Oleh:
Hasni , Sapriya2, Erlina Wiyanarti3
1
1, 2, 3
Universistas Pendidikan Indonesia
1
hasni@upi.edu; 2sapriya@upi.edu; 3erlina.wiyanarti93@gmail.com
ABSTRACT: The scope of the study of civic education is a multifaceted field of study
with a cross-scientific context. With Citizenship Education in social studies properly and
correctly it is hoped that the next generation of the Indonesian nation will have a smart
character (smart), have the ability to make changes in society, transfer of learning (self-
learning process), transfer of values. values), and the transfer of principles (the process
of transferring the principles) of democracy, human rights, and civil society in real life.
The method in this research is the literature study method by examining the bibliography
sheets of various criteria ranging from books, journals or articles. The results showed that
civic education in social studies is the inheritance of citizenship values by instilling in
students a basic commitment to social values, namely the value of knowledge, behavior
and values of cultural wealth and helping students to develop their ability to apply these
values. Meanwhile, the urgency of citizenship education in social studies as the formation
of intelligent character for the young generation in the global era is citizens who have the
knowledge and attitude of citizenship will become confident citizens (civic confidence),
citizens who have the knowledge and skills to become capable citizens. (civic
competence), citizens who have citizenship attitudes and skills will become citizens who
are committed (civic commitment), so that citizens or young people who have the
knowledge, attitudes and skills of citizenship will become smart citizens and good
citizenship.
social, political, and economic ahli-ahli ilmu sosial dengan tujuan utama
processes”. mengembangkan para peserta didik agar
Dalam pembelajaran pendidikan dapat menguasai pengetahuan,
kewarganegaraan yang merupakan inti keterampilan dan metode dari disiplin
dari pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ilmu-ilmu sosial sebagai sarana untuk
(IPS) berdasarkan konsep Social Studies menjadi warga negara yang efektif (Ine
pada tataran konseptual dan praktis oleh Kusuma & Markum Susatim, 2010).
(Barr, R.D., Barth, J.L, & Shermis, 1977) Pembelajaran IPS sebagai tranmisi
dikelompokkan dalam tiga tradisi kewarganegaraan merupakan strategi
pedagogis, adalah: (a) sebagai proses pengajaran IPS yang berhubungan
transmisi pendidikan kewarganegaraan dengan penanaman tingkah laku,
(citizenship transmission), (b) sebagai pengetahuan dan nilai yang harus dimiliki
pengembangan ilmu-ilmu sosial (social oleh peserta didik. Pewarisan nilai
science) dan (c) sebagai cara berpikir kewarganegaraan dalam Pendidikan IPS
kritis melalui penemuan. tujuannya adalah mempersipakan anak
Tradisi citizenship transmission didik menjadi warga negara yang baik
merupakan tradisi tertua dari pendidikan (Effendi, 2012). Menurut (Barr, R.D.,
ilmu pengetahuan sosial (IPS) yang Barth, J.L, & Shermis, 1977) bahwa
isinya menekankan pada esensi dalam citizenship transmission
mendapatkan pengetahuan sebagai “self traditioan, nilai-nilai-nilai tertentu
evident truth” atau kebenaran yang dipandang sebagai “nilai-nilai yang baik”
diyakini sendiri. Karenanya tugas guru ditanmakan dalam upaya untuk mengajari
menurut tradisi ini adalah menyampaikan peserta didik menjadi warga negara yang
pengetahuan yang telah diyakini baik. Tradisi ini menggunakan
kebenarannya itu dengan cara pendekatan inkluisi dalam pembelajaran.
kelangsungan hidup masyarakat yang Berikut ini contoh pengajaran Pendidikan
diyakini dapat dipertahankan. Sedangkan IPS sebagai pewarisan nilai
tradisi social science merupakan tradisi kewarganegaraan:
yang dimotori oleh para sejarahwan dan
No. Komponen Uraian
Pewarisan nilai kewarganegaraan melalui penanaman nilai-
1 Tujuan
nilai sebagai kerangka pembuatan keputusan
Pewarisan nilai dan konsep ditanamkan melalui teknik seperti
2 Metode textbook, ceramah, resitasi, tanya jawab dan latihan pemecahan
masalah (problem solving)
Diseleksi oleh guru yang memiliki otoritas dengan bahan
3 Bahan
menggunakan aspek nilai, keimanan dan sikap
Sumber (Effendi, 2012)
rasional dan kritis (critical thinking) atau yang efektif dan partisipatif. Oleh karena itu
secara inquiri khususnya diantara teman- fokus utama dalam Social Studies adalah
temannya. Namun demikian Civic Education yaitu belajar berpartisipasi
pertimbangan dengan rasional dan kritsis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Menurut (Jarolimek, John and
tidaklah memadai tanpa didukung oleh
Parker, 1993) bahwa misi utma dari Social
perimbangan keimanan (beliefs), dan
Studies ialah membantu peserta didik belajar
sikap (attitudes). tentang dunia sosial dimana mereka berada
Dengan mengembangkan nilai dan bagaimana cara belajar memecahkan
pendidikan kewarganegaraan dalam realitas sosial, dan mengembangkngan
Pendidikan IPS , maka setiap warga negara melalui pengetahuan (knowledge), sikap
atau peserta didik akan menjadi warga negara (attitude), dan keterampilan (skill) yang
yang baik (to be good citizen), adalah peserta diperlukan untuk membentuk manusia yang
didik yang memiliki kecerdasan (civic berkarakter cerdas (smart).
intelegen) baik intelektual, emosional, sosial, Dengan misi utama Social Stadies
maupun spiritual, memiliki rasa bangga dan tersebut di atas, maka relevan dengan
tanggung jawab (civic responsibility), serta komponen utama Civic Education dari
mampu berpartisipasi dalam kehidupan konsep (CCE, 1994) yaitu konsepsi dan
bermasyarakat dan bernegara (civic budaya kewarganegaraan (civic virtue and
participation) agar tumbuh rasa kebangsaan civic culture) yang meliputi: “Penalaran
dan cinta tanah air (Sapriya, 2011). kewarganegaraan (civic knowledge),
sikap/watak kewarganegaraan (civic
Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan disposition), keterampilan kewarganegaraan
dalam Social Studies sebagai Upaya (civic skill), keyakinan diri kewarganegaraan
Pembentukan Karakter Cerdas Bagi (civic confidence), komitmen
Generasi Muda Pada Masa Global kewarganegaraan (civic commitment), dan
kemampuan kewarganegaraan (civic
Berbagai isu aktual yang compotence).
berkembang di tengah masyarakat saat ini Dari kajian tersebut di atas, maka
dan mendapat perhatian luas dari publik dapat dianalisis implementasi pengembangan
menjadi bagian dari reorganisasi materi, kompenen utama Civic Education tersebut
sehingga tuntutan publik terhadap berbagai adalah: Civic knowledge berkaitan denga
perubahan struktur materi Civic Education misi apa yang seharusnya warga negara atau
dapat menciptakan materi kajian yang peserta didik ketahui. Civic skills adalah
sistematis, integrative, holistic dan strategis keterampilan apa yang seharusnya dimiliki
(actual-empiris) yang beroerientasi pada oleh warga negara atau peserta didik yang
terwujudnya responsibility, smart, and good meliputi: keterampilan intelektual dan
citizenship (Hamidi & Lutfi, 2010). keterampilan partisipasi. Sedangkan civic
Pendidikan kewarganegaraan disposition adalah berkaitan dengan karakter
merupakan bidang yang multidisipliner. privat dan publik dari warga negara yang
Sebagai bidang yang multidispliner bahwa perlu dipelihara dan tingkatkan dalam
pendidikan kewarganegaraan sebagai demokrasi konstitusional di Indonesia.
pendidikan demokrasi, pendidikan karakter Ketiga komponen Civic Education berkaitan
bangsa, pendidikan nilai dan moral, erat dengan misi pembentukan pribadi di era
pendidikan bela negara, pendidikan politik, global. Warga negara yang memiliki
dan pendidikan hukum (Sapriya, 2007). pengetahuan dan sikap kewarganegaraan
Berdasarkan kajian dari (Banks, akan menjadi warga negara yang percaya diri
2017) tentang kegagalan kewarganegaraan (civic confidence), warga negara yang
dan transformasi pendidikan memiliki pengetahuan dan keterampilan
kewarganegaraan, maka pada masa global kewarganegaraan akan menjadi warga negara
peran sekolah sangat penting dalam yang mampu (civic competence), warga
implementasi pendidikan kewarganegaraan negara yang memiliki sikap dan keterampilan
yang telah gagal menjadikan warga negara kewarganegaraan akan menjadi warga negara
yang komitmen (civic commitment) sehingga yang tidak saja membimbing dan membina
warga negara atau peserta didik yang setiap anak didik untuk memiliki kompetensi
memiliki pengetahuan, sikap dan intelektual, keterampilan mekanik, produktif,
keterampilan kewarganegaraan akan menjadi inovatif, dan pembangunan karakter”.
warga negara smart dan good citizenship (W Dari kajian tersebut dapat dianalisis
Winarno, 2013). bahwa pendidikan generasi muda berorentasi
Oleh karena itu urgensi Pendidikan pada karakter berbasis potensi diri dengan
kewarganegaraan pada dasarnya adalah tujuan yang diinginkan adalah adanya
membentuk generasi muda atau warga negara perubahan sikap yang semula
yang cerdas (smart) dan baik serta mampu kontraproduktif menjadi kreatif.
mendukung keberlangsungan bangsa dan
negara. Upaya mewarganegarakan generasi PENUTUP
muda atau orang-orang yang hidup dalam
suatu negara merupakan tugas pokok negara. Berdasarkan hasil penelitian dan
Konsep warga negara yang baik dan cerdas pembahasan di atas, adapun yang menjadi
(smart and good citizenship) adalah menjadi
penutup dalam tulisan ini bahwa
indikator dari pandangan hidup dan sistem
politik negara yang bersangkutan (Winarno
kompenen yang terpenting dari nilai-nilai
Winarno, n.d.) tradisi transimsi kewarganegaraan dalam
Pengembangan pribadi berkarakter social studies ialah bagaimana supaya
cerdas berbasis pada harkat dan martabat peserta didik dapat menerapkan nilai-
manusia yang ditanamkan sebagai nilai-nilai nilai pengetahuan, nilai tingkah laku dan
luhur pancasila dan ditempatkan materi nilai-nilai kekayaan budaya secara
kecerdasan dalam rangka membangun rasional dan kritis (critical thinking) atau
pribadi utuh berkarakter cerdas. Upaya secara inquiri khususnya diantara teman-
pengembangan karaker cerdas tersebut temannya. Namun demikian
merupakan wujud dari pemenuhan amanat pertimbangan dengan rasional dan kritsis
Undang-undang Dasar, adalah mencerdaskan
tidaklah memadai tanpa didukung oleh
kehidupan bangsa (Prayitno & Manullang,
2011). Sedangkan menurut (Lickona, 2004)
perimbangan keimanan (beliefs), dan
menyatakan bahwa: “Character is made up of sikap (attitudes).
core etical values that incorporate ones Misi utma dari Social Studies
thought process, emotion and action”. ialah membantu peserta didik belajar
Maksud dari teori Lickona adalah tentang dunia sosial dimana mereka
karakter terbentuk dari nilai-nilai etika inti berada dan bagaimana cara belajar
yang menyertakan kesatuan proses berfikir, memecahkan realitas sosial, dan
emosi dan tindakan. Hal yang sama mengembangkngan melalui pengetahuan
dikemukakan oleh (Berkowitz et al., 2020), (knowledge), sikap (attitude), dan
bahwa terdapat 8 karakter dasar yang dapat keterampilan (skill) yang diperlukan
dikembangkan yaitu jujur (honesty),
untuk membentuk manusia yang
keberanian atau keteguhan hati (corage),
hormat (respect), tanggung jawab
berkarakter cerdas dan baik (smart and
(responbility), tekun (perseverence), good citizenship).
kerjasama (cooperation), mampu
mengendalikan diri (self-control) dan bela
Negara (citizenship). DAFTAR PUSTAKA
Pendidikan karakter lazimnya
bersifat khas individual sehingga pendidikan Amanullah, M. A., Suryani, N., & Ardianto,
karakter perlu memperhatikan potensi diri D. T. (2019). Pendidikan
yang dimiliki individu atau berbasis potensi Kewarganegaraan (Citizenship)
diri. Berdasarkan kajian teori (Larry P. N, sebagai Sarana Mewujudkan
2014) bahwa: “Pendidikan karakter berbasis Warga Negara yang Beradab
potensi diri (individu) merupakan pendidikan (Good Citizenship).