Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah penyatuan sperma dari laki-laki dan ovum dari

perempuan. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya

janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7

hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam

tiga triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3

bulan, triwulan kedua dari bulan ke-4 sampai ke-6, triwulan ketiga dari

bulan ke- 7 sampai ke-9 (Adriaansz, Wiknjosastro dan Waspodo, 2007.

p. 89).

Kehamilan didefinisikan sebagai persatuan antara sebuah telur

dan sebuah sperma, yang menandai awal suatu peristiwa yang terpisah,

tetapi ada suatu rangkaian kejadian yang mengelilinginya. Kejadian-

kejadian itu ialah pembentukan gamet (telur dan sperma), ovulasi

(pelepasan telur), penggabungan gamet dan implantasi embrio di dalam

uterus. Hanya jika semua peristiwa ini berlangsung baik, maka proses

perkembangan embrio dan janin dapat dimulai (Bobak, 2005, p. 74).

8
9

2. Perubahan-perubahan Fisik dan Psikologis Selama Kehamilan

a. Perubahan Fisik dan Psikologis pada Trimester I

1) Perubahan Fisik pada Trimester I

Menurut Kurnia (2009, p. 185-189), perubahan fisik pada

trimester I adalah :

a) Pembesaran Payudara

Payudara akan membesar dan mengencang, karena terjadi

peningkatan hormon kehamilan yang menimbulkan pelebaran

pembuluh darah dan untuk mempersiapkan pemberian nutrisi

pada jaringan payudara sebagai persiapan menyusui.

b) Sering buang air kecil

Keinginan sering buang air kecil pada awal kehamilan ini

dikarenakan rahim yang membesar dan menekan kandung

kencing. Keadaan ini akan menghilang pada trimester II dan

akan muncul kembali pada akhir kehamilan, karena kandung

kemih ditekan oleh kepala janin.

c) Konstipasi

Keluhan ini juga sering dialami selama awal kehamilan,

karena peningkatan hormon progesteron yang menyebabkan

relaksasi otot sehingga usus bekerja kurang efisien. Adapun

keuntungan dari keadaan ini adalah memungkinkan penyerapan

nutrisi yang lebih baik saat hamil.


d) Morning Sickness, mual dan muntah

Hampir 50% wanita hamil mengalami mual dan biasanya

mual dimulai sejak awal kehamilan. Mual muntah diusia

muda disebut morning sickness tetapi kenyataannya mual

muntah ini dapat terjadi setiap saat.

e) Merasa lelah

Hal ini terjadi karena tubuh bekerja secara aktif untuk

menyesuaikan secara fisik dan emosional untuk kehamilan.

Juga peningkatan hormonal yang dapat mempengaruhi pola

tidur.

f) Sakit Kepala

Sakit kepala yang lebih sering dialami oleh pada ibu hamil

pada awal kehamilan karena adanya peningkatan tuntutan darah

ke tubuh sehingga ketika akan mengubah posisi dari duduk /

tidur ke posisi yang lain (berdiri) tiba-tiba, sistem sirkulasi

darah merasa sulit beradaptasi. Sakit kepala / pusing yang

lebih sering daripada biasanya dapat disebabkan oleh faktor

fisik maupun emosional. Pola makan yang berubah, perasaan

tegang dan depresi juga dapat menyebabkan sakit kepala.

g) Kram Perut

Kram perut saat trimester awal kehamilan seperti kram saat

menstruasi di bagian perut bawah atau rasa sakit seperti

ditusuk yang timbul hanya beberapa menit dan tidak

menetap adalah
normal. Hal ini sering terjadi karena adanya perubahan

hormonal dan juga karena adanya pertumbuhan dan

pembesaran dari rahim dimana otot dan ligamen merenggang

untuk menyokong rahim.

h) Meludah

Keinginan meludah yang terjadi pada ibu hamil yang terus

menerus dianggap normal sebab hal ini termasuk gejala

morning sickness.

i) Peningkatan Berat Badan

Pada akhir trimester pertama wanita hamil akan merasa

kesulitan memasang kancing / rok celana panjangnya, hal ini

bukan berarti ada peningkatan berat badan yang banyak tapi

karena rahim telah berkembang dan memerlukan ruang juga,

dan ini semua karena pengaruh hormon estrogen yang

menyebabkan pembesaran rahim dan hormon progresteron

yang menyebabkan tubuh menahan air.

2) Perubahan Psikologis pada Trimester I (Periode Penyesuaian)

Menurut Sulistyawati (2009, p. 76-77), perubahan psikologis

pada trimester I adalah :

a) Ibu merasa tidak sehat dan kadang-kadang merasa benci

dengan kehamilannya

b) Kadang muncul penolakan, kecemasan dan kesedihan.

Bahkan kadang ibu berharap agar dirinya tidak hamil saja


c) Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-benar

hamil. Hal ini dilakukan sekedar untuk meyakinkan dirinya

d) Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu

mendapat perhatian dengan seksama

e) Oleh karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan

rahasia seseorang yang mungkin akan diberitahukannya

kepada orang lain atau bahkan merahasiakannya

b. Perubahan Fisik dan Psikologis pada Trimester II

1) Perubahan Fisik pada Trimester II

Menurut Kurnia (2009, p. 190-194), perubahan fisik pada

trimester II adalah :

a) Perut semakin membesar

Setelah usia kehamilan 12 minggu, rahim akan membesar dan

melewati rongga panggul. Pembesaran rahim akan tumbuh

sekitar 1 cm setiap minggu. Pada kehamilan 20 minggu,

bagian teratas rahim sejajar dengan puser (umbilicus). Setiap

individu akan berbeda-beda tapi pada kebanyakan wanita,

perutnya akan mulai membesar pada kehamilan 16 minggu.

b) Sendawa dan buang angin

Sendawa dan buang angin akan sering terjadi pada ibu hamil

hal ini sudah biasa dan normal karena akibat adanya

perenggangan usus selama kehamilan. Akibat dari hal tersebut

perut ibu hamil akan terasa kembung dan tidak nyaman.


c) Pelupa

Pada beberapa ibu hamil akan menjadi sedikit pelupa selama

kehamilannya. Ada beberapa teori tentang hal ini, diantaranya

adalah karena tubuh ibu hamil terus bekerja berlebihan untuk

perkembangan bayinya sehingga menimbulkan blok pikiran.

d) Rasa panas di perut

Rasa panas diperut adalah keluhan yang paling sering terjadi

selama kehamilan, karena meningkatnya tekanan akibat rahim

yang membesar dan juga pengaruh hormonal yang

menyebabkan rileksasi otot saluran cerna sehingga

mendorong asam lambung kearah atas.

e) Pertumbuhan rambut dan kuku

Perubahan hormonal juga menyebabkan kuku bertumbuh

lebih cepat dan rambut tumbuh lebih banyak dan kadang di

tempat yang tidak diinginkan, seperti di wajah atau di perut.

Tapi, tidak perlu khawatir dengan rambut yang tumbuh tak

semestinya ini, karena akan hilang setelah bayi lahir.

f) Sakit perut bagian bawah

Pada kehamilan 18-24 minggu, ibu hamil akan merasa nyeri

di perut bagian bawah seperti ditusuk atau tertarik ke satu atau

dua sisi. Hal ini karena perenggangan ligamentum dan otot

untuk menahan rahim yang semakin membesar. Nyeri ini

hanya akan terjadi beberapa menit dan bersifat tidak menetap.


g) Pusing

Pusing menjadi keluhan yang sering terjadi selama kehamilan

trimester kedua, karena ketika rahim membesar akan menekan

pembuluh darah besar sehingga menyebabkan tekanan darah

menurun.

h) Hidung dan Gusi berdarah

Hal ini juga terjadi karena peningkatan aliran darah

selama masa kehamilan. Kadang juga mengalami sumbatan di

hidung. Ini disebabkan karena adanya perubahan hormonal.

i) Perubahan kulit

Ibu hamil akan mengalami perubahan pada kulit.

Perubahan tersebut bisa berbentuk garis kecoklatan yang

dimulai dari puser (umbilicus) sampai ke tulang pubis yang

disebut linea nigra. Sedangkan kecoklatan pada wajah disebut

chloasma atau topeng kehamilan. Hal ini dapat menjadi

petunjuk sang ibu kurang asam folat.

Strecth mark terjadi karena peregangan kulit yang

berlebihan, biasanya pada paha atas, dan payudara. Akibat

peregangan kulit ini dapat menimbulkan rasa gatal, sedapat

mungkin jangan menggaruknya. Strecth mark tidak dapat

dicegah, tetapi dapat diobati setelah persalinan.


j) Payudara

Payudara akan semakin membesar dan mengeluarkan cairan

yang kekuningan yang disebut kolostrum. Putting dan

sekitarnya akan semakin berwarna gelap dan besar. Bintik-

bintik kecil akan timbul disekitar putting, dan itu adalah

kelenjar kulit.

k) Kram pada kaki

Kram otot ini timbul karena sirkulasi darah yang lebih lambat

saat kehamilan. Atasi dengan menaikkan kaki ke atas dan

minum kalsium yang cukup. Jika terkena kram kaki ketika

duduk atau saat tidur, cobalah menggerak-gerakkan jari-jari

kaki ke arah atas.

l) Sedikit Pembengkakan

Pembengkakan adalah kondisi normal pada kehamilan, dan

hampir 40% wanita hamil mengalaminya. Hal ini karena

perubahan hormon yang menyebabkan tubuh menahan cairan.

Pada trimester kedua akan tampak sedikit pembengkakan

pada wajah dan terutama terlihat pada kaki bagian bawah dan

pergelangan kaki. Pembengkakan akan terlihat lebih jelas

pada posisi duduk atau berdiri yang terlalu lama.


2) Perubahan Psikologis pada Trimester II (Periode Kesehatan Yang

Baik)

Menurut Sulistyawati (2009, p. 76-77), perubahan psikologis

pada trimester II adalah :

a) Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar

hormone yang tinggi

b) Ibu sudah bisa menerima kehamilannya

c) Merasakan gerakan anak

d) Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran

e) Libido meningkat

f) Menuntut perhatian dan cinta

g) Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian

dari dirinya

h) Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau

pada orang lain yang baru menjadi ibu

i) Ketertarikan dan aktivitasnya terfokus pada kehamilan,

kelahiran, dan persiapan untuk peran baru

c. Perubahan Fisik dan Psikologis pada Trimester III

1) Perubahan Fisik pada Trimester III

Menurut Kurnia (2009,p. 194-197), perubahan fisik pada

trimester III adalah :


a) Sakit bagian tubuh belakang

Sakit pada bagian tubuh belakang (punggung-pinggang),

karena meningkatnya beban berat dari bayi dalam kandungan

yang dapat mempengaruhi postur tubuh sehingga menyebabkan

tekanan ke arah tulang belakang.

b) Payudara

Keluarnya cairan dari payudara, yaitu colostrum, merupakan

makanan bayi pertama yang kaya akan protein. Biasanya,

pada trimester ini, ibu hamil akan merasakan hal itu, yakni

keluarnya colostrum.

c) Konstipasi

Pada trimester ini sering terjadi konstipasi karena tekanan

rahim yang membesar kearah usus selain perubahan hormon

progesteron.

d) Pernafasan

Karena adanya perubahan hormonal yang

memengaruhi aliran darah ke paru-paru, pada kehamilan 33-

36 minggu, banyak ibu hamil akan merasa susah bernapas. Ini

juga didukung oleh adanya tekanan rahim yang membesar

yang berada di bawah diafragma (yang membatasi perut dan

dada).

Setelah kepala bayi turun kerongga panggul ini

biasanya 2-3 minggu sebelum persalinan pada ibu yang baru

pertama kali hamil akan merasakan lega dan bernapas lebih


mudah, dan rasa panas diperut biasanya juga ikut hilang, karena

berkurangnya tekanan bagian tubuh bayi dibawah diafragma /

tulang iga ibu.

e) Sering kencing

Pembesaran rahim ketika kepala bayi turun ke rongga panggul

akan makin menekan kandungan kencing ibu hamil.

f) Masalah tidur

Setelah perut besar, bayi akan sering menendang di malam

hari sehingga merasa kesulitan untuk tidur nyenyak.

g) Varises

Peningkatan volume darah dan alirannya selama kehamilan

akan menekan daerah panggul dan vena di kaki, yang

mengakibatkan vena menonjol, dan dapat juga terjadi di

daerah vulva vagina. Pada akhir kehamilan, kepala bayi juga

akan menekan vena daerah panggul yang akan memperburuk

varises. Varises juga dipengaruhi faktor keturunan.

h) Kontraksi perut

Braxton-Hicks atau kontraksi palsu ini berupa rasa sakit di

bagian perut yang ringan, tidak teratur, dan akan hilang bila

ibu hamil duduk atau istirahat.

i) Bengkak

Perut dan bayi yang kian membesar selama kehamilan akan

meningkatkan tekanan pada daerah kaki dan pergelangan kaki


ibu hamil, dan kadang membuat tangan membengkak. Ini

disebut edema, yang disebabkan oleh perubahan hormonal

yang menyebabkan retensi cairan.

j) Kram pada kaki

Kram kaki ini timbul karena sirkulasi darah yang menurun,

atau karena kekurangan kalsium.

k) Cairan vagina

Peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah normal.

Cairan biasanya jernih. Pada awal kehamilan, cairan ini

biasanya agak kental, sedangkan pada saat mendekati

persalinan cairan tersebut akan lebih cair.

2) Perubahan Psikologis pada Trimester III

Menurut Sulistyawati (2009,p. 76-77), perubahan psikologis pada

trimester III adalah :

a) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek,

aneh, dan tidak menarik

b) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu

c) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat

melahirkan, khawatir akan keselamatannya

d) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,

bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya

e) Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya

f) Merasa kehilangan perhatian


g) Perasaan mudah terluka (sensitif)

h) Libido menurun

B. Hubungan seksual selama kehamilan

1. Pengertian

Seksologi adalah ilmu yang mempelajari berbagai aspek

seksualitas, bukan hanya sekadar informasi yang enak didengar dan

bersifat erotik, yang dapat disimpulkan oleh setiap orang tanpa dasar

ilmiah. Seksologi mempelajari berbagai aspek seksualitas, seperti aspek

sosiobudaya, biologis, klinis, psikososial, dan perilaku. Walaupun terdiri

atas berbagai aspek, didalam kehidupan seksual manusia, aspek-aspek

tersebut tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lain. Jadi, pada

saat kita membicarakan kehidupan seksual dari segi biologis atau klinis,

aspek lain seperti sosiobudaya dan psikososial tidak boleh diabaikan.

Seksualitas merupakan bagian dari kehidupan manusia, baik pria maupun

perempuan. Seperti tubuh dan jiwa yang berkembang, seksualitas juga

berkembang sejak masa kanak-kanak, remaja, sampai dewasa.

Seksualitas diekspresikan dalam bentuk perilaku seksual, yang

didalamnya tercakup fungsi seksual (Prawirohardjo, 2005, p. 64)

2. Mitos hubungan seksual saat hamil

Menurut Tino (2009, p.65-69) mitos hubungan seksual selama hamil

adalah:
a. Banyak berhubungan seks bayi sehat

Mitos tersebut tidaklah benar. Pernyataan tersebut sering

beredar dalam masyarakat dengan alasan bahwa pada saat melakukan

hubungan seksual bayi di dalam rahim akan mendapatkan siraman

pertama sperma sehingga bayi menjadi subur.

Kesuburan dan kesehatan bayi tidak ditentukan oleh siraman

sperma pada saat berhubungan seksual. Akan tetapi, kualitas

kesehatan dan kesuburan bayi dipengaruhi oleh kualitas spermatozoa

yang telah berhasil membuahi sel telur dan kualitas makanan yang

dikonsumsi ibu.

b. Bayi cepat lahir

Berhubungan seks pada saat bayi dalam kandungan sudah

berumur diindikasikan dapat mengakibatkan kontraksi rahim.

Adanya kontraksi rahim bisa memicu kelahiran bayi yang sudah

berumur, namun jika umur bayi dalam kandungan belum cukup,

maka berhubungan seks tidak akan mengakibatkan bayi cepat lahir.

Kontraksi rahim tersebut disebabkan oleh hormon prostaglandin yang

terdapat pada cairan semen yang dikeluarkan suami pada saat

ejakulasi.

c. Berhubungan seks menganggu bayi

Hubungan seks tidak akan menganggu perkembangan bayi.

Akan tetapi, perlu diingat kondisi kehamilannya juga perlu tetap

dijaga. Selama hamil tidak dilarang untuk berhubungan seks.


Melakukan hubungan seksual tidak akan bermasalah karena janin

terlindung oleh selaput dan cairan ketuban. Dengan catatan hubungan

seks yang wajar atau dengan kata lain tidak terlalu ekstrem.

d. Libido tinggi

Keinginan berhubungan seks yang tinggi antara ibu hamil

yang satu dengan yang lainnya sangatlah berbeda. Hal tersebut

dipengaruhi banyak faktor, seperti faktor hormonal, psikologis, dan

lain-lain. Tinggi atau tidaknya libido seks ketika hamil merupakan

hal wajar yang sering dialami. Hubungan yang harmonis dengan

suami juga sangat memungkinkan libido seks ibu hamil tinggi. Hal

terpenting adalah saling pengertian dan komunikasi dengan pasangan

anda sehingga sama-sama terpuaskan ketika berhubungan seks.

e. Posisi menentukan jenis kelamin bayi

Banyak yang mengatakan bahwa jika posisi seorang pria

dimulai dari kiri dan diakhiri di sebelah kanan, maka bayi yang

dilahirkan berjenis kelamin laki-laki. Namun, jika dimulai dari

sebelah kanan dan diakhiri sebelah kiri, maka bayi yang dilahirkan

berjenis kelamin perempuan. Seorang laki-laki memiliki dua tipe

kromosom dalam spermatozoa. Kedua kromosom tersebut adalah

kromosom X dan Y. Jika yang membuahi sel telur adalah kromosom

Y, maka bayi yang dilahirkan adalah laki-laki. Namun, jika yang

membuahi sel telur adalah kromosom X, maka bayi yang dilahirkan

adalah perempuan.
f. Posisi terbaik berhubungan seks

Pada dasarnya posisi hubungan seks sewaktu hamil banyak

macamnya, seperti posisi duduk, posisi menyamping, posisi wanita di

atas, dan posisinya lainnya. Hal terpenting adalah sama-sama

nyaman. Jangan sampai suami meletakkan berat badannya di bagian

perut. Jika meletakkan berat badannya di bagian perut, maka akan

membahayakan bayi dalam kandungan karena bayi tertekan.

3. Hubungan seksual dari tiap trimester kehamilan

Hubungan seksual dari tiap trimester kehamilan menurut Suryoprajogo

(2008, p. 47-52) adalah :

a. Trimester Pertama

Meskipun terdapat bermacam-macam variasi dari masing-

masing pasangan, pola ketertarikan seksual pada trimester pertama

kehamilan tetaplah umum. Tidak mengherankan jika pada awal

kehamilan terjadi penurunan minat terhadap seks. Survey

mengatakan bahwa 54% wanita mengalami penurunan libido pada

trimester pertama.

Semua gejala yang dialami calon ibu pada trimester pertama

membuatnya merasa seolah bukan pasangan ideal bagi suami. Rasa

mual membuat calon ibu merasa tidak bergairah melakukan apa pun

– termasuk berhubungan seksual. Mulut yang pahit membuat calon

ibu tidak ingin berciuman dengan pasangan. Selain itu, payudara

yang membengkak dan terasa nyeri jika disentuh membuat ibu

enggan
diraba. Bahkan yang lebih parah, sensitif terhadap bau-bauan dan

rasa ”benci” terhadap pasangan membuat calon ibu tidak mau tidur

sekamar

– apalagi berhubungan sek. Fluktuasi hormon, kelelahan, dan rasa

eneg mengisap semua keinginan untuk ”berkegiatan”. Ketakutan

akan menyakiti janin juga menjadi salah satu faktor utama yang

menyebabkan keinginan untuk bermesraan menghilang.

Akan tetapi, pada wanita yang kehamilan trimester

pertamanya sangat nyaman, hasrat seksual yang muncul

kemungkinan sama atau bahkan meningkat dengan kondisi sebelum

kehamilan terjadi. Sebagian kecil wanita bahkan merasakan

perubahan yang sangat signifikan terhadap kehidupan seksualnya.

Hal tersebut sering kali disebabkan oleh perubahan hormon pada

awal kehamilan yang membuat organ vulva lebih sensitif dan

payudara yang lebih berisi sehingga meningkatkan kepekaan

terhadap sentuhan.

b. Trimester Kedua

Meski tidak selalu, minat untuk berhubungan seks umumnya

mulai meningkat pada trimester kedua ini. Pada masa ini, secara fisik

dan psikologi istri dan pasangan sudah lebih dapat menyesuaikan diri

pada berbagai perubahan yang terjadi karena kehamilan.

Tubuh calon ibu yang telah dapat menerima dan terbiasa

dengan kondisi kehamilan membuatnya dapat menikmati aktivitas

dengan muntah dan segala rasa tidak enak biasanya sudah jauh

berkurang dan tubuh terasa tidak nyaman. Selain itu, pada masa ini
kehamilan juga belum terasa besar serta memberatkan seperti pada

trimester ketiga dan suasana hati yang jauh lebih baik dari trimester

pertama membuat gairah lebih meningkat.

Setelah pada trimester pertama istri dan pasangan melakukan

”diet” dan ”puasa”, bercinta di trimester kedua ini dapat terasa jauh

lebih menyenangkan. Hal ini dikarenakan meningkatnya hormon

estrogen dan volume darah di tubuh sehingga lebih banyak darah

yang mengalir ke panggul dan organ kelamin. Istri akan lebih mudah

mengalami orgasme. Seperti pada beberapa wanita yang sudah

mengalami pada trimester pertama, umumnya pada trimester kedua

ini sebagian besar wanita mengalami pembesaran bibit vagina dan

klitoris sehingga ujung-ujung saraf menjadi semakin sensitif. Akan

tetapi banyaknya aliran darah ke vagina juga menyebabkan

perubahan suasana vagina.

Bagi para suami, di masa ini pasangan mereka terlihat lebih

menarik dibanding sebelumnya. Kepercayaan diri yang meningkat

membuat calon ibu terlihat lebih cantik, ditunjang dengan kulit dan

rambut yang semakin ”bercahaya” karena pengaruh hormon

kehamilan. Namun, ada juga suami yang mengalami penurunan

gairah karena khawatir berhubungan intim dapat menganggu

kesehatan ibu hamil atau janin, perasaan cemas bakal segera menjadi

ayah, atau bahkan perasaan tidak enak karena merasa si janin

”menyaksikan” acara bercinta tersebut.


c. Trimester Ketiga

Saat persalinan semakin dekat, umumnya hasrat libido

kembali menurun, terkadang bahkan lebih drastis dibandingkan

dengan saat trimester pertama. Perut yang kian membuncit

membatasi gerakan dan posisi nyaman saat berhubungan intim. Rasa

nyaman sudah jauh berkurang. Pegal di punggung dan pinggul, tubuh

bertambah berat dengan cepat, nafas lebih sesak (karena besarnya

janin mendesak dada dan lambung), dan kembali merasa mual

menyebabkan menurunnya minat seksual. Selain itu, perut yang

besar, kaki bengkak, dan wajah sembap membuat calon ibu merasa

tidak hot lagi di mata pasangan. Perasaan itu pun semakin kuat jika

suami juga enggan untuk berhubungan seks, meski hal itu sebenarnya

karena ia merasa tidak tega atau khawatir melukai calon ibu dan

janin.

Selain hal fisik, turunnya libido juga berkaitan dengan :

kecemasan dan kekhawatiran yang meningkat menjelang persalinan.

Secara medis, sebenarnya tidak ada yang perlu dirisaukan jika

kehamilan tidak disertai faktor penyulit, dengan kata lain, kehamilan

sedang dalam kondisi yang sehat. Namun demikian, satu hal wajar

apabila saat ini frekuensi bercinta tidak sesering pada trimester

kedua. Hubungan seks sebaiknya lebih diutamakan untuk menjaga

kedekatan emosional daripada rekreasi fisik karena pada trimester

terakhir ini, dapat terjadi kontraksi kuat pada wanita hamil yang

diakibatkan karena orgasme. Hal tersebut dapat berlangsung

biasanya sekitar 30 menit


hingga terasa tidak nyaman. Jika kontraksi berlangsung lebih lama,

menyakitkan, menjadi lebih kuat, atau ada indikasi lain yang

menandakan bahwa proses kelahiran akan mulai.

4. Posisi hubungan seksual selama hamil

Berhubungan intim selama hamil umumnya aman. Bahkan

kehidupan seks yang sehat sangat bermanfaat. Sebab, selain menjaga

hubungan suami istri, seks juga membantu meredakan stress dan

mengingatkan bahwa istri juga seorang wanita sensual selain seorang

calon ibu. Hubungan intim juga bisa menjadi olahraga yang baik, dan tak

akan menyakiti bayi yang aman terlindung oleh kantung ketuban di

dalam rahim. Penetrasi yang dalam pun tidak akan berbahaya. Beberapa

posisi yang aman dalam melakukan hubungan seksual selama kehamilan

menurut Lees (2003, p. 94-95) adalah :

a. Wanita diatas

Posisi ini mudah dilakukan sejak trimester kedua hingga seterusnya.

Pada akhir kehamilan, istri bisa mencoba posisi ini dengan

berjongkok diatas pasangan, bukan merebahkan tubuh diatasnya.

b. Bersampingan

Suami berbaring miring dan istri berbaring terlentang dengan kaki

ditekuk ke atas badan pasangannya. Posisi ini tidak hanya membuat

istri bisa saling menatap saat berhubungan intim, tapi juga membuat

perut istri tidak tertekan. Posisi ini juga mempermudah foreplay /

permainan pendahuluan.
c. Posisi misionari diubah sedikit

Pada posisi ini, pasangan (suami) berbaring di atas tapi menopang

tubuhnya sendiri sehingga beratnya tak bertumpu pada perut istri.

Posisi ini bisa dilakukan selama beberapa bulan hingga perut istri

belum terlalu besar.

d. Posisi duduk

Istri duduk menghadap suami dipangkuannya. Posisi ini bisa

dilakukan dan menyenangkan bagi istri dan pasangan bila perut

belum terlalu besar, karena istri bisa merasakan penetrasi yang

dalam. Saat perut sudah terlalu besar, masih bisa melakukannya

tetapi dengan membelakanginya.

e. Penetrasi dari belakang

Istri telungkup dan menopang tubuh dengan kedua tangan dan kaki.

Suami berlutut dan melakukan penetrasi dari belakang. Pada posisi

ini perut istri tidak akan tertekan dan suami juga bisa meraba

payudara, klitoris dan perut anda.

5. Dampak seks terhadap kehamilan

Menurut Suryoprajogo (2008, p. 53-55) dampak seks terhadap

kehamilan adalah :

a. Keguguran

Keguguran (early miscarriage) biasanya berhubungan dengan

ketidaknormalan kromosom, kelainan genetik lain pada embrio, atau

masalah lain yang dialami janin yang sedang berkembang. Dalam


banyak kasus, hal itu dipicu oleh embrio atau janin yang telah mati.

Hal tersebut juga dapat disebabkan oleh kegagalan tubuh ibu untuk

memproduksi suplai hormon yang cukup.

b. Menyakiti janin

Kontak seksual tidak akan menjangkau atau menganggu janin

karena terlindung oleh selaput dan cairan ketuban. Cairan ketuban

merupakan peredam kejut yang sangat baik, sehingga gerakan saat

senggama maupun kontraksi rahim saat orgasme akan teredam

sehingga tidak menganggu janin.

c. Orgasme memicu kelahiran prematur

Orgasme dapat memicu kontraksi rahim. Namun, kontraksi ini

berbeda dengan kontraksi yang dirasakan menjelang saat melahirkan.

Penelitian mengindikasikan bahwa jika menjalani kehamilan yang

normal, orgasme yang terjadi dengan atau tanpa melakukan

hubungan intim, tidak memicu kelahiran prematur.

d. Pertumbuhan janin terganggu

Meskipun janin turut bergoyang dan berayun saat bercinta

dengan pasangan, pertumbuhannya tidak akan terganggu. Reaksi

janin (gerakan yang melambat saat bercinta kemudian kembali aktif

menendang dan jantung berdetak lebih cepat saat mengalami

orgasme) bukan reaksi terhadap aktivitas seksual, melainkan reakasinya

terhadap hormon yang meningkat dan aktivitas usus (uterine).


e. Penetrasi dapat menyebabkan infeksi

Asalkan pasangan tidak menderita penyakit menular seksual,

penetrasi tidak akan menyebabkan infeksi, baik pada vagina atau

janin. Kantong ketuban melindungi janin dari segala macam

organisme penyebab infeksi.

f. Khawatir berlebihan

Jika memiliki sindrom pramenstruasi, besar kemungkinannya

akan mengalami mood swing yang lebih parah saat hamil. Ini tidak

saja berpengaruh terhadap hasrat seksual, tetapi juga kekhawatiran

yang cenderung berlebih pada dampaknya.

6. Komplikasi yang dapat menghalangi hubungan seks

Komplikasi yang terjadi pada ibu hamil dapat menimbulkan

larangan melakukan hubungan seks. Menurut Westheimer (2002, p. 152-

156), komplikasi yang dapat menghalangi hubungan seks adalah :

a. Placenta previa

Wanita hamil dengan kondisi placenta previa sering diminta untuk

membatasi aktivitas fisik dan tidak boleh melakukan hubungan seks

karena keduanya dapat menganggu placenta dan potensial

menimbulkan pendarahan dan kelahiran prematur. Jika posisi

placenta tidak berubah hingga trimester ketiga, bayi akan dilahirkan

dengan operasi caesar.


b. Afasmen dan dilasi awal pada cervix

Penetrasi ke dalam vagina secara teori dapat menimbulkan infeksi,

pecahnya kantung amniotik, atau bahkan persalinan. Namun, jika

istri telah memiliki satu anak atau lebih sebelumnya, bukan hal yang

aneh jika cervix sedikit terbuka saat hamil.

c. Sejarah kelahiran prematur dan keguguran

Jika sebelumnya istri melahirkan bayi prematur atau jika pernah

keguguran pada trimester kedua, salah satunya adalah melarang

hubungan seks.

d. Cervix lemah

Wanita dengan cerviks yang lemah dapat mengalami dilatasi cerviks

tanpa rasa sakit, biasanya pada awal trimester kedua. Wanita yang

telah didiagnosa memiliki kandungan yang lemah membutuhkan

operasi, yang disebut stitch atau cerclage (jahitan), untuk menutup

cervix dan menguatkannya agar dapat menahan janin hingga saat

dilahirkan.

e. Multi janin

Multi janin, yaitu kembar dua, tiga, atau lebih akan memperbesar

resiko kelahiran bayi prematur. Larangan hubungan seks dapat

ditetapkan antara minggu ke-20 dan 37, ketika kelahiran bayi

memiliki resiko tinggi.


f. Pendarahan

Perdarahan ketika hamil selalu menimbulkan kekhawatiran.

Perdarahan dapat diklasifikasikan tergantung pada waktu keluarnya

apakah pada awal atau akhir kehamilan. Jika pendarahanya banyak

dan atau berlangsung lama, bisa merupakan tanda awal keguguran.

Jika perdarahan atau bercak disertau dengan rasa dakit, segera

memberitahu ke dokter karena ini bisa saja kehamilan ektopik.

Pendarahan pada akhir kehamilan bisa diakibatkan oleh komplikasi

serius seperti kelahiran prematur dan dilatasi cervix, placenta previa

(placenta menutup cervix), abruptio placente (placenta robek), dan

kemungkinan lainnya, seperti cedera pada vagina dan cervix. Jika

pendarahan terjadi khususnya setelah hubungan seks, disarankan

untuk sama sekali tidak berhubungan seks.

g. Cairan amniotik bocor atau ketuban pecah

Selaput atau ketuban yang mengelilingi fetus berfungsi sebagai kulit

pelindung yang memisahkan cairan amniotik steril dari isi vagina.

Jika ketuban pecah, kelahiran prematur atau keguguran dapat terjadi

dan jika ini terjadi pada tahap kehamilan, bayi harus dikeluarkan

dengan segera.
7. Frekuensi Hubungan Seksual

Pada umunya frekuensi hubungan seksual selama kehamilan menurun.

Menurut Irianto (2010, membagi frekuensi seksual menjadi 3 yaitu :

a. Sering ( > 2 kali / minggu)

b. Kadang-kadang (1-2 kali / minggu)

c. Tidak melakukan (0 kali / minggu)

8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Hubungan Seksual

Menurut Notoatmodjo (2003; p. 13-14), faktor yang

mempengaruhi perilaku manusia pada tingkat kesehatan yaitu :

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor)

Faktor ini mencakup: pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang

berkaitan dengan kesehatan sistem nilai yang dianut masyarakat,

tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi

b. Faktor-faktor pendukung (enabling faktor)

Faktor pendukung merupakan faktor pemungkin. Faktor ini bisa

sekaligus menjadi penghambat atau mempermudah niat suatu

perubahan perilaku dan perubahan lingkungan yang baik. Faktor

pendukung (enabling factor) mencakup ketersediaan sarana dan

prasarana atau fasilitas. Sarana dan fasilitas ini pada hakekatnya


mendukung atau memungkinkan terwujudnya suatu perilaku,

sehingga disebut sebagai faktor pendukung atau faktor pemungkin.

c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor)

Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) merupakan penguat

terhadap timbulnya sikap dan niat untuk melakukan sesuatu atau

berperilaku. Suatu pujian, sanjungan dan penilaian yang baik akan

memotivasi, sebaliknya hukuman dan pandangan negatif seseorang

akan menjadi hambatan proses terbentuknya perilaku.

C. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003, p.121-123) merupakan

hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga.

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut

Notoatmodjo, (2003, p. 121-123) mempunyai 6 tingkatan.

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah


mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,

atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.


Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui

atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.

Klasifikasi pengetahuan dibagi atas (Hidayat, 2008, p. 102-103)


:

a. Baik yaitu menjawab benar (76%-100%) yang diharapkan

b. Cukup yaitu menjawab benar (51%-75%) yang diharapkan

c. Kurang yaitu menjawab benar (< 50%) yang diharapkan

3. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Notoatmodjo,

2003, p. 105) yaitu :

a. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yaitu kemampuan belajar yang dimiliki manusia

merupakan bekal yang sangat pokok. Jenis pendidikan adalah macam

jenjang pendidikan formal yang bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan belajar siswa, sehingga tingkat pendidikan dan jenis

pendidikan dapat menghasilkan suatu perubahan. Informasi juga

mempengaruhi pengetahuan yaitu dengan kurangnya informasi tentang

hubungan

b. Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap hubungan seksual selama masa

kehamilan, karena setiap budaya yang baru akan disaring sesuai tidak

dengan budaya yang ada dan agama yang dianut.


c. Pengalaman

Pengalaman disini berkaitan dengan umur. Pengalaman akan lebih

luas sebagaimana dengan umur yang semakin bertambah.


D. Kerangka Teori

Faktor predisposisi (predisposing factor) :

1.1. Pengetahuan
Pengetahuan

2. Sikap
3. Nilai
4. Kepercayaan
5. Persepsi

Faktor pendukung (enabling factor) :


1. Ketersediaan sarana Frekuensi hubungan
2. Sumber daya/dana seksual selama
3. Keterampilan kehamilan
4. Keterjangkauan

Faktor pendorong (reinforcing factor) :


1. Motivasi
2. Sikap dan perilaku masyarakat
3. Sikap dan perilaku petugas kesehatan
4. Fasilitas dan peralatan yang memadai

Bagan 2.1 Kerangka Teori


Sumber : Notoatmodjo (2003, p. 13-
14)
E. Kerangka Teori

Variabel independen Variabel dependen

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Hubungan Seksual


selama masa hamil

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

F. Hipotesis

Hipotesis alternatif (Ha) pada penelitian ini adalah ada hubungan tingkat

pengetahuan ibu hamil trimester III dengan frekuensi melakukan hubungan

seksual selama kehamilan di BPS Lejar Supendah Kecamatan Mijen Kota

Semarang.

Anda mungkin juga menyukai