Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN TUTORIAL

BLOK GINJAL DAN SALURAN KEMIH

Disusun Oleh:

YUSTIKA APRILIA RITONGA 219 210 035

Grup Tutor A4

Diketahui Oleh:

Fasilitator

dr. Dwi Lunarta Siahaan, SpAn

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA


2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan hasil
laporan tutorial blok Ginjal Saluran Kemih ini sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Dalam penyusunan laporan tutorial blok Ginjal dan Saluran Kemih ini, penulis
menyadari sepenuhnya banyak terdapat kekurangan di dalam penyajiannya. Hal ini
disebabkan terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, penulis menyadari
bahwa tanpa adanya bimbingan dan bantuan dari semua pihak tidaklah mungkin hasil laporan
tutorial blok Ginjal dan saluran kemih ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.
Pada kesempatanini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan dengan baik.
2. dr. Dwi Lunarta Siahaan, SpAn, selaku dosen atas segala masukkan, bimbingan dan
kesabaran dalam menghadapi segala keterbatasan penulis.
Akhir kata, segala bantuan serta amal baik yang telah diberikan kepada penulis,
mendapatkan balasan dari Tuhan, serta laporan tutorial blok Ginjal dan Saluran kemih ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan para pembaca umumnya.

Medan, 30 juni 2021

YUSTIKA APRILIA RITONGA

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................... i

Daftar Isi ................................................................................................................... ii

Pemicu .....................................................................................................................

I. Klarifikasi Istilah .........................................................................................

II. Identifikasi Masalah ....................................................................................

III. Analisa Masalah ..........................................................................................

IV. Kerangka Konsep ........................................................................................

V. Learning Objective .....................................................................................

VI. Pembahasan .................................................................................................

VII. Kesimpulan ..................................................................................................

Daftar Pustaka ...........................................................................................................

ii
Pemicu

Seorang perempuan, berumur 50 tahun, datang ke IGD RS dengan keluhan demam. Keluhan ini
dialamai sejak 2 hari lalu, demam terus-menurus disertai menggigil dan nyeri pinggang sebelah
kanan. Empat hari sebelum muncul keluhan ini, pasien mengeluh nyeri berkemih,dan jika
berkemih rasanya tidak tuntas.

Anamnesis :
Sens : CM,
TD : 120/80 mmHg
N : 100x/m,
RR : 20X/m,
T : 40 ˚C

Pemeriksaan Fisik :
- Abdomen soepel,
- H/R/L tidak teraba,
- Nyeri tekan (+) di area supra pubic
- Tapping pain (+) di angulus costovertebralis dextra.

I. Klarifikasi istilah
II. Identifikasi masalah
1. Demam disertai menggigil
2. Nyeri pinggang sebelah kanan
3. Nyeri berkemih
- Pemeriksaan fisik
1. Nyeri tekan (+) di area supra pubic

III. Analisa masalah


1. Terjadinya infeksi
2. Bisa disebabkan oleh infeksi pada ginjal, terjadinya cedera atau terjadi keram otot
3. Adanya bakteri yang masuk pada saluran kemih

3
IV. Pemeriksaan fisik
1. Nyeri tekan suprapubik akan mengkonfirmasi ISK bawah. Biasanya pada pasien
yang mengalami infeksi saluran kemih atas, khususnya di ginjal, akan didapati
nyeri ketok sudut kostrovertebrata yang signifikan

4
Perempuan 50 Tahun

Pemeriksaan fisik
Nyeri tekan (+) di area
Nyeri pinggang sebelah Nyeri berkemih supra pubic
Demam disertai menggigil
kanan

Nyeri tekan suprapubik akan


bisa disebabkan oleh oleh mengkonfirmasi ISK bawah.
infeksi pada ginjal, Adanya bakteri yang Biasanya pada pasien yang
Terjadinya infeksi
terjadinya cedera atau masuk pada saluran mengalami infeksi saluran
terjadi keram otot kemih kemih atas, khususnya di
ginjal, akan didapati nyeri
ketok sudut kostovertebra yang
signifikan

DX: Infeksi saluran kemih


DD:
1. Infeksi saluran kemih
2. gagal ginjal kronik
3. batu kandung kemih

5
Learning Objective

1. Definisi dan etiologi Infeksi saluran kemih


2. Epidemiologi Infeksi saluran kemih
3. Klasifikasi Infeksi saluran kemih
4. Patogenesis Infeksi saluran kemih
5. Faktor resiko Infeksi saluran kemih
6. Manifestasi klinis Infeksi saluran kemih
7. Cara mendiagnosis Infeksi saluran kemih
8. Pemeriksaan penunjang Infeksi saluran kemih
9. Cara pengambilan sampel urin
10. Tatalaksana Infeksi saluran kemih
11. Komplikasi Infeksi saluran kemih
12. Pencegahan Infeksi saluran kemih

6
PEMBAHASAN
1. Definisi dan etiologi Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih (urinary tract infection=UTI) adalah bertumbuh dan berkembang
biaknya kuman atau mikroba dalam saluran kemih dalam jumlah bermakna.
-Infeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh bakteri,virus dan jamur tetapi
bakteri yang sering menjadi penyebabnya. Penyebab ISK terbanyak adalah bakteri gram-
negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus dan akan naik ke sistem saluran
kemih antara lain adalah Escherichia coli, Proteus sp, Klebsiella,Enterobacter.

Menurut Suharyanto dan Abdul (2008) faktor resiko yang umum pada penderita ISK
adalah :
1)Ketidakmampuan ataukegagalan kandung kemihuntuk mengosongkan isinya secara
sempurna
2)Penurunan daya tahan tubuh
3)Peralatan yang dipasang pada saluran perkemihan seperti kateter dan prosedur
sistoskop
2. Epidemiologi Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran kemih (ISK) tergantung banyak faktor; seperti usia, gender, prevalens
bakteriuria (seperti yang telah dipaparkan di definisi) dan faktor predisposisi yang
menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal (Sukandar, 2014: 2132).
Di Amerika Serikat, terdapat >7 juta kunjungan pasien dengan ISK ditempat praktik
umum. Sebagian besar kasus ISK terjadi pada perempuan muda yang masih aktif secara
seksual dan jarang pada laki-laki <50 tahun (Scanlon & Sanders, 2007: 423). Insiden ISK
pada laki-laki yang belum disirkumsisi lebih tinggi (1,12%) dibandingkan pada laki-laki
yang sudah disirkumsisi (0,11%) (Nguyen, 2008: 193).
Prevalensi bakteriuri asimtomatik lebih sering ditemukan pada perempuan. Prevalensi
selama periode sekolah (school girls) 1% meningkat menjadi 5% selama periode aktif
secara seksual. Prevalensi infeksi asimtomatik meningkat mencapai 30%, baik laki- laki
maupun perempuan bila disertai faktor predisposisi seperti terlihat pada tabel 2 berikut ini
(Sukandar, 2014: 2132).

7
Data studi kolaboratif pada 7 rumah sakit institusi pendidikan dokter spesialis anak di
Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun (1984-1989) memperlihatkan insidens kasus baru
ISK pada anak berkisar antara 0,1%-1,9% dari seluruh kasus pediatri yang dirawat.16 Di
RSCM Jakarta dalam periode 3 tahun (1993-1995) didapatkan 212 kasus ISK, rata-rata
70 kasus baru setiap tahunnya

3. Klasifikasi Infeksi saluran kemih


Klasifikasi infeksi saluran kemih dapat dibedakan berdasarkan anatomi dan klinis. Infeksi
saluran kemih diklasifikasikan berdasarkan anatomi, yaitu:
a.Infeksi saluran kemih bawah berdasarkan presentasi klinis dibagi menjadi 2 yaitu :
1). PerempuanSistitis adalah infeksi saluran kemih disertai bakteriuria bermakna dan
Sindroma uretra akut
2). laki-lakiBerupa sistitis, prostatitis, epidimidis, dan uretritis.
b.Infeksi saluran kemih atas berdasarkan waktunya terbagi menjadi 2 yaitu:
1). Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan
oleh infeksi bakteri
2). Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil

4. Patogenesis Infeksi saluran kemih

Patogenesis ISK pada wanita sehat merupakan proses yang kompleks, proses diawali
dengan kuman berpotensi ystem n yang berasal dari saluran cerna bagian bawah atau
berasal dari vagina (inokulasi langsung kuman selama melakukan aktivitas seksual),
kolonisasi mukosa periuretra dan menyebar ke kandung kemih melalui uretra, dan pada
beberapa kasus menjalar ke ginjal melalui ureter

Kuman E.coli merupakan kuman yang paling sering menjadi penyebab ISK dan
merupaka pathogen ekstra intestinal yang berpotensi menjadi sangat virulent. Beberapa
factor yang mempengaruhi perubahan virulensi E.coli, karena kuman tersebut
mempunyai beberapa hal yaitu : fimbriae, flagella, diverse adhesions, siderophores,
toxins, polysaccharide coating, dan beberapa kemampuan lain untuk menghindari ystem
imun, menginvasi jaringan dan sel penjamu serta merangsang ystem inflamasi

8
5. Faktor resiko Infeksi saluran kemih
-Umur
- Umur gestastional
- Paritas
- Kontaminasi kantung penampung urin
Riwayat ISK
- Aktivitas Seksual
- Anemia
- Kurangnya teknik aseptik pada keteter

- - kateter lebih dari 14 hari

- - Wanita, usia diatas 65 tahun

- - Serum kreatinin >2mg/dl

- - Diabetes melitus

6. Manifestasi klinis Infeksi saluran kemih


Infeksi saluran kemih dapat diketahui dengan beberapa gejala seperti demam, susah
buang air kecil, nyeri setelah buang air besar (disuria terminal), sering buang air kecil,
kadang-kadang merasa panas ketika berkemih, nyeri pinggang dan nyeri suprapubik.
Dikatakan ISK jika terdapat kultur urin positif ≥100.000 CFU/mL. Ditemukannya positif
(dipstick) leukosit esterase adalah 64 -90%. Positif nitrit pada dipstick urin, menunjukkan
konversi nitrat menjadi nitrit oleh bakteri gram negatif tertentu (tidak gram positif),
sangat spesifik sekitar 50% untuk infeksi saluran kemih. Temuan sel darah putih
(leukosit) dalam urin (piuria) adalah indikator yang paling dapat diandalkan infeksi (> 10
WBC / hpf pada spesimen berputar) adalah 95% sensitif tapi jauh kurang spesifik untuk
ISK. Secara umum, > 100.000 koloni/mL pada kultur urin dianggap diagnostik untuk ISK

7. Cara mendiagnosis Infeksi saluran kemih

1) Anamnesa

9
Gambaran klinis infeksi saluran kemih sangat bervariasi mulai tanpa gejala hingga
menunjukan gejala yang sangat berat akibat kerusakan pada organ- organ lain. Pada
umumnya infeksi akut yang mengenai organ padat (ginjal, prostat, epididimis dan testis)
memberikan keluhan yang hebat, sedangkan infeksi pada organ- organ berongga (buli-
buli/ visica urinaria, ureter dan pielum) memberikan keluhan yang lebih ringan.
Gejala yang sering timbul ialah disuria, polakisuria, dan terdesak kencing yang biasanya
terjadi bersamaan,disertai nyeri suprapubik dan daerah pelvis. Gejala klinis ISK sesuai
dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi, yaitu
a. Pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa nyeri supra pubik, disuria,
frekuensi, hematuri, urgensi, dan stranguria
b. Pada ISK bagian atas, dapat ditemukan gejala demam, kram, nyeri punggung, muntah,
skoliosis, dan penurunan berat badan.

Hubungan antara lokasi infeksi


dengan gejala klinis

Selain itu pada neonatus hingga usia 2


bulan, gejala dapat berupa demam, apatis,
berat badan tidak naik, muntah, mencret,
anoksia, tidak mau minum, dan sianosis
Sedangkan pada bayi, gejalanya berupa
demam, berat badan tidak naik, atau
anoreksia. Dan pada anak besar, gejala berupa nyeri BAK, frekuensi BAK meningkat,
nyeri perut atau pinggang, mengompol, polakisuria, atau urin berbau menyengat

2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan teliti dengan tujuan untuk memeriksa adanya
kondisi-kondisi yang dapat menjadi predisposisi terjadinya ISK. Pada pemeriksaan fisis
dapat ditemukan demam, nyeri ketok sudut kosto- vertebrae, nyeri tekan suprasimfisis,
kelainan genetalia eksterna (fimosis, hipospadia, epispadia, atau sinekia ulva), atau

10
kelainan tulang belakang (spina bifida) (Suprapto & Pardede, 2014: 92).
Meliputi pemeriksaan fisik secara umum yang berhubungan dengan gejala ISK misalnya demam,
nyeri ketok
Interpretasi Hasil Biakan Urin
sudut
Kemungkinan
Cara Penampungan Jumlah Koloni
Infeksi
Pungsi Suprapubik Bakteri gram (-): asal ada > 99%
bakteri Bakteri gram (+):
beberapa ribu
Kateterisasi kandung > 105 95%
kemih 104- 105 Diperkirakan ISK
103- 104 Diragukan, diulangi
Urin pancar tengah
Laki- Laki > 104 Diperkirakan ISK
Perempuan 3 x biakan > 105 95%
2 x biakan > 105 90%
1 x biakan > 105 80%
5 x 104- 105 Diragukan, diulangi
104- 5 x 104 (klinis Diperkirakan,
simptomatik) 104- 5 x 104 Tidak ada ISK
(klinis asimptomatik)
< 104 Tidak ada ISK
Urine collector
disimpan pada tempat
steril, lazim digunakan
pada anak atau bayi  
kosto-vertebral atau nyeri tekan supra simfisis, teraba massa pada abdomen atau ginjal teraba
membesar. dan pemeriksaan neurologis terutama ekstremitas bawah. Pemeriksaan genitalia
eksterna yaitu inspeksi pada orifisium uretra (fimosis, sinekia vulva, hipospsdia, epispadia),
anomali pada penis yang mungkin berhubungan dengan kelainan pada saluran kemih dan adanya
testis yang tidak turun pada prune-belly syndrome harus dilakukan. Stigmata kelainan kongenital

11
saluran kemih lain seperti: arteri umbilikalis tunggal, telinga letak rendah, dan
supernumerary nipples harus diperhatikan
8. Pemeriksaan penunjang Infeksi saluran kemih

a. Laboratorium
 Urinalisis

Urinalisis sampel urin segar dan tidak disentrifugasi (lekosituria > 5/LPB atau dipstick
positif untuk lekosit) dan biakan urin adalah pemeriksaan yang penting dalam
penegakkan diagnosis ISK (Purnomo, 2003: 39. Batasan diagnosis ISK adalah
pertumbuhan bakteri >105 unit koloni per mL urine segar pancar tengah (midstream
urine) pagi hari. Namun, penemuan bakteri pada kultur urine memiliki interpretasi yang
berbeda untuk cara penampungan yang berbeda. Berikut interpretasi hasil biakan urin
pada tabel 2 dibawah ini:

Diagnosis ISK ditegakkan dengan biakan urin yang sampelnya diambil dengan urin porsi
tengah dan ditemukan pertumbuhan bakteri > 100.000 koloni/ml urin dari satu jenis
bakteri, atau bila ditemukan > 10.000 koloni tetapi disertai gejala yang jelas dianggap
ISK. Cara pengambilan sampel lain yaitu melalui kateterisasi kandung kemih, pungsi
suprapubik dan menampung urin melalui steril collection bag yang biasa dilakukan pada
bayi. Akurasi cara pengambilan urin tersebut memberikan nilai intepretasi yang berbeda.

 Leukosuria

Urinalisis Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting terhadap dugaan
adalah ISK. Dinyatakan positif bila terdapat > 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB)
sedimen air kemih. Adanya leukosit silinder pada sediment urin menunjukkan adanya
keterlibatan ginjal. Namun adanya leukosuria tidak selalu menyatakan adanya ISK karena
dapat pula dijumpai pada inflamasi tanpa infeksi. Apabila didapat leukosituri yang
bermakna, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur.

 Hematuria

Dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya ISK, yaitu bila dijumpai 5-10
eritrosit/LPB sedimen urin. Dapat juga disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik

12
berupa kerusakan glomerulus ataupun oleh sebab lain misalnya urolitiasis, tumor ginjal,
atau nekrosis papilaris (Sukandar, 2006).

 Bakteriologis
 Mikroskopis

Dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau tanpa pewarnaan gram. Dinyatakan positif
bila dijumpai 1 bakteri /lapangan pandang minyak emersi.

 Biakan bakteri

Dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam
jumlah bermakna sesuai dengan criteria Cattell, 1996 (Tanto & Hustrini, 2014: 641):
Wanita, simtomatik >102 10 organisme koliform/ml urin plus piuria, atau 5 Adanya
pertumbuhan organisme pathogen apapun pada urin yang diambil dengan cara aspirasi
suprapubik organisme pathogen apapun/ml urin, atau laki-laki, simtomatik >103 • Pasien
asimtomatik organisme patogen/ml urin 105 organisme patogen/ml urin pada 2 contoh
urin berurutan.

 Tes Kimiawi

Yang paling sering dipakai ialah tes reduksi griess nitrate. Dasarnya adalah sebagian
besar mikroba kecuali enterokoki, mereduksi nitrat bila dijumpai lebih dari 100.000 -
1.000.000 bakteri. Konversi ini dapat dijumpai dengan perubahan warna pada uji tarik.
Sensitivitas 90,7% dan spesifisitas 99,1% untuk mendeteksi Gram-negatif. Hasil palsu
terjadi bila pasien sebelumnya diet rendah nitrat, diuresis banyak, infeksi oleh enterokoki
dan asinetobakter.

 Tes Plat-Celup (Dip-slide)

Lempeng plastik bertangkai dimana kedua sisi permukaannya dilapisi perbenihan padat
khusus dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan digenangi urin. Setelah itu lempeng
dimasukkan kembali ke dalam tabung plastik tempat penyimpanan semula, lalu dilakukan
pengeraman semalaman pada suhu 37° C. Penentuan jumlah kuman/ml dilakukan dengan
membandingkan pola pertumbuhan pada lempeng perbenihan dengan serangkaian

13
gambar yang memperlihatkan keadaan kepadatan koloni yang sesuai dengan jumlah
kuman antara 1000 dan 10.000.000 dalam tiap ml urin yang diperiksa. Cara ini mudah
dilakukan, murah dan cukup akurat. Tetapi jenis kuman dan kepekaannya tidak dapat
diketahui.

b. Pencitraan
ISK kompleks beruhubungan dengan adanya kelainan anatomi dan fungsi saluran
kemih. Pencitraan dilakukan dengan tujuan untuk mendeteksi adanya kelainan struktural
dan fungsional seperti obstruksi, RVU atau gangguan pengosongan kandung kemih;
mendeteksi akibat dini dan lanjut ISK dan mendeteksi dan memonitor anak yang
mempunyai risiko ISK.Teknik pencitraan yang umum digunakan adalah sebagai berikut:
 Ultrasonografi

Pemeriksaan ultrasonografi (USG) sering digunakan untuk menggantikan urografi


intravena sebagai skrining inisial, karena lebih cepat, non-invasif, aman, tidak mahal,
sedikit menimbulkan stres pada anak, dapat diulang untuk kepentingan monitoring dan
mengurangi paparan radiasi. Dengan pemeriksaan USG dapat terlihat formasi parut
ginjal, tetapi beberapa parut juga dapat luput dari pemeriksaan karena pemeriksaan USG
sangat tergantung dengan keterampilan orang yang melakukan USG tersebut. Dan
pemeriksaan dengan USG saja tidak cukup, kombinasi dengan pemeriksaan foto polos
abdomen dapat membantu memberikan informasi mengenai ukuran ginjal, konstipasi,
spina bifida occulta, kalsifikasi ginjal dan adanya batu radioopak. Secara teori, obstruksi
dan RVU dapat mudah dideteksi, tetapi kadang-kadang lesi yang ditemukan dikatakan
sebagai kista jinak atau penyakit polikistik apabila pemeriksaan USG tersebut tidak
diikuti dengan pemeriksaan radiologi

 Urogafi Intravena

Urografi intravena adalah pemeriksaan saluran kemih yang paling sering dilakukan
apabila dicurigai adanya refluks atau parut. Dengan urografi intravena dapat diketahui
adanya duplikasi ginjal dan ureter, dimana sangat sulit dideteksi dengan USG. Kelainan
lain yang dapat pula dideteksi dengan urografi adalah horseshoe kidney dan ginjal/ureter
ektopik. Kekurangan urografi intravena adalah kurang sensitif dibandingkan Renal

14
Scintigraphy dalam mendeteksi Pyelonephritis dan parut ginjal. Tingkat radiasi yang
tinggi dan risiko dari reaksi kontras juga menjadi hal yang harus dipertimbangkan.

 Renal Cortical Scintragphy ( RCS)

Renal cortical scintragrphy telah menggantikan urografi intravena sebagai teknik standard
dalam deteksi skar dan inflamasi ginjal. RCS dengan glucoheptonate atau
Dimercaptosuccinic acid (DMSA) yang dilabel dengan technetium yang memiliki
sensitifitas dan spesifitas yang tinggi. DMSA scan mempunyai kemampuan lebih baik
dalam deteksi dini perubahan inflamasi akut dan skar permanen dibandingkan dengan
USG atau urografi intravena. Computerized Tomography (CT) juga sensitif dan spesifik
dalam mendeteksi pielonephritis akut, tetapi belum terdapat penelitian yang
membandingkan CT dengan skintigrafi. CT juga lebih mahal dibandingkan skintigrafi
dan pasien terpajan radiasi dalam tingkat yang tinggi, selain itu penggunaanya belum
ditunjang oleh bukti penelitian.

 Voiding Cystourethrography (VCUG)

VCUG biasanya dilakukan apabila terdapat kelainan yang bermakna pada pemeriksaan
USG seperti hidronefrosis, disparitas panjang ginjal atau penebalan dinding kandung
kemih. VUR merupakan kelaianan yang paling sering ditemukan dengan VCUG yaitu
sekitar 40%. Kapan waktu yang tepat dilakukan VCUG masih kontroversi, mengingat
dapat timbulnya efek transien infeksi. Apabila tersedia, VCUG radionuklid lebih baik
dibandingkan VCUG kontras pada anak perempuan karena dapat mengurangi efek radiasi
9. Cara pengambilan sampel urin

1.Aspirasi suprapubik
Teknik aspirasi suprapubik merupakan cara yang paling baik untuk mendapatkan urin
guna pemeriksaan kultur. Ditemukannya kuman patogen dari aspirasi suprapubik
menunjukkan adanya sistitis.
Kriteria diagnosis terbaik adalah ditemukannya kuman >100/ml urin dari aspirasi
suprapubik dengan sensitifitas 95% dan spesifisitas 85% serta nilai duga positif yang
tinggi (88%) pada penderita yang simptomatis. Setelah sampel urin didapatkan harus
segera dibawa ke laboratorium mikrobiologi. Pengiriman sampel tidak boleh lebih dari 2

15
jam karena akan mempengaruhi kualitas sampel urin yang akan diperiksa. Perlu diketahui
bahwa aspirasi suprapubikini menimbulkan rasa nyeri, berbahaya, dan tidak nyaman bagi
pasien.
2.Kateterisasi uretra
Kateterisasi uretra sangat bermanfaat bagi wanita, khususnya wanita yang tidak mampu
untuk mengosongkan kandung kemih secara alami dan kesulitan untuk berkemih secara
normal pada ibu postpartum19.Cara melakukan kateterisasi uretra adalah pada daerah
labia danmuara uretra dibersihkan dengan aquades steril, larutan garam fisiologis, atau
juga bisa dengan antiseptik, dengan menggunakan kateter uretra nomor 14-16 Fr setelah
labia minora dibuka, kateter dimasukkan dalam uretra dan urin dimasukkan ke dalam
botol. Teknik ini harus diperhatikan agar spesimen urintidak terkontaminasi.
Kateterisasi urin khusus untuk sampling ISK tidak dianjurkan. Sampling ISK dari urin
kateter dilakukan pada penderita dengan pemasangan kateter menetap atau ada indikasi
kateterisasi lain, contihnya pada pasien retensiourin.
3.Urin pancaran tengah
Cara pengambilan urinpancaran tengah harus hati-hatikarena dilakukan oleh
pasiensendiri.Sebelum pengambilan spesimen, daerah periuretra harus dibersihkan
terlebih dahulu dengan aquades steril dan urin yang ditampung hanya pancar tengah,
bagian awal dan akhir pancar urin tidak digunakan. Cara pengambilanyangtidak
benarkemungkinan besar dapat menyebabkansampel urin akan terkontaminasi oleh
kuman dari periuretra atau labia minora dan mayora.

10. Tatalaksana Infeksi saluran kemih

Pada ISK yang tidak memberikan gejala klinis (asimtomatis) tidak perlu pemberian terapi,
tetapi, ISK yang memberikan keluhan harus segera mendapatkan antibiotika. Bahkan jika
infeksi cukup parah diperlukan perawatan di rumah sakit guna tirah baring, pemberian
hidrasi, dan pemberian medikamentosa secara intravena berupa analgetika dan antibiotika.
Antibiotik yang diberikan berdasarkan atas kultur kuman dan test kepekaan antibiotik
1) Terapi Farmakologis

16
 Sebelum ada hasil biakan, diberikan pengobatan empiris selama 7- 10 hari.
Umumnya, setelah terapi antibiotik 2x 24 jam, gejala menghilang. Bila belum,
pikirkan antibiotik yang lain
 Sistitis akut nonkomplikata. Pilihan antibiotik peroral, antara lain
 Kotrimoksazol 2 x 960 mg selama 3 hari
 Siproflosasin 2 x 250 mg selama 3 hari
 Nitrofurantoin 2 x 100 mg selama 7 hari
 Co- amoxiclav 2 x 625 mg selama 7 hari
a. Sistitis akut rekurens pada perempuan, diperlukan antibiotik profilaksis untuk pecegahan
(Tanto & Hustrini, 2014: 641);
 Nitrofurontoin 50 mg/ hari
 Kotrimoksazol 240 mg/ hari atau 3 x seminggu
 Apabila terjadi infeksi ditengah profilaksis, dapat diberikan siprofloksasin 125 mg/
hari
b. Pielonefritis akut nonkomplikata ;
c. Indikasi rawat: adanya tanda tanda toksisitas sistemik, tidak mampu minum antibiotik
oral. Antibiotik parentral pilihan: seftriakson 1 x 1gr atau levofloksasin x 500 mg atau
siprofloksasin 2 x 400 mg selama 7- 14 hari
 Gejala ringan: siprofloksasin 2 x 250 mg selama 7 hari
 Gejala berat: siprofloksasin 2 x 250 mg selama 14 hari
d. ISK pada laki- laki
 Kotrimoksazol atau siprofloksasin selama 7 hari
e. Bakteriuria asimtomatik;
 Tata laksana hanya diberikan pada perempuan hamil, sebelum tindakan bedah
urologi dan setelah transplantasi ginjal.
f. ISK pada perempuan hamil
 Co- amixiclav, nitrofurontoin, sefalosporin oral, atau fosfomisin dosis tunggal
 Pielonefritis: antibiotik IV sampai pasie afebris selama 24 jam diikuti terapi oral 10-
14 hari
 Antibiotik kontraindikasi: sulfonamid dan quinolon.

17
g. ISK pada pasien diabetes diobati dengan medikasi mentosa atau terapi pembedahan.
3. Terapi Nonfarmakologis
a. Indikasi rawat inap: disertai dehidrasi, muntah, tidak dapat minum peroral, berusia <1
bulan, atau dicurigai urosepsis. Tata laksana mencakup rehidrasi dan antibiotika intravena
b. Suportif: asupan cairan yang adekuat, perawatan higienitas daerah perineum dan
periuretra, serta pencegahan konstipasi. Pasien dan pengasuh juga perlu diedukasi agar
anak tidak menahan buang air kecil da penggunaan lampin sekali pakai
c. Penggantian kateter yang teratur pada pasie yang menggunakanya Pencegahan rekurensi
ISK: menjaga kebersihan da higieni daerah uretra dan sekitarnya

11. Komplikasi Infeksi saluran kemih

Komplikasi ISK tergantung dari tipe yaitu ISK tipe sederhana (uncomplicated ) dan tipe
berkomplikasi (complicated). Selain itu, komplikasi yang dapat terjadi antara lain batu saluran
kemih, okstruksi saluran kemih, sepsis, infeksi kuman yang multisitem, gangguan fungsi ginjal

ISK sederhana (uncomplicated).


ISK akut tipe sederhana (sistitis) yaitu non-obstruksi dan bukan perempuan hamil
merupakan penyakit ringan (self limited disease) dan tidak menyebabkan akibat lanjut jangka
lama (Sukandar, 2014: 2136).
1. ISK tipe berkomplikasi (complicated)
 ISK selama kehamilan dari umur kehamilan
 ISK pada diabetes mellitus. Penelitian epidemiologi klinik melaporkan bakteriuria dan
ISK lebih sering ditemukan pada DM dibandingkan perempuan tanpa DM Basiluria
asimtomatik (BAS) merupakan resiko untuk pielonefritis diikuti penurunan laju filtrasi
glomerulus (LFG). Komplikasi emphysematous cystitis, pielonefritis yang terkait spesies
kandida dan infeksi Gram-negatif laiinya dijumpai pada DM

18
12. Pencegahan Infeksi saluran kemih

Data epidemiologi klinik mengungkapkan uji saring bakteriuria asimtomatik bersifat selektif
degan tujuan utama untuk mencegah menjadi bakteriuria disertai presentasi klinik ISK. Uji
saring bakteriuria asimtomatik harus rutin dengan jadwal tertentu untuk kelompok pasien
perempuan hamil, pasien DM terutama perempuan, dan pasca transplantasi ginjal perempuan
dan laki-laki, dan kateterisasi laki-laki dan perempuan
1. Bakteriuria Asimtomatik pada Kehamilan
Penelitian epidemiologi klinik melaporkan prevalensi bakteriuria asimtomatik pada
kehamilan bervariasi antara 2-10%; dan tergantung dari status sosio-ekonomi. Bila
mikroorganisme lain seperti Ureaplasma urealyticum dan Gardnella vaginalis berhasil
diisolasi, prevalensi bakteriuria asimtomatik meningkat lebih dari 25%. Tetapi peranan kedua
MO tersebut masih belum jelas
Pada kelompok perempuan tidak hamil ditemukan basiluria asimtomatik dua kali
berturut-turut MO yang sama mempunyai sensitivitas 95% dan spesivitas 95% untuk
cenderung mengalami episode presentasi klinik ISK. Pada kelompok perempuan ini tidak
diperlukan terapi antimikroba, cukup irigasi MO dengan asupan cairan yang banyak

19
Setiap perempuan hamil dengan basiluri asimtomatik harus mendapat terapi antimikroba
untuk mencegah presentasi klinis pielonefritis dan komplikasi kehamilannya. Pada tabel 3
diperlihatkan insidens ISK selama kehamilan.

Tabel 3. Insiden Infeksi Saluran Kemih (ISK) Selama Kehamilan

Status Insiden
Basiluri asimtomatik 4 – 10 %
Riwayat ISK sejak anak tanpa pembentukan jaringan
7%
ikat
Riwayat ISK sejak anak disertai pembentukan
7%
jaringan ikat
Sistitis 4%
Pielonefritis 1–2%

Bakteriuria Asimtomatik pada Diabetes Melitus


Prevalensi bakteriuri asimtomatik pada perempuan disertai diabetes melitus lebih banyak
dibandingkan dengan perempuan tanpa diabetes melitus. Patogenesis kepekaan terhadap ISK
diantara pasien diabetes mellitus tidak diketahui pasti. Penelitian epidemiologi klinik gagal
mencari hubungan antara prevalensi bakteriuria asimtomatik dengan kualitas pengendalian
hiperglikemia dengan parameter gula darah puasa dan HbA1C dan faal ginjal. Peneliti lain
Balasoiu D menemukan hubungan faktor risiko gangguan faal kandung kemih (Bladder
dysfunction) dengan peningkatan kepekaan terhadap ISK pada diabetes melitus. Disfungsi
kandung kemih ini juga diduga akibat disfungsi saraf autonom dan gangguan fungsi leukosit
PMN (opsonisasi, kemotaksis dan fagositosis). Perubahan susunan kimiawi dan konsentrasi
protein Tamm-Horsfaal diduga mempengaruhi perubahan bacterial adhesion terhadap sel
epitel yang dapat mencetuskan infeksi saluran kemih (ISK)
Menurut beberapa peneliti basiluri asimtomatik pada diabetes melitus merupakan faktor
predisposisi pielonefritis akut disertai mikrosis papiler dan insufisiensi renal. Basiluria
asimtomatik dengan mikroorganisme pembentukan; seperti E.coli, Candida spp dan

20
klostridium dapat menyebabkan pielonefritis emfisematosa disertai syok septik dan vasomotor
akut nefropati
Beberapa peneliti lebih cenderung memberikan terapi antimikroba pada basiluria asimtomatik
pada pasien dengan diabetes mellitus
2. Resipien Transplantasi Ginjal
Prevalensi bakteriuria asimptomatik cukup tinggi mencapai 35-79% diantara resipien
pada 3-4 bulan pertama pasca transplantasi ginjal; diduga terkait dengan indwelling catheter
sebagai faktor resiko. Bakteriuria asimptomatik pada resipien ini merupakan resiko
pielonefritis akut (graft infection), septikemia diikuti penurunan laju filtrasi glomerulus.
Bakteriuria simptomatik dengan presentasi klinis yang muncul 6 bulan pertama (late
infection) pasca transplantasi ginjal dengan presentasi klinik ringan.
Parameter hitung kuman/ml urin para resipien pasca transplantasi ginjal modifikasi
karena diuresis pasca cold ischemic time. Menurut beberapa peneliti, kriteria bakteriuria
asimptomatik dengan hitung kuman / ml urin.
Terapi antimikroba untuk bakteriuria asimptomatik pada resipien transplantasi ginjal
masih silang pendapat. Sebagian besar peneliti menganjurkan kemotrapi untuk resipien pasca
transplantasi ginjal dengan bakteriuria asimptomatik disertai piuri
3. ISK Berhubungan dengan Kateter
Pemasangan kateter jangka lama sering dilakukan pasien usia lanjut. Data penelitian
melaporkan prevalensi infeksi nosokomial mencapai 40% diduga terkait pemasangan kateter
urin. Bakteriuria asimptomatik dilaporkan 26% diantara kelompok pasien indwelling catheter
mulai dari hari 2-10. Hampir ¼ kelompok pasien tersebut diikuti presentasi klinik ISK.
Bakteriemia dengan prevalensi 3,6% diduga terkait dari sumber saluran kemih. Peneliti
Tambyah dan Maki menemukan catheter-associated UTI sebagian besar asimptomatik
Bakteria patogen yang terkait dengan bakteriuri dengan kateterisasi; seperti E. Coli,
Enterococcus, Klebsiella, Pseudomonas, Proteus, Enterobacter, dan Candida. Pada umumnya
bakteriuri terkait keteter bersifat polimikroba.

Sebagian besar peneliti tidak menganjurkan antibiotik sebagai pencegahan infeksi saluran
kemih terkait kateter. Negara maju seperti USA menganjurkan penggunaan keteter urin
berselaput campuran perak atau kateter oksida perak untuk mencegah infeksi saluran kemih
terkait kateter

21
KESIMPULAN

Berdasarkan pemicu os didiagnosa menderita infeksi saluran kemih (ISK) yang dapat dilihat
dari gejala klinis dan dapat melakukan pemeriksaan penunjang, seperti Analisa urin rutin
untuk menegakan diagnosis pasien

22
DAFTAR PUSTAKA

Brooks, Geo, F., Butel, Janet, S., & Morse, Stephan, A. 2005. Mikrobiologi Kedokteran Edisi
XXI Jilid I. Jakarta: Salemba Medika. 360- 362.

Cunningham, F, G., Leveno, K, J., Bloom, S, L., Hauth, J, C., & Rouse, D, J, Spong. 2010.
Williams Obstetrics Edisi XXIII. USA: McGraw-Hill.

Dorland, W, A, Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland Edisi XXXI. Jakarta: EGC. 1029.

Fauci, Anthony, S., Braunwald, Eugne., Kasper, Dennis, L., Hauser, Stephen, L., Longo, L., &
Wilson, Jean, D. 2008. Harrison’s Principles of Internal Medicine Edisi XVII. New York:
McGraw- Hill. 376.

Karsinah, Lucky., Suharto., & W, Mardiastuti, H. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
Edisi Revisi. Jakarta: Binarupa Aksara. 195- 198.

Lum, Gary, M. 2000. Current Pediatric Diagnosis & Treatment Edisi XIV. New Jersey: Prentice
Hall. 620- 621.

23

Anda mungkin juga menyukai