sebuah program
5
pembelajaran melalui radio, misalnya mendengarkan berita siaran radio langsung suatu
kejadian atau fakta yang sedang berlangsung.3

2. Format Audio Digital Dan Monolog


Format audio merupakan wadah untuk menyimpan data berupa data suara digital pada
sistem komputer. Secara umum data tersebut dapat berupa bitstream asli dalam bentuk
pengkodean audio dengan kompresi. Data audio yang dikompresi bertujuan untuk mengurangi
ukuran file. Ruang penyimpanan sementara data audio yang dienkode akan tersimpan dalam
file container. Format file audio dibuat hanya dengan pengkodean audio. Meskipun demikian
format wadah multimedia dapat mendukung semua format file baik audio maupun
video.format audio digital terdiri dari:
a. AAC
AAC merupakan singkatan dari Advanced Audio Coding. AAC merupakan salah satu
format audio yang dirilis pada tahun 1997 oleh Motion Picture Expert Group. Format ini
berbasis MPEG2 dan MPEG4 yang memiliki sifat Lossy Compression. Dengan begitu file
yang sudah dikompresi dengan format AAC tidak akan dapat kembali ke bentuk aslinya.
Kelebihan AAC yakni memiliki 48 channel, memiliki kualitas audio yang lebih baik
dibandingkan dengan format MP3, serta memiliki kejernihan suara meskipun dengan
kualitas bit di bawah 16 Hz yang termasuk rendah. Sedangkan kekurangan format ini
adalah lisensi tidak gratis dan file yang telah dikompres tidak akan bisa diubah seperti file
semula sebab beberapa data telah hilang.
b. AIFF
AIFF merupakan singkatan dari Audio Interchange File Format. AIFF merupakan salah
satu format audio terbaik yang dirilis pada tahun 1988. Format audio ini hanya dapat
beroperasi pada sistem OS di MAC dan memiliki ukuran file yang cukup besar.
Kelebihan AIFF adalah memiliki suara yang berkualitas sama dengan WAV yang
memiliki samping rate hingga 44100 Hz. Sedangkan kekurangan pada format ini adalah
memiliki ukuran besar dan tidak dapat diputar melalui sistem operasi windows sebab AIFF
hanya dapat digunakan pada sistem operasi Mac OS.

c. ALAC
ALAC merupakan singkatan dari Apple Lossless Audio Codec. Format ini
direkomendasikan untuk kepentingan Transfer Data Audio sebab dapat mengecilkan

3
Andi Prastowo, Sumber Belajar dan Pusat Sumber Belajar, (Depok: Prenadamedia Grup, 2018), hal.70-75.
6
ukuran file tanpa mengubah kualitas suara, hal ini menjadi salah satu keunggulan pada
ALAC.
Kekurangan ALAC adalah memerlukan aplikasi pihak ketiga selain perangkat Apple
dan tidak semua perangkat dapat digunakan untuk mendukung penggunaan ALAC.

d. FLAC
FLAC merupakan singkatan dari Free Lossless Audio Codec. FLAC adalah format
audio yang telah berlisensi dan gratis. Kelebihan dari format ini adalah dapat
memanfaatkan sumber asli file tanpa kehilangan data, memiliki format file audio open-
source, dan menjadi alternatif utama MP3 pada musik.
Kekurangan FLAC adalah membutuhkan kapasitas ruang yang besar setelah
melakukan proses kompresi.

e. MIDI
MIDI merupakan format audio yang dikembangkan oleh perusahaan alat musik
elektronik. Kelebihan format ini adalah dapat menghubungkan perangkat musik elektronik
dengan perangkat komputer.
Selain itu ukuran file tidak memakan banyak penyimpanan dan dapat mengubah jenis
musik tanpa harus merekam ulang. Kekurangan MIDI adalah kualitas suara masih
tergantung pada instrumen MIDI yang digunakan.

f. MP3
MP3 merupakan singkatan dari MPEG Layer 3. Format ini tidak asing terdengar
karena banyak orang yang menggunakan. Keunggulan format ini adalah memiliki ukuran
yang kecil, dapat mengunduh lagu secara gratis, menawarkan beberapa pilihan bitrate
mulai dari 128 hingga 320 Kbps. Kekurangan format MP3 adalah jika dikompres maka
akan mempengaruhi kualitas suara.

g. OGG Vorbis
OGG Vorbis merupakan format audio yang dapat menjadi tempat untuk mewadahi
segala macam jenis format kompresi. Keunggulan format ini ialah dapat menjadi tempat
penyimpanan yang efisien dan menghemat tempat penyimpanan memori. Kekurangan dari
format ini adalah rendahnya kualitas hasil kompresi suara dan jarang digunakan oleh
orang.

7
h. PCM
PCM merupakan singkatan dari Pulse Code Modulation. PCM merupakan salah satu
format audio yang merepresentasi digital dari sinyal audio raw analog. Kelebihan format
ini adalah dapat digunakan untuk format lain seperti DVD dan CD. PCM juga memiliki
kekurangan yakni memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan format MP3.

i. WAV
WAV merupakan singkatan dari Waveform Audio File. WAV merupakan salah satu
format audio yang dirilis pada tahun 1991 oleh IBM dan Microsoft. File dalam format ini
tidak ada pengompresan sehingga semua file tersimpan dalam bentuk digital. Oleh karena
itu file dalam format ini berukuran besar dan jarang digunakan sebagai file audio di
internet.
Keunggulan WAV yakni menjadi format audio terbaik untuk mengedit audio dengan
kualitas tinggi, format ini dapat beroperasi pada windows, mac, dan browser, serta WAV
sering digunakan pada perangkat smartphone. Kekurangan WAV adalah memiliki ukuran
memori yang besar dan sulit untuk dibagikan melalui internet.

j. WMA
WMA merupakan singkatan dari Windows Media Audio. WMA merupakan salah satu
format audio yang dirilis pada tahun 1999 oleh Microsoft. Format audio ini hanya dapat
digunakan pada perangkat Windows. Kekurangan WMA adalah tidak dapat melakukan
kompresi file dan hampir tidak ada perbedaan dengan file aslinya.
Meskipun WMA memiliki kekurangan, format ini juga memiliki kelebihan antara lain
mencakup kapasitas ukuran file yang cukup besar, dapat dijalankan pada media player
lainnya meskipun sistem operasi yang berbeda, terdapat fitur yang mendukung pencegahan
terhadap pembajakan musik, dan memiliki kualitas musik lebih baik dibandingkan dengan
MP3.4

Bentuk penyajian materi dalam media pembelajaran audio dapat berupa monolog yang
hanya melibatkan satu orang dan dialog yang melibatkan lebih dari satu orang seperti
wawancara, percakapan atau dialog. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI,
pengertian monolog adalah pembicaraan yang dilakukan dengan diri sendiri, adegan sandiwara
dengan pelaku tunggal yang membawakan percakapan seorang diri. Ciri-ciri monolog yaitu
dilakukan oleh satu orang atau tanpa partner. Berisi perpaduan dari sebuah teks yang berasal

4
Ramen, A. Purba, Dkk., Media Dan Teknologi Pembelajaran (Jakarta: Yayasan Kita Menulis,2021), Hal.37.

8
dari pendapat seseorang. Bisa dengan panduan naskah dan bisa juga tidak direncanakan.
Menggunakan pesan narasi deskriptif dengan tema tertentu yang sudah ditetapkan.
Sebuah monolog yang baik harus memiliki awal, pertengahan, dan akhir yang jelas.
Selayaknya sebuah cerita singkat, monolog tersebut juga harus menunjukkan transisi yang
jelas dari awal hingga akhir; misalnya, sang pembaca monolog harus mampu mengungkap
suatu fakta yang mampu membuat monolog terdengar lebih bertujuan.5

3. Unsur-Unsur Bahan Ajar Audio


Mengingat bahwa bahan ajar ini ada dua jenis, yaitu bentuk kaset atau piringan hitam
(PH) atau campact disc (CD) dan satunya lagi yaitu radio, maka dalam pembahasan ini unsur-
unsur bahan ajar akan dijelaskan per masing-masing jenis bahan ajar audio. Pertama yaitu
unsur-unsur bahan ajar audio berbentuk kaset/PHICD yaitiu meliputi lima komponen, yaitu:
judul. petunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok informasi pendukung, dan
penilaian. Tiga komponen terdapat pada bahan ajar, yaitu: judul, petunjuk belajar, dan
informasi pendukung. Adapn dua komponen lainnya, yaitu kompetensi dasar atau materi
pokok dan penilaian ada pada kertas lain. Kedua, unsur-unsur bahan ajar audio berbentuk radio
yaitu juga meliputi lima komponen seperti jenis bahan ajar audio pertama, akan tetapi yang
membedakan adalah tidak ada komponen petunjuk belajar dalan bahan ajar berbentuk radio.
Jadi komponen yang terdapat pada bahan hanya ada dua, vaitu judul dan informasi pendukung.
Adapun dua komponen lainnya yaitu kompetensi dasar atau materi pokok dan penilaian ada
pada lembar kertas lain.6
4. Seleksi Media ( Pertimbangan dalam Memilih Media )
Dasar pertimbangan pemilihan media sangatlah sederhana, yakni dapat memenuhi
kebutuhan pembelajaran dan membantu mencapai tujuan yang diinginkan. Adapun hal-hal
yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, yaitu: tujuan instruksional, karakteristik
siswa dan sasaran, jenis rangsangan belajar yang diinginkan (audio, visual. Gerak, dan
seterusnya), keadaan lingkungan, kondisi setempat, dan luasnya jangkauan yang ingin
dilayani. 7Audio adalah seperti seperti Radio, Tape Recorder, Piringan Hitam dan lainnya.
Masing – masing dari media audio memiliki fungsi yang berbeda – beda dan kelebihan serta
kekurangan yang berbeda – beda. Media audio berfungsi sebagai salah satu metode untuk
mengembangkan keterampilan dalam mendengarkan. Di dalam mendengarkan isi dari

5
Ibid, hal.37.
6
Andi Prastowo, Sumber Belajar dan Pusat Sumber Belajar, (Depok: Prenadamedia Grup, 2018), hal.75.

7
(Harahap & Siregar, 2018)
9
informasi yang diberikan secara lisan yang di dalamnya terdapat lambadng auditif yaitu kata –
kata dan suara. Di dalam media audio merupakan aspek yang sangat berpengaruh dan penting
karena media ini mengandalkan indera pendengaran. Apabila di dalam proses mendengarkan
tidak jelih tentu akan mempengaruhi isi dan maksud dari pesan lisan yang sebenenarnya.
Mendengarkan dan mendengar merupakan suatu kegiatan yang sama namun memiliki
perbedaan dalam penerimaan pesan yaitu listening dan hearing. Mendengarkan merupakan
suatu proses yang lebih rumit dan mendalam dibandingkan dengan mendengar karena di dalam
mendengarkan otak manusia bekerja untuk menyeleksi mana saja hal – hal yang akan diingat
berbeda dengan mendengar yang tidak memfokuskan untuk menyeleksi suatu informasi.
Mengenai mendengar dan mendengarkan, terdapat teknik atau metode baru dalam
kegiatan belajar dan mengajar yaitu pembelajaran melalui podcast. Podcast merupakan sebutan
lain untuk blog yang berisikan audio ataupun video yang pada dasarnya di dalam podcast yaitu
mempublikasi sebuah konten dimana konten tersebut dapat di subscribe oleh pendengarnya.
Podcast memiliki manfaat yaitu podcast dapat dikatakan lebih terjangkau dibandingkan dengan
video streaming karena podcast dapat di download yang berarti podcast dapat didengar kapan
saja dan dimana saja. Terdapat dua alasan yang menjadi dasar pertimbangan pemilihan media
pembelajaran yaitu alasan teoritis dan alasan praktis. Hal yang menjadi alasan teoritis yakni
pemilihan media dalam pembelajaran. Sedangkan yang menjadi alasan praktis yakni yang
berkaitan dengan pertimbangan-pertimbangan serta alasan penggunaan suatu media. 8

a. Alasan Teoritis Pemilihan Media


Hal pokok yang menjadi alasan pemilihan media dalam pembelajaran, karena didasari
atas konsep pembelajaran sebagai sebuah sistem yang di dalamnya terdapat suatu totalitas
dengan komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan. Tercapainya
tujuan pembelajaran dapat ditunjang oleh media yang merupakan komponen utama dalam
pembelajaran selain tujuan, materi, metode dan evaluasi. Penentuan materi pembelajaran dapat
menunjang tercapainya tujuan pembelajaran serta menentukan strategi pembelajaran yang
tepat. Selain itu, dalam upaya mewujudkan tujuan pembelajaran ditunjang oleh media yang
sesuai dengan materi, strategi, serta karakteristik siswa. Kemudian, untuk mengetahui hasil
belajar, guru dapat menentukan evaluasi sesuai tujuan dan materi pembelajaran.9

8
Wood, Julia. T (2013). Komunikasi Interpesonal: Interaksi Keseharian (Edisi 6). Salemba Humanika: Jakarta.
9
Arif Sadiman (1996:84):
10
b. Alasan Praktis Pemilihan Media
Alasan praktis merupakan hal yang berkaitan dengan pertimbangan-pertimbangan dan
alasan mengapa menggunakan media dalam pembelajaran. Berikut beberapa hal yang menjadi
alasan orang memilih media:

1) Demonstration, yaitu media berfungsi sebagai alat peraga yang mendemonstrasikan


atau memperagakan suatu konsep, objek, cara mengoperasikan suatu benda dan lain-
lain dalam bentuk nyata maupun tiruan. Misalnya seorang guru yang ingin menjelaskan
struktur dan fungsi tumbuhan, guru tersebut dapat membawa murid keluar melihat
bentuk nyata tumbuhan dan menunjukkan satu per satu struktur dan fungsi pada
tumbuhan. Selain itu untuk mempersingkat waktu, guru dapat menjelaskan struktur
tumbuhan dalam bentuk dua dimensi sehingga pembelajaran dapat dilakukan kapanpun
dan di manapun.

2) Familiarity, yaitu penggunaan media dengan alasan karena sudah terbiasa. Pengguna
merasa lebih menguasai media tersebut dan akan membutuhkan waktu lebih banyak
untuk mempelajari jika harus menggunakan media lain, sehingga ia akan terus menerus
menggunakan media yang sama. Perlu diketahui, media yang baik adalah media yang
sesuai dengan kebutuhan belajar mengajar di kelas. Tidak ada satu media yang sesuai
dengan semua karakteristik siswa serta sesuai dengan semua tujuan dan situasi
pembelajaran. Sehingga, dengan kata lain penggunaan satu media secara terus menerus
tidak selamanya tepat dan guru harus lebih variatif dalam memilih media dengan
mempertahikan tujuannya.10

3) Clarity, yaitu guru dapat memperjelas pesan pembelajaran dan dapat memberikan
penjelasan yang lebih kongkrit melalui media dalam pembelajaran. Pada praktek
pembelajaran dengan metode ceramah tanpa menggunakan media, sering kali membuat
persepsi siswa tidak sama dengan pesan yang disampaikan oleh guru. Dalam
penggunaan metode ceramah, tidak semua guru dapat menjelaskan pesan pembelajaran
secara detail sehingga membutuhkan media untuk memperjelasnya.

4) Active Learning, yaitu media dapat melakukan lebih dari apa yang dapat dilakukan
oleh guru. Media diperlukan dalam menarik minat belajar siswa supaya terbentuk
proses belajar yang aktif. Misalnya penggunaan CD interaktif yang dapat menghasilkan

10
Wood, Julia. T (2013). Komunikasi Interpesonal: Interaksi Keseharian (Edisi 6). Salemba Humanika: Jakarta.
11
kemandirian belajar, sehingga guru hanya perlu mengamati dan mengevaluasi
penguasaan materi siswa. 11

B. Podcast
1. Pengertian Podcast
Podcast adalah sebuah hasil rekaman audio yang bisa didengarkan oleh khalayak
umum melalui media internet. Beda halnya dengan radio yang wajib dilakukan dan
dibawakan secara langsung dalam frekuensi tertentu. Sedangkan, podcast bisa
diimplementasikan secara fleksibel atau kapanpun kamu inginkan. Serta bisa kamu
dengarkan melalui berbagai media elektronik yang ada. Pada sekarang ini kamu juga bisa
memakai podcast lewat aplikasi pihak ketiga atau yang biasa dikenal dengan nama
Anchor. Karena sifatnya yang on demand, menjadikan podcast sangat disenangi oleh para
pengguna internet saat ini ketimbang mendengarkan siaran dari radio yang mempunyai
keterbatasan dalam mengakses, frekuensi, dan waktu.

Podcast menjadi salah satu media yang masih berkembang pesat dalam beberapa tahun
terakhir ini. Menurut Phillips tahun 2017, Podcast adalah sebuah file audio digital yang
dibuat dan diunggah pada platform online untuk dibagikan kepada orang lain. Podcast
mengacu pada distribusi file audio pada format digital. File audio tersebut bisa diakses
secara langsung menggunakan desktop, gadget maupun dikirimkan ke perangkat media
portable misalnya MP3 player untuk didengarkannya.12

Podcast mulai terkenal pada tahun 2009. Sejatinya, podcast itu ialah sebuah rekaman
audio yang membicarakan tentang berbagai topik tertentu. Di Amerika Serikat, serta
negara-negara Eropa lainnya, podcast sangat populer di semua kalangannya. Terutamanya
di kalangan penikmat film dan buku. Namun sayang sekali, di Indonesia budaya untuk
mendengarkan podcast masih kurang. Padahal terdapat banyak manfaat yang bisa kamu
dapatkan dalam podcast tersebut. Apa saja manfaatnya Berikut adalah beberapa manfaat
yang dimiliki oleh podcast diantaranya yaitu:

a. Terdapat Berbagai Variasi Pilihan Kategori dalam Podcast


Manfaat yang pertama dari podcast yaitu terdapatnya berbagai variasi pilihan kategori
dalam podcast. Banyaknya topik bahasa yang bisa kamu pakai dalam membuat siaran podcast.
Mulai dari kategori musik, film, komedi, politik, hingga figur publik. Kamu dapat

11
Susilana & Riyana,2008
12
Wawan Tri Saksono
BPMRP Kemdikbud YogyakartaJln. Sorowajan Baru No.367 Banguntapan, Yogyakarta
12
menggunakan kategori tersebut dengan menyesuaikan konten pada channel yang kamu
milikinya.

Di negara Amerika Serikat, podcast lebih banyak direkomendasikan sebab memiliki


lingkup informasi yang cukup luas dan beraneka ragam. Contohnya mulai dari sains, cerita
anak-anak, politik, parenting, psikologi, sampai dengan pop culture seperti film, dan musik.
Selain itu, Materi obrolan yang akan dibahas oleh podcast tak cuma menyajikan informasi
secara umum atau general saja. Akan tetapi juga membahas mengenai perspektif lainnya.
Adanya argumen menarik dalam sebuah diskusi yang disampaikan oleh podcaster, membuat
kamu sebagai pendengar dapat mampu berpikiran secara terbuka dan belajar menganalisa
informasi yang telah disampaikan.

b. Tidak Adanya Banyak Iklan


Manfaat podcast yang kedua yaitu tidak adanya iklan. Di dalam sebuah podcast, tidak
menayangkan iklan meskipun kamu tidak berlangganan sekalipun. Beda halnya dengan radio
yang selalu menyelipkan beberapa iklan di dalam sebuah siaran langsungnya. Dengan tidak
adanya iklan tersebut, kamu sebagai pendengar bisa mendengarkan obrolan atau diskusi
dengan lebih nyaman dan fokus. Jadi, tak heran apabila sejumlah orang banyak yang gemar
mendengarkan podcast.

c. Dapat Mendengarkan Podcast Dengan Lebih Fleksibel


Manfaat yang ketiga ini adalah manfaat paling penting dalam sebuah podcast yaitu
kamu bisa mendengarkan podcast secara lebih fleksibel. Podcast tersebut dapat mudah
didengarkan pada kapan saja dan dimana saja kamu berada. Meskipun podcast memiliki
variasi dalam bentuk video, tetapi pada umumnya podcast lebih banyak dalam bentuk audio.
Terlebih-lebih, pada saat ini, aplikasi podcast sudah mulai banyak ditemui di iOS hingga
Android secara gratis. Sehingga, jika kamu bisa mendengarkan siaran tersebut tanpa batasan
waktu maupun tempat. Serta kamu juga bisa mengakses ketika berangkat bepergian, pulang
kerja, sebelum tidur, atau ketika merasa bosan. Pada Podcast spotify menyediakan sebuah fitur
yang memungkinkan kamu untuk mengunduh tayangan nanti.

d. Melatih Imajinasi
Sama halnya dengan membaca, mendengarkan podcast juga bisa melatih imajinasi
kamu. Sebab umumnya podcast tidak mempunyai visual, dengan lebih memfokuskan pada
indera pendengaran yang akan membuat kamu untuk membayangkan hal yang dibicarakannya.

13
Dengan begitu, para pendengar podcast akan mempunyai imajinasi yang lebih luas dan terlatih
berpikir secara kreatif.

e. Menjadi Pendengar yang Lebih Baik


Bagi kamu yang sering mendengarkan podcast, maka secara tidak langsung
kemampuan mendengarkan kamu juga akan terlatih. Hingga akhirnya akan membuat kamu
menjadi seorang pendengar yang baik bagi orang lain. Selain itu, kemampuan mendengar
tersebut juga akan membantu kamu untuk lebih fokus pada suatu hal, mempunyai sifat simpati
yang lebih tinggi, melatih untuk berpikir kritis, serta tentunya bisa membangun hubungan
pertemanan secara baik dengan orang lain.
f. Belajar Hal Baru
Podcast telah menyediakan berbagai pilihan topik dan sub judul yang cukup bervariasi,
sehingga kamu bisa menentukan mana yang menurut kamu menarik. Ketika mendengarkan
podcast, tak hanya informasi secara umum saja yang menjadi bahan obrolan. Tetapi juga
menyediakan kisah atau cerita dari perspektif berbeda lainnya, sehingga para pendengar
mampu belajar mengenai suatu hal baru atau pengetahuan yang baru. Selain itu, argumen yang
kerap kali disampaikan oleh podcaster tersebut juga bisa membuat pikiran pendengar menjadi
lebih terbuka serta dapat mampu menganalisa mengenai informasi yang telah disampaikannya
tersebut.

g. Melatih Stimulasi Otak


Banyaknya sebuah situs edukasi yang memberikan saran bagi mahasiswa untuk lebih
sering mendengarkan podcast mengenai topik pelajaran terkait. Hal itu berkaitan dengan istilah
brain gym. Sebab pada umumnya podcast tidak mempunyai visual, sehingga otak kamu akan
lebih fokus pada indera pendengaran dalam menggali informasi.
Brain gym yang dimaksud adalah dengan tidak adanya sebuah elemen visual dalam
podcast membuat kamu bisa lebih imajinatif dalam menggambarkan berbagai informasi yang
kamu dapat melalui indera pendengaran tadi. Selain itu fokus diskusi yang ada pada podcast
tersebut dapat menitikberatkan kamu pada seni berpikir kritis.
Informasi yang telah ada itu kemudian ditelaah kembali oleh podcaster menggunakan
berbagai teori serta perspektif tertentu lainnya. Sehingga kamu tak cuma mengetahui alasan
“mengapa” tetapi juga “bagaimana” topik yang sedang didiskusikan tersebut bisa sampai
terjadi. Mendengarkan podcast juga bisa membuat kamu terbuka akan kemungkinan solutif
lainnya.

14
h. Podcast mampu meningkatkan akurasi kemampuan membaca bagi anak-anak
Michael Godsey adalah seorang editor bagian pendidikan dari koran digital The
Atlantic yang mengatakan bahwa apabila kamu mendengarkan podcast, maka mampu
meningkatkan kemampuan akurasi membaca pada anak-anak di usia sekolah dasar. Hal itu
disebabkan oleh kebiasaan dalam menstimulasi otak untuk melakukan decoding yang menjadi
salah satu bagian fundamental dalam membaca. Sedangkan untuk para pelajar SMP dan SMA,
kebiasaan mendengarkan podcast juga bisa meningkatkan minat membaca siswanya.

i. Bagi podcaster, memiliki podcast dapat membangun kredibilitas


Podcast mempunyai banyak manfaat tak hanya bagi pendengarnya saja tetapi juga bagi
mereka yang menjalankannya atau biasa dikenal dengan nama podcaster. Podcast dapat
menjadi sarana podcaster dalam menyalurkan hobi mereka yang suka dalam berdiskusi
mengenai topik tertentu. Di dalam dunia bisnis, podcast ini biasa digunakan sebagai salah satu
upaya dalam kegiatan branding. Tetapi yang paling utama, dalam menjalankan sebuah podcast
dengan baik yaitu bisa meningkatkan kredibilitas kamu sebagai podcaster. Kamu, tentunya
sudah tahu bahwa topik yang didiskusikan dalam sebuah podcast tersebut diperlukan riset yang
matang sebab elemen utama dari itu ialah analisis kritis. Ketika podcaster bisa membawakan
hal diatas, maka minat pendengar akan meningkat. Mereka pun menjadi semakin sering
mendengarkan podcast, dan adanya kemungkinan podcast kamu direkomendasikan akan
semakin besar. Oleh karena itu tak heran saat ini banyak dari influencer maupun content
creator yang serius memanfaatkan podcast, salah satunya yaitu Ryan Higa.

j. Sebagai alternatif dari radio dan televisi


Podcast sebetulnya merupakan sebuah rekaman audio. Seringkali podcast menjadi
salah satu alternatif dari radio. Serta di dalam beberapa kasus alternatif lainnya yaitu televisi.
Sebab, pada saat ini sudah mulai ada podcast dalam bentuk video. Topik yang dibahas dalam
sebuah podcast tersebut beraneka macam. Podcast itu menjadi menarik apabila pembahasan di
dalamnya sangat mendalam dan spesifik, tetapi tetap interaktif sebab melibatkan diskusi dari
dua podcaster.13

2. Jenis jenis podcast


a. Solo podcast
Sesuai namanya, solo podcast adalah jenis rekaman yang dibawakan oleh satu orang
host secara monolog. Artinya, keseluruhan isi rekaman podcast dibacakan secara satu arah

13
Faiza Indraastuti
BPMRP Kemdikbud YogyakartaJln. Sorowajan Baru No.367 Banguntapan, Yogyakarta
15
tanpa ada lawan bicara. Umumnya, topik solo podcast adalah berupa pembahasan tentang
pendapat dari host tentang satu hal yang sedang viral, membacakan cerita yang dikirimkan
oleh pendengar, atau memberi informasi mengenai suatu podcast

b. Interview podcast
Jika sebelumnya pada tipe solo hanya berisikan 1 host saja, interview podcast adalah
tipe yang berisikan dialog antara beberapa orang dengan konteks wawancara. Guest atau
narasumber yang diundang tidak harus terdiri dari 1 orang saja, namun juga bisa berupa grup.
Tamu interview podcast adalah orang yang nantinya akan berbeda-beda di tiap episode,
disesuaikan dengan tema yang dibawakan.

c. Multi host podcast


Terakhir ada jenis podcast yang dibawakan oleh beberapa host sekaligus. Multiple host
atau multi host podcast adalah tipe rekaman berupa diskusi dari beberapa perspektif pembicara
tentang sebuah topik. Meskipun berisikan banyak orang sekaligus, rekaman suara akan tetap
terdengar nyaman dan tidak membingungkan.

3. Podcast Audio Sebagai Media Pembelajaran


Dalam proses pembelajaran, podcast memberikan kesempatan bagi pengajar untuk
menyebarkan konten audio yang interaktif, yang dapat didengarkan oleh pebelajar kapanpun
dan bermain. Seorang pebelajar hanya perlu untuk berlangganan ke podcast feed dan dengan
seketika para pengajar dapat mengirim konten edukasi pada mereka tanpa harus ditunggu.
Podcast dapat dengan mudah digunakan di sekolah, universitas atau institusi pendidikan dan
meningkatkan proses pembelajaran.14Banyak institusi pendidikan yang telah menerapkan
podcast ke dalam sistem pendidikan mereka dan mendapat hasil yang positif. Hal tersebut
didukung dengan mudahnya proses produksi dan distribusi konten serta berbagai cara podcast
dapat meningkatkan pengalaman belajar. Berikut ini beberapa pengalaman belajar yang
didapatkan dengan menggunakan podcast:

a Sumber informasi yang kreatif


Metode pembelajaran menitikberatkan format pengajaran, yang terus menerus
menjadi standar pada pembelajaran ruang kelas. Meski demikian, tidak semua pengajar
mampu mengunci fokus pebelajar yang mudah “zone out” setelah beberapa menit¹.
Podcast yang informatif, disusun dengan baik, langkah cepat dan menghibur, dapat

14
Faiza Indraastuti
BPMRP Kemdikbud YogyakartaJln. Sorowajan Baru No.367 Banguntapan, Yogyakarta
16
menangkap perhatian dan imajinasi pebelajar. Hal tersebut tidak berarti setiap pengajar
harus podcast sendiri, mereka dapat menggunakan podcast gratis yang ada. Banyak
sumber yang dapat diambil, misalnya iTunes, Spotify, Google Music, dan lain-lain.

b Ditujukan untuk meningkatkan pemahaman


Peran dari podcast di masa depan yakni meningkatkan keterampilan
pemahaman melalui mendengarnya. Banyak pebelajar yang mampu menyerap lebih
banyak informasi saat mereka mendengarkan dibandingkan dengan membaca, pada
beberapa bahkan tiga kali lebih banyak. Hal tersebut mendorong proses diskusi, yang
dapat mendorong berpikir kreatif dan komunikasi terbuka antara pengajar dan
pebelajar.

c Instrumen untuk belajar bahasa asing


Kelebihan lain dari podcast sebagai media belajar yakni kemampuan untuk
mengasah keterampilan bahasa asing. Dengan mendengarkan kata-kata yang tidak
akrab dapat membantu pebelajar belajar pelafalan yang benar dan makna yang
kontekstual, terutama apabila mereka dapat membuat catatan.

d peningkatan hubungan dengan pembelajaran


Dengan penggunaan teknologi, ada semacam jarak yang memisahkan pebelajar
dengan pengajar. Pebelajar akan merasa pengajarnya tidak memahami dunia mereka.
Namun dengan menggunakan podcast di kegiatan pembelajaran, pengajar dapat
'masuk' ke dunia pembelajar yang menggemari teknologi.

e Menstimulasi kemampuan berpikir kreatif


Podcast juga dapat dimanfaatkan untuk merangsang kemampuan berpikir
kreatif, kritis dan bakat artistik². Salah satunya dengan cara memberikan beberapa
podcast tentang berpikir kreatif dan mengimplementasikannya dalam sebuah proyek.
Peranan podcast di masa depan yakni untuk pembelajaran pada pembelajaran.
Podcast dapat memberikan keuntungan baik bagi para pengajar maupun pebelajar,
seperti meningkatkan kemampuan mendengarkan dan memahami. Jika digunakan
dengan baik, podcast dapat menjadi media belajar yang ampuh dan positif.15

15
Wawan Tri Saksono
BPMRP Kemdikbud YogyakartaJln. Sorowajan Baru No.367 Banguntapan, Yogyakarta
17
4. Kelebihan dan Kekurangan Dari Podcast
a. Kelebihan
1) Bagi beberapa orang pengalaman belajar menggunakan audio lebih dapat
diterima dibandingkan dengan media buku, e-book, e-mail dan lain – lain.
2) Penggunaan yang nyaman dan mudah karena konten sudah ada, anda hanya
tinggal mencari sesuai kebutuhan kemudian didengarkan melalui gadget anda
atau jika ingin didownload juga bisa.
3) Hemat waktu, sebagai salah satu bentuk media pembelajaran anda tidak perlu
harus repot – repot pergi kursus atau membeli buku karena di podcast juga
tersedia banyak.
4) Fleksibel, mendengarkan podcast dapat dilakukan dimanapun dan kapan pun
atau bahkan sambil mengiringi kegiatan anda saat ini seperti ketika sedang
bekerja, sambil berkendara (selama tetap fokus) atau bahkan ketika sedang
berlibur.
b. Kekurangan
1) Karena terbilang baru maka tidak banyak orang yang menggunakan podcast,
sehingga untuk mencari informasi penggunaan ke lingkungan sekitar mungkin
agak sulit. Beda lagi jika diluar negeri seperti di Amerika yang penggunaannya
sudah cukup populer.
2) Tidak seperti youtube, podcast bisa digunakan ketika kita menginstall software
tertentu sesuai dengan perangkat gadget yang dipakai. Terkadang juga ada
software yang memberikan tarif baru bisa digunakan secara utuh.
3) Penggunaan podcast pastinya memerlukan koneksi internet sehingga anda harus
memastikan ketersediaan kuota yang cukup. Namun agar lebih hemat bisa
disiasati dengan menyimpan atau mendownload konten untuk didengar nanti.
4) Tidak banyak software yang menyediakan fasilitas podcast, hal ini dikarenakan
keberadaannya yang memang masih baru. Namun dimasa mendatang pasti aka
nada peningkatan seiring jumlah pendengar yang semakin meningkat.
5. Hasil Penelitian Tentang Podcast
a. Judul
Podcast Sebagai Media Pembelajaran Di Era Milenial
b. Penulis
Dewi Mayangsari, Dinda Rizki Tiara
Universitas Trunojoyo Madura
18
c. Nama Jurnal
Golden Age Universitas Hamzanwadi Vol. 3 No.02, Desember 2019, Hal. 126-135
https://ejournal.hamzanwadi.ac.id/index.php/jga/article/download/1720/1009

d. Struktur Isi Jurnal


1) Abstract
This study aims to see the effectiveness of learning media Ececast podcasts
based on audio 1information technology. Researchers use the ADDIE
development model (Analysis, Design, Development, Implementation,
Evaluation). The research subjects were 84 students of Early Childhood
Education, Faculty of Education, Trunojoyo Madura University. The results
showed the effectiveness of the podcast learning media obtained from the study
interest questionnaire and the results of the pre-post course scores included that
interest in the category was sufficient, from 45.04 to 44.80, while the value of
the course had increased from 59.4 with the moderate category to 68.60
including the good category. Podcast media are considered effective for
improving learning outcomes.
Keywords: learning media, podcasts, Milenial Era.

2) Pendahuluan
Di era milenial, generasi yang saat ini mendominasi di Indonesia yaitu
mahasiswa dengan ciri utama melekat pada teknologi digital (Badan Pusat
Statistik, 12018:17). Mereka memanfaatkan teknologi digital dalam seluruh
aspek kehidupan mereka, mulai dari sosialisasi hingga pendidikan. Salah satu
bentuk teknologi digital yang berkembang pada generasi milenial ini adalah
podcast. Penggunaan podcast saat ini telah menyentuh pendidikan yaitu sebagai
media pembelajaran. Podcast dapat meningkatkan hasil belajar pada beberapa
materi, salah satunya adalah kemampuan berbicara dalam bahasa inggris siswa.
Kemampuan berbicara dalam bahasa inggris siswa meningkat setelah diberikan
media podcast (Samad, Ahmad & Diana, 2017: 97). Siswa dapat memilih
materi yang mereka sukai dan mendengarkannya sebagai bahan materi
pembelajaran, sehingga mereka bisa belajar sesuai dengan yang mereka
inginkan. Selain itu podcast digunakan sebagai salah satu media untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa. Motivasi belajar siswa cukup meningkat
19
melalui penggunaan podcast sebagai media pada kursus daring yang dilakukan
(Bolliger, Supawan & Christine, 2010: 714). Meningkatnya motivasi belajar
melalui kursus daring dilihat dari berbagai sudut yaitu berdasarkan gender,
kelas dan juga pengalaman belajar daring sebelumnya. Motivasi belajar
berkaitan erat pula dengan minat belajar. Minat dianggap sebagai gerbang
pembuka untuk menguatkan motivasi yang dimiliki dalam mencapai suatu
tujuan. Mahasiswa PGPAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Trunojoyo
Madura ditengarai sedang mengalami penurunan minat belajar. Bila dilihat dari
keadaan kelas yang kurang hidup dalam diskusi hingga minat mahasiswa
sebagai peserta didik datang tidak tepat waktu, terlambat dalam pengumpulan
tugas hingga lulus pada waktu 1yang cukup lama. Minat belajar mahasiswa
yang rendah terkadang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu psikologi yang
terdiri dari motivasi, perhatian, ketertarikan dan 1juga lembaga pendidikan.
Menurut penelitian Jirana, Syamsiara dan Nurmiati (2015) sarana prasana yang
disediakan oleh kampus dapat memicu minat belajar mahasiswa. Sarana
prasarana yang disiapkan oleh pihak lembaga pendidikan salah satunya yaitu
media pembelajaran. Media pembelajaran yang diberikan tentunya harus
mempertimbangkan sasaran pengguna dan juga perkembangan jaman. Media
pembelajaran yang ada saat ini memerlukan adanya pengembangan menjadi
lebih mudah diakses, digunakan dan dipahami oleh peserta didik. Banyak sekali
media-media audio yang dibuat untuk memberikan sarana belajar yang
fleksibel. Semakin banyak buku yang dibahas lebih mudah dalam sebuah
aplikasi yang disebut dengan podcast. Podcast telah menjadi sebuah aplikasi
yang banyak digunakan saat ini untuk mendapatkan informasi yang diinginkan.
Melalui podcast orang dapat mendengarkan hal – hal yang mereka ingin ketahui
dengan mudah. Podcast telah diuji cobakan pada sebuah penelitian oleh Copley
(2007) yang menunjukkan bahwa lebih banyak siswa yang mengunduh materi
untuk belajar. Podcast menjadikan mahasiswa mengetahui gambaran tentang
materi yang akan dibahas lebih mudah dan cepat sehingga mahasiswa lebih siap
untuk berdiskusi membahas materi yang ada. Podcast juga bisa menjadi sarana
untuk lebih dekat dengan lingkungan kampus, dimana mahasiswa dapat
mendengar cerita inspiratif sehingga mahasiswa lebih termotivasi dalam
perkuliahan maupun mengembangkan kemampuan diri. Berdasarkan penjelasan
dari permasalahan minat belajar mahasiswa yang ada dimana berkaitan dengan
20
media pembelajaran serta perkembangan teknologi saat ini, maka media
pembelajaran podcast ini dirasa dapat menjadi salah satu solusi. Ketertarikan
peneliti terhadap permasalahan yang ada mendorong peneliti melakukan
penelitian dengan judul “Podcast Sebagai Media Pembelajaran di Era Milenial”

d. Rumusan Masalah
Bagaimana Peran Podcast Sebagai Media Pembelajaran di Era Milenial.

e. Metodologi Penelitian
Metode penelitian pengembangan ini dilakukan dengan menggunakan konsep
research and developlemnt ADDIE. Konsep pengembangan ini berisikan beberapa
tahap yaitu analisis (analyze), perancangan (design), pengembangan (develop),
implementasi (implementation) dan evaluasi (evaluation) (Ramansyah,2018).
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan model pengembangan
ADDIE, di mana tahapan dalam pengembangan media pembelajaran melalui
beberapa tahap, yaitu: (1) Analyze (Analisis), menganalisis keadaan dan spesifikasi
produk yang diperlukan. Pada bagian ini, yang digali adalah sumber minat belajar
dan spesifikasi materi yang diinginkan mahasiswa PGPAUD Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Trunojoyo Madura yang perlu disampaikan melalui podcast;
(2) Design (Perancangan), melakukan perancangan media sesuai dengan analisis
tahap sebelumnya. Dari analisa tersebut akan dibuat blueprint berdasarkan tujuan
pengembangan. Perancangan media pembelajaran meliputi sasaran, penyusunan dan
pelaksanaan program, fokus kegiatan dan langkah-langkah kerja. Design yang
dibuat melalui studi banding dengan institusi yang sudah mengembangkan e
learning secara konsisten dan disertai validasi dari ahli setelah perancangan media;
(3) Development (Pengembangan), yaitu menyusun konten 1materi, rekaman audio,
dan tampilan berdasarkan desain yang sudah ditentukan dan divalidasi oleh ahli; (4)
Implementatiton (Implementasi), adalah kegiatan menerapkan media pembelajaran
yang telah dikembangkan pada lingkup pengembangan, yaitu lingkup validator ahli
dan lingkup mahasiswa PGPAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Trunojoyo
Madura sebagai pengguna media pembelajaran. Hasil dari implementasi pada
lingkup pengembangan akan dijadikan landasan pada pelaksanaan tahap evaluasi.;
dan (5) Evaluation (Evaluasi), diantaranya memaparkan hasil evaluasi dari validator
ahli dan mahasiswa, berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif dari hasil
21
evaluasi akan memunculkan data berupa penilaian responden dalam bentuk angka
atau prosentase tekait kelayakan media yang dikembangkan, sedangkan data
kualitatif dari hasil evaluasi memunculkan data berupa kritik dan saran terkait
produk media yang dikembangkan. Subjek penelitian ini yaitu 84 mahasiswa
PGPAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Trunojoyo Madura yang terdiri dari
semester 2,4 dan 6 saat pengambilan data melalui survey mengenai materi yang
ingin didengarkan dalam podcast, sedangkan mahasiswa tersebut sudah berada di
semester 3,5 dan 7 ketika diberikan podcast. Teknik pengumpulan data
menggunakan angket. Angket terdiri atas dua bagian, yaitu angket minat belajar
pada suatu materi yang diberikan pada mahasiswa disertai kesediaan mengikuti
penelitian mulai dari proses awal hingga akhir, serta angket yang diberikan pada ahli
media untuk mengetahui kelayakan media dan materi yang diberikan apakah sesuai
dengan tujuan penelitian. Angket minat belajar pada suatu materi merupakan angket
tertutup yang berisikan pertanyaan mengenai minat belajar, sedangkan angket media
pembelajaran yang diberikan pada ahli meliputi kesesuaian konten, kemenarikan
media, dan manfaat media. Setelah penyebaran angket dan mendapatkan data,
selanjutnya dilakukan analisis data. Proses analisis data dalam penelitian
pengembangan menggunakan model ADDIE pada penelitian ini dengan dua teknik
yaitu analisis deskriptif kualitatif dan analisis statistik deskriptif. Teknik analisis
data kualitatif dengan mengelompokkan informasi-informasi dari data kualitatif
yang berupa tanggapan, kritik, dan saran perbaikan yang didapatkan dari ahli media.
Analisis data dijadikan acuan untuk memperbaiki 1atau merevisi produk
pengembangan media pembelajaran podcast, sedangkan analisis statistik deskriptif
melalui teknik prosentase dari data yang didapatkan melalui angket mahasiswa
setelah penggunaan media podcast. Efektivitas penggunaan media diambil pula dari
data nilai mata kuliah 1mahasiswa berkaitan dengan materi yang dikembangkan
beserta minat belajar nya.

f. Hasil Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
ini, dengan model pengembangan ADDIE, maka hasil yang didapatkan sebagai
berikut: Analyze Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah mencari tahu
matakuliah yang menjadi pilihan mahasiswa untuk didengarkan melalui podcast.
Pada tahapan analisa, peneliti melakukan survey melalui google form. Hasilnya 163
22
mahasiswa yang bersedia mengisi dan tersebar pada semester 2,4 dan 6 dengan
materi yang ingin didengarkan pada semester berikutnya, semester 2 yaitu mata
kuliah strategi pembelajaran, semester 4 dengan mata kuliah pilihan parenting, dan
semester 6 mata kuliah skripsi. Materi yang disarankan inilah yang nantinya akan
dimasukkan dalam media pembelajaran, dengan mempersiapkan materi pendukung
dari dosen pengampu atau PJMK, serta mempersiapkan soal pre-post masing-
masing mata kuliah untuk nantinya digunakan melihat keefektifan dari segi hasil
belajar. Design Setelah mendapatkan hasil dari proses analisis, tahap selanjutnya
adalah perancangan. Perancangan media ini dilakukan dengan beberapa tahapan,
yaitu: (1) Menentukan nama media podcast. Nama media podcast diambil dari hal
yang familiar dan juga mudah disebutkan. Nama media podcast ini adalah EceCast
yang mana singkatan dari Early Childhood Education Podcast; (2) Menentukan
logo dari media yang dikembangkan. Logo media harus menunjukan objek yang
dibahas dan juga 1menunjukan pendengar tidak hanya mendengar tetapi juga
menceritakan atau 1memberikan informasi (3) Membuat layout tampilan media.
Layout ini menjadi tatanan isi pada setiap halaman tampilan media. Tatanan layout
disesuaikan dengan materi yang ada. Development Desain yang telah dibuat
diwujudkan dalam produk aplikasi ececast semacam podcast yang sudah dikenal
masyarakat dan dapat diinstal melalui gadget secara offline. Media ini dipilih
dengan pertimbangan kepraktisan, kemudahan dan keterjangkauan teknologi, serta
efisiensi biaya. Petunjuk penggunaan juga disertakan dalam media tersebut,
sedangkan soal latihan diberikan berupa pre post test secara manual. Secara
spesifik, hardware yang digunakan untuk mengembangkan media dengan
spesifikasi RAM 4 GB dengan processor core i3 dan penyimpanan menggunakan
SSD. Sedangkan aplikasi yang digunakan dalam pengembangan media podcast ini
dengan menggunakan software Android Studio 3.4.3. Selain aplikasi untuk
mengembangakan media secara sistem, pengembangan juga menggunakan software
CorelDraw untuk mendesain segala gambar dan bentuk yang terdapat pada
penampilan media. 1Proses pengembangan media podcast terdiri dari beberapa
tahap, yaitu: (1) Tahap pra produksi, tahap ini meliputi penentuan nama, desain
podcast, pembuatan logo, mendesain tata tampilan dan juga penentuan materi yang
akan dimasukan dalam podcast (2) Tahap produksi, pada tahan ini dilakukan
eksekusi dari desain logo, layout dan juga gambar – gambar yang ada di podcast.
Selain itu pengambilan audio juga dilakukan. Materi yang telah dipilih dengan
23
melakukan analisis direkam dengan konsep yang telah disusun. Setelah materi
audio telah selesai, audio tersebut dimasukan ke dalam media podcast yang telah
jadi; dan (3) Tahap review, pada tahap ini dilakukan uji coba pemutaran media
podcast yang telah berisi materi audio. Setelah media podcast selesai, maka
dilakukan validasi media pada validator media. Hasil revisi dari digunakan sebagai
dasar perbaikan media podcast sebelum disebarkan. Masukan yang diberikan oleh
validator ahli media, diantaranya gambar yang diambil harus hasil dari design
sendiri, penambahan pada informasi kompetensi dasar pada masing-masing materi
dan juga penambahan nama pengembang media sehingga kami dari tim peneliti
merubah tampilan logo mata kuliah dengan desain sendiri, menambahkan
kompetensi dasar pada masing-masing materi dan menambahkan nama
pengembang pada media tersebut. Secara kuantitatif, nilai yang didapatkan 100%
sehingga termasuk dalam kategori sangat tinggi atau sangat layak, tidak perlu
direvisi. Implementation Tahap implementasi ini dilakukan untuk mengetahui
bagaimana respon mahasiswa mengenai media podcast terhadap minat belajar
mahasiswa. Media podcast akan diimplementasikan pada beberapa jenis uji coba
lapangan, yaitu uji coba perseorangan, kelompok kecil dan kelompok besar. Uji
coba perorangan dilakukan pada pada 3 mahasiswa di kelas 5A. Pada pernyataan
tentang kesenangan dalam menggunakan podcast cukup tinggi, begitu pula dengan
pernyataan tentang kemampuan dalam menggunakan media meskipun belum satu
mahasiswa yang benar-benar setuju bahwa mereka merasa mampu menggunakan
media. Namun untuk pernyataan tentang kesan podcast masih rendah. Bila dilihat
dari hasil yang ada, masih perlu sedikit memperbaiki cara penggunaan media agar
mahasiswa lebih mampu menggunakan media. Selain itu perlu adanya perbaikan
dari kualitas audio maupun tampilan agar mahasiswa lebih terkesan dengan media.
Sedangkan Uji coba kelompok kecil dilakukan pada 10 mahasiswa di kelas 7B.
Berdasarkan hasil uji coba pada kelompok kecil, didapatkan beberapa hal yang
dapat digunakan sebagai dasar revisi media. Berdasarkan dari hasil uji kelompok
kecil tersebut terlihat hasil respon secara keseluruhan dengan nilai 73,75% yaitu
kategori cukup tinggi. Pada pernyataan tentang kesenangan dalam penggunaan
media masih meningkat. Namun beberapa masih menemui kesulitan dalam
penggunaan media. Beberapa mahasiswa masih tidak memahami cara
menggunakan podcast. Selain itu kesan mahasiswa pada media juga masih kurang
optimal.
24
Uji Coba Kelompok Besar
Tahapan setelah melakukan uji coba perorangan dan uji coba kelompok kecil, maka
uji coba terakhir adalah uji coba kelompok besar. Uji coba kelompok besar
dilakukan pada 71 mahasiswa. Berdasarkan hasil uji coba kelompok besar,
menunjukan respon hasil 60,61% dengan kategori cukup tinggi. Evaluation.
Pada tahap ini dilakukan untuk mengetahui hasil dari penggunaan media
podcast pada minat belajar mahasiswa. Pada setiap hasil uji coba dijadikan dasar
perbaikan pada media yang selanjutnya akan diuji cobakan hasil perbaikannya,
sehingga hasil media podcast pada akhirnya bisa menjadi lebih baik dan menjadi
lebih efektif. Pada proses evaluasi, untuk melihat keefektifan penggunaan media
podcast ececast, tim peneliti menggunakan pre-test dan post-test masing-masing
mata kuliah yang dimasukkan dalam materi podcast ececast, sedangkan untuk
mengetahui minat belajar mahasiswa, tim peneliti memberikan angket minat
sebelum dan sesudah diberikan podcast ececast.

25
Berdasarkan paparan di atas, efektivitas media pembelajaran podcast ececast cukup
meningkat pada hasil belajar namun tidak terlalu signifikan meningkatkan minat belajar
mahasiswa PGPAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Trunojoyo Madura.

g. Simpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan materi
yang ingin didengarkan mahasiswa dalam media pembelajaran podcast adalah mata
kuliah strategi pembelajaran, parenting dan skripsi. Efektivitas media pembelajaran
podcast yang didapatkan dari angket minat belajar dan hasil pre-post nilai mata
kuliah diantaranya bahwa minat masuk kategori cukup yaitu dari 45,04 menjadi
44,80, sedangkan nilai mata kuliah mengalami peningkatan dari 59,4 dengan
kategori sedang menjadi 68,60 termasuk kategori baik. Media podcast dianggap
efektif untuk meningkatkan hasil belajar, namun belum signifikan untuk
meningkatkan minat belajar. Pada hasil belajar terbukti dapat meningkat dari
kategori sedang ke baik, hanya saja untuk minat belajar berada dalam kategori yang
sama yaitu sedang dan cenderung mengalami penurunan poin. Minat mahasiswa

26
yang cenderung menurun dikarenakan kekuatan atau dorongan dalam belajar
kurang bertahan atau menetap hingga akhir pembelajaran, merasa kurang puas
karena dalam media pembelajaran yang berbasis teknologi informasi kecanggihan
media yang dimiliki dan jaringan kurang mendukung, pengetahuan yang
didapatkan dari materi podcast kurang disalurkan secara praktis setelah mereka
memperoleh pengetahuan, serta minat yang sudah ada kurang disertai dengan
keinginan kuat untuk belajar dari dalam diri.

h. Jumlah Daftar Pustaka


1) Buku
Terdapat 7 buku:
Arsyad, Azhar. (2013). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Badan Pusat Statistik. (2018). Profil Generasi Milenial Indonesia. Jakarta:
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Fahyuni, Eni Fariyatul. (2017). Buku Ajar Teknologi, Informasi dan
Komunikasi Prinsip dan Aplikasi dalam Studi Pemikiran Islam.
Sidoarjo: UMSIDA Press.
Hurlock, Elizabeth H. (1999). Perkembangan Anak Jilid 2 Edisi Keenam.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Mack & Mitch. (2007). Podcasting Bible. Canada: Wiley Publishing, Inc.
Ramansyah, Wanda. (2018). Model-Model Pengembangan Media
Pembelajaran. Bangkalan: UTM Press.
Sadiman dkk. (2011). Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

2) Jurnal
Terdapat 7 jurnal:
Bolliger, Supawan & Christine. (2010). Impact of Podcasting on Student
Motivation in The Online Learning Environment. Computers Education.
55: 714 – 722.
Copley, Jonathan. (2007). Audio and video podcast of lectures for campus-
based student: production and evaluation of student use. Innovation in
Education and Teaching International, 44 (4): 387 - 399

27
Fatmalia, A. DAMPAK ERA MILENIAL TERHADAP PERILAKU ANAK USIA
DINI. In Seminar Nasional dan Call for Paper “Membangun Sinergitas
Keluarga dan Sekolah Menuju PAUD Berkualitas (pp. 180-185).
Rosell-Aguilar, Fernando. (2015). Podcasting as A Language Teaching and
Learning 1Tool. Case Studies in Good Practice,10, (3): 31 – 39.
Samad, Ahmad & Diana. (2017). The Use Of Podcast In Improving Students’
Speaking Skill. Journal of English Language and Education. 3, (2): 97 –
111.
Vogt, dkk. (2009). The Impact of Podcasting on the Learning and Satisfaction
of Undergraduate Nursing Student. Nurse Education in Practice, 10, 38
– 42 Warsihna, J. (2016). Meningkatkan Literasi Membaca dan Menulis
dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Kwangsan: Jurnal
Teknologi Pendidikan, 4(2) 167-80.
Wibiarani, S. (2018, December). Penggunaan Busy Book dalam Upaya
Meningkatkan Kemampuan Membaca pada Anak Usia Dini di Era
Milenial. In SENDIKA: Seminar Pendidikan (Vol. 2, No. 1, pp. 11-14).

3) Referensi Terbaru
Badan Pusat Statistik. (2018). Profil Generasi Milenial Indonesia. Jakarta:
Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Ramansyah, Wanda. (2018). Model-Model Pengembangan Media
Pembelajaran. Bangkalan: UTM Press.
Wibiarani, S. (2018, December). Penggunaan Busy Book dalam Upaya
Meningkatkan Kemampuan Membaca pada Anak Usia Dini di Era
Milenial. In SENDIKA: Seminar Pendidikan (Vol. 2, No. 1, pp. 11-14).

4) Referensi Terlama
Hurlock, Elizabeth H. (1999). Perkembangan Anak Jilid 2 Edisi Keenam.
Jakarta: Penerbit Erlangga.

g. Terinndeks oleh
Google Schollar:
https://ejournal.hamzanwadi.ac.id/index.php/jga/article/download/1720/1009.

28
Hasil Penelitian Tentang Podcast Kedua
a. Judul
Analisis Model Pembelajaran E-Learning Berbasis Podcast Sebagai Sumber Belajar
Siswa Pada Masa Pandemi Covid-19
b. Penulis
Fajar Setyaning Dwi Putra
c. Nama Jurnal
Jurnal Pendidikan Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat Vol. III, No.2 September
2021
http://ejournal.uicm-unbar.ac.id/index.php/jp3m/article/download/347/198/

d. Struktur Isi Jurnal


1) Abstract
Technology has changed the way people live and affects various aspects of
human life, including in the field of education. In the field of education, the use of
this technology is commonly known as Information and Communication
Technology (ICT) or Information and Communication Technology (ICT). ICT
includes two aspects, namely information technology and communication
technology. Information technology includes everything related to the process, use
as a tool manipulation and management of information. Thus, ICT is everything
related to the process, manipulation, management and transfer of information
between media using certain technologies. The 21st century learning challenges
have begun. 21st century learning can not be separated from the use of Information
and Communication Technology (Information and Communication Technology).
ICT that puts forward the function of technology in learning is unavoidable.
Educators and students are required to be able to use ICT in learning to the fullest.
The use or utilization of blogs, email, social media, and their friends is no stranger
to being used in learning. One of the platforms that millennials love is podcasts.
This study tries to describe the use of Pocast as a learning resource during the
COVID-19 pandemic.
Keywords: Learning Model, Podcast, Covid-19 Pandemic

29
2) Pendahuluan
Pergeseran paradigma pendidikan dari yang berorientasi pada guru beralih ke
peserta didik, berkembangnya pendidikan jarak jauh dan terbuka sehingga muncul
home schooling, tumbuh dan berkembangnya sumber belajar, maka semakin jelas
konsep pendidikan sepanjang hayat (long life learning). Perkembangan TIK untuk
pendidikan, dewasa ini semakin berkembang pesat. TIK dalam dunia pendidikan
mempunyai peran yang luar biasa, baik yang berupa perangkat lunak (software)
maupun perangkat keras (hardware). Penggunaan TIK melibatkan tiga unsur utama
yaitu perangkat lunak (software), perangkat keras (hardware), dan sumber daya
manusia (brainware). Dengan adanya TIK, akan dapat memudahkan kita untuk
mendapatkan informasi dan belajar. Selain itu, peran TIK dalam pendidikan yang
tidak kalah penting adalah adanya variasi model pembelajaran yang
menggabungkan pembelajaran konvensional dengan memanfaatkan media audio,
video, maupun multimedia. Hal yang perlu diperhatikan para guru adalah
menciptakan sebuah metode pembelajaran yang dapat merangsang peserta didik
untuk secara aktif melakukan interaksi dengan berbagai sumber belajar. Melalui
penyediaan media dan metode pembelajaran yang tepat peserta didik dapat aktif
berinteraksi dengan sumber belajar. Guru dalam hal ini bertindak sebagai
fasilitator pembelajaran. Salah satu bentuk model pembelajaran dengan
menggunakan TIK adalah model pembelajaran dengan memanfaatkan media
audio. Meskipun media audio pembelajaran merupakan alat bantu yang sederhana
dan penggunaannya melalui pendengaran saja, media ini dapat membantu para
peserta didik agar dapat berfikir dengan baik, menumbuhkan dayaingat, serta
mempertajam pendengaran. Media audio pembelajaran yang lazim digunakan
adalah radio dan rekaman audio. Penggunaan radio dalam pendidikan dapat
dilakukan oleh guru dan peserta didik, dengan mendengarkan dan menyimak
materi yang disampaikan pada siaran radio. Stasiun radio pendidikan yang saat ini
masih menyiarkan konten-konten pendidikan yang dapat digunakan sebagai
rujukan sumber belajar adalah Suara Edukasi, Radio Edukasi, dan radio-radio
mitra BPMRP Kemdikbud. Sedangkan penggunaan media audio dalam pendidikan
sudah tidak asing lagi digunakan. Penggunaan media audio dalam pendidikan
dapat dibagi menjadi dua, yaitu (1) media audio yang terintegrasi dengan kegiatan
pembelajaran yang digunakan oleh guru di kelas, dan (2) media audio
pembelajaran yang digunakan sebagai sumber belajar bagi peserta didik.
30
Penggunaan media audio dalam pembelajaran pada era saat ini banyak berkurang
seiring dengan kemajuan TIK. Untuk itu, perlu dilakukan terobosan-terobosan baru
dalam pengemasan model dan format sajian media audio pembelajaran dengan
menyesuaikan perkembangan TIK. Sehingga, media audio pembelajaran dapat
memberikan kontribusi terhadap penyediaan sumber belajar alternatif bagi
pengguna. Oleh karena itu, permasalahannya adalah bagaimana mengemas
program-program media audio pembelajaran yang dikembangkan oleh Balai
Pengembangan Media Radio Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (BPMRP Kemdikbud) ini layak dijadikan Rumusan Masalah sebagai
salah satu sumber belajar yang dapat diunduh dan dimanfaatkan oleh pengguna.
Salah satu topik bahasan kajian ini adalah podcasting media audio pembelajaran.
Podcast telah banyak digunakan terutama dalam industri hiburan dan pendidikan.
Penggunaan podcast dalam industri hiburan telah banyak digunakan, terutama
podcast dalam bentuk audio, misalnya musik. Dewasa ini, penggunaan podcast
tidak hanya dalam bidang hiburan saja, namun juga digunakan dalam tujuan
pembelajaran. Dalam bidang pendidikan, penggunaan podcast sebagai media
elearning mempunyai beberapa kelebihan diantaranya adalah: reusability dan
replaying bahan ajar, ketersediaan dan ketidaktergantungan terhadap satu
teknologi, karena podcast dapat digunakan melalui berbagai media putar misalnya
MP3 player, MP4 player, handphone/smartphone, dan lain-lain. Peserta didik tidak
perlu bergantung pada kehadiran kelas untuk belajar seperti yang biasa dilakukan
dalam pembelajaran tradisional dengan menggunakan tatap muka (Fietze, 2010).
Podcasting memiliki potensi untuk menjadi salah satu cara yang efektif dalam kit
untuk pembelajaran. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Enrico Lintang dengan
judul Podcast sebagai media pengajaran Bahasa Indonesia, menyatakan bahwa
podcast survival phrases dapat digunakan sebagai media edukasi yang
menggunakan pendekatan whole language, komunikatif, dan integratif. Podcast
mempunyai fungsi mendidik serta dapat meningkatkan pengetahuan pendengarnya
serta dapat menjembatani kesenjangan budaya (Lintang, 2011). Sedangkan hasil
riset lain, mengenai tema analisis efektifitas penggunaan podcast dalam e-learning
pada mata kuliah bahasa asing, menunjukkan bahwa peran podcast sebagai media
dan alat bantu dalam pembelajaran menjadi penting fungsinya, mengingat semakin
berkembangnya teknologi informasi saat ini (Ersalina, dkk., 2010). Minat
penggunaan media audio dalam pembelajaran yang dikemas dalam bentuk atau
31
format lebih menarik, efektif dan efisien ternyata banyak diminati. Sebagaimana
dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Dr. Maria Madiope dari UNISA,
Afrika Selatan yang mengemukakan tentang penggunaan teknologi mobile podcast
audio yang digunakan dalam pengajaran menulis penelitian dalam pembelajaran
terbuka jarak jauh di UNISA, Afrika Selatan. Dalam hasil penelitiannya
menyebutkan ternyata penggunaan media audio pembelajaran dalam bentuk
podcast banyak diminati oleh mahasiswa (Madiope, 2013). Hasil riset tentang
bahan siar yang telah diproduksi oleh BPMRP Kemdikbud ternyata belum
dimanfaatkan secara maksimal dan luas sebagai sumber belajar (Innayah, 2014).
Untuk itu diperlukan strategi pendistribusian konten tersebut, agar pemanfaatannya
dapat digunakan secara luas. Salah satu strateginya adalah menjadikan bahan siar
yang telah diproduksi tersebut menjadi podcast, sehingga dapat diunduh dan
dimanfaatkan tidak hanya sebagai siaran radio namun juga sebagai sumber belajar
online.

e. Rumusan Masalah
Bagaimana Peran Model Pembelajaran E-Learning Berbasis Podcast Sebagai
Sumber Belajar Siswa Pada Masa Pandemi Covid-19.

f. Metodologi Penelitian
Berdasarkan apa yang hendak diteliti berdasar pada rumusan masalah yang
telah dipaparkan, maka penelitian ini diputuskan menggunakan pendekatan kualitatif.
Melalui penelitian ini peneliti akan mendapatkan kemantapan dalam penelitian
berdasarkan pada hal yang peneliti alami. Penelitian dengan pendekatan ini pun mampu
menggali wawasan tentang sesuatu yang baru sedikit diketahui (Strauss dan Corbin
2009:5). Alasan pemilihan pendekatan kualitatif tersebut sesuai dengan rumusan dari
permasalahan yang diajukan peneliti. Adapun hakikat penelitian kualitatif menurut
Moleong (2010:6) adalah: Penelitian kulitatif merupakan penelitian yang bermaksud
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
perilaku, presepsi, motivasi, tindakan dan lain secara holistic dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Sehingga dengan demikian peneliti
dapat menyelami lebih dalam subjek penelitian. Maka didapatilah fakta-fakta yang
akurat dan dapat dianalisis secara mendalam pula. Sedang motode yang digunakan
32
adalah metode deskriptif yang mana didefinisikan oleh Whintney (1960) yang dikutip
oleh Nazir dalam bukunya Metode Penelitian (2005), metode deskriptif adalah
pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajarai
masalah-masalah dalam masyarakat serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta
situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap,
pandangan-pandangan, serta prosesproses yang sedang berlangsung dan pengaruh-
pengaruh dari suatu fenomena. Dalam metode deskriptif, peneliti bisa saja
membandingkan fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan suatu setudi
komparatif, adakalanya peneliti mengadakan klasifikasi, seerta penelitian terhadap
fenomenafenomena dengan menetapkan suatu setandar atau suatu norma tertentu
sehingga banyak ahli menamakan metode deskriptif ini dengan nama survei normatif
(normative survey). Dengan metode deskriptif ini juga diselidiki kedudukan (status)
fenomena atau faktor dan melihat hubungan antara satu faktor dengan faktor yang lain.

g. Hasil Penelitian
Peran TIK dalam pendidikan abad 21 Paradigma Pendidikan Nasional sebagai
pendidikan yang demokratis, bernuansa permainan, penuh keterbukaan, menantang,
melatih rasa tanggung jawab yang akan merangsang anak didik untuk datang ke
sekolah atau kampus karena senang bukan karena terpaksa. Selain itu, education does
not depend on teaching, but rather on the selfmotivated curiosity and self-initiated
action of the learner (Ackoff & Greenberg, 2008). Pendidikan tidak tergantung pada
pengajaran tetapi lebih kepada memotivasi rasa ingin tahu dan bagaimana berinisiatif
pada aksi diri peserta didik (BSNP, 2010). BSNP juga merumuskan 16 prinsip
pembelajaran yang harus dipenuhi dalam proses pendidikan abad ke-21, yaitu: (1) dari
berpusat pada guru menuju berpusat pada peserta didik, (2) dari satu arah menuju
interaktif, (3) dari isolasi menuju lingkungan jejaring, (4) dari pasif menuju
aktifmenyelidiki, (5) dari maya/ abstrak menuju konteks dunia nyata. (6) dari pribadi
menuju pembelajaran berbasis tim, (7) dari luas menuju perilaku khas memberdayakan
kaidah keterikatan, (8) dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru,
(9) dari alat tunggal menuju alat multimedia, (10) dari hubungan satu arah menuju
kooperatif, (11) dari produktif massa menuju kebutuhan pelanggan, (12) dari usaha
sadar tunggal menuju jamak, (13) dari satu ilmu dan teknologi bergeser menuju
pengetahuan disiplin jamak, (14) dari control terpusat menuju otonomi dan
kepercayaan, (15) dari pemikiran faktual menuju kritis, dan (16) dari penyampaian
33
pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan (BSNP, 2010). Dalam Permendikbud No.
65 tahun 2013 tentang Standar Proses, merumuskan 14 prinsip pembelajaran, terkait
dengan implemntasi Kurikulum 2013 meliput: (1) dari peserta didik diberi tahu menuju
peserta didik mencari tahu, (2) dari guru sebagai satusatunya sumber belajar menjadi
belajar berbasis aneka sumber belajar, (3) dari pendekatan tekstual menuju proses
sebagai penguatan penggunaan sumber belajar, (4) dari belajar berbasis konten menuju
pembelajaran berbasis kompetensi, (5) dari pembelajaran parsial menuju pembelajran
terpadu, (6) dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju
pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multidimensi, (7) dari pembelajaran
verbalisme menuju keterampilan aplikatif, (8) peningkatan dan keseimbangan antara
keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills), (9) pembelajaran
yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai
pembelajar sepanjang hayat, (10) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan
memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo
mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran (tut wuri handayani), (11) pembelajaran yang berlangsung di rumah, di
sekolah, dan di masyarakat, (12) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa
saja adalah guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas, (13)
pemanfaatan TIK untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran, dan (14)
pengakuan dan perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik
(Permendikbud No. 65 tahun 2013). Sumber Belajar Menurut Association Educational
communication and Technology (AECT) sumber belajar sebagai semua sumber yaitu
berbagai atau semua sumber baik berupa data, orang atau benda yang dapat digunakan
untuk memberi fasilitas atau kemudahan belajar bagi peserta didik (Warsita, 2008).
Selain itu, sumber belajar adalah semua komponen sistem instruksional, baik yang
secara khusus dirancang maupun yang menurut sifatnya dapat dipakai atau
dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran (Warsita, 2008). Sedangkan pengertian
lain, sumber belajar adalah suatu daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan
proses belajar mengajar baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagian atau
keseluruhan (Sudjana dan Rivai, 2009). Menurut AECT sumber belajar dapat
dibedakan menjadi enam jenis, yaitu: (1) pesan, informasi yang akan disampaikan oleh
komponen lain dapat berupa ide, fakta, makna dan data; (2) orang, bertindak sebagai
penyimpan dan menyalurkan pesan; (3) bahan, terdiri dari bahan-bahan yang lazim
disebut media atau perangkat lunak/software, yang biasanya berisi pesan untuk
34
disampaikan dengan menggunakan alat (hardware); (4) alat, merupakan barang-barang
yang lazim disebut perangkat keras/ hardware yang digunakan untuk menyampaikan
pesan yang terdapat dalam bahan; (5) teknik, prosedur atau langkahlangkah tertentu
dalam menggunakan bahan, alat, tata tempat dan orang untuk menyampaikan pesan; (6)
latar, lingkungan dimana pesan diterima oleh peserta didik (Warsita, 2008). Jadi, dapat
disimpulkan bahwa sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan atau
digunakan sesorang untuk memfasilitasi segala kegiatan belajar baik itu secara terpisah
maupun terkombinasi agar dapat mempermudah seseorang dalam mencapai tujuan
belajar yang diinginkan. Salah satu media yang dapat digunakan sebagai sumber
belajar adalah media audio pembelajaran. Pertimbangan pemilihan media dalam
pembelajaran, yaitu: harus memperhatikan tujuan pembelajaran, kondisi peserta didik,
efektif dan efisiensi medianya, serta kemampuan pengguna. Selain itu, pertimbangan
dalam pemilihan media dan penggunaan media dalam pembelajaran adalah kondisi
peserta didik, yaitu menyesuaikan dengan tipe atau gaya belajar peserta didik. Hal ini
bertujuan agar penggunaan media dalam proses belajar dapat efektif. Gaya belajar
peserta didik ada tiga modalitas belajar, yaitu: (1) visual atau penglihatan, (2) auditori
atau pendengaran, dan (3) kinestetik atau gerakan (Boby DePorter, 1999). Walaupun
masingmasing dari kita belajar dengan menggunakan ketiga modalitas ini pada tahapan
tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu diantara ketiganya.
Berbicara mengenai tipe auditori atau pendengaran, bagi peserta didik yang lebih akrab
dengan bahasa tutur, maka media audio pembelajaran menjadi alternatif sebagai media
pembelajaran. Media audio sebagai media edukasi juga akan lebih membantu peserta
didik dengan tipe belajar auditori ini. Peserta didik dengan tipe ini, akan lebih
menyukai belajar atau menerima informasi dengan cara mendengarkan, baik secara
langsung, misalnya melalui penuturan guru atau orang lain maupun secara tidak
langsung melalui media audio pembelajaran. Pemanfaatan TIK sebagai sumber belajar
dalam pembelajaran Pemanfaatan sumber belajar yang efektif untuk meningkatkan
pemahaman materi pembelajaran, motivasi belajar maupun meningkatkan kreativitas
belajar dapat dilakukan dengan bimbingan guru, instruktur maupun secara mandiri.
Pemanfaatan sumber belajar dalam proses pembelajaran oleh peserta didik digunakan
untuk pencapaian tujuan pembelajaran yang ditetapkan untuk memperoleh hasil belajar
yang maksimal atau untuk meningkatkan kreativitas peserta didik dalam memanfaatkan
sumber belajar. Pendidikan pada abad ini telah mengalami banyak perubahan. Salah
satu contohnya, penggunaan teknologi dalam pendidikan. Untuk belajar tentang sesuatu
35
atau mendapatkan informasi tertentu, peserta didik tak lagi menggantungkan hanya
pada satu sumber belajar konvensional seperti buku atau melalui pertemuan dalam
kelas dan diskusi bersama. Namun, telah bergeser pada trend penggunaan internet atau
belajar secara maya (online learning) yang merupakan alternatif sumber informasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Pavlik di Amerika Serikat tentang pemanfaatan
komunikasi dan informasi untuk keperluan pendidikan diketahui memberikan dampak
positif (Isjoni, 2008). Sedangkan studi lainnya dilakukan Center for Applied Special
Technology (CAST) menyebutkan bahwa pemanfaatan internet sebagai media
pendidikan menunjukkan postitif terhadap hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu,
adanya pembelajaran kelas maya menjadikan waktu belajar lebih efisien dan efektif.
Salah satu sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran adalah Teknologi
Informasi dan Komunikasi. Keberadaan TIK untuk pembelajaran terkait dengan
modernisasi pendidikan terdapat tiga hal, yaitu: (1) how people learn, bagaimana orang
belajar, (2) what people learn, apa yang dipelajari, (3) where and when people learn,
kapan dan dimana orang belajar (Resnick, 2002). Dengan menjawab tiga pertanyaan
tersebut, maka dapat dirumuskan dengan mudah tentang penggunaan TIK untuk
pembelajaran. Penggunaan TIK untuk pembelajaran salah satunya adalah e-learning.
Electronic Learning atau Elearning adalah merupakan metode pembelajaran yang
menggabungkan materi ajar, teknologi informasi, dan layanan (Choy, 2007). Dengan e-
Learning, guru dapat menyampaikan konten pembelajaran dengan menggunakan media
teknologi informasi. Dengan tujuan untuk meningkatkan akses belajar peserta didik
sehingga dapat bertanggung jawab atas jadwal belajarnya sendiri. Sejalan dengan hal
tersebut, maka pemerintah telah mengeluarkan regulasi tentang pemanfaatan e-learning
yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no. 24 tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Jarak Jauh (PJJ), dengan jelas membuka
koridor untuk menyelenggarakan pendidikan jarak jauh dimana e-learning dapat masuk
dan memainkan peran dalam dunia pendidikan. Salah satu contoh pemanfaatan e-
learning adalah penggunaan podcast dalam pendidikan. Sejarah Podcast dan
Perbedaannya dengan Siaran Radio Pada awalnya podcast muncul bersamaan dengan
lahirnya iPod di tahun 2001. Seperti yang telah dijabarkan oleh Tirto, sebutan podcast
sendiri berasal dari gabungan istilah “iPod” dan “broadcasting”. Sepintas
kedengarannya mirip dengan siaran radio dengan embel-embel broadcasting tersemat
di sana, tapi, ternyata bukan begitu. Podcast adalah bentuk media yang cukup unik.
Podcast tidak bertumpu pada frekuensi AM/FM seperti pada radio dan siarannya pun
36
tidak terpatok pada jadwal. Alih-alih menyamakan podcast dengan siaran radio,
podcast malah cenderung lebih mirip dengan YouTube. Podcast memiliki bersifat on-
demand yang berarti kontrol tayangnya berada di tangan si pendengar, bukan si
penyiar. Jadi, kamu bisa mendengarkan semua podcast yang kamu inginkan kapan saja
dan di mana saja. Dengan kata lain, podcast merupakan siaran suara yang tingkat
fleksibelitasnya jauh lebih tinggi daripada radio konvensional. Di dunia teknologi,
memang tak ada yang bisa mengimbangi kecanggihan hari ini. 20 tahun lalu, kamera
film sangat digdaya, dan mendominasi dunia fotografi. Siaran televisi, saat itu, masih
sebatas memanfaatkan antena yang menjulang tinggi ke angkasa dengan tak lebih dari
10 saluran televisi yang bisa dinikmati. Mendengarkan radio sambil berkirim pesan
menjadi ialah kegiatan yang masih banyak dilakukan orang. Hari ini, di tengah
perkembangan teknologi yang begitu pesat, perilaku manusia dalam mengkonsumsi
fotografi, televisi, maupun mendengarkan radio, jelas telah berubah. Praktis, kamera
film, hampir hilang ditelan zaman. Televisi, kini tak lagi pilihan utama. Ada beragam
layanan streaming yang lebih asyik dinikmati manusia masa kini. Di dunia radio,
perubahan pun terjadi. Perubahan itu bermuara menjadi, salah satunya, podcast.
Menilik sejarahnya, podcast lahir seiring kelahiran iPod bikinan Apple yang
diperkenalkan Steve Jobs pada 2001. Podcast bisa dibilang sebagai “iPod broadcasting”
alias siaran dengan menggunakan iPod. Berbeda dengan radio FM/AM konvensional,
podcast tak menyiarankan siarannya secara linear. Podcast yang serupa dengan
Youtube itu merupakan platform siaran suara on demand. Kala seseorang ingin
mendengarkan, ia tinggal mengunduh seri podcast keinginannya, tanpa perlu
menunggu waktu tertentu selayaknya radio konvensional yang melakukan siaran di
saat-saat tertentu. Karena sifatnya yang on demand itu pula, suatu siaran podcast, bisa
didengarkan berulangulang. Alex Blumberg, salah seorang pendiri seri podcast
bernama “StartUp”, mengungkapkan, “Sekarang (siaran) audio berpindah pada jenis on
demand.” eperti asalmuasal namanya, podcast terutama bisa dinikmati melalui aplikasi
Apple Podcast. Lainnya, ada aplikasi Spotify, Pocket Cast, Overcast, dan Google Play
Music yang bisa digunakan untuk mendengarkan suatu seri podcast. Dan karena sifat
podcast yang diunduh memungkinkan aplikasi pemutar musik biasa juga bisa
dimanfaatkan untuk mendengar siaran podcast. Mengutip New York Magazine,
podcast hadir dalam beragam jenis. Ada podcast perihal perbincangan politik, olahraga,
komedi, hingga serial podcast yang menyajikan materi fiksi secara berkelanjutan.
Beberapa contoh podcast sukses ialah “Serial”, podcast yang menyajikan drama fiksi
37
kriminal yang diproduseri Sarah Koenig. Ada juga “99% Invisible”, podcast yang
berbincang perihal kampanya Kickstarter (kampanye pengunpulan dana bagi suatu
proyek) yang dipandu Roman Mars, dan “StarUp”, podcast yang mengisahkan
kesuksesan Alex Blumberg mendirikan siaran podcastnya sendiri. Merujuk Edison
Research, terdapat 39 juta pendengar podcast di Amerika Serikat di akhir bulan.
Sementara merujuk data Statista, 24 persen orang dewasa di Amerika Serikat,
mengkonsumsi siaran podcast. Data lainnya, merujuk pemberitaan Business Insider,
diestimasi bahwa 20 persen penduduk Amerika Serikat yang berumur antara 18 hingga
49 tahun, setidaknya mendengarkan satu kali siaran podcast tiap bulannya. Publisher
atau penerbit podcast yang populer ialah NPR, WNYP Studios, dan HowStuffWorks.
Angka-angka tersebut jelas berkorelasi dengan baik dengan pendapatan yang bisa
diraih. Merujuk pemberitaan Wall Street Journal, para pengiklan di Amerika Serikat,
diestimasi menggelontorkan uang senilai $35 juta pada 2016 guna beriklan di podcast.
Angka itu naik sebesar 2 persen dibandingkan nilai yang digelontorkan pada 2015.
Tentu ada banyak alasan mengapa podcast populer. Mengutip Forbes, beberapa poin
yang menyebabkan podcast kian populer ialah semakin beragamnya jenis siaran yang
diusung serta kemampuan para pembawa acara yang kian baik. Selain itu, investasi
yang digelontorkan pada kanal media baru tersebut, juga semakin kencang. Diketahui,
WNYC, salah satu publisher podcast, menerima kucuran dana senilai $2 juta.
Sementara itu, Gimlet Media, menerima investasi Seri A senilai $6 juta. Memang, jika
ditilik, nilai-nilai investasi pada podcast tidaklah semegah investasi pada platform
lainnya. Namun, investasi yang terbilang bernilai biasa saja itu lahir dari kenyataan
bahwa biaya produksi podcast memang terbilang murah. New York Magazine bahkan
hanya menyebut beberapa perangkat “rumahan” yang bisa digunakan untuk
menciptakan suatu siaran podcast, terlepas dari kerjasama misalnya dengan Spotify
untuk menyebarluaskan konten podcast. Perangkat seperti microphone, aplikasi
Audacity, dan hosting murahan sebagai tempat bersemayan konten podcast di internet,
cukup untuk menjadi ramuan membikin konten-konten podcast. Meskipun murah,
podcast memiliki nilai keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan platform media
lainnya. CPM atau cost per “M”, di mana M merujuk pada angka Romawi yakni 1.000,
yang diraih podcast jauh lebih besar dibandingkan TV, radio, maupun situsweb. CPM
merujuk pada penghitungan pembayaran iklan. Semisal, jika harga CPM ialah
Rp50.000, artinya, impresi atau klik sebanyak 1.000 kali, dihargai Rp50.000. Mengutip
New York Magazine, CPM podcast ialah $20 hingga $45. Sementara CPM radio
38
konvensional berada di angka $1 hingga $18, TV berada di angka $5 hingga $20, dan
situsweb berada di angka $1 hingga $20. Jelas, podcast unggul jauh merujuk angka-
angka tersebut. Secara sederhana, dengan nilai investasi yang lebih sedikit, podcast
memberi keuntungan yang lebih menggiurkan. Meskipun podcast di Amerika Serikat
terbilang populer, di Indonesia podcast bisa dikatakan belum berkembang. Dicari di
aplikasi Spotify, sukar rasanya menemukan siaran atau konten podcast buatan orang
Indonesia. Hasil “googling” di internet pun, tidak mendapatkan siaran atau konten
podcast dalam negeri yang sepopuler dengan apa yang terdapat di Amerika Serikat.
Padahal, di Amerika Serikat, podcast telah bersalin rupa dengan apik. Salah satunya
ialah konten audiobook, buku versi suara. Hampir tidak ada audiobook dari buku-buku
Indonesia.Tentu, kekosongan tersebut, bisa dimanfaatkan dengan baik di dalam negeri.
Mumpung podcast belum populer di sini, konten atau siaran podcast dalam negeri bisa
dibuat dengan gayanya sendiri.

h. Simpulan
Dari hasil penelitian di atas dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1) Podcast merupakan platform alternatif yang digunakan oleh guru dalam
menerapkan e-learning pada masa pandemi covid-19.
2) Konsep utama dari podcasting bahan ajar dan bahan siar memungkinkan pengguna
dari segala usia untuk menggunakan sistem yang berbasis teknologi hiburan ini
untuk tujuan pendidikan.
3) Pemanfaatan podcast dalam pembelajaran dapat didengarkan kapan saja dan di
mana saja. Hal ini memungkinkan penggunaannya bersamaan dengan melakukan
aktivitas lain

i. Jumlah Daftar Pustaka


1) Buku
Terdapat 9 buku:
BSNP, 2010, Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI. Jakarta: BSNP
DePorter, Bobby & Hernacki Mike, 1999. Quantum Learning: Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Penerbit Kaifa.
Innayah, 2014. Monitoring Evaluasi Siaran Radio Pendidikan, Yogyakarta:
BPMRP Kemendikbud.

39
Isjoni, dkk., 2008. Pembelajaran Terkini: Perpaduan Indonesia Malaysia,
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Lintang, Enrico, 2011. Thesis: Podcast Sebagai Media Pengajaran Bahasa
Indonesia. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 24 Tahun
2002. Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh Pada Pendidikan
Tinggi. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pusat Kurikulum. Balitbang. 2007. Naskah Akademik Kajian Kebijakan
Kurikulum Mata Pelajaran TIK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai, 2009. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Warsita, Bambang, 2008. Teknologi Pembelajaran Landasan & Aplikasinya.
Jakarta: Rineka Cipta.

2) Jurnal
Terdapat 5 Jurnal:
Madiope, Maria, 2013. The Feasibility of using audio podcast mobile technology
to teach research writing in open distance learning: case of University of
South Africa (Online Journal). University of South Africa.
www.unisa.ac.za. Diakses pada tanggal 22 Agustus 2014.
Ersalina, dkk., 2010, Proposal Riset: Analisis Efektifitas Penggunaan Podcast
dalam E Learning Mata Kuliah Bahasa Asing (Studi Kasus Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Indonesia). Jakarta: Program Studi Sistem Informasi,
Fakultas Ilmu komputer, Universitas Indonesia.
Resnick, M. 2002. Rethinking Learning in the Digital Age. Dalam Porter, M.E.,
Sachs, J.D., dan Mc Arthur, J.W. The Global Information Technology
Report 2001-2002: Readiness for the Networked World.
Fietze, S., 2010. Podcast in Higher Education: Students’ Experience and
Assessment. IEE Computer Society,available online at
www.computer.org/plugins/dl/p roceedings/iccee. Diakses pada tanggal 23
Agustus 2014.
Ho, C. T.B. & Chou, Y.T.T, 2009. The Cricicak Factor for Applying Podcast in
Mobile Languange Learning. IEE Computer Society, available online at

40
www.computer.org/plugins/dl/procee dings/ieee. Diunduh pada tanggal 23
Agustus 2014.

3) Artikel Blog
Wikipedia. Siniar. http://id.wikipedia.org/wiki/Sini ar. Wu, S.R., 2008, Evaluation
of The Learning of Scientific English in Podcasting PCs, MP3s and MP4s
Scenario. IEEE Computer Society. Available online at
www.computer.org/dl/pdf/proce edings/iccee.
www.radioedukasi.kemdikbud.go.id www.bbc.co.uk/podcast

4) Referensi Terbaru
Innayah, 2014. Monitoring Evaluasi Siaran Radio Pendidikan, Yogyakarta:
BPMRP Kemendikbud.

5) Referensi Terlama
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 24 Tahun
2002. Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh Pada Pendidikan
Tinggi. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Resnick, M. 2002. Rethinking Learning in the Digital Age. Dalam Porter, M.E.,
Sachs, J.D., dan Mc Arthur, J.W. The Global Information Technology
Report 2001-2002: Readiness for the Networked World.

j. Terinndeks oleh
Google Schollar:
http://ejournal.uicm-unbar.ac.id/index.php/jp3m/article/download/347/198/

41
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahan ajar audio merupakan salah satu jenis bahan ajar noncetak yang di
dalamnya mengandung suatu sistem yang menggunakan sinyal audio secara
langsung yang dapat dimainkan atau diperdengarkan oleh guru kepada peserta
didiknya guna membantu mereka dalam menguasai kompetensi tertentu.
Selanjutnya, untuk bentuk bahan audio ada beragama macam. Dilihat dari jenisnya,
bahan ajar audio meliputi dua bentuk, yaitu: bentuk kaset, piringan hitam, campact
disc (CD), atau digital audio, dan satunya lagi, yaitu radio. Format audio
merupakan wadah untuk menyimpan data berupa data suara digital pada sistem
komputer. Kemudian unsur-unsur bahan ajar akan dijelaskan per masing-masing
jenis bahan ajar audio. Pertama yaitu unsur-unsur bahan ajar audio berbentuk
kaset/PHICD yaitiu meliputi lima komponen Kedua, unsur-unsur bahan ajar audio
berbentuk radio yaitu juga meliputi lima komponen seperti jenis bahan ajar audio
pertama, akan tetapi yang membedakan adalah tidak ada komponen petunjuk
belajar dalan bahan ajar berbentuk radio. Selanjutnya hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan media, yaitu: tujuan instruksional, karakteristik
siswa dan sasaran, jenis rangsangan belajar yang diinginkan (audio, visual. Gerak,
dan seterusnya), keadaan lingkungan, kondisi setempat, dan luasnya jangkauan
yang ingin dilayani. Salah satu media audio digital yang populer pada saat ini
adalah podcast.
Podcast adalah sebuah hasil rekaman audio yang bisa didengarkan oleh
khalayak umum melalui media internet. Ada berbagai macam jenis-jenis podcast
antara lain Solo podcast, Interview Podcast, dan Multi Host Podcast. Setiap media
pembelajaran pasti ada kelebihan serta kekurangan,untuk media podcast ini
memiliki kelebihan diantaranya pendegar akan mudah memahami informasi yang
diberikan karena berita disampaikan secara langsung,tentu penggunaannya nyaman
dan mudah karena konten sudah ada sebelumnya,fleksibel,dan tentunya
menghemat waktu.Sedangkan untuk kekurangannya yaitu belum banyak yang
menggunakan media podcast,lalu berbeda dengan youtube jika akan menggunakan
podcast kita harus mengintsal software tertentu terlebih dahulu,penggunannya

42
harus menggunakan koneksi internet,dan yang terakhir tidak banyak software yang
menyediakan fasilitas podcast ini Selanjutnya,dari contoh penelitian tentang media
audio digital podcast yang membahas tentang penggunaan media podcast pada era
milenial,dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya, Podcast merupakan
platform alternatif yang digunakan oleh guru dalam menerapkan e-learning pada
masa pandemi covid-19, Konsep utama dari podcasting bahan ajar dan bahan siar
memungkinkan pengguna dari segala usia untuk menggunakan sistem yang
berbasis teknologi hiburan ini untuk tujuan pendidikan, Pemanfaatan podcast
dalam pembelajaran dapat didengarkan kapan saja dan di mana saja. Hal ini
memungkinkan penggunaannya bersamaan dengan melakukan aktivitas lain

B. Saran
Dengan adanya makalah ini kami berharap agar generasi pendidik seperti kita
lebih memperhatikan media pembelajaran yang digunakan pada saat memberikan
pembelajaran bagi siswa kedepannya,karena di era digital seperti ini kita dituntut
untuk harus kreatif dan inovatif dalam menggunkan media pembelajaran,serta
harus memperhatikan dengan seksama kekurangan dan kelebihan media digital
apa yang kita digunakan karena bisa memberikan dampak positif ataupun malah
negatif pada saat penggunanya. Demikian makalah yang kami susun, semoga
dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya serta pembaca.Penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

43
DAFTAR PUSTAKA

Daryanto. 2011. Media Pembelajaran.Bandung: CV.Yrama Widya.

Indriastuti, F., & Saksono, WT.2015. Podcast Sebagai Sumber Belajar Berbasis Audio Audio

Podcasts Sebagai Sumber Belajar Berbasis Audio. Jurnal Teknodik, Hal. 304 – 314.

Media Pembelajaran: Buku Bacaan Wajib Dosen, Guru dan Calon Pendidik. (2017). (n.p.):

Pustaka Abadi.

Panggabean, N. H. (2020). Desain Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Sains. In N. H.

Prasetyo, A. (2018). Sumber Belajar dan Pusat Sumber Belajar.

Purba, R. A. (2021). Media Dan Teknologi Pembelajaran. In R. A.

Wood, Julia. T (2013). Komunikasi Interpesonal: Interaksi Keseharian (Edisi 6). Salemba
Humanika: Jakarta.

44
LAMPIRAN

45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60

Anda mungkin juga menyukai