Konsep Dasar Kebutuhan Rasa Nyaman
Konsep Dasar Kebutuhan Rasa Nyaman
Di susun oleh:
2020
A. KONSEP DASAR KEBUTUHAN RASA NYAMAN
1. PENGERTIAN
Menurut Noorbaiti (2019) Nyaman adalah keadaan ketika individu mengalami
sensasi yang tidak menyenangkan dalam merespons terhadap sesuatu rangsangan
yang berbahaya. Menurut Kolcaba, dalam Potter dan Penry (2005) mengungkapkan
kenyamanan atau rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia seperti (1) Kebutuhan ketentraman yaitu suatu kepuasan yang
meningkatkan penampilan sehari-hari, (2) Kelegaan yaitu telah terpenuhinya segala
kebutuhan, dan (3) Transenden yaitu keadaan tentang sesuatu yang melebihi
masalah dan nyeri. Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak
menyenangkan, bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap
orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya pada orang tersebutlah yang
dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (2016) menjelaskan, Nyeri pada umumnya terbagi atas 2
yaitu : nyeri akut dan nyeri kronis.
Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik / emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual / fungsional, dengan onset mendadak / lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Nyeri kronis
adalah pengalaman sensoris / emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual / fungsional dengan onset mendadak / lambat dan berintensitas ringan hingga
berat dan konstan yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
2. ANATOMI FISIOLOGI
Reseptor nyeri (nosireceptor) adalah organ tubuh yang berfungsi untuk
menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan adalah ujung saraf bebas
dalam kulit yang berespon hanya terdapat pada stimulus kuat yang secara potensial
merusak.
a. Mekanik (mekano sensitif) : Kerusakan ujung saraf bebas akibat trauma
karena benturan atau gerakan.
b. Thermis (thermo sensitif) : Rangsangan panas atau dingin yang berlebihan.
c. Kimia (khemo sensitif) : Rangsangan zat kimia berupa bradikinin, serotinin,
ion kalium, asam, prostaglandin, asetilkolon, dan enzim proteolitik.
Mekanisme Penghantaran Impuls Nyeri
a. Serabut delta A (menusuk dan tajam) : Pada kulit dan otot bermielin halus,
garis tengah 2-5 mm, kecepatan 6-30 m/detik.
b. Serabut delta C (panas & terbakar) : Dalam otot, tidak bermielin, garis tengah
0,4-1,2 mm, kecepatan 0,5-2,0 m/detik.
3. ETIOLOGI
a. Lingkungan
b. Umur
c. Jenis kelamin
d. Kelelahan
e. Budaya
f. Ansietas
g. Gaya koping
h. Pengalaman sebelumnya
i. Dukungan keluarga dan sosial
4. MANIFESTASI KLINIS
a. Nyeri Akut
Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
Menunjukan kerusakan
Gangguan tidur
Muka dengan ekspresi nyeri
Tingkah laku ekspresif (Gelisah, merintih, nafas panjang, mengeluh)
Posisi untuk mengurangi nyeri
Penurunan Tanda-tanda vital
b. Nyeri Kronis
Perubahan berat badan
Melaporkan secara verbal dan non verbal
Menunjukan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri sendiri
Kelelahan
Perubahan pola tidur
Takut cedera
Interaksi dengan orang lain menurun
5. PATOFISIOLOGI
a) Nyeri diawali dengan kerusakan jaringan (tissue damage), dimana jaringan
tubuh yg cedera melepaskan zat kimia inflamatori (excitatory
neurotransmitters), (histamine dan bradykinin) sebagai vasodilator yg kuat
edema, kemerahan dan nyeri dan menstimulasi pelepasan prostaglandins.
b) Transduksi (transduction) : perubahan energi stimulus menjadi energi elektrik,
proses transmisi (transmission) yakni ketika energi listik mengenai
nociceptor dihantarkan melalui serabutsaraf A dan C dihantarkan dengan cepat
ke substantia gelatinosa di dorsal horn dari spinal cord ke otak melalui
spinothalamic tracts thalamus dan pusat-pusat yg lebih tinggi termasuk
reticular formation, limbic system, dan somatosensory cortex.
c) Persepsi (perseption) : otak menginterpretasi signal, memproses informasi dr
pengalaman, pengetahuan, budaya, serta mempersepsikan nyeri individu
mulai menyadari nyeri.
d) Modulasi (modulation) : saat otak mempersepsikan nyeri, tubuh melepaskan
neuromodulator, seperti opioids (endorphins and enkephalins), serotonin,
norepinephrine & gamma aminobutyric acid menghalangi /menghambat
transmisi nyeri & membantu menimbulkan keadaan analgesik, & berefek
menghilangkan nyeri.
6. Komplikasi
a. Edema pulmonal
b. Kejang
c. Masalah mobilisasi
d. Hipertensi
e. Hipertermi
f. Gangguan pola istirahat dan tidur
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan keperawatan
Monitor tanda-tanda vital
Kaji adanya infeksi atau peradangan nyeri
Distraksi dan ajarkan teknik relaksasi
Kompres hangat
b. Penatalaksanaan Medis
Pemberian obat Analgetik
Obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total. Seseorang
yang mengonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar.
Pemberian obat ANS (Anti inflamasi non steroid)
Aspirin dan Ibuprofen mengurangi nyeri dengan cara bekerja di ujung saraf
perifer pada daerah luka dan menurunkan tingkat mediator inflamasi yang
dihasilkan luka.
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan dengan skala nyeri
Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan di abdomen
Rontgen untuk mengetahui tukang dalam yang abnormal
Pemeriksaan laboratorium sebagai data penunjang pemeriksaan fisik lainnya
CT-Scan mengetahui adanya pembuluh darah yang peah diotak
EKG
MRI
b. Nyeri kronis
Tujuan yang diharapkan :
Tidak mengekspresikan nyeri secara verbal atau pada wajah
Tidak ada posisi tubuh yang melindungi
Tidak ada kegelisahan atau ketegangan otot
Tidak kehilangan nafsu makan
rekuensi nyeri dan lamanya episode nyeri dilaporkan menengah atau
ringan
Rencana Tindakan :
Intervensi Rasional
Kaji keadaan umum, karakteristik Untuk mengetahui keadaan umum
nyeri, tanda-tanda vital serta efek pasien, mengetahui daerah nyeri,
penggunaan obat jangka panjang kualitas, kapan nyeri dirasakan,
faktor pencetus,berat ringannya nyeri
yang dirasakan serta mengetahui efek
penggunaan obat secara jangka
panjang.
Bantu pasien mengidentifikasi tingkat Untuk mengetahui tingkat nyeri pasien
nyeri
Ajarkan pola istirahat/tidur yang Untuk mengurangi rasa nyeri secara
adekuat adekuat
Kolaborasi pemberian obat analgesik Untuk mengurangi rasa nyeri
D. MIND MAPPING & PATHWAY
Faktor Presipitasi
Reseptor Nyeri
Persepsi Nyeri
Nyeri
RAS Teraktivasi
REM Menurun
Gangguan Pola Tidur