Anda di halaman 1dari 9

Lampiran : Format Lembar jawaban Mahasiswa

LEMBAR JAWABAN
UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
MAHASISWA BRIEGING NERS JURUSAN KEPERAWATAN BANDUNG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

MATA KULIAH : Keperawatan HIV AIDS


HARI, TANGGAL : Jumat, 06 Nopemember 2020
WAKTU : PUKUL 08.00 - 09.30 WIB
KOORDINATOR MK : Kamsatun., S.Kep.Ners., M.Kep
SEMESTER : Brieging
JUMLAH SKS : 2 (dua) SKS TEORI

NAMA MAHASISWA : Intan Permata Sari


NOMOR INDUK / NIM : 023
KELAS : Profesi Ners

1. Masalah keperawatan ibu hamil dengan HIV AIDS dan intervensinya


No. Diagnosa Kep. Tujuan Intervensi Rasionalisasi
1. Resiko terjadinya Klien akan 1) Cuci tangan 1 Resiko cros
infeksi b/d depresi menunjukkan tanpa sebelum dan sesudah infeksi dpt
melalui prosedur
system imun, adanya tanda-tanda kontak dgn pasien
yang dilakukan
aktifitas yang tdk infeksi (tdk ada 2)Ciptakan 2. Lingkungan
terorganisir demam, sekresi tdk lingkungan yang yang kotor akan
mneingkatkan
purulent) bersih dan ventilasi
pertumbuhan
yang cukup kuman pathogen
3)Informasikan 3. Penurunan
daya tahan tubuh
perlunya tindakan
memudahkan
isolasi berkembangbiakn
4)Kaji tanda-tanda ya kuman
vital termasuk suhu pathogen.
Tindakan isolasi
badan. sebagai upaya
5) Kaji frekuensi menjauhkan dari
nafas, bunyi nafas, kontak langsung
dgn kuman
batuk dan
pathogen.
karakterostik sputum. 4. Peningkatan
Observasi suhu badan
kulit/membrane menunjukkan
adanya infeksi
mucosa kemungkinan
sekunder.
adanya lesi/perubahan 5. Luka akibat
warna, bersihkan kuku garukan
memudahkan
setiap hari
timbul infeksi
6) Perhatikan adanya luka
tanda-tanda adanya 6. Panas
kemerahan
inflamasi
pembengkakan
7)  Awasi penggunaan merupakan tanda
jarum suntik dan mata adanya infeksi
pisau secara ketat 7. Tindakan
prosuder dapat
dengan menggunakan menyebabkan
wadah tersendiri. perlukaan pada
permukaan kulit.
2. Defisit volume Klien dapat 1) Pantau tanda-tanda 1.Denyut
cairan tubuh b/d mempertahankan vital termasuk CVP nadi/HR
diare berat, status tingkat hidrasi yang bila terpasang. meningkat, suhu
hipermetabolik. adekuat 2) Catat peningkatan tubuh menurun,
suhu dan lamanya, TD menurun
berikan kmpres menunjukkan
hangat, pertahankan adanya dehidrasi.
pakaian tetap kering, 2.Suhu badan
kenyamanan suhu meningkat
menunjukkan
lingkungan.
adanya
3)  Kaji turgor kulit, hipermetabolisme
membrane mukosa .
4.Penurunan BB
dan rasa haus.
menunjukkan
4) Timbang BB setiap pengurangan
hari volume cairan
tubuh.
5)Catat pemasukan
5.Mempertahanka
cairan mll oral n keseimbangan,
sedikitnya 2500 ml/hr. mengurangi rasa
6) Berikan maknan haus  dan
melembabkan
yang mudah dicerna membrane
dan tdk merangsang mucosa.
6. Peningkatan
peristaltic
menyebabkan
penyerapan
cairan pada
dinding usus akan
kurang.
3. Nutrisi kurang dari klien akan 1) Kaji kemampuan 1.Lesi pada
kebutuhan menunjukkan mengunyah, mulut, esophagus
peningkatan BB
berhubungan dengan merasakan dan dpt menyebabkan
ideal.
hambatan asupan menelan. disfagia
makanan 2) auskultasi bising 2Hipermetabolis
(muntah/mual), usus me saluran
gangguan intestinal, 3) Timbang BB setiap gastrointestinal
hipermetabolik. hari akan menurunkan
4) hindari adanya tingkat
stimulus lingkungan penyerapan usus.
yang berlebihan. 3. BB sebagai
5) berikan perawatan indicator
mulut, awasi tindakan kebutuhan nutrisi
pencegahan sekresi. yang adekuat
Hindari obat kumur 5.Pengeringan
yang mengandung mucosa, lesi pd
alcohol. mulut dan bau
6)Rencanakan makan mulut akan
bersama menurunkan
keluarga/orang nafsu makan
terdekat. Berikan
makan sesuai
keinginannya (bila tdk
ada kontraindidkasi)
7) sajikan makanan
yang hangat dan
berikan dalam volume
sedikit
8)      dorong klien
untuk duduk saat
makan.
4. Pola nafas tidak klien 1) Auskultasi bunyi 1.bunyi nafas
efektif berhubungan dapatmempertahan nafas tambahan tambahan
menunjukkan
dengan penurunan kan pola nafas 2) Catat kemungkinan
adanya infeksi
ekspansi paru, yang efektif adanya sianosis, jalan
melemahnya otot perubahan frekwensi nafas/peningkata
n sekresi.
pernafasan. nafas dan penggunaan
otot asesoris.
3) Berikan posisi semi
fowler
4) Lakukan suction
bila terjadi retensi
sekresi jalan nafas.
5. Intolerans aktivitas Pasien 1) Monitor respon 1.Respon
berhubungan dengan berpartisipasi fisiologis terhadap bervariasi dari
kelemahan, dalam kegiatan, aktivitas hari ke hari
pertukaran oksigen, dengan kriteria 2)Berikan bantuan 2. Mengurangi
malnutrisi, kelelahan bebas dyspnea dan perawatan yang pasien kebutuhan energi
takikardi selama sendiri tidak mampu 3. Ekstra istirahat
aktivitas 3) Jadwalkan perlu karena
perawatan pasien peningkatankebut
sehingga tidak uhan metabolik
mengganggu
isitirahat.
6. Tidak efektif koping Keluarga atau 1.Kaji koping 1.Memulai suatu
keluarga orang penting lain keluarga terhadap hubungan dalam
berhubungan dengan mempertahankan sakit pasein dan bekerja secara
cemas tentang suport sistem dan perawatannya konstruktif
keadaan yang orang adaptasi terhadap 2.  Biarkan keluarga dengan keluarga
dicintai perubahan akan mengungkapkana 2.Mereka tak
kebutuhannya perasaan secara verbal menyadari bahwa
dengan kriteria 3.Ajarkan kepada mereka berbicara
pasien dan keluarga keluaraga tentang secara bebas
berinteraksi dengan penyakit dan 3.Menghilangkan
cara yang transmisinya. kecemasan
konstruktif tentang transmisi
melalui kontak
sederhana.

2. Berdasarkan penatalaksanaan pemberian nutrisi pada bayi dengan ibu positif HIV
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu pemberian susu formula atau ASI saja tidak
boleh dilakukan mixed atau campuran. Pemberian susu formula harus sesuai dengan
standar AFASS (Acceptable, Feasible, Affordable, Sustainable, dan Safe). Akan tetapi
pada kasus tersebut salah satu syarat AFAS tidak terpenuhi sehingga ada beberapa
penatalaksanaan yang dapat diberikan kepada bayi tersebut antara lain:
a. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan
b. Mengurangi viral load dengan cara ARV atau pasteurisasi ASI
c. Mencegah dan mengobati perlukaan pada payudara
d. Memperbaiki keadaan umum bayi untuk mencegah infeksi
e. Memberikan edukasi kepada ibu bahwa ASI diberikan dengan cara diperah,
dihangatkan, dan diberikan menggunakan botol atau cawan (tidak langsung
menghisap dari mammae ibu)
Penatalaksanaan ini diberikan dengan terus mengusahakan AFASS

3. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat untuk membantu klien mengatasi
craving/nagih (keinginan untuk menggunakan kembali NAPZA) adalah sebagai
berikut:
a. identifikasi rasa nagih muncul,
b. ingat diri sendiri, rasa nagih normal muncul saat kita berhenti,
c. ingatlahrasa nagih seperti kucing lapar, semakin lapar, semakin diberi
makansemakin sering muncul,
d. cari seseorang yang dapat mengalihkan darirasa nagih, 5) coba menyibukkan diri
saat rasa nagih datang,
e. tundalah penggunaan sampai beberapa saat,
f. bicaralah pada seseorang yangdapat mendukung,
g. lakukan sesuatu yang dapat membuat rileks dan nyaman,
h. kunjungi teman-teman yang tidak menggunakan narkoba,
i. tontonlah video, ke bioskop atau dengar musik yang dapat membuatrileks,
j. dukunglah usaha anda untuk berhenti sekalipun sering berakhirdengan
menggunakan lagi,
k. bicara pada teman-teman yang berhasil berhenti, dan 10) bicaralah pada teman-
teman tentang bagaimana merekamenikmati hidup atau rilekslah untuk dapat
banyak ide.

4. 1). Peran perawat dalam pencegan primer,sekunder dan tertier pada klien hiv /klien
yang resiko terkena HIV
a. Pencegahan primer
Sasaran dari pencegahan primer adalah seseorang/ kelompok yang dalam
keadaan sehat secara fisik dan mental dan tidak terinfeksi HIV. Pencegahan ini
bersifat promotif dan preventif. Contoh peran perawat dalam tindakan pencegahan
ini antara lain promosi / pendidikan kesehatan mengenai HIV, cara penularan,
dampak negatif seks bebas, standarisasi nutrisi, imunisasi, dll.
b. Pencegahan Sekunder
Sasaran dari pencegahan Sekunder adalah orang yang telah terinfeksi HIV.
Hal ini dilakukan agar Orang Dengan HIV tidak mengalami komplikasi atau
kondisi yang lebih buruk. Pencegahan ini bersifat kuratif, Contoh dari pencegahan
sekunder antara lain melakukan skrining dan pengobatan penyakit pada tahap dini.
Hal ini dilakukan untuk menunda keparahan akibat yang ditimbulkan dari
perkembangan penyakit dan meminimalkan potensi penularan penyakit.
c. Pencegahan Tersier
Sasaran dari pencegahan tersier adalah seseorang yang teridentifikasi
terinfeksi HIV/AIDS dan mengalami ketidakmampuan permanen yang tidak dapat
disembuhkan. Pencegahan ini bersifat rehabilitatif. Hal ini dilakukan untuk
mencegah komplikasi dan penurunan kesehatan. ODHA juga perlu diberikan
dukungan berupa dukungan psikososial agar penderita dapat melakukan aktivitas
seperti semula/seoptimal mungkin. Contoh dari pencegahan tersier adalah
memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya,
membantu untuk meningkatkan harga diri pasien dengan melihat keberhasilan
dimasa lalu, mengajarkan kepada klien dan keluarga untuk mengambil hikmah
dari kejadian yang telah terjadi.

2). Menurut Shelton (1987, dalam Fretes 2012), terdapat beberapa elemen Family
Centered Care, yaitu:
a. Perawat menyadari bahwa keluarga adalah bagian yang konstan dalam kehidupan
anak, sementara system layanan dan anggota dalam system tersebut berfluktuasi.
b. Memfasilitassi kerjasama antara keluarga den perawat di semua tingkat pelayanan
kesehatan, merawat anak secara individual, pengembangan program, pelaksanaan
dan evaluasi serta pembentukan kebijakan
c. Menghormati keanekaragaman ras, etnis budaya dan sosial ekonomi dalam
keluarga.
d. Mengakui kekuatan keluarga dan individualitas serta memperhatikan perbedaan
mekanisme koping dalam keluarga elemen ini mewujudkan
e. Memberikan imformasi yang lengkap dan jelas kepada orangtua dan secara
berkelanjutan dengan dukungan penuh
f. Mendorong dan mempasilitasi keluarga untuk saling mendukung
g. Memahami dan menggabungkan kebutuhan dalam setiap perkembangan bayi,
anak-anak, remaja dan keluarga mereka ke dalam system perawatan kesehatan.
Pemahaman dan penerapan setiap kebutuhan dalam perkembangan anak
mendukung perawat untuk menerapkan pendekatan yang komprehensif terhadap
anak dan keluarga agar mereka mampu dalam melewati setiap tahap perkembangan
dengan baik (Shelton, 1987, dalam Fretes, 2012)
h. Menerapkan kebijakan yang komprehensif dan program program yang
memberikan dukungan emosional dan keuangan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
i. Merancang system perawatan kesehatan yang fleksibel, dapat dijangkau dengan
mudah dan responsip terhadap kebutuhan keluarga teridentifikasi

5. 1). Sebelumnya, tugas dari konselor sendiri adalah :


a. Mengisi kelengkapan pengisian formulir klien, pendokumentasian , pencatatan,
dan penyimpanan data konseling klien terjaga kerahasiaannya
b. Pembaruan data dan pengetahuan HIV dan AIDS
c. Membuat jejaring eksternal dengan layanan pencegahan, RS dan dukungan
masyarakat
d. Memberikan informasi HIV yang relevan dan akurat
e. Menjaga informasi yang diberikan klien terjaga kerahasiaannya
f. Pelayanan khusus diberikan kepada kelompok perempuan dan mereka yang
dipinggirkan
Namun yang hal terpenting yang kita lakukan apabila kita dalam posisi
konselor adalah melakukan komunikasi dengan klien karena fungsi dari kegiatan
tersebut, klien diarahkan untuk merubah perilakunya. Selama konselor dan klien
berinteraksi, dibutuhkan adanya saling keterbukaan diri (self disclosure) untuk
saling menyampaikan ide-ide, gagasan, dan perasaaan yang ada dalam diri masing-
masing. Dalam melakukan konseling ada prinsip-prinsip yang harus kita perhatikan
yaitu :
a. Mendengarkan
 Mendengarkan secara pasif
- konselor memakai istilah “dancing by client” atau mengikuti
irama/suasana hati klien untuk men-ceritakan masalahnya
- menciptakan suasana yang mendukung klien berce–rita,mengeluarkan
uneg-uneg secara leluasa tanpa mendapatkan judgement
 Mendengarkan secara aktif saat adanya diskusi diantara keduanya.
- Klien menceritakan pengakuan-pengakuan terkait perilaku-perilaku
beresiko yang pernah dilakukan.
- tugas konselor mendengar-kan sambil sesekali memancing klien, agar
klien mencari jawaban atas perilaku apa yang menyebabkan diri–nya
tertular HIV
b. Ketika klien sudah menemukan jawabannya sendiri, konselor berperan untuk
memberikan masukan guna mendorong klien bangkit kesadaran dan bersedia
mengubah perilaku beresikonya

2). VCT (Voluntary Counseling and Testing) merupakan test HIV yang di dahului
oleh konseling dan dilakukan secara sukarela. Sukarela, artinya keinginan untuk
melakukan test HIV atas kesadaran diri sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain. Hal
ini juga berarti seseorang tidak boleh melakukan pemeriksaan HIV tanpa terhadap
orang lain tanpa sepengetahuan yang bersangkutan. Konseling HIV, artinya
pemberian informasi tentang HIV dan AIDS berupa pembicaran dua arah antara klien
dan konselor HIV, sehingga dapat terpecahkannya sebuah masalah yang dihadapi oleh
klien (disebut juga konseli) dan bersifat rahasia. Konseling HIV dilakukan dua kali
yaitu sebelum (pre test) dan sesudah (post test) test HIV. Konseling Pre Tes
dilakukan untuk memberikan informasi lengkap tentang HIV dan AIDS, penularan,
pencegahan, menggali faktor resiko klien dan cara menguranginya, sehingga klien
dapat lebih siap untuk melakukan pemeriksaan atau test HIV. Konseling Post Tes
dilakukan dengan tujuan untuk mempersiapkan klien menerima hasil test. Disini
jelaskan apa saja hasil yang berkaitan dengan hasil tes dan apa yang harus dilakukan
oleh klien jika hasilnya adalah positive atau negative.
Tujuan VCT:
Umum:
Mempromosikan perubahan perilaku dan dapat mengurangi angka penularan
HIV.
Khusus:
 Menurunkan jumlah infeksi baru
 Menurunkan infeksi penyakit kelamin lainya
 Mempercepat deteksi HIV
 Mencegah terjadinya infeksi kesehatan lain
 Meningkatkan perilaku hidup sehat

Anda mungkin juga menyukai