Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN TUTORIAL

BLOK RESPIRASI

Disusun Oleh:

Mikha Berliana Sidabalok 219210030

Grup Tutor A4

Diketahui Oleh:

Fasilitator

dr. Wilson Arthur Zein, M. Biomed

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA


2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan hasil
laporan tutorial blok Respirasi ini sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Dalam penyusunan laporan tutorial blok Respirasi ini, penulis menyadari sepenuhnya
banyak terdapat kekurangan di dalam penyajiannya. Hal ini disebabkan terbatasnya
kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, penulis menyadari bahwa tanpa adanya
bimbingan dan bantuan dari semua pihak tidaklah mungkin hasil laporan tutorial blok
Respirasi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.
Pada kesempatanini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan dengan baik.
2. dr. Wilson Arthur Zein, M. Biomed, selaku dosen atas segala masukkan, bimbingan
dan kesabaran dalam menghadapi segala keterbatasan penulis.
Akhir kata, segala bantuan serta amal baik yang telah diberikan kepada penulis,
mendapatkan balasan dari Tuhan, serta laporan tutorial blok Respirasi ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya, dan para pembaca umumnya.

Medan, 29 Maret 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................... 1


Daftar Isi ................................................................................................................... 2
Pemicu ..................................................................................................................... 3
I. Klarifikasi Istilah ......................................................................................... 3
II. Identifikasi Masalah .................................................................................... 3
III. Analisa Masalah .......................................................................................... 4
IV. Kerangka Konsep ........................................................................................ 5
V. Learning Objective ..................................................................................... 6
VI. Pembahasan ................................................................................................. 7
VII. Kesimpulan .................................................................................................. 13
Daftar Pustaka ........................................................................................................... 14

2
PEMICU

Seorang laki-laki umur 30 tahun dating ke Poliklinik Paru dengan keluhan batuk sudah 3
minggu disertai demam, malaise, anoreksia, keringat malam tanpa aktifitas, berat badan
menurun.

Pada pemeriksaan fisik, Inspeksi : bentuk dada simetris fusiformis. Palpasi : Stem
fremitusbparu kiri dan kanan sama, kesan normal. Perkusi : Sonor memendek di lapangan
atas paru kanan. Auskultasi : Suara pernafasan Bronkial di lapangan atas paru kanan dan
suara tambahan ronki basah.

More info:

Foto toraks PA : tampak gambaran infiltrate di apex paru kanan dan kafitas kecil.
Laboratorium : darah rutine : dalam batas normal, fungsi hati dan ginjal : dalam batas normal.

Sputum BTA SPS : +2/+2/+2, TCM Sputum/ Genexpert MTB : MTB Positif Rif Sen.

I. Klarifikasi Istilah

II. Identifikasi Masalah


1. Batuksudah 3 minggu
2. Demam, malaise, anoreksia, keringat malam, dan berat badan menurun
3. Sonor memendek
4. Dijumpai ronki basah
5. Tampak gambaran infiltrate pada apex paru kanan

III. Analisa Masalah


1. Batuk dapat diakibatkan karena terpapar asap pabrik atau kebiasaan merokok
pasien, dan juga dapat diakibatkan oleh infeksi bakteri yaitu Mycobacterium
Tuberculosis.
2. Berat badan turun diakibatkan malaise yang dialami pasien yaitu tidak adanya
nafsu makan sehingga berakibat pada penurunan berat badan pasien.
Reaktifasi makrofag yang melepaskan sitokin sehingga menimbulkan gejala
febris anoreksia.
3. Dikarenakan adanya infiltrate pada paru sehingga menyebabkan sonor
memendek dan juga ronki basah.

3
4. Ronki basah terjadi karena bakteri yang menyerang paru menyebabkan
penebalan pleura dan juga adanya cairan alveoli pada bronkiolus.
5. Karena bakteri berkembang baik di apeks paru yang dimana tekanan oksigen
di apeks paru lebih tinggi sehingga mendukung perkembangan bakteri.

4
IV. Kerangka Konsep

Pria 30 tahun

Demam, malaise, Tampak gambaran


Batuksudah 3 Dijumpai ronki
anoreksia, keringat Sonor memendek infiltrate pada apex
minggu basah
malam, dan berat paru kanan
badan menurun

Dikarenakan Ronki basah terjadi


Batuk dapat Berat badan turun adanya infiltrate karena bakteri yang
Karena bakteri
diakibatkan karena diakibatkan malaise pada paru sehingga menyerang paru
berkembang baik di
terpapar asap pabrik yang dialami pasien menyebabkan menyebabkan
apeks paru yang
atau kebiasaan yaitu tidak adanya sonor memendek penebalan pleura
dimana tekanan
merokok pasien, dan nafsu makan dan juga ronki dan juga adanya
oksigen di apeks
juga dapat sehingga berakibat basah cairan alveoli pada
paru lebih tinggi
diakibatkan oleh pada penurunan bronkiolus
sehingga
infeksi bakteri yaitu berat badan pasien. mendukung
Mycobacterium Reaktifasi makrofag perkembangan
Tuberculosis yang melepaskan bakteri
sitokin sehingga
menimbulkan
gejala febris
anoreksia

DD :

1. TB Paru

2. PPOK

3. Bronkhitis

5
V. Learning Objective
1. Definisi dan gejala klinis TB Paru
2. ISTC (international Standard Tuberculosis Care) dan DOTS
3. Kategori TB Paru menurut WHO
4. Pengobatan TB Paru sesuai Kategori WHO
5. Komplikasi TB Paru
6. Definisi TB MDR ( Multi Drug Resisten),Pre-XDR dan XDR
7. Paduan dan lama Pengobatan TB RO tanpa suntikan jangka pendek
8. Paduan dan lama Pengobatan TB RO tanpa suntukan jangka panjang

6
VI. Pembahasan

1. Definisi dan gejala klinis TB Paru


 Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB ( M.
tuberculosis ) sebagian besar menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ
tubuh lainnya (Kementerian Kesehatan RI, 2009).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksius terutama menyerang parenkim paru. TB
paru adalah suatu penyakit yang menular yang disebabkan oleh bacil
Mycobacterium tuberculosis yang merupakan salah satu penyakit saluran
pernafasan bagian bawah. Sebagian besar bakteri M. tuberculosis masuk ke dalam
jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang
dikenal sebagai focus primer (Wijaya & Putri, 2013).
TB Paru adalah salah satu penyakit penyakit menular yang disebabkan infeksi
bakteri M. tuberculosis yang sebagian besar menyerang paru – paru. Kuman ini
termasuk basil gram positif, berbentuk batang, dinding sel mengandung komplek
lipida glikolipida serta lilin (wax) yang sulit ditembus zat kimia. (Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2005). Tuberkulosis adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh kuman M. tuberculosis atau dikenal sebagai Bakteri Tahan
Asam ( BTA ).Untuk pemeriksaan bakterologis yang bisa mengidentifikasi kuman
M. tuberculosis menjadi sarana yang diagnosis yang ideal untuk TB (Kementerian
Kesehatan RI, 2014).
 Gejala klinis
 Tanda dan gejala yang sering terjadi pada Tuberkulosis adalah batuk yang
tidak spesifik tetapi progresif. Penyakit Tuberkulosis paru biasanya tidak
tampak adanya tanda dan gejala yang khas. Biasanya keluhan yang muncul
adalah :
a. Demam terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.
b. Batuk, terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini
membuang / mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk
kering sampai batuk purulent (menghasilkan sputum)
c. Sesak nafas, terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang
sampai setengah paru

7
d. Nyeri dada. Nyeri dada ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila
infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.

2. ISTC (international Standard Tuberculosis Care) dan DOTS


 ISTC (international Standard Tuberculosis Care)
- Standar tersebut dibuat dan akan digunakan oleh semua profesi yang
terkait dalam pengendalian TB di semua tempat
- Standar digunakan untuk menangani semua pasien TB, TB anak, TB paru
BTA positif dan BTA negatif, TB ekstraparu, TB MDR, TB-HIV • Tiap
orang yang menangani TB harus memahami fungsi kesehatan masyarakat
dengan tingkat tanggung jawab yang tinggi terhadap masyarakat dan
pasien
- Konsisten dengan pedoman internasional yang sudah ada

8
 DOTS
DOTS(Directly Observed Treatment Short Course): strategi nasional untuk
menanggulangi penyakit TB dengan cepat, biaya untuk pengobatan lebih
ekonomis, dan dapat menghasilkan angka kesembuhan sebesar 95%. DOTS
merupakan pengawasan langsung menelan obat jangka pendek setiap hari oleh
pengawas menelan obat (PMO).

3. Kategori TB Paru menurut WHO


A. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
1. Tuberkulosis paru Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang
jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar
pada hilus.
2. Tuberkulosis ekstra paru Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain
selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium),

9
kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat
kelamin, dan lain-lain.
B. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada TB
Paru:
1. Tuberkulosis paru BTA positif.
 Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
positif.
 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.

2. Tuberkulosis paru BTA negatif Kasus yang tidak memenuhi definisi pada
TB paru BTA positif. Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus
meliputi:
 Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.
 Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.

4. Pengobatan TB Paru sesuai Kategori WHO


 Kategori I
 TB paru (kasus baru), BTA positif atau pada foto toraks terdapat lesi luas.
 Paduan obat yang dianjurkan adalah 2 RHZE/ 4 RH atau 2 RHZE/6HE
atau 2 RHZE/ 4R3H3.
 Kategori II
 TB paru kasus kambuh.
- Paduan obat yang dianjurkan adalah 2 RHZES/ 1 RHZE sebelum ada hasil
uji resistensi. Bila hasil uji resistensi telah ada, berikan obat sesuai dengan
hasil uji resistensi.
 TB paru kasus gagal pengobatan
- Paduan obat yang dianjurkan adalah obat lini 2 sebelum ada hasil uji
resistensi (contoh: 3-6 bulan kanamisin, ofloksasin, etionamid, sikloserin
dilanjutkan 15-18 bulan ofloksasin, etionamid, sikloserin).
- Dalam keadaan tidak memungkinkan fase awal dapat diberikan 2 RHZES/
1 RHZE.
 Kategori lll

10
 TB paru (kasus baru), BTA negatif atau pada foto toraks terdapat lesi
minimal.
 Paduan obat yang diberikan adalah 2RHZE / 4 R3H3.

5. Komplikasi TB Paru
Komplikasi yang sering terjadi pada penderita stadium lanjut:
a. Hemoptisis berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya
jalan nafas.
b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial
c. Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau retraktif) pada paru.
d. Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan:
kolapsspontan karena kerusakan jaringan paru.
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian,ginjal
dan sebagainya.
f. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).
Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu dirawat inap
dirumah sakit. Penderita TBC paru dengan kerusakan jaringan luas
yang telah sembuh (BTA negatif) masih bisa mengalami batuk darah.

6. Definisi TB MDR ( Multi Drug Resisten),Pre-XDR dan XDR


 TB MDR
Multi Drug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) atau TBC MDR adalah TBC
resistan Obat terhadap minimal 2 (dua) obat anti TBC  yang paling poten yaitu
INH dan Rifampisin secara bersama sama atau disertai resisten terhadap obat
anti TBC lini pertama lainnya seperti etambutol, streptomisin dan pirazinamid.

 PRE XDR
Pre-XDR-TB merupakan tuberkulosis yang disertai resistensi terhadap
isoniazid dan rifampisin serta resistensi terhadap salah satu obat golongan
fluorokuinolon atau salah satu dari OAT injeksi lini kedua (kapreomisin,
kanamisin dan amikasin)

11
 XDR
XDR-TB adalah resistensi terhadap isoniazid dan rifampisin yang disertai
resistensi salah satu obat golongan fluorokuinolon dan salah satu dari OAT
injeksi lini kedua

7. Paduan dan lama Pengobatan TB RO tanpa suntikan jangka pendek


 Tidak ada bukti resistan terhadap fluorokuinolon/obat injeksi lini kedua
 Tidak ada kontak dengan pasien TB Pre/XDR
 Tidak pernah mendapat OAT lini kedua selama ≥ 1 bulan
 Tidak terdapat intoleransi terhadap obat-obat pada paduan standar jangka
pendek
 Tidak hamil
 Bukan kasus TB ekstra paru berat

 Pasien baru/belum pernah diobati TB RR/MDR


Lama tahap awal adalah 4 bulan setelah terjadi konversi biakan dan diberikan
sekurang-kurangnya selama 8 bulan
Lama pengobatan adalah 18 bulan setelah konversi biakan
Lama pengobatan minimal 20 bulan

 Pasien sudah pernah diobati TB RR/MDR atau pasien TB XDR


Lama tahap awal adalah 10 bulan setelah terjadi konversi biakan dan diberikan
sekurang-kurangnya selama 12 bulan
Lama pengobatan adalah 22 bulan setelah konversi biakan
Lama pengobatan minimal 24 bulan

8. Paduan dan lama Pengobatan TB RO tanpa suntukan jangka panjang


 Lama pengobatan adalah 22 bulan setelah konversi biakan
 Lama pengobatan minimal 24 bulan

12
VII. KESIMPULAN

Berdasarkan pemicu seorang laki-laki 30 tahun didiagnosa TB paru. Dari anamnesis


diperoleh informasi pasien mengalami batuk sudah 3 Minggu disertai demam, malaise,
anoreksia, keringat malam tanpa aktifitas dan berat badan menurun. Pada pemeriksaan fisik
dijumpai sonor memendek dan Ronki basah. Diagnosis ini didukung dengan foto thoraks
dijumpai gambaran infiltrate di Apex paru kanan dan kafitas kecil dan TCM sputum: MTB
positif Rif Sen. Untuk penatalaksanaan dapat diberikan pengobatan tahap pertama yaitu
penggunaan isoniazid, rifampisin, pirazinamid dan etambutol

13
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2005; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 23 tahun 2005 Tentang
Kesehatan; Jakarta; Hal 1. Fisioterapi Indonesia; Jakarta; Hal.5.

Hasanah, U. (2017). Mengenal Aspergillosis, Infeksi Jamur Genus Aspergillus. Jurnal


Keluarga Sehat Sejahtera

Kowalak JP, Welsh W, Mayer B. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Alihbahasa oleh Andry
Hartono. Jakarta: EGC.

Zainita, Alda Pratami  and  Rosa Delima


Ekwantini, and Maryana, (2019) PENERAPAN BATUK EFEKTIF DALAM
MENGELUARKAN SEKRET PADA PASIEN TUBERKULOSIS DALAM PEMENUHAN
KEBUTUHAN OKSIGENASI DI KELUARGA. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

Wahyuni Hariyanto, Helmia Hasan. JURNAL RESPIRASI, Bronkiektasis, Departemen


Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga/RSUD Dr. Soetomo. 2016

World Health Organization. Treatment of tuberculosis. 2017.

14

Anda mungkin juga menyukai