OLEH:
SETIAJENG PUTRIANI
NIM: 2021001801
OLEH :
SETIAJENG PUTRIANI
NIM: 2021001801
i
LEMBAR PENGESAHAN
NIM 2021001801
Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Progam Pendidikan
Profesi Ners Departemen Gawat Darurat, yang dilaksanakan pada tanggal 21 Juni
– 2 Juli 2021 yang telah disetujui dan disahkan pada:
Hari : Selasa
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Profesi Ners
Laporan ini penulis susun sebagai salah satu persyaratan untuk menempuh
tugas Profesi Ners Keperawatan Gawat Darurat. Dalam penyusunan laporan ini,
penulis mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan dari pembimbing, untuk itu
dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat:
2. Ibu Faizatur Rohmi S. Kep, Ns, M. Kep, selaku Ka Prodi Pendidikan Profesi
Ners
Namun demikian penulis menyadari masih banyak kekurangan. Oleh karena itu
demi kesempurnaan, penulis mengaharapkan adanya kritik dan saran dari semua
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
LAPORAN PENDAHULUAN PERITONITIS
a. Definisi
adalah proses inflamasi local atau umum yang dapat berbentuk akut atau
b. Etiologi
1. Infeksi bakteri
d. Tukak thypoid
g. Salpingitis
asuk melalui aliran darah Degradasi mukus
u getah bening
h. Diverkulitis Membentuk
cairan berisi pus
Merusak mukosa
Kuman
lambung yang paling sering ialah bakteri Coli, streptokokus alpha dan beta
asuk ke rongga abdomen
ritonium) hemolitik, stapilokokus aurens, enterokokus dan yang paling berbahaya
Penghancuran kapiler Sekresi mucus
dan vena berlanjut Operasi yang
adalah clostridium wechii tidak steril
1
c. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala yang diamati menurut (Black dan Hawks, 2009):
1. Merasa nyeri
diverticulitis, typhoid.
4. Riwayat operasi
7. Abdomen:
d. Klasifikasi
2
2. Peritonitis sekunder, disebabkan karena perforasi organ berongga baik
gaster.
e. Patofisiologi
defisit cairan tidak dikoreksi secara cepat dan agresif, maka dapat
hipovolemia.
3
kapiler organ-organ tersebut meninggi.Pengumpulan cairan didalam
rongga peritoneum dan lumen-lumen usus serta oedem seluruh organ intra
pada usus atau obstruksi usus dapat menimbulkan ileus karena adanya
sebagai usaha untuk mengatasi hambatan. Ileus ini dapat berupa ileus
darah dan dapat bersifat total atau parsial, pada ileus stangulasi obstruksi
berakhir dengan nekrosis atau ganggren dan akhirnya terjadi perforasi usus
terjadi peritonitis.
4
Tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut usus halus yang
disebabkan kuman S. Typhi yang masuk tubuh manusia melalui mulut dari
makan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam
lambung, sebagian lagi masuk keusus halus dan mencapai jaringan limfoid
ileum pada tifus biasanya terjadi pada penderita yang demam selama
kurang lebih 2 minggu yang disertai nyeri kepala, batuk dan malaise yang
disusul oleh nyeri perut, nyeri tekan, defans muskuler, dan keadaan umum
seluruh perut pada awal perforasi, belum ada infeksi bakteria, kadang fase
striktur
5
karena fibrosis dan neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus
aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti
general.
Pada trauma abdomen baik trauma tembus abdomen dan trauma tumpul
yang timbul sesuai dengan isi dari organ berongga tersebut, mulai dari
gaster yang bersifat kimia sampai dengan kolon yang berisi feses.
Rangsangan kimia onsetnya paling cepat dan feses paling lambat. Bila
berkembang biak baru setelah 24 jam timbul gejala akut abdomen karena
perangsangan peritonium.
6
Tukak lambung
Perdarahan
Kerusakan mukosa
Perforasi apendiksitis
Pengeluar
Mera Peni
Mikroorganisme an Invasi
ngsan ngka bakteri ke peritonium Menghambat
histamin
g tan aliran limfe
(Ex: E. coli, Streptococcus
penge prod
Pneumoniae,
luara uksi
Staphylococccus) n pepsi
Edema
HCL noge
n
Pelepasan berbagai mediator kimiawi Keluarnya eksudat fibrinosa Perangsangan zat pirogen di
hipotalamus
Pernafasan
tidak teratur
Medula
Sistem O
limbik
anoreksia
Reaksi mual Obstruksi
Penekanan
7 Cairan, elektrolit
Dehidrasi
Hipovolemi
blongata
muntah abdomen hilang ke dlm lumen
usus
Takipnea
Ketidakefektifan
pola nafas Hipertermi
Def
isit
Nut
risi
f. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium:
- Kultur kuman
Radiologi:
ml.
g. Penatalaksanaan
8
pengawasan nutrisi dan keadaan metabolik, pengobatan terhadap
TERAPI ANTIBIOTIK
5-10 hari.
sistemik tidak efektif lagi, namun lebih berguna pada infeksi akut.
aminoglikosida.
9
INTERVENSI NON-OPERATIF
sampai proses akut dan sepsis telah teratasi, sehingga pembedahan dapat
apendisitis, divertikulitis).
Teknik ini merupakan terapi tambahan. Bila suatu abses dapat di akses
melalui drainase percutaneus dan tidak ada gangguan patologis dari organ
perkutaneus ini dapat digunakan dengan aman dan efektif sebagai terapi
utama. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain perdarahan, luka dan
erosi, fistula.
TERAPI OPERATIF
Cara ini adalah yang paling efektif. Pembedahan dilakukan dengan dua
PROGNOSA
10
Tergantung dari umur penderita, penyebab, ketepatan dan keefektifan
terapi. Prognosa baik pada peritonitis lokal dan ringan. Prognosa buruk
1. Pengkajian
saluran cerna, komplikasi postoperasi, operasi yang tidak steril dan akibat
2. Pemeriksaan Fisik
Didapatkan
11
irama jantung irregular akibat pasien syok (neurogenik, hipovolemik atau
obstruksi) atau secara sekunder akibat iritasi peritoneal. Selain itu terjadi
distensi
(<12x/menit)
- Personal Hygiene
12
i. Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul
13
3 Hipovolemia - Kehilangan Obyektif Hipovolemia
cairan aktif - frekuensi berdasarkan
- Kegagalan nadi dengan
mekanisme meningkat Kegagalan
regulasi - nadi teraba mekanisme
- Peningkatan lemah regulasi
permeabilitas - tekanan dibuktikan
kapiler darah dengan
- Kekurangan menurun tekanan darah
intake cairan - tekanan menurun
- evaporasi nadi
menyempit
- turgor kulit
menurun
- membrane
mukosa
kering
- volume
urin
menurun
- hematokrit
meningkat
14
(mis. Nyeri - penggunaa upaya napas
saat bernapas, n otot dibuktikan
kelemahan bantu dengan
otot pernapasan penggunaan
pernapasan) - fase otot bantu
- Deformitas ekspirasi pernapasan
dinding dada memanjang
- Deformitas - pola napas
tulang dada abnormal
- Gangguan (mis.
neuromuscula Takipnea,
r bradipnea,
- Gangguan hiperventil
neurologis asi,
(mis. EEG kussmaul,
positif, cedera cheyne-
kepala, stokes)
gangguan
kejang)
- Imaturitas
neurologis
- Penurunan
energy
- Obesitas
- Posisi tubuh
yang
menghambat
ekspansi paru
- Sindrom
hipoventilasi
- Kerusakan
intervasi
diafragma
(kerusakan
saraf C5 ke
atas)
- Cedera pada
medulla
spinalis
- Efek agen
farmakologis
- kecemasan
15
j. Intervensi Keperawatan dan Luaran yang mungkin muncul
No. SIKI SLKI
Diagnosa
1 Manajeman Nyeri Setelah dilakukan
Observasi: tindakan keperawatan
- Identifikasi lokasi, 3x24 jam diharapkan
karakteristik, durasi, tingkat nyeri menurun,
frekuensi, kualitas, intensitas frekuensi nadi membaik,
nyeri pola nafas membaik,
- Identifikasi skala nyeri keluhan nyeri menurun
- Identifikasi respons nyeri
non verbal
- Identifikasi faktor yang
memperberat dan
meperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan terhadap nyeri
- Identeifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup
- Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Pertimbangan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Ajarkan teknik
nonfarkalogis untuk
mengurangi nyeri Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian analgetik
2 Manajeman Nutrisi Setelah dilakukan
Observasi: tindakan keperawatan
- Identifikasi status nutrisi 3x24 jam status nutrisi
- Identifikasi alergi terpenuhi dengan kriteria
dan intoleransi porsi makanan yang
makanan dihabiskan meningkat,
- Identifikasi perlunya BB meningkat,
penggunaan selang
16
NG
17
- Monitor asupan makanan Frekuensi makan
- Monitor berat badan meningkat, nafsu makan
Terapeutik meningkat, perasaan
- Lakukan oral hygiene cepat kenyang menurun
sebelum makan, jika perlu
- Sajikan makanan yang
menarik dan suhu yang sesuai
- Hentikan pemberian
makanan melalui selang NG
jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
- Ajarkan diet
yang
diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan
Promosi Berat Badan
Observasi
- Identifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang
- Monitor adanya mual
dan muntah
Terapeutik
- Sediakan makanan yang
tepat sesuai kondisi pasien
- Berikan
3 Manajemen Hipovolemia Setelah dilakukan
Observasi tindakan keperawatan
- periksa tanda dan gejala 3x24 jam diharapkan
hypovolemia (mis. Frekuansi status cairan membaik,
nadi, nadi teraba lemah, kekuatan nadi
tekanan darah menurun, meningkat, turgor kulit
tekanan nadi menyempit, turgor meningkat, output urin
kulit menurun, membrane meningkat, edema
mukosa kering, volume urin perifer membaik.
menurun, hematokrit
meningkat, haus, leamh)
- monitor intake dan output cairan
Terapeutik
- hitung kebutuhan cairan
- berikan posisi modified
Trendelenburg
18
- berikan asupan cairan oral
Edukasi
- anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
- anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
vcairan IV isotonis , hipotonis,
koloid, pemberian produk darah
4 Termoregulasi Setelah dilakukan
Observasi tindakan keperawatan
- Identifikasi penyebab 1x8 jam diharapkan suhu
hipertermia (mis. tubuh tetap berada pada
Dehidrasi, terpapar rentang normal dengan
lingkungan panas, kriteria hasil menggigil
penggunaan incubator) menurun, suhu tubuh
- Monitor suhu tubuh membaik, suhu kulit
- Monitor kadar elektrolit membaik
- Monitor haluan urin
- Monitor komplikasi
akibat hipertermia
Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan
pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
- Berikan cairan oral
- Hindari pemberian antipiretik
atau aspirin
- Berikan oksigen jik perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika
perlu
5 Pola Napas Setelah dilakukan
Observasi tindakan keperawatan
- Monitor pola napas, monitor 3x24 jam inspirasi dana
saturasi oksigen tau ekspirasi yang tidak
- Monitor frekuensi, irama, memberikan ventilasi
kedalaman dan upaya napas adekuat membaik.
- Monitor adanya sumbatan Dengan kriteria hasil
jalan napas dipsnea menurun,
Terapeutik penggunaanotot bantu
- Atur interval pemantauan napas menurun,
respirasi sesuai kondisi pasien frekuensi napas
Edukasi
19
- Jelaskan tujuan dan prosedur membaik, kedalaman
pemantauan, jika perlu napas menurun
- Informasikan hasil pemantauan
Terapi Oksigen
Observasi
- Monitor kecepatan
aliran oksigen
- Monitor posisi alat terapi
oksigen
- Monitor tanda- tanda
hipoventilasi
- Monitor integritas mukosa
hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapeutik
- Bersihkan secret pada mulut,
hidung dan trakea jika perlu
- Pertahankan kepatenan jalan
napas
- Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
- Ajarkan keluarga cara
menggunakan O2 di rumah
20
k. Daftar Pustaka
Hidayati, Afif Nurul. 2018. Gawat Darurat Medis dan Bedah. Surabaya:
Aesculapius
PPNI.
DPP PPNI.
21
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
l. Definisi
dirujuk sebagai “gula tinggi” baik oleh klien maupun penyedia layanan
kesehatan (Maria, 2021). Dan juga merupakan penyakit dimana kadar gula
m. Etiologi
Leucocyte
22
Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
asing.
dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak
terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat
23
antara komplek reseptor insulin dengan system
24
transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu
yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya
Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi
terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak. (Nurarif & Hardhi, 2015)
biasa.
25
d) Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada
tumbuhnya jamur.
terutama candida.
gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur
e) Kelemahan tubuh
bahan dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Bahan
mengalami gangguan.
26
h) Laki-laki dapat terjadi impotensi, ejakulasi dan dorongan seksualitas
o. Klasifikasi
yaitu:
95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi ini diakibatkan oleh
dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap,
27
sering pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka
yang obesitas.
diabetes.
p. Patofisiologi
Menurut (Corwin, EJ. 2009), Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu
terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping
itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati
tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang
28
dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat
dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun pada penderita
defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut
muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
29
diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan
kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit
dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang
merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan
terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang
paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30
polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau
30
31
q. Pemeriksaan penunjang
lain:
> 140 mg/dl paling sedikit dalam 2 kali pemeriksaan. Atau > 140
2. Gula darah 2 jam post prondial < 140 mg/dl digunakan untuk
3. Tes toleransi glukosa oral (TTGO). GD < 115 mg/dl ½ jam, 1 jam, 1
bulan.
glukosa.
32
8. Insulin serum puasa: 2-20 mu/ml post glukosa sampai 120 mu/ml,
r. Penatalaksanaan
1. Diet
mineral)
2. Latihan
(resistance
33
training) dapat meningkatkan lean body mass dan dengan demikian
3. Terapi
kadar glukosa darah dengan diet atau dengan obat oral kadang
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari (atau bahkan
sesudah makan dan pada malam hari. Karena dosis insulin yang
4. Pendidikan Kesehatan
34
belajar keterampilan untuk merawat diri sendiri guna menghindari
a) Identitas klien, meliputi: Nama pasien, tanggal lahir, umur, agama, jenis
penurunan kesadaran.
35
kram otot, gangguan tidur/istirahat, haus, pusing/sakit kepala, kesulitan
menderita DM
f) Pemeriksaan Fisik
rangsang.
36
Tanda: urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah,
menurun, kejang.
meningkat.
lemah/menurun.
37
cekung, turgor jelek, pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat
38
t. Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul
39
- Kekurangan - membrane mukosa dengan tekanan
intake cairan kering darah menurun
- evaporasi - volume urin menurun
- hematokrit meningkat
4 Perfusi - hiperglikemia Subyektif Perfusi perifer
perifer tidak - penurunan tidak efektif
konsentrasi - parastesia
efektif berdasarkan
haemoglobin - nyeri ekstremitas
dengan kurang
- peningkatan terpapar informasi
tekanan darah Obyektif tentang faktor
- kekurangan pemberat dan
volume cairan - pengisian kapiler >3
proses penyakit
- penurunan aliran detik
dibuktikan dengan
arteri dana tau - nadi perifer menurun nyeri ekstremitas
vena atau tidak teraba
- kurang terpapar - warna kulit pucat
informasi tentang - turgor kulit menurun
faktor pemberat - edema
dan proses - penyembuhan luka
penyakit lambat
- kurang aktifitas
fisik
40
- Berikan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Pertimbangan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik nonfarkalogis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
41
- Sediakan makanan yang tepat
sesuai kondisi pasien
- Berikan
42
v. Daftar Pustaka
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Media Aesculapius
PPNI.
DPP PPNI.
Penyakit.
Media Publishing
43
Laporan Pendahuluan Dengeu Hemoragic Faver (DHF)
1. Pengertian
Demam dengue atau DF dan demam berdarah dengue atau DBD (dengue
hemorrhagic fever disingkat DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi
tubuh. Sindrom renjatan dengue yang ditandai oleh renjatan atau syok (Nurarif &
Kusuma 2015).
dan orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam
akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus
(Artropod Born Virus) yang akut ditularkanoleh nyamuk Aedes Aegypti atau oleh
Aedes aegypti. DHF merupakan penyakit berbasis vektor yang menjadi penyebab
bersifat endemis, sering menyerang masyarakat dalam bentuk wabah dan disertai
dengan angka kematian yang cukup tinggi, khususnya pada mereka yang berusia
2. Etiologi
44
ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu
serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat
2015).
3. Anatomi Fisiologi
dan basa, mengatur suhu tubuh dengan cara konduksi atau hantaran, membawa
panas tubuh dari pusat produksi panas (hepar danotot) untuk didistribusikan ke
oksigen dan
45
karbon dioksida di dalamnya. Darah berada dalam tubuh karena adanya kerja
pompa jantung. Selama darah berada dalam pembuluh, darah akan tetap encer.
Tetapi bila berada di luar pembuluh darah akan membeku. Fungsi darah
(Syaifuddin, 2016) :
Pada orang dewasa dan anak-anak sel darah merah, sel darah putih,dan
sel pembeku darah dibentuk dalam sumsum tulang. Sumsum seluler yang aktif
dinamakan sumsum merah dan sumsum yang tidak aktif dinamakan sumsum
kuning. Sumsum tulang merupakan salah satu organ yang terbesar dalam
Darah terdiri dari dua komponen yaitu komponen padat yang terdiri darisel
darah (sel darah merah atau eritrosit, sel darah putih atau leukosit, dan sel
pembeku darah atau trombosit) dan komponen cair yaitu plasma darah, Sel-sel
Eritrosit merupakan sel darah yang telah berdeferensi jauh dan mempunyai
paru ke jaringan dan karbon dioksida dibawa dari jaringan ke paru untuk
46
dikeluarkan melalui jalanpernapasan. Sel darah merah : Kekurangan eritrosit,
leukosit disebut juga fagosit. Sel darah putih yang mengandung inti,
proses pembekuan darah dan hemostasis atau menghentikan aliran darah. Bila
dan menutup lubang bocoran dengan cara saling melekat, berkelompok, dan
Membran struktur elastik yang sangat tipis, tebalnya hanya 7,5- 10nm. Hampir
merupakan lewatnya berbagai zat yang keluar masuk sel. Membran ini
yang datang.
b. Plasma
47
1) Air membentuk 90 % volume plasma
2) Protein plasma, berfungsi untuk menjaga volume dan tekanan darah serta
3) Garam dan mineral plasma dan gas terdiri atas O2 dan CO2 berfungsi untuk
5) Zat-zat lain seperti hormon, vitamin, dan enzim yang berfungsi untuk membantu
metabolisme.
4. Klasifikasi
Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu (Nurarif & Kusuma 2015) :
a. Derajat I yaitu demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi
b. Derajat II yaitu seperti derajat I, disertai dengan perdarahan spontan pada kulit
c. Derajat III yaitu ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan
lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi disertai
dengan sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab dan anak tampak
gelisah.
d. Derajat IV yaitu syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak teratur.
5. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia.
Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus
48
dinding pembuluh darah yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari
dapat terjadiakibat dari penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi
kulit seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan
secara normal. Hal tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak
tertangani maka akan menimbulkan syok. Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari,
rata-rata 5-8 hari. Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti. Pertama tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan
penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal pegal di seluruh
tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan dan hal
lain yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
virus antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat
aktivasi C3 dan C5 akan di lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk
menggambarkan adanya
49
kebocoran atau perembesan sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk
ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium,
pleura, dan perikardium yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan
edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup,
yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik
berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada penderita DHF antara lain adalah (Nurarif &
Kusuma 2015) :
a. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan duaatau lebih
1) Nyeri kepala
2) Nyeri retro-orbital
4) Ruam kulit
50
6) Leukopenia
1) Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifatbifastik
suntikan
3) Trombositopenia <100.00/ul
a) Peningkatan nilai hematokrit > 20% dari nilai baku sesuai umurdan jenis kelamin
3) Hipotensi
51
5) Perfusi perifer menurun
7. Pemeriksaan Penunjang
1) Pada demam dengue terdapat Leukopenia pada hari kedua atau hariketiga.
atas timbulnya antibody pada penderita yang terjadi setelah infeksi. Untuk
antigen-antibody. Ada tiga kategori, yaitu primer, sekunder, dan tersier. Reaksi
primer merupakan reaksi tahap awal yang dapat berlanjut menjadi reaksi
sekunder atau tersier. Yang mana tidak dapat dilihat dan berlangsung sangat
cepat, visualisasi biasanya dilakukan dengan memberi label antibody atau antigen
lanjutan dari reaksi primer dengan manifestasi yang dapat dilihat secara in vitro
reaksi sekunder dengan bentuk lain yang bermanifestasi dengan gejala klinik.
52
c. Uji hambatan hemaglutinasi
Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan IgG berdasarkan
darah angsa oleh virus dengue yang disebut reaksi hemaglutinasi inhibitor (HI).
Merupakan uji serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virus
(PRNT). Plaque adalah daerah tempat virus menginfeksi sel dan batas yang jelas
Uji ini mempunyai sensitivitas sama dengan uji Hemaglutination Inhibition (HI).
Dan bahkan lebih sensitive dari pada uji HI. Prinsip dari metode ini adalah
f. Rontgen Thorax : pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar
8. Penatalaksanaan
disesuaikan dengan gambaran klinis maupun fase,dan untuk diagnosis DHF pada
pada derajat III dan derajat IV maka anak mengalami DHF disertai dengan syok.
53
Tatalaksana untuk anak yang dirawat di rumah sakit meliputi:
1) Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air sirup, susu untuk
diare.
2) Berikan parasetamol bila demam, jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena
b) Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium (hematokrit,
cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya
memerlukan waktu 24-48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah
pemberian cairan.
1) Perlakukan sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secara nasal.
4) Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
54
komponen.
5) Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai
dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis
laboratorium.
6) Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36- 48 jam. Perlu
diingat banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak dari
9. Komplikasi
dengue yaitu perdarahan massif dan dengue shock syndrome(DSS) atau sindrom
syok dengue (SSD). Syok sering terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun.
Syok ditandai dengan nadi yang lemah dan cepat sampai tidak teraba, tekanan
nadi menurun menjadi 20 mmHg atau sampai nol, tekanan darah menurun
hidung, telinga, dan kaki teraba dingin dan lembab, pucat dan oliguria atauanuria
(Pangaribuan 2017).
55
10. Pathway DHF
56
B. Konsep Asuhan Keperawatan Anak dengan DHF
1. Pengkajian
utama dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk
rumah sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit (Widyorini et al.
2017).
a. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang
dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan
b. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang kerumah sakit
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat
demam kesadaran composmetis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7
dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri
telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, dan
persendian, nyeri uluhati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya
manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III. IV), melena atau hematemesis.
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak biasanya mengalami
e. Riwayat Imunisasi
57
timbulnya koplikasi dapat dihindarkan.
f. Riwayat Gizi
Status gizi anak DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik
maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat factor predisposisinya. Anak yang
menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah dan tidak nafsu makan.
Apabila kondisi berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang
mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status
gizinya berkurang.
g. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
h. Pola Kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, nafsu makan berkurang dan menurun.
2) Eliminasi (buang air besar): kadang-kadang anak yang mengalami diare atau
3) Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit
atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun
istirahatnya berkurang.
aegypty.
5) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga
kesehatan.
i. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung
58
rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan anak adalah
sebagai berikut :
spontan petechie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak
teratur.
3) Grade III yaitu kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah,
4) Grade IV yaitu kesadaran coma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tekanan
darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan
j. Sistem Integumen
1) Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin,
dan lembab
3) Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam,
mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan atau epitaksis pada grade
II,III,IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering , terjadi perdarahan
4) Dada : bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada poto thorak terdapat
cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales +, ronchi +,
59
5) Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati atau
k. Pemeriksaan laboratorium
hiponatremia
2. Diagnosa Keperawatan
muncul pada kasus DHF yaitu (Erdin 2018) (SDKI DPP PPNI 2017) :
60
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandaidengan pasien
mengeluh nyeri
Berikut adalah uraian dari diagnosa yang timbul bagi pasien dengue
1) Pengertian
2) Penyebab
a) Penurunan energi
b) Sindrom hipoventilasi
c) Kecemasan
a) Subjektif
(1) Dispnea
b) Objektif
61
(1) Penggunaan otot bantu pernapasan
cheyne stokes)
Kriteria Minor
a) Subjektif
(1) Ortopnea
b) Objektif
b. Hipertermia (D.0130)
1) Pengertian
2) Penyebab
62
b) Objektif
Kriteria Minor
b) Objektif
(2) Kejang
(3) Takikardi
(4) Takipnea
1) Pengertian
aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
2) Penyebab
a) Subjektif
b) Objektif
(3) Gelisah
63
(4) Frekuensi nadi meningkat
b) Objektif
(7) Diaforesis
1) Pengertian
2) Penyebab
b) Objektif
(1) Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang idealKriteria Minor
a) Subjektif
64
(2) Kram/nyeri abdomen
b) Objektif
(5) Sariawan
(8) Diare
e. Hipovolemia (D.0023)
1) Pengertian
2) Penyebab
b) Objektif
65
(4) Tekanan nadi menyempit
Kriteria Minor
a) Subjektif
b) Objektif
1) Pengertian
2) Penyebab
b) Kelemahan
a) Subjektif
66
(1) Mengeluh lelah
b) Objektif
Kriteria Minor
a) Subjektif
b) Objektif
(4) Sianosis
1) Pengertian
2) Penyebab
a) Subjektif
b) Objektif
67
(2) Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalahKriteria Minor
b) Objektif
h. Ansietas (D.0080)
1) Pengertian
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak jelas
2) Penyebab
a) Krisis situasional
a) Subjektif
b) Objektif
68
a) Subjektif
(2) Anoreksia
(3) Palpitasi
b) Objektif
(4) Diaforesis
(5) Tremor
1) Pengertian
2) Faktor Risiko
c) Proses keganasan
69
j. Risiko syok (D.0039)
1) Pengertian
2) Faktor Risiko
a) Hipoksemia
b) Hipoksia
c) Hipotensi
SIRS)
3. Intervensi Keperawatan
luaran (outcome) yang diharapkan (SIKI DPP PPNI 2018) (SLKI DPP PPNI
2019).
Kriteria Hasil :
2) Dispneu menurun
Intervensi :
Observasi
70
a) Monitor pola napas (frekuensi, usaha napas)
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Kriteria Hasil:
1) Menggigil menurun
Intervensi :
Observasi
penggunaan incubator)
71
d) Monitor haluaran urineTerapeutik
abdomen, aksila)
Edukasi
2) Meringis menurun
3) Gelisah menurun
Observasi
72
e) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis,terapi musik,
Kriteria Hasil:
Observasi
73
i) Berikan suplemen makanan, jika perlu
Edukasi
diprogramkan Kolaborasi
jika perlu
m) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori danjenis nutrient
teratasi
Kriteria Hasil :
4) Kadar Hb
membaik
Intervensi :
Observasi
a) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis, frekuensi nadi meningkat, nadi terasa
lemah)
75
d) Anjurkan memperbanyak asupan cairan
oral Kolaborasi
Observasi
kunjungan)
berkurang Kolaborasi
76
Pengetahuan klien/ keluarga bertambah.
Kriteria Hasil :
2) meningkat
Observasi
informasi Edukasi
dan sehat
Kriteria Hasil :
3) Konsentrasi membaikIntervensi :
Observasi
Terapeutik
77
d) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Edukasi
Kriteria Hasil:
2) Hemoglobin membaik
3) Hematokrit membaikIntervensi :
Observasi
c) Monitor tanda-tanda
vital Terapeutik
perdarahan Edukasi
78
j) Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
Kriteria Hasil:
Observasi
Edukasi
f) Anjurkan melapor jika menemukan atau merasakan tanda dangejala awal syok
4. Implementasi Keperawatan
yang telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka membantu
79
5. Evaluasi Keperawatan
seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian
proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu
masalah.
80
LAPORAN PENDAHULUAN VOMITING
w. Definisi
paksa melalui mulut disertai kontraksi lambung. Pada anak biasanya sulit
untuk mendeskripsikan mual, mereka lebih sering mengeluh sakit perut atau
keluhan umum lainnya. Muntah pada bayi dan anak dapat terjadi secara
reflek emetic (gerakan yang menimbulkan mual). Terdapat dua type muntah
akut dan kronis. Batasan muntah kronis apabila muntah lebih dua minggu.
(Judith, M. S.2004;203).
merupakan kejadian yang sangat komplek pada manusia, yang terdiri dari tiga
aktivitas yang saling terkait, nausea, retching, dan pengeluaran isi lambung
(expulsion).
x. Etiologi
Pembahasan etiologi muntah pada bayi dan anak berdasarkan usia adalah
sebagai berikut
Usia 0 – 2 Bulan:
1. Kolitis Alergika
81
Alergi terhadap susu sapi atau susu formula berbahan dasar kedelai.
3. Refluks Esofageal
sering terjadi pada neonatus; secara klinis penting bila keadaan ini
Rewel atau letargi disertai dengan distensi abdomen, trauma lahir dan
80% dari kasus ini ditemukan pada bulan pertama kehidupan, kebanyakan
6. Ileus mekonium
fibrosis.
7. Necrotizing Enterocolitis
hipoksia saat lahir. Dapat disertai dengan iritabilitas atau rewel, distensi
8. Overfeeding
82
Regurgitasi dari susu yang tidak dapat dicerna, wet-burps sering pada bayi
dengan kelebihan berat badan yang diberi air susu secara berlebihan.
9. Stenosis pylorus
wanita adalah 5:1 dan keadaan ini sering terjadi pada anak laki-laki
1. Tumor otak
2. Ketoasidosis diabetikum
3. Korpus alienum
4. Gastroenteritis
Sangat sering terjadi; sering adanya riwayat kontak dengan orang yang
5. Trauma kepala
intrakranial.
6. Hernia inkarserasi
83
Onset dari menangis, anoreksia dan pembengkakan skrotum yang terjadi
tiba-tiba.
7. Intussusepsi
gastroenteritis.
8. Posttusive
Seringkali, anak-anak akan muntah setelah batuk berulang atau batuk yang
dipaksakan.
9. Pielonefritis
1. Appendisitis
konstipasi.
2. Kolesistitis
3. Hepatitis
84
Terutama disebabkan oleh infeksi virus atau akibat obat; pasien mungkin
mempunyai riwayat buang air besar berwarna seperti dempul atau urin
5. Intoksikasi
Lebih sering terjadi pada anak yang sedang belajar berjalan dan remaja.
6. Migrain
Nyeri kepala yang berat; sering terdapatnya aura sebelum serangan seperti
7. Pankreatitis
kolelitiasis.
8. Ulkus peptikum
Pada remaja, ratio wanita: pria = 4:1. Nyeri epigastrium kronik atau
- mual,
85
- sakit perut,
- demam,
- perut kembung,
- berkunang-kunang,
- banyak berkeringat,
z. Klasifikasi
Stimulus untuk pusat muntah datang dari kortek, nucleus vestibularis atau
- Umur penderita
bawaan yang tidak terlalu berat menjadi manifest padaperiode akhir bayi.
Intoleransi makanan yang tampak pada periode bayi timbul setelah bayi
86
dimana usus lebih permiabel terhadap antigen yang intak dibandingkan
pada anak yang lebih besar. Pada bayi dapat juga muncul non-pathogenic
regurgitant reflux.
- Sindroma muntah
- Muntah siklik
- Muntah psikogenik
pengaruh yang kuat dari kortek, faktor psikologi yang merangsang mual
- Ruminasi
- Abdominal migraine
87
Suatu sindrom dengan gejala abdominal periodic. Nyeri epigastric atau
aa. Patofisiologi
Aktifitas muntah ditandai adanya siklus retching yang diikuti ekpulsi kuat isi
tetap atoni yang terisi material refluk dari usus halus. Otot abdomen mulai
kontraksi menekan lambung dan memeras isi lambung kefundus dan bagian
bawah esophagus. Pada fase ini fundus dapat herniasi kedalam kavum torak
oleh tekanan abdominal pada LES. Dengan relaksasi kontraksi abdomen dan
pendek lebih ritmis dengan kekuatan tinggi sehingga esophagus tidak sempat
dalam siklus tersebut memicu keluarnya isi lambung, kejadian ini sudah
terjadi dimana esophagus masih penuh dan terkait dengan elevasi diafragma
yang membuat tekanan positif di kavum torak dan abdomen. Kejadian ini
diikuti fleksi spinal, mulut terbuka lebar, elevasi palatum mole, relaksasi
Zone (CTZ) dan Central Vomiting Centre (CVC). CTZ terletak diarea
postrema pada
88
dasar ujung kaudal Ventrikel IV diluar sawar otak (blood brain barrier).
disirkulasi darah atau dalam cairan serebrospinal. Efferent dari CTZ akan
menuju ke CVC, dari tempat ini serentetan kegiatan motorik muntah dimulai
gastrointestinal yang terkait dengan muntah dimulai dari eferen vagal dan
penyakit atau keadaan yang dapat memberikan gejala muntah antara lain:
disease, intoleransi fruktosa. Infeksi akut yang dapat memberi gejala muntah
misalnya gastroenteritis, otitis media akut, ISK, infeksi saluran nafas, sepsis.
dua kategori: bilous dan nonbilous. Muntah bilous terjadi apabila muntahan
berwarna kehijauan disertai seluruh isi lambung. Meskipun beberapa isi usus
halus mengalami refluks ke dalam lambung adalah umum terjadi pada semua
kasus muntah, pada muntah nonbilous, aliran usus antegrade dapat terjadi,
obstruksi,
89
muntah nonbilous mengindikasikan obstruksi terjadi proksimal dari ampula
anak besar.
90
Pusat muntah
terdapat dalam
batang otak
91
Pemeriksaan laboratorium
- Darah lengkap
1. Elektrolit serum pada bayi dan anak yang dicurigai mengalami dehidrasi.
2. Urinalisis, kultur urin, ureum dan kreatinin untuk mendeteksi adanya infeksi
3. Asam amino plasma dan asam organik urin perlu diperiksa bila dicurigai
5. Faal hepar, amonia serum, dan kadar glukosa darah perlu diperiksa bila
6. Amilase serum biasanya akan meningkat pada pasien pankreatitis akut. Kadar
7. Feses lengkap, darah samar dan parasit pada pasien yang dicurigai
- Ultrasonografi
Dilakukan pada pasien dengan kecurigaan stenosis pilorik, akan tetapi dua
92
1. Posisi supine dan left lateral decubitus digunakan untuk mendeteksi
2. Gambaran air-fluid levels menandakan adanya obstruksi tetapi tanda ini tidak
- Barium meal
air. Dilakukan bila curiga adanya kelainan anatomis dan atau keadaan yang
- Barium enema
Untuk mendeteksi obstrusi usus bagian bawah dan bisa sebagai terapi pada
intususepsi.
cc. Penatalaksanaan
gastroenteritis akut dengan muntah, obat rehidrasi oral biasanya sudah cukup
93
Pengobatan muntah ditujukan pada penyebab spesifik muntah yang dapat
penyebab yang jelas tidak dianjurkan. Bahkan kontraindikasi pada bayi dan
sickness), mual dan muntah pasca operasi, kemoterapi kanker, muntah siklik,
94
dd. Masalah keperawatan dan data pendukung
95
- Gangguan pada esofagus - Merasa ingin muntah
- Distensi lambung - Tidak berminat makan
- Iritasi lambung - Merasa asam dimulut
- Gangguan pancreas - Sensasi panas dingin
- Peregangan kapsul limpa - Sering menelan
- Tumor terlokalisasi
- Peningkatan tekanan
intraabdominal Obyektif
- Penekanan tekanan intracranial - Saliva meningkat
- Peningkatan tekanan - Pucat
intraorbital - Diaphoresis
- Mabuk perjalanan - Takikardia
- Kehamilan - Pupil dilatasi
- Aroma tidak sedap
- Rasa makanan yang tidak enak
- Stimulus penglihatan tidak
menyenangkan
- Faktor psikologis
4 Perfusi perifer tidak - hiperglikemia Subyektif Perfusi perifer tidak efektif
efektif - penurunan konsentrasi berdasarkan dengan
haemoglobin - parastesia
kurang terpapar informasi
- peningkatan tekanan darah - nyeri ekstremitas
tentang faktor pemberat
- kekurangan volume cairan dan proses penyakit
- penurunan aliran arteri dana Obyektif dibuktikan dengan nyeri
tau vena ekstremitas
- kurang terpapar informasi - pengisian kapiler >3 detik
tentang faktor pemberat dan - nadi perifer menurun atau tidak
proses penyakit teraba
- kurang aktifitas fisik - warna kulit pucat
- turgor kulit menurun
- edema
- penyembuhan luka lambat
96
5 Ansietas - krisis situasional Subyektif Ansietas berhubungan
- kebutuhan tidak terpenuhi dengan krisis situasional
- krisis maturasional - merasa bingung
dibuktikan dengan merasa
- ancaman terhadap konsep diri - merasa khawatir dengan akibat
kawatir dengan kondisi
- ancaman terhadap kematian dari kondisi yang dihadapi
- sulit berkonsentrasi yang dihadapi
- kekhawatiran mengalami
kegagalan - mengeluh pusing
- disfungsi sistem keluarga Obyektif
- hubungan orang tua- anak - Tampak gelisah
tidak memuaskan - Tampak tegang
- faktor krturunan - Sulit tidur
- penyalahgunaan zat - Frekuensi napas meningkat
- terpapar bahaya lingkungan - Frekuensi nadi meningkat
- kurang terpapar informasi - Diaphoresis
- Tremor
- Muka tampak pucat dll
97
- hitung kebutuhan cairan
- berikan posisi modified Trendelenburg
- berikan asupan cairan oral
Edukasi
- anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
- anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian vcairan IV isotonis , hipotonis, koloid,
pemberian produk darah
2 Manajeman Nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Observasi: 3x24 jam status nutrisi terpenuhi dengan
kriteria porsi makanan yang dihabiskan
- Identifikasi status nutrisi
meningkat, BB meningkat, Frekuensi makan
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
meningkat, nafsu makan meningkat,
- Identifikasi perlunya penggunaan selang NG
perasaan cepat kenyang menurun
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
Terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
- Sajikan makanan yang menarik dan suhu yang sesuai
- Hentikan pemberian makanan melalui selang NG jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan
Promosi Berat Badan
Observasi
- Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
98
- Monitor adanya mual dan muntah
Terapeutik
- Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien
- Berikan
Terapeutik:
- Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual (mis bau tidak sedap,
suara, dan rangsangan visual yang tidak menyenangkan)
Edukasi
- Anjurkan istirahat yang cukup
- Anjurkan makanan yang tinggi karbohidrat dan rendah lemak
99
Terapeutik
- hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan
perfusi
- hindari pengukuran tekakan darah pada ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
- hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area cedera
- lakukan pencegahan infeksi
- lakukan hidrasi
Edukasi
- anjurkan berhenti merokok
- anjurka olahraga rutin
Edukasi
- Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
- Anjurkan keluarga tetap bersama pasien
10
0
b. Daftar Pustaka
Aesculapius
PPNI.
DPP PPNI.
98
RESUME KEPERAWATAN DI INSTALASI GAWAT DARURAT
RSUD LAWANG MINGGU I
100
Nama : Tn. J Nama Mahasiswa : Setiajeng Putriani
No. Reg :11.34.70 Tanggal : 22 Juni 2021
Dx. Medis : Broncho Pnemonia Ruang : IGD
101
tampak bercak 4) Lakukan penghisapan lendir mulut dengan bibir
pada perihiler kurang dari 15 detik dibulatkan selama 8
kanan kiri dan 5) Berikan oksigen , jika perlu detik
Edukasi
1) Anjurkan asupan cairan 2 L/hr
parakardial kanan, jika tidak ada kontraindikasi - Menganjurkan S : 36,5 CSpO2 92%
diafragma sisi 2) Anjurkan teknik batuk efektif mengulangi tarik A: Masalah belum
kanan setinggi Kolaborasi napas dalam teratasi P:Intervensi
kosta 12 Kolaborasi pemberian sebanyak 3 kali dilanjutkan di ruang
fosterior bronkodilator,ekspetorant,mukolitik - Menganjurkan rawat inap (pindah
Hasil : jika perlu batuk dengan kuat Ruang Anggrek)
pneumonia langsung setelah
tarik napas dalam
yang ke 3
- Melakukan
nebulaser pulmicort
- Menganjurkan
keluarga untuk
selalu mendampingi
pasien saat proses
pengobatan
102
Nama : An. L Nama Mahasiswa : Setiajeng Putriani
No. Reg : 09.53.37 Tanggal : 23 Juni 2021
Dx. Medis : Vomiting Ruang : IGD
Data Data Obyektif Diagnosa Intervensi Implementasi Evaluasi
Subyektif Keperawatan
- Ibu - k/u cukup Defisit nutrisi Observasi: - Identifikasi status - ibu mengatakan
pasien - GDA 76 mg/dl berhubungan - Identifikasi status nutrisi nutrisi pagi inipasien
mengatak dengan - Identifikasi alergi dan intoleransi - Identifikasi alergi muntah susu 2 kali
an sejak TTV keengganan makanan dan intoleransi - saat pengkajian ibu
kemaren Suhu : 37,8 C untuk makan - Monitor asupan makanan makanan mengatakanpasien
muntah Nadi : 100 dibuktikan - Monitor berat badan - Monitor asupan belum bisamakan
kurang x/i RR : 20 x/i dengan nafsu Terapeutik makanan hanya minum susu
lebih 10 Spo2 : 98% makan - Lakukan oral hygiene sebelum - Monitor berat 1 gelas
kali per BB : 13,65 kg menurun makan, jika perlu badan
hari yang - Sajikan makanan yang menarik dan - Lakukan oral O:
dimuntah suhu yang sesuai hygiene sebelum - k/u cukup
kan Kolaborasi makan, jika perlu - Mukosa bibirtampak
adalah - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk - Sajikan makanan kering
makanan menentukan jumlah kalori dan jenis yang menarikdan - Kebutuhan cairan
dan nutrient yang dibutuhkan suhu yang sesuai pasien1185
minuman Promosi Berat - Kolaborasi ml/24
, pasien Badan Observasi dengan ahli gizi Jam
mengeluh - Identifikasi kemungkinan penyebab untuk - Pasien terpasang
perutnya BB kurang menentukan infus Kaen 3B
sakit Monitor adanya mual jumlah kalori dan 1000cc/24jam
- Ibu dan muntah jenis nutrient - Pasien mendapatkan
mengatak yang dibutuhkan diet TKTP
103
an Monitor adanya TTV
anaknya mual dan muntah Suhu : 37,2CNadi : 96
lebih x/iRR : 20 x/i Spo2 :
kurus 98%
dari BB : 13,70
biasanuy kg
a
A: masalahteratasi
sebagian
P: Lanjutkan
Intervensi pasien
pindah ruang
Anggrek
104
Nama : An. s Nama Mahasiswa : Setiajeng Putriani
No. Reg : 12.55.71 Tanggal : 24 Juni 2021
Dx. Medis : DHF Ruang : IGD
105
Nama : Ny. S Nama Mahasiswa : Setiajeng Putriani
No. Reg : 05.56.09 Tanggal : 25 Juni 2021
Dx. Medis : DM Tipe 2 Ruang : IGD
106
RR:22 dengan pasien sebagian
x/menit
GDA: 300 P: Lanjutkan
mg/dl Intervensi(Pasien
pindah Ruang
Geranium)
107
RESUME KEPERAWATAN DI INSTALASI GAWAT DARURAT
108
GDA< 200 - Identifikasi memperberat dan - TTV:
mg/dl faktor yang meperingan nyeri TD 130/90 mmHg
memperberat dan - Identifikasi N: 86 x/menit
TTV meperingan pengetahuan dan RR: 20 x/menit
Suhu : 36,5 C nyeri keyakinan S 36,5 C
Nadi : 90 x/i - Identifikasi terhadap nyeri
RR : 20 x/i pengetahuan dan - mengidentifikasi A: masalah teratasi sebagian
BB : 67 kg keyakinan pengaruh nyeri
TB 160 terhadap nyeri pada kualitas P: Lanjutkan Intervensi
cm - Identeifikasi hidup
pengaruh nyeri - kolaborasi
pada kualitas pemberian
hidup analgesic: pragesol
- Monitor efek 1g IV
samping - Monitor efek
penggunaan samping
analgetik penggunaan
analgetik
Edukasi
- Mengajarkan
- Ajarkan teknik
teknik relaksasi
nonfarkalogis
distraksi
untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian analgetik
109
Nama : Tn. K Nama Mahasiswa : Setiajeng Putriani
No. Reg :09.77.54 Tanggal : 29 Juni 2021
Dx. Medis : DM Ruang : IGD
Data Data Obyektif Diagnosa Intervensi Implementasi Evaluasi
Subyektif Keperawatan
pasien - k/u cukup Ansietas Observasi: - Monitoring S:
mengeluh - pasien puasa tanda tanda pasien mengatakan
- Monitor tanda- tanda ansietas ansietas sedikit cemas
cemas 6 jam karena gula darah
- Menciptakan
karena gula - terdapat luka Terapeutik: masih tinggi
suasan nyaman
darah tidak gangren di - Ciptakan suasana terapetik untuk dan saling padahal tidak
kunjung telapak kaki, menumbuhkan kepercayaan percaya antara makan apa- apa,
- Gunakan pendekatan yang tenang petugas dan tapi akan mencoba
turun dan bau (+)
dan meyakinkan pasien tenang agar segera
takut - GDA 345 - Motivasi mengidentifikasi situasi yang - Menanyakan operasi
operasi mg/dl memicu kecemasan tentang kesulitan
ditunda. - pasien O:
Pasien TTV Edukasi Menjelaskan - Pasien tampak
mengatakan - Informasikan secara faktual tentang diagnosis mengerti
Suhu : 37 C mengenai diagnosis, pengobatan, dan penjelasan pasien
semalam dan prosedur yang
Nadi : 90 x/i prognosis akan dilaksanakan - Istri tampak selalu
- Anjurkan keluarga tetap bersama pasien oleh dokter bahwa bersama pasien
bila pasien tenang -
110
tidak bisa RR : 21 x/i kemungkinan besar - TTV:
tidur. akan mempengaruhi TD 130/80 mmHg
BB : 74 kg penurunan gula N: 84 x/menit
TB 168 darah dan pasien RR: 20 x/menit
cm sudah diberi obat S 36,5 C
novorapid agar gula A: masalah teratasi
darah turun, bila sebagian
gula darah turun
pasien akan P: Lanjutkan
langsung masuk Intervensi di
ruang operasi ruangan
111
Nama : Nn. M Nama Mahasiswa : Setiajeng Putriani
No. Reg : 11.25.76 Tanggal : 30 Juni 2021
Dx. Medis : Vomiting Ruang : IGD
Data Data Obyektif Diagnosa Intervensi Implementasi Evaluasi
Subyektif Keperawatan
DS: DO: Nausea Observasi: - Identifikasi S:
pengalaman pasien mengatakan
pasien - k/u lemah - Identifikasi pengalaman mual mual berkurang,
mual
mengatakan - pasien sadar - Identifikasi isyarat nonverbal tapi hidung
merasa mual penuh - Identifikasi
ketidaknyamanan (mis bayi, anak- tenggorokan terasa
dan muntah - pasien puasa dampak mual
anak dan mereka yang tidak dapat tidak enak karena
sejak tiga terhadap
berkomunikasi secara efektif) ada selang
hari yang kualitas hidup
TTV - Identifikasi dampak mual - Monitor mual O:
lalu. terhadap kualitas hidup (mis.
- Kendalikan - k/u lemas
Keluarga TD :100/90 Nafsu makan, aktifitas, kinerja,
faktor - pasien tirah
mengatakan mmHg tanggung jawab, peran dan tidur)
lingkungan baring
pasien tidak - Monitor mual (mis frekuensi, durasi
pernah jatuh Suhu : 37,3 C penyebab mual - pasien terpasang
tingkat keparahan) NGT dengan
tapi pernah - Kolaborasi
Nadi : 130 x/i produksi warna
dipijat hari pemberian
Terapeutik: kuning
kamis di RR : 24 x/i omeprazole dan
- Kendalikan faktor lingkungan
area ondancentron iv
BB : 16,5 kg penyebab mual (mis bau tidak - TTV
perutnya. - Anjurkan
sedap, suara, dan rangsangan visual TD :110/70
TB : 120 cm istirahat yang
yang tidak menyenangkan) mmHg
cukup
112
SpO2 : 99% Edukasi Suhu : 37 C
dengan O2 nasal - Anjurkan istirahat yang cukup
3lpm Nadi : 100 x/i
- Anjurkan makanan yang tinggi
karbohidrat dan rendah lemak RR : 22 x/i
BB : 16,5 kg
TB : 120 cm
SpO2 : 99%
dengan O2 nasal
3lpm
A: masalah teratasi
sebagian
P: Lanjutkan
Intervensi
113
Nama : An. L Nama Mahasiswa : Setiajeng Putriani
No. Reg : 09.77.65 Tanggal : 01 Juli 2021
Dx. Medis : Febris Ruang : IGD
Data Data Obyektif Diagnosa Intervensi Implementasi Evaluasi
Subyektif Keperawatan
DS: DO: Hipertermi Termoregulasi - Identifikasi penyebab S:
hipertermia pasien mengatakan tubuhnya
Pasien - k/u lemah Observasi - Monitor suhu tubuh banyak berkeringat
- Identifikasi - Monitor haluan urin O:
mengatakan - pasien sadar penyebab
mengeluh - Monitor komplikasi - k/u lemas
penuh hipertermia (mis. akibat hipertermia - pasien tirah baring
demam sejak - permukaan Dehidrasi)
- Anjurkan tirah baring - urin produksi 300 ml/ 9 jam
3 hari yang kulit teraba - Monitor suhu tubuh
- Kolaborasi pemberian - TTV
lalu. - Monitor kadar
lembab cairan dan inj metamizol TD :110/70 mmHg
elektrolit
berkeringat - Monitor haluan urin Suhu : 37 C
dan teraba - Monitor komplikasi
panas akibat hipertermia Nadi : 100 x/i
TTV Terapeutik
- Sediakan RR : 22 x/i
TD :100/90 lingkungan yang BB : 16,5 kg
mmHg dingin
TB : 120 cm
114
Suhu : 37,3 C - Longgarkan atau SpO2 : 99% dengan O2 nasal
lepaskan pakaian 3lpm
Nadi : 130 x/i
- Basahi dan kipasi
permukaan tubuh A: masalah teratasi sebagian
RR : 24 x/i P: Lanjutkan Intervensi
- Berikan cairan oral
BB : 16,5 kg - Hindari pemberian
TB : 120 cm antipiretik atau
aspirin
SpO2 : 99% - Berikan oksigen jik
dengan O2 nasal perlu
3lpm Edukasi
- Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika
perlu
115
Nama : Sdr. C Nama Mahasiswa : Setiajeng Putriani
No. Reg : 12.51.88 Tanggal : 02 Juli 2021
Dx. Medis : Gastritis Ruang : IGD
Data Data Obyektif Diagnosa Intervensi Implementasi Evaluasi
Subyektif Keperawatan
pasien DO: Nyeri akut Observasi: - mengidentifikasi S:
mengatakan lokasi, karakteristik, pasien mengatakan terasa
- k/u lemah - Identifikasi lokasi, durasi, frekuensi, nyeri sedikit berkurang
merasa nyeri karakteristik, karena diberi obat, nyeri
- pasien sadar kualitas, intensitas
perut sejak tiga durasi, frekuensi, nyeri terasa di sekitar perut tengah
penuh kualitas, intensitas
hari yang lalu, - mengidentifikasi dan kanan skala nyeri 5,
- pasien tampak nyeri perut terasa panas
Keluarga skala nyeri
tidak banyak - Identifikasi skala O:
mengatakan - mengidentifikasi
bicara karena nyeri respons nyeri non - k/u lemas
pasien tidak - Identifikasi
nyeri perut yang verbal - pasien posisi terlentang
pernah jatuh respons nyeri non
dirasakan - mengidentifikasi - pasien menggunakan O2
verbal nasal 3lpm
faktor yang
- nyeri tekan - Identifikasi faktor memperberat dan - TTV
abdomen yang memperberat meperingan nyeri TD :110/70 mmHg
dan meperingan
- + + - Identifikasi
nyeri Suhu : 37 C
pengetahuan dan
- - + - Identifikasi keyakinan terhadap
pengetahuan dan Nadi : 100 x/i
nyeri
- + + keyakinan terhadap RR : 22 x/i
nyeri
116
- Identeifikasi - mengidentifikasi BB : 16,5 kg
pengaruh nyeri pengaruh nyeri pada
TB : 120 cm
pada kualitas hidup kualitas hidup
- Monitor efek - kolaborasi SpO2 : 99% dengan O2
samping pemberian nasal 3lpm
penggunaan analgesic:
TTV
analgetik metamizol IV
TD :100/90 - Monitor efek A: masalah teratasi sebagian
mmHg Edukasi samping P: Lanjutkan Intervensi
- Ajarkan teknik penggunaan
Suhu : 37,3 C nonfarkalogis untuk analgetik
Nadi : 130 x/i mengurangi nyeri - Mengajarkan teknik
relaksasi distraksi
RR : 24 x/i Kolaborasi
- Kolaborasi
BB : 16,5 kg pemberian analgetik
TB : 120 cm
SpO2 : 99%
dengan O2 nasal
3lpm
117
Kasus (vignete)
Seorang pasien umur 56 th di bawah keluarganya ke IGD dengan keluhan batuk berdahak
dan sesak sejak 2 hari yang lalu dan dada terasa sakit, retraksi dada +, pasien menggunakan
otot bantu nafas, terdengar ronchi di setiap lapang paru, TTV: TD 106/67 RR 29 x/I SpO2
91%
Pertanyaan soal
Pilihan Jawaban
B. Nyeri akut
D. Hipovolemia
E Kecemasan
Kunci Jawaban : A
118
Kasus (vignete)
Seorang pasien umur 6 tahun mengeluh nafsu makan menurun, muntah sejak kemarin,
muntah kurang lebih 10 kali per hari, muntah berupa makanan dan minuman, pasien juga
mengeluh sakit perut dengan skala 5. TTV: Suhu 37,8 C, Nadi 100 x/I, SpO2 98%
Pertanyaan soal
Apakah diagnosa keperawatan menurut SDKI yang tepat dari kasus tersebut?
Pilihan Jawaban
Kunci Jawaban : C
119
SATUAN ACARA PENYULUHAN
ETIKA BATUK
OLEH :
SETIAJENG PUTRIANI
NIM: 2021001801
120
BAB I
PENDAHULUAN
dan budaya yang ada di Negara tercinta ini sangat mempengaruhi tingginya
kejadian infeksi. Dalam kehidupan sehari- hari tanpa sadar reflek batuk/ bersin
sering terjadi, hal ini normal terjadi tetapi efeknya menjadi tidak normal
apabila kita tidak menyadari atau akibat yang ditimbulkan dari batuk yang
dapat mengeluarkan spora dari mulut kita. Etika batuk adalah hal yang perlu
kita ketahui bersama dalam proses pencegahan infeksi yang saat ini marak
digunakan.
1.2 Tujuan
diharapkan:
121
4. Dapat menambah wawasan pasien tentang kebiasaan batuk yang salah.
5. Dapat menambah wawasan pasien tentang batuk yang baik dan benar.
1.3 Manfaat
122
BAB II
ETIKA BATUK
2.7 Uraian
123
NO TAHAPAN WAKTU PENYULUHAN PESERTA
1. Pembukaan 5 menit 1) Memperkenalkan diri Memperhatikan
2) Mengenalkan topik yang
akan dibahas
3) Menyampaikan tujuan
4) A persepsi
2. Pengembangan 15 menit Pembahasan materi Memperhatikan
1) Menjelaskan pengertian dan peserta aktif
etika batuk bertanya
2) Menyebutkan tujuan etika
batuk.
3) Menyebutkan penyebab
batuk.
4) Menyebutkan kebiasaan
batuk yang salah.
5) Menjelaskan cara batuk
yang baik dan benar.
3. Penutup 5 menit 1. Melaksanakan evaluasi Memperhatikan
sederhana. dan menjawab
pertanyaan
124
BAB III
MATERI PENYULUHAN
3.1 Pengertian
Batuk dalam bahasa latin disebut tussis adalah refleks yang dapat terjadi
mikroba. Batuk dapat terjadi secara disengaja maupun tanpa disengaja (Pavord,
2008).
Etika batuk merupakan tata cara batuk yang baik dan benar dengan cara
3.3.2 Alergi terhadap benda asing, seperti debu, asap, makanan dan cairan.
125
3.5.1 Tidak menutup mulut saat batuk atau bersin di tempat umum
3.5.2 Tidak mencuci tangan setelah digunakan untuk menutup mulut atau
tempat
3.6.1 Tutup hidung dan mulut anda dengan menggunakan tisu/ saputangan
3.6.2 Segera buang tisu yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah
3.6.3 Cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun atau pencuci
126
DAFTAR PUSTAKA
127
ETIKA
BATUK BATUK
????? TUJUAN ETIKA BATUK TATA CARA BATUK YANG BENAR
merupakan tata cara batuk Untuk pencegahan dan pengendalian Tutup hidung dan mulut anda dengan
yang penyebaran patogen dari pasien yang menggunakan tisu/ saputangan atau lengan
Batukbaik danrefleks
adalah benar yang
dalam baju anda
dengan cara menutup terinfeksi. Etika batuk harus diterapkan di
dapat terjadi secara tiba-
hidung dan mulut dengan semua bagian rumah sakit, di lingkungan
tiba dan sering berulang-
tissue atau rumah sakit dan lingkungan rumah.
ulang, yang bertujuan
lengan baju.
untuk membantu
membersihkan saluran
pernapasan dari lendir, PENYEBAB BATUK
iritasi, partikel asing dan Infeksi saluran pernafasan Segera buang tisu yang sudah dipakai ke
mikroba. Batuk dapat dalam tempat sampah
Alergi terhadap benda asing, seperti debu,
terjadi secara disengaja
asap, makanan dan cairan.
maupun tanpa
disengaja (Pavord, 2008).
128
Cuci tangan dengan menggunakan air
bersih dan sabun atau pencuci tangan
berbasis alcohol ETIKA BATUK
Gunakan masker.
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KEPANJEN
MALANG 2021
129
LAMPIRAN LOGBOOK MINGGU KE I
LOGBOOK KEGIATAN
Putriani
( ) ( )
Hardiyanto, S. Kep.,Ns.,M.Kep
130
LOGBOOK KEGIATAN
Putriani
( ) ( )
Hardiyanto, S. Kep.,Ns.,M.Kep
131
LOGBOOK KEGIATAN
Putriani
( ) ( )
Hardiyanto, S. Kep.,Ns.,M.Kep
132
LOGBOOK KEGIATAN
Putriani
( ) ( )
Hardiyanto, S. Kep.,Ns.,M.Kep
133
LOGBOOK KEGIATAN
Putriani
( ) ( )
Hardiyanto, S. Kep.,Ns.,M.Kep
134
LAMPIRAN LOGBOOK MINGGU KE II
LOGBOOK KEGIATAN
Putriani
( ) ( )
Hardiyanto, S. Kep.,Ns.,M.Kep
135
LOGBOOK KEGIATAN
Putriani
( ) ( )
Hardiyanto, S. Kep.,Ns.,M.Kep
136
LOGBOOK KEGIATAN
Putriani
( ) ( )
Hardiyanto, S. Kep.,Ns.,M.Kep
137
LOGBOOK KEGIATAN
Putriani
( ) ( )
Hardiyanto, S. Kep.,Ns.,M.Kep
138
LOGBOOK KEGIATAN
Putriani
( ) ( )
Hardiyanto, S. Kep.,Ns.,M.Kep
139