D. Strategi Penyampaian
1. Metode
Metode yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan kesehatan dengan
sub topic colic Abdomen antara lain:
a. Ceramah
Metode ini digunakan sebagai pengantar untuk memberikan
penekanan mengenai colic Abdomen dan manajemen nyeri secara
non-farmakologis (nafas dalam dan kompres hangat)..
b. Stimulasi
Stimulasi digunakan bila penyuluh menjelaskan tentang penyakit
colic Abdomen dan manajemen nyeri secara non-farmakologis
(nafas dalam dan kompres hangat) sehingga klien dapat mengerti
dengan jelas.
c. Tanya Jawab
Metode ini digunakan baik pada saat dilangsungkannya
penyuluhan atau pada saat diakhirinya penyuluhan yang
memungkinkan klien mengemukakan hal-hal yang belum
dimengerti.
d. Demontrasi
Metode ini digunakan agar pasien mampu melakukan manajemen
nyeri secara non-farmakologis (nafas dalam dan kompres hangat)
secara mandiri.
E. Media dan Alat
Media
Leaflet tentang colic abdomen
Alat
1. Baskom
2. Air hangat
3. Handuk kecil untuk kompres
4. Sarung tangan/handscoon
5. Handuk kering
6. Termometer
F. Kegiatan Penyuluhan
G. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan media yang akan digunakan (leaflet).
b. Kontrak waktu.
c. Persiapan SAP.
2. Evaluasi Proses
a. Selama penyuluhan keluarga memperhatikan penjelasan yang
disampaikan.
b. Selama penyuluhan keluarga aktif bertanya tentang penjelasan yang
disampaikan.
c. Selama penyuluhan keluarga aktif menjawab pertanyaan yang
diajukan.
3. Evaluasi Hasil Akhir
Diharapkan peserta penyuluhan dapat:
a. Menyebutkan kembali Pengertian colic abdomen.
b. Menyebutkan kembali Etiologi dan Penyebab colic abdomen.
c. Menyebutkan kembali Manifestasi Klinik atau Tanda Gejala colic
abdomen dan atau Komplikasi colic abdomen.
d. Mendemonstrasikan kembali manajemen nyeri secara non-
farmakologis (nafas dalam dan kompres hangat).
MATERI
COLIC ABDOMEN
2. Etiologi
Adapun yang menjadi penyebab dari kolik abdomen yaitu :
a. Secara mekanis :
1) Adhesi (pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang berdekatan
karena radang)
2) Karsinoma
3) Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus di
dalam usus)
4) Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati)
5) Polip (perubahan pada mukosa hidung)
6) Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau saluran)
b. Fungsional (non mekanik)
1) Ileus paralitik (Keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus
tidak dapat bergerak)
2) Lesi medula spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis yang
disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas)
3) Enteritis regional
4) Ketidak seimbangan elektrolit
5) Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah
karena ginjal tidak bekerja secara efektif) (Reeves, 2011).
4. Patofisiologi
Akut abdomen terjadi karena nyeri abdomen yang timbul tiba – tiba
atau sudah berlangsung lama. Nyeri yang dirasakan dapat ditentukan atau
tidak oleh pasien tergantung pada nyeri itu sendiri. Nyeri abdomen dapat
berasal dari organ dalam abdomen termasuk nyeri viseral, dari otot, lapisan
dari dinding perut (nyeri somatic). Nyeri viseral biasanya nyeri yang
ditimbulkan terlokalisasi dan berbentuk khas, sehingga nyeri yang berasal
dari viseral dan berlangsung akut biasanya menyebabkan tekanan darah dan
denyut jantung berubah, pucat dan berkeringat dan disertai fenomena viseral
yaitu muntah dan diare. Lokasi dari nyeri abdomen bisa mengarah pada
lokasi organ yang menjadi penyebab nyeri tersebut. Walaupun sebagian
nyeri yang dirasakan merupakan penjalaran dari tempat lain. Oleh karena itu
nyeri yang dirasakan bisa merupakan lokasi dari nyeri tersebut atau
sekunder dari tempat lain.
5. Pathway
6. Manifestasi klinis
Menurut Reeves tahun 2011, manifestasi klinis pada colic abdomen yaitu :
1) Mekanika sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi,
muntah empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing
bernada tinggi terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus
minimal.
2) Mekanika sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah –
sedikit atau tidak ada – kemudian mempunyai ampas, bising usus dan
bunyi “hush” meningkat, nyeri tekan difus minimal.
3) Mekanika sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul
terakhir, kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus,
nyeri tekan difus minimal.
4) Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn.
Gejalanya kram, nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.
5) Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan
terlokalisir; distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus
menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi
berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar
7. Klasifikasi
Menurut Reeves tahun 2011, klasifikasi dari colic abdomen yaitu :
a. Kolik abdomen visceral
Berasal dari organ dalam, visceral di mana intervasi berasal dari
saraf memiliki respon terutama terhadap distensi dan kontraksi otot,
bukan karena iritasi lokal, robekan atau luka karakteristik nyeri visceral
diantaranya sulit terlokalisir, tumpul, samar, dan cenderung beralih ke
area dengan struktur embrional yang sama.
b. Kolik abdomen alih
Nyeri yang dirasakan jauh dari sumber nyeri akibat penjalaran
serabut saraf
8. Komplikasi
a. Kolik ureter ( tersumbatnya aliran-aliran dari ginjal ke usus )
b. Kolik biliaris
c. Kolik intestinal ( obstruksi usus, lewatnya isi usus yang terhalang )
9. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan fisik : Tanda - tanda vital
b. Pemeriksaan abdomen : lokasi nyeri
c. Pemeriksaan rectal
d. Laboratorium : leokosit, HB
e. Sinar X abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus.
f. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau
lipatan sigmoid yang tertutup.
g. Penurunan kadar serium natrium, kalium dan klorida akibat muntah,
peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan
peningkatan kadar serum amilase karena iritasi pannkreas oleh lipatan
khusus.
h. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik
10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kolik abdomen secara Non farmakologi yaitu :
a. Koreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
b. implementasikan pengobatannya untuk syok dan peritonitis
c. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defesiensi protein karena obstruksi
kronik, ileus paralitik atau infeksi
d. Reseksi dengan anastomosis dari ujung ke ujung
e. Ostomi barrel ganda jika anastomisis dari ujung ke ujung terlalu
beresiko
f. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan
mendekompresi usus yang di lakukan sebagai prosedur kedua.
Sedangkan penatalaksanaan secara farmakologi yaitu :
a. Terapi Na + K + komponen darah
b. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan
c. Dekstrose dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler
d. Dekompresi selang nasoenternal yamg panjang dari proksimal usus ke
area penyumbatan selang dapat dimasukkan sengan lenih efektif
dengan pasien berbaring miring ke kanan
e. Antasid ( obat yang melawan keasaman )