ELATISITAS PENAWARAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Mikro 1
Dosen Pengampu: Dr. Sulastri Rini Rindrayani,S.Pd.,MM.
Disusun oleh:
Kelompok 7
Ketua : Dea Lela Anggraeni (20187203009)
Anggota:
1. Devi Rahmawati (20187203013)
2. Nurul Fatimah (20187203079)
3. Moch. Fyrda Reza Pradana (20187203085)
4. Natasya Sabela A. (20187203111)
SEMESTER II
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI 2A
FAKULTAS SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS BHINNEKA PGRI TULUNGAGUNG
JUNI 2021
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 1
1.3 Tujuan Masalah ................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Grafik penawaran elastis ...................................................................... 3
2.2 Grafik inelastis ..................................................................................... 4
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi elastisitas penawaran ................... 4
2.4 Faktor yang mempengaruhi elastisitas penawaran berdasarkan analisis
waktu .................................................................................................... 7
2.5 Perbedaan elastisitas pada sektor pertanian dan industry .................... 9
2.6 Grafik penentuan harga maksimum dan minimum ............................. 10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2.5 Implementasi elastisitas pertanian dan industry tidak sama ,
jelaskan dengan grafik perbedaan elastisitas pada sektor
pertanian dan industry
2.6 Jelaskan dengan menggunakan grafik penentuan harga
maksimum dan minimum
2
BAB II
PEMBAHASAN
∆ q P1
Es= ×
∆ p q1
P1=¿harga awal ¿
q 1= jumlah barang awal
∆ q= perubahan jumlah barang
∆ p=perubahan harga
%perubahan penawaran
Es
%perubahan harga
¿ 45 °
Q
Es>1 disebut elastis karena presentase perubahan jumlah yang
ditawarkan lebih besar dari pada presentase perubahan harga.
Kurva elastisnya membentuk sudut ¿ 45 °
Seperti permintaan , penawaran juga memiliki hukum sendiri.
Berikut bunyi hukum penawaran:
“Semakin tinggi harga suatu barang , semakin banyak jumlah
tersebut yang akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya ,
makin rendah harga barang , semakin sedikit jumlah barang yang
ditawarkan.”
3
2.2 Penawaran Inelastis
P
S
¿ 45 °
Es<1
4
Artinya barang tahan lama dapat ditahan selama waktu
tertentu untuk dijual agar mendapatkan keuntungan yang
lebih besar. Barang tidak tahan lama mau tidak mau harus
cepat dijual agar tidak mengalami kerugian yang lebih
besar.
3. Jangka Waktu Analisis
Di dalam menganalisis pengaruh waktu kepada
elastisitas penawaran , biasanya dibedakan tiga jenis
waktu , yaitu: masa amat singkat , jangka pendek dan
jangka panjang.
1) Masa amat singkat
Yang dimaksud masa amat singkat adalah jangka
waktu dimana para penjual tidak dapat menambah
penawarannya. Dengan demikian penawSarannya
bersifat tidak elastis sempurna.
P D1
D S
P1
D1
S D
Q
O Q
(i)Penawaran pada masa amat singkat
2) Jangka Pendek
Dalam jangka pendek kapasitas alat-alat produksi
yang ada tidak dapat ditambah. Tetapi setiap
perusahaan masih dapat menaikkan produksi
5
dengan kapasitas yang tersedia (dengan cara
menggunakan faktor-faktor produksi , termasuk
barang modal , secara lebih insetif). Antara lain
caranya ialah memperpanjang jam kerja ,
memperbaiki manajemen produksi , menggunakan
tenaga kerja lebih efektif dan sebagainya. Usaha ini
akan dapat menambah produksi barang yang
ditawarkan. Tetapi perubahan itu , tidaklah terlalu
besar.
P D1 S
P1
P D1
S D
Q
O Q Q1
3) Jangka Panjang
Produksi dan jumlah barang yang ditawarkan dapat
dengan mudah ditambah dalam jangka panjang.
Oleh karenanya penawaran bersifat elastis , yaitu
ditunjukkan pada gambar dibawah.
P
D D1 S
P1
S D D1
O Q Q1 Q
6
Dapat dilihat bahwa barang yang diperjualbelikan
bertambah sebesar Q Q 1 karena permintaan
bertambah dari DD menjadi D1 D1. Pertambahan ini
adalah jauh lebih besar dari pertambahan dalam
jangka pendek. Oleh karena itu pertambahan
penawaran yang cukup besar tersebut kenaikan
harga dari P menjadi P1 adalah lebih kecil daripada
dalam keadaan jangka waktu amat singkat dan
jangka pendek.
P1
D
D1
P
S D
0 Q Q = kuantitas
2. Jangka Pendek
Dalam jangka pendek kapasitas alat-alat produksi yang ada
tidak dapat ditambah. Tetapi setiap perusahaan masih dapat
menaikkan produksi dengan kapasitas yang tersedia
(dengan cara menggunakan faktor-faktor produksi ,
termasuk barang modal , secara lebih insetif).
7
P=harga
D1
D
P1
S D1
D
0 Q Q1 Q=kuantitas
Misalnya dengan cara memperpanjang jam kerja ,
memperbaiki manajemen produksi , menggunakan tenaga
kerja lebih efektif dan sebagainya. Hal ini dapat
ditunjukkan oleh pertambahan produksi dari Q menjadi Q 1
akibat adanya kenaikan permintaan ri D menjadi D1 , akibat
harga naik namun kenaikan lebih rendah daripada kondisi
masa amat singkat.
3. Jangka Panjang
(produksi dan jumlah barang yang ditawarkan dengan
dengan mudah ditambah), sehingga penawaran bersifat
elastis.
P=harga
D1
D
S
P1
P
S D D1
8
O Q Q1 Q=kuantitas
P Ep
P1 S1 ep
S S1 DP
Q
O
( i ) Permintaan dan Penawaran
Barang Pertanian
9
P
S S1
H E1
H1 e1
D1
S S1
O Q
( ii ) Permintaan dan Penawaran
Barang Industri
Penjelasan Grafik
Gambar (i) menggambarkan keadaan permintaan dan penawaran
barang pertanian dan gambar (ii) menggambarkan keadaan
permintaan dan penawaran terhadap barang industry.
Misalkan: pada mulanya dimasing-masing sektor , penawaran
adalah seperti yang ditunjukkan oleh kurva SS, tetapi sektor
pertanian kurva permintaannya adalah D P sedangkan disektor
industry kurva permintaannya adalah D 1, kurva D 1 adalah lebih
elastis dari kurva D P. Dalam sektor pertanian keseimbangan
dicapai di E P dan disektor industry di E1. Maka harga barang
pertanian adalah P dan harga barang industry adalah H dan dapat
dilihat bahwa P=H.
Selanjutnya penawaran terhadap barang pertanian dan
barang industry masing-masing bertambah dari SS menjadi S1 S 1
. Perubahan ini menyebabkan di sektor pertanian keseimbangan
berubah dari E P menjadi e p dan disektor industry keseimbangan
berubah dari E1 menjadie 1. Dengan demikian disektor pertanian
harga menjadi sangat merosot , yaitu hanya mencapai P1
sedangkan di sektor industry harga mengalami penurunan yang
tidak terlalu besar , yaitu dari H ke H 1.
10
Penentuan harga maksimum merupakan batas tertinggi
harga penjualan yang harus dipatuhi oleh produsen.
Kebijakan penetapan harga maksimum ini bertujuan untuk
melindungi konsumen, agar konsumen dapat menikmati
harga yang tidak terlalu tinggi. Jika harga suatu barang
dianggap terlalu tinggi sehingga tidak dapat dijangkau lagi
oleh masyarakat, maka pemerintah dapat menetapkan harga
maksimum atau biasa disebut Harga Eceran Tertinggi
( HET ) atau ceiling price. Maksud HET adalah bahwa
suatu barang tidak boleh dijual dengan harga lebih tinggi
daripada yang telah ditetapkan pemerintah. Jika HET
ditetapkan sama dengan atau lebih tinggi daripada harga
keseimbangan sebagaimana ditetentukan oleh supply dan
demand di pasaran, maka penetapan harga ini tidak banyak
pengaruhnya, dan hanya sekadar untuk mencegah para
penjual menaikkan harga lebih daripada batas yang
ditetapkan itu. Tetapi bila HET itu lebih rendah daripada
harga keseimbangan, akan timbul berbagai persoalan.
P
S
4
2
HE
T
1 kekurangan D
0 10 20 30 40
11
menetapkan HET sebanyak Rp 2.000, agar barang dapat
dibeli oleh masyarakat. Tetapi pada harga Rp 2.000 ini Qd
>Qs. Jumlah yang mau dibeli 30, sedangkan jumlah yang
mau dijual pada harga itu hanya 15. jadi ada kekurangan.
Kekurangan ini dapat menimbulkan pasar gelap sebab
untuk memperoleh jumlah sebanyak 15 tersebut para
pembeli bersedia membayar sampai Rp 3.500.
Seandainya jumlah 15 ini dijual di pasar bebas, maka akan
bisa mencapai harga Rp 3.500. Tetapi HET yang ditetapkan
oleh pemerintah hanya Rp 2.000. Inilah yang menimbulkan
pasar gelap, barang dijual secara gelap dengan harga di atas
HET yang ditetapkan oleh pemerintah. Cara ini hanya
menguntungkan pedagang, sedang masyarakat yang
membutuhkan barang tidak kebagian.
Persoalan yang timbul bila HET ditetapkan lebih rendah
daripada harga keseimbangan pasar adalah bahwa pada
harga HET itu jumlah yang mau dibeli lebih besar daripada
jumlah yang mau dijual ( Qd > Qs ) sehingga timbul
kekurangan suplai.
12
P
S
SURPLUS
300 HET
200
100
0 10 20 30
13
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/arumwindriyani/materi-5-42219683
15