Disusun Oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat-Nya saya
dapat melaksanakan dan Menyusun laporan small grup discussion (SGD). LBM 4 yang berjudul
“Batuk tak henti”. Ini tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan Laporan SGD LBM 1 ini, saya menyadari bahwa laporan ini
sepenuhnya masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan dalam proses
penyusunannya. Hal ini diakibatkan karena masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan
penulis. Penulis menyadari tanpa adanya bimbingan dan petunjuk dari semua pihak tidaklah
mungkin hasil Laporan SGD LBM 1 ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.
Pada Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
• Tuhan Yang Maha Esa, berkat Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan Laporan SGD LBM 1 ini selesai dengan maksimal
• Selaku fasilitator dalam SGD kelompok 1, atas segala masukan, bimbingan dan
kesabaran dalam menghadapi keterbatasan penulis.
• Seluruh anggota SGD Kelompok 1 yang telah membantu dalam proses SGD
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna dan perlu pendalaman lebih
lanjut. Oleh karena itu, penulis memohon maaf sebesar-besarnya apabila ditemukan kesalahan dari
laporan berikutnya ini saat dibaca. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi seluruh kalangan.
Penulis
BAB I
SKENARIO
Seorang laki-laki berusia 32 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan batuk berdahak
sejak 6 minggu yang lalu, dahak berdarah sejak 1 minggu terakhir. Keluhan disertai demam ringan,
nafsu makan menurun, berat badan pasien dirasa makin lama makin menurun dan keringat banyak
terutama pada malam hari. Teman kerja pasien menderita penyakit yang sama. Pasien tidak
mendapati imunisasi sejak lahir. Pada pemeriksaan perkusi paru didapatkan keredupan di apeks
paru kiri, auskultasi rochi pada kedua apex paru. Pasien mengaku orang tua pasien sedang
konsumsi obat paket dari Puskesmas. Pasien menanyakan kepada dokter untuk kemungkinan
penularan dan pencegahan penularan penyakit tersebut.
DESKRIPSI MASALAH
Berdasarkan skenario diatas didapatkan masalah bahwa seorang laki-laki berusia 32 tahun
mengalami gejala batuk berdahak yang berkepanjangan yang sudah dialami selama 6 bulan dan
seminggu terakhir mulai muncul batuk berdarah yang disertai dengan demam ringan, nafsu makan
yang menurun, dan berat badan yang menurun. Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan adanya
auskultasi ronchi pada kedua apex paru dan didapatkan adanya suara redup pada saat perkusi
pengembangan paru dan hasil anamnesis pasien tidak melakukan imunisasi dan orang tua pasien
sedang dalam kondisi mengonsumsi obat paket dari puskesmas. Berdasarkan hal tersebut kuat
dugaan bahwa pasien mengalami gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh suatu virus ataupun
bakteri dikarenakan batuk itu merupakan respon reflek yang terjadi dikarenakan adanya suatu
iritan, batuk yang dialami pasien sudah cukup lama yang berarti pasien mengalami batuk kronis
karena telab lebih dari 3 minggu. Dugaan juga diperkuat dengan adanya kompensasi imunologis
dan juga adanya proses inflamasi. Kondisi suhu tubuh yang meningkat serta penurunan berat badan
diakibatkan oleh adanya kinerja sistem imun yang bekerja dalam membunuh bakteri yang
menyerang pasien tersebut.
Berdasarkan pemeriksaan fisik yang didapatkan adanya suara ronchi pada apex paru dapat
dicurigai bahwa pasien tersebut terinfeksi suatu bakteri ataupun virus yang menyerang paru-paru
pasien tersebut sehingga dugaan diagnosis banding yang dapat diambil adalah tuberculosis, hal ini
juga diperkuat oleh orang tua pasien yang mengonsumsi obat paket dari puskesmas sehingga kuat
dugaan bahwa pasien kemungkinan mengalami tuberculosis, pneumonia, atapun bronchitis
sehingga dari diagnosis banding ini pada laporan akan dibahas lebih lanjut terkait diagnosis tegak
yang sebenarnya dialami oleh pasien tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
• Klasifikasi batuk:
o Batuk Akut
Batuk akut merupakan batuk yang sembuh dalam 2-3 minggu yang
disebabkan oleh infeksi saluran nafas atas, rhinitis alergi, dan bronchitis
akut.
o Batuk Kronis
Batuk kronis merupakan batuk yang berlangsung lebih dari 3
minggu, batuk kronis ini sering dialami pada individu perokok dan
penyebab tersering menurut L. McCance adalah bronchitis kronis.
o Batuk Darah ( Hemoptisis)
Batuk darah merupakan ekspektorasi darah atau secret yang
berdarah, yang menandakan adanya infeksi ataupun inflamasi yang
merusak bronkus atau parenkim dari paru.
• Bronkitis
o Definisi
- Bronkitis Akut
Bronkitis Akut merupakan infeksi atau inflamasi akut pada
jalan nafas atau bronkus dan dapat sembuh sendiri yang disebabkan
oleh virus.
o Etiologi
- Influenza tipe A dan B
- Resporatory Synctial virus
- Bordetella pertussis
o Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari bronchitis akut adalah demam, batuk non produktif,
meriang, malaise
• Pemeriksaan Penunjang
o Pemeriksaan TCM
Pemeriksaan dengan TCM dapat mendeteksi M. tuberculosis dan
gen pengkode resistan rifampisin (rpoB) pada sputum kurang lebih dalam
waktu 2 (dua) jam. Konfirmasi hasil uji kepekaan OAT menggunakan
metode konvensional masih digunakan sebagai baku emas (gold standard).
Penggunaan TCM tidak dapat menyingkirkan metode biakan dan uji
kepekaan konvensional yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis
definitif TB, terutama pada pasien dengan pemeriksaan mikroskopis apusan
BTA negatif, dan uji kepekaan OAT untuk mengetahui resistensi OAT selain
rifampisin.
4. Penegakan Diagnosis
Pasien terduga TB setelah dilakukan anamnesis serta pemeriksaan fisik, kemudian
akan dilakukan pemeriksaan TCM untuk mengetahui mycobacterium didalam tubuh pasien
tersebut. Hasil pemeriksaan TCM terdapat 5 kategori, yang pertama MTB Positif resisten
Rifampisin, MTB Positif sensitive Rifampisin, MTB Positif Inditerminate, MTB Negatif,
dan MTB No result, error, invalid. Pada pasien dengan hasil CTM didapatkan MTB Positif
resisten rifampisin maka pasien tersebut perlu dilakukan pemeriksaan lagi yaitu
pemeriksaan Molekuler LPA lini 2 atau TCM XDR dan juga dapat dilakukan pemeriksaan
paet standar uji kepekaan fenotipik dengan tujuan untuk mengetahui resistensi terhadap
obat OAT golongan flurokuinolon. Apabila hasil tes TCM mengarah pada sensitive
terhadap obat florokuinolon maka dilakukan pengobatan TB RO Paduan jangka pendek
selama 9-11 bulan. Apabila pemeriksaan LPA menunjukkan hasil resistan terhadap obat
golongan flurokuinolon maka penatalaksaannya yang dapat diberikan kepada pasien
adalah denagn pengobatan TB RO Paduan individu.
Hasil pemeriksaan TCM yang menunjukkan MTB Positif Rifampisin Sensitif maka
perlu dilakukan uji kepekaan terhadap obat Izoniasid dengan pasien yang memiliki
Riwayat pengobatan TB selama lebih dari 1 bulan atau 28 dosis, pada pasien kasus baru
tidak perlu dilakukan uji resisten INH dikarenakan pasien TB baru belum pernah
melakukan pengobatan TB sebelumnya. Pemeriksaan Uji kepekaan INH pada pasien
dengan Riwayat pengobatan ini memiliki 2 kategori hasil yaitu sensitive INH dan resistan
INH. Apabila hasil yang didapatkan adalah Resistan INH mak pasien tersebut dapat
diberikan pengobatan TBC Monoresistan INH, namun sebalikanya pada pasien Sensitif
INH dilanjutkan dengan Terapi OAT lini pertama. Kemudian Hasil MTB Positif
Rimfampisin Indetermate, pada kasus Indeterminate ini dilakukan pemeriksaan ulang
TCM, apabila didapatkan hasil TCM MTB Negatif maka hal ini belum tentu tidak
mengalami TB sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan pemeriksaan
radiologis, yaitu pemeriksaan foto thoraks dan juga dapat dilakukan pemberian obat anti
biotik nonOAT apabila kondisi rumah sakit berada jauh dari faskes rujukan TBMDR. Pada
pasien positif TB dan MTB Negatif ditunjukkan dengan didapatkannya hasil abnormalitas
paru yang mengarah pada TB atau konsumsi dari obat Antibiotik non OAT yang tidak
menghasilkan efek positif atau tidak adanya perbaikan sehingga kasus ini disebut dengan
TB terkonfirmasi klinis, namun apabila didapatkan hasil gambaran radiologis paru tidak
terdapat adanya tanda-tanda TB dan adanya perbaikan setelah mengonsumsi obat anti
biotik non OAT maka pasien tersebut sudah dipastikan bukan TB.
• Tahap awal.
Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan pada tahap ini adalah
dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam
tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin
sudah resistan sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan. Pengobatan tahap
awal pada semua pasien baru, harus diberikan selama 2 bulan. Pada umumnya
dengan pengobatan secara teratur dan tanpa adanya penyulit, daya penularan sudah
sangat menurun setelah pengobatan selama 2 minggu pertama.
• Tahap lanjutan.
Pengobatan tahap lanjutan bertujuan membunuh sisa-sisa kuman yang
masih ada dalam tubuh, khususnya kuman persisten sehingga pasien dapat sembuh
dan mencegah terjadinya kekambuhan. Durasi tahap lanjutan selama 4 bulan. Pada
fase lanjutan seharusnya obat diberikan setiap hari.
tuk resistensi obat harus mendapatkan pengobatan lini pertama yang sudah disetujui oleh
WHO dengan menggunakan obat yang terjamin kualitasnya Ikatan Dokter Indonesia,
2019).
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pasien pada skenario tersebut
mengalami penyakit tuberculosis hal ini diperkuat dengan kriteria diagnosis menggunakan
pemeriksaan TCM dengan 2 sample sputum. Tuberkulosis ini merupakan suatu infeksi bakteri
pada saluran pernapasan yaitu jenis bakteri tahan asam berbentuk basil yang disebut dengan
mycobacterium tuberculosis yang dapat menyebabkan inflamasi paru yang menyebabkan suatu
proses patofisiologi pengaktifan dari makrofag-makrofag tubuh oleh T Helper dengan tujuan untuk
membunuh bakteri-bakteri yang masuk kedalam paru-paru tersebut sehingga terjadilah respon
inflamasi, respon inflamasi inilah yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala suhu tubuh
meningkat dan nafsu makan menurun pada pasien. Sehingga tatalaksana yang dapat diberikan
kepada pasien adalah dengan pemberian obat OAT dengan beberapa persyaratan. Apabila pasien
merupakan pasien TB kasus baru maka dapat langsung diberikan obat OAT lini pertama, namun
apabila pasien tersebut pernah mengonsumsi obat-obatan OAT lebih dari 28 dosis atau 1 bulan
maka pasien tersebut perlu dilakukan uji resisten seperti Uji LPA dan juga Uji INH, pada pasien
kasus baru diberikan dosis obat berupa 2HRZE/4 HR sedangkan pada pasien dengan resistensi
obat dapat diberikan tatalaksana jangka pendek dengan durasi 9-11 bulan dan juga dapat diberikan
tatalaksana jangka panjang dengan durasi 18-24 bulan. Apabila tidak diberikan penatalaksaan yang
baik maka TB ini dapat menjalar keseluruh tubuh sehingga timbullah komplikasi seperti TB Milier
sistemik yang menyerang banyak organ-organ tubuh seperti menyerang organ hati. Berdasarkan
pemberikan tatalaksana tersebut didapatkan prognosis yang baik atau bonan dikarenakan banyak
pasien taat dalam pengonsumsian obat OAT tersebut namun prognosis dari TB ini dapat berangsur
menjadi malam apabila tidak dilakukan penatalaksanaan yang baik pada pasien tersebut atau
pasien tidak disiplin dalam mengonsumsi obat-obatan OAT.
DAFTAR PUSTAKA
Huether SE, McCance KL, editors (2019). Buku Ajar Patofisiologi. 6th Indonesia ed vol
1. Singapore: Elsevier.
Kumar, V., Frcpath, M. M., Abbas, A. K., & Aster, J. C. (2019). Buku Ajar Patologi
Robbins. 10th Edition: Elsevier (Singapore)
Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiadi S, editors. (2014). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi VI. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI