Anda di halaman 1dari 21

PENGENALAN

OBJEK

Yara Andita Anastasya,


S.Psi., M.Psi., Psikolog

PSIKOLOGI KOGNITIF
– Pengenalan objek (pattern recognition) adalah
kemampuan kognitif yang pada umumnya kita
laksanakan dengan cepat, melibatkan interaksi antara
sensasi, persepsi, memori dan pencarian kognitif
dengan tujuan pengenalan terhadap pola tersebut.
• Kemampuan mengenali dan mengolah pola-pola dan
objek-objek visual telah dipelajari dari sejumlah
perspektif teori: psikologi Gestalt, pemrosesan bottom-
up dan pemrosesan top-down, pencocokan template,
analisis fitur, dan pengenalan prototipe.
• (Itu sebabnya kita masih mengenali wajah mantan pacar
meskipun sudah lama tidak bertemu dan sudah banyak
perubahan).
Studi-studi eksperimental menunjukkan
bahwa persepsi terhadap objek sangat
dipengaruhi oleh hipotesis yang disusun
pengamat berdasarkan konteks stimuli.
• Teori pencocokan template mengajukan gagasan bahwa
pengenalan objek terjadi ketika representasi internal stimuli
tersebut (yang tersimpan dalam memori pengamat) sama persis
dengan stimuli yang disimpan sensorik.

• Teori ini memiliki kegunaan konseptual dan praktikal, namun


tidak dapat menjelaskan proses-proses kognitif yang rumit,
seperti kemampuan kita menginterpretasi bentuk-bentuk yang
asing dengan tepat.
• Teori pembentukan prototipe mengajukan gagasan bahwa
pengenalan terhadap objek terjadi sebagai hasil dari abstraksi
terhadap stimuli, yang disimpan dalam memori dan berfungsi
sebagai suatu bentuk ideal, yang digunakan untuk mengevaluasi
pola-pola yang diamati.

• Pengenalan objek visual pada manusia melibatkan analisis visual


terhadap stimuli sebagai input dan penyimpanan memori jangka
panjang.
PERSEPSI KONSTRUKTIF
(Constructive Perception)

Disusun berdasarkan anggapan bahwa persepsi


membentuk dan menguji hipotesis-hipotesis
yang berhubungan dengan persepsi berdasarkan
apa yang kita ketahui.
Contoh

Ketika melihat seorang teman mendatangi kamu dari kejauhan, kamu


mengenalinya dari ciri-ciri fisik misal hidung, mata, rambut dan
sebagainya (diindera oleh mata) dan karena kamu memiliki pengetahuan
bahwa teman tersebut lazimnya memang berada di tempat dan waktu
tersebut.
Kamu bahkan mampu mengenali teman tersebut meskipun ia telah
memiliki kumis atau janggut atau mengubah gaya rambut atau
menggunakan kaca mata.

Perubahan pola pada stimulis asli tersebut tetap kamu kenali karena
adanya Interfensi Bawah-Sadar, yakni sebuah proses ketika kita secara
spontan mengintegrasikan informasi dari sejumlah sumber untuk
menyusun suatu interpretasi.
PERSEPSI LANGSUNG

Teori persepsi langsung menyatakan persepsi


terbentuk dari perolehan informasi secara
langsung dari lingkungan.

Pendukung teori ini ialah James Gibson


(1966,1979), Cornell, James Cutting, yang
menyatakan bahwa “persepsi langsung
mengasumsikan bahwa keanekaragaman
lapisan-lapisan optik sama kayanya dengan
keanekaragaman dalam dunia ini”.
GESTALT PSYCHOLOGY

Pengenalan pola didasarkan atas persepsi


terhadap keseluruhan pola stimulus. Beberapa
stimulus akan dipersepsikan dengan cara yang
sama oleh sebagian besar orang.
Sebagai contoh, jika ditunjukkan stimulus berikut
Sebagian besar orang akan mengenali dan
menyebutnya sebagai segi empat.

Cara kita mengorganisasikan dan mengklasifikasikan


stimulus visual telah dipelajari oleh psikolog Gestalt
pada awal abad 20. Pengenalan pola menurut mereka
melibatkan keseluruhan stimulus yang bekerja
bersama menghasilkan suatu kesan yang lebih dari
sekedar totalitas penjumlahan dari penginderaan
terhadap bagian-bagiannya.
Para psikolog Gestalt
mengajukan gagasan bahwa
persepsi pola-pola visual
diorganisasikan sesuai
prinsip-prinsip:
– Kedekatan (proximity)
– Kesamaan (similarity)
– Pengorganisasian spontan.
PERSPEKTIF KANONIK

Perspektif kanonik merupakan perluasan ide


dari para ahli Gestalt.
Perspektif kanonik merupakan sudut pandang
terbaik untuk menginterpretasikan
(mengambarkan) suatu objek, atau suatu citra
(image) yang pertama muncul di pikiran saat
mengingat suatu bentuk .
Salah satu penjelasan teoritis yang umum untuk
pendekatan kanonik adalah bahwa melalui
pengalaman umum dengan berbagai objek, kita
mengembangkan ingatan-ingatan yang
permanen atas pandangan-pandangan yang
paling mewakili (representasional) dan suatu
sudut pandang yang mendekati jumlah
informasi maksimal dari suatu objek.
Ketika memikirkan sebuah blender, kemungkinan besar
kita membentuk suatu citra berdasarkan perpektif
kanonik, malah membayangkan suatu persektif yang
kurang informatif, seperti melihat blender dari atas.

Cangkir dan tatakan dari perseptif kanonik di hubungkan


oleh proses kognitif yang sama.

Berikut merupakan salah satu contohnya (pandangan


yang tidak biasa) yaitu cangkir dan tatakan yang terlihat
dari atas.
PEMPROSESAN BOTTOM-UP VS TOP-DOWN

Bagaimana kita mengenali suatu pola ?


Proses pengenalan diawali oleh identifikasi terhadap bagian-bagian
spesifik suatu pola, yang menjadi landasan bagi pengenalan pola secara
keseluruhan (bottom-up) ATAU diawali dengan hipotesis terhadap
keseluruhan dan selanjutnya menjadi dasar untuk mengidentifikasi dan
merekognisi bagian-bagiannya (top-down).
Contoh :
Bottom-up: Mengidentifikasi kucing karena kita telah mengetahui bulu,
memiliki empat kaki, bentuk mata, bentuk kuping, dan lain sebagainya.

Top-down: Mengetahui bulu, memiliki empat kaki, bentuk mata, bentuk


kuping, karena kita telah mengidentifikasi bahwa itu ialah seekor kucing.
TEMPLATE MATCHING

Template matching merupakan salah satu ide yang digunakan untuk


menjelaskan bagaimana otak kita mengenali kembali bentuk-bentuk
atau pola-pola.

Template dalam konteks rekognisi pola menunjuk pada konstruk


internal yang jika cocok dengan stimulus penginderaan mengantar pada
rekognisi suatu objek. Atau pengenalan pola terjadi jika terdapat
kesesuaian antara stimulus indera dengan bentuk internal.

Gagasan ini mendukung bahwa sejumlah besar template telah tercipta


melalui pengalaman hidup. Tiap-tiap template berhubungan dengan
suatu makna tertentu.
Teori Template Matching memiliki keunggulan dan
kelemahan, yaitu:

Keunggulan:
(1) Untuk mengenal bentuk, huruf atau bentuk-bentuk
visual lainnya diperlukan kontak dengan bentuk-bentuk
internal.

(2) Template matching adalah prosedur pengenalan pola


yang sederhana yang didasarkan pada ketepatan
konfigurasi informasi penginderaan dengan “konfigurasi”
pada otak. Contohnya ialah barcode.
Kelemahan:

Jika perbandingan eksternal objek dengan internal


objek 1:1, maka objek yang berbeda sedikit saja
dengan template tidak akan dikenali. Oleh karena itu,
jutaan template yang spesifik perlu dibuat
agar cocok dengan berbagai bentuk geometri yang kita
lihat dan kenal. Jika memang penyimpanan
memori di otak seperti ini, otak tentu sangat
kewalahan dan pencarian informasi akan
memakan waktu, padahal pada kenyataannya tidak
demikian.
FEATURE ANALYSIS

Ini merupakan pendekatan lain yang menjelaskan bagaimana


individu menyarikan informasi dari stimulus yang kompleks.

Teori ini mendukung pernyataan bahwa persepsi pola


merupakan pemprosesan informasi tahap lanjut (higher order)
yang didahului oleh langkah datangnya stimulus kompleks
yang diidentifikasi berdasarkan bentuk-bentuk sederhana.

Dengan demikian, menurut pendekatan ini, sebelum suatu


informasi visual dimengerti secara penuh, terlebih dahulu
komponen-komponennya dianalisa terlebih dahulu.
Contoh :
“P A N A H”, bukan diterjemahkan ke dalam definisi (misalnya: benda
panjang berujung runcing yang merupakan pasangan dari busur),
bukan digambarkan dlm imajinasi (“⇐”), bukan dibaca sebagai
“PANAH”, atau bukan pula dieja per huruf (P-A-N-A-H).

Tetapi features atau komponen dari masing-masing huruf dideteksi


dan dianalisis. Misalnya huruf A dari “PANAH” dipecah ke dalam dua
garis diagonal ( / \ ) dan satu garis horizontal ( ⎯ ), atau
sudut runcing ( /\ ) atau dasar yang terbuka ( / \ ), dan seterusnya.

Anda mungkin juga menyukai