Manadianto
Staf Pengajar Akademi Maritim Yogyakarta ( AMY )
ABSTRAK
A. PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara maritim mempunyai potensi
tambang batu bara sangat besar (Istopo,1999:85-87 ) dimana
penambangannya tersebar di daerah-daerah antara lain di
Kalimantan Selatan dengan produksi 3 juta MT per tahun,
Kalimantan Timur di daerah Tanah Grogot dengan kapasitas
produksi 500.000 MT per tahun dan daerah Busang alur sungai
Mahakam dengan kapasitas produksi 1,5 juta MT per tahun serta
daerah Sukodani dan Lao Tebu dengan kapasitas produksi 800.000
MT per tahun, daerah Embalut dengan kapasitas produksi 500.000
MT per tahun, Merandai dengan kapasitas produksi 400.000 MT
BAHARI Jogja Vol.VI No.8/2006 Februari 2006
(gambar 1 )
2. Kurva Hidrostatic
Setiap kapal mempunyai kurva hidrostatic yang berbeda
dikarenakan ukuran kapal yang berbeda-beda. Skala ini
BAHARI Jogja Vol.VI No.8/2006 Februari 2006
1. Sebelum pemuatan
a. Mencatat sarat sekeliling kapal kemudian dilakukan
perhitungan dan trim yang sesungguhnya.
b. Mengukur nilai berat jenis air laut atau dimana kapal
terapung dengan menggunaan alat hidrometer sehingga
didapatkan nilai berat jenis cairan dimana kapal terapung.
c. Menghitung kondisi bobot kapal dengan cara
menjumlahkan nilai kondisi persediaan kapal seperti adanya
air tawar, air ballast dan bahan bakar. Pengukuran ini
dengan dengan menggunakan alat ukur (sounding tape)
kemudian dengan mengkoreksi dengan menggunakan
daftar kemiringan kapal dan trim yang ada didalam tabel
didapat volume / berat dalam ton dan ditambahkan
dengan berat kapal kosong .
d. Dari perhitungan sarat dan trim yang sesungguhnya
didapat nilai dari Displacement, CoF (Mid.F), TPC, MTC1
dan MTC2 khusus nilai MTC1 nilai sarat kapal tengah
sesungguhnya ditambahkan dengan 0,5 meter dan nilai
dari MTC2 nilai sarat tengah sesungguhnya kapal
dikurangkan dengan 0,5 meter. Guna mengoreksi
displacement dengan menggunakan rumus :
F. KESIMPULAN
a. Batubara adalah hasil tambang yang diangkut dengan
menggunakan kapal laut dalam bentuk butiran-butiran. Hasil
tambang dalam pengangkutan dengan transportasi laut akan
menimbulkan bahaya yakni adanya gas yang dikeluarkan yang
berupa gas metan yang tidak berwarna dan tidak berbau. Jika
terjadi percampuran antara gas metan dengan udara dan terjadi
percikan api akan menyebabkan ledakan hebat serta bahaya
cepat menangas dan membara dikarenakan sifat batu bara yang
menyerap zat asam dan memampatkannya sehingga pada suhu
500c merupakan suhu yang kritis bahaya. Bahaya yang lain adalah
dikarenakan bentuknya yang berupa butiran-butiran akan
menimbulkan bahaya longsor di palka.
b. Untuk menghitung muatan batubara memerlukan perhitungan
yang tepat dan teliti menggunakan perhitungan rumus-rumus
BAHARI Jogja Vol.VI No.8/2006 Februari 2006
DAFTAR PUSTAKA