Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) SIROSIS HEPATIS

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KOTA BANDUNG

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Praktek Keperawatan Medikal Bedah

DISUSUN OLEH :

INTAN PERMATA SARI


P17320120510

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI NERS
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN
SIROSIS HEPATIS

Pokok Bahasan : Penyakit Sistem Pencernaan


Sub Pokok Bahasan : Perawatan Penyakit Sirosis Hepatis
Sasaran : Klien dan keluarga di ruang flamboyan RSUD
Kota Bandung
Target : Tn. A dan keluarga
Waktu : 16.00 s.d 16.30 WIB
Hari / Tanggal : 06 Oktober 2021
Tempat : Ruang flamboyan RSUD Kota Bandung
Penyuluh : Intan Permata Sari
I. LATAR BELAKANG
Sirosis hepatis adalah stadium akhir penyakit hati menahun dimana secara
anatomis didapatkan proses fibrosis dengan pembentukan nodul regenerasi dan
nekrosis. Sirosis hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan
difus dan kronik pada hati, diikuti proliferasi jaringan ikat, degenerasi dan
regenerasi, sehingga timbul kerusakan dalam susunan parenkim hati.
Minuman yang mengandung alkohol dianggap sebagai factor utama
terjadinya sirosis hepatis. Selain pada peminum alkohol, penurunan asupan
protein juga dapat menimbulkan kerusakan pada hati, Namun demikian, sirosis
juga pernah terjadi pada individu yang tidak memiliki kebiasan minum dan
pada individu yang dietnya normal tapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi.
Faktor lain diantaranya termasuk pajanan dengan zat kimia tertentu
(karbon tetraklorida, naftalen, terklorinasi, arsen atau fosfor) atau infeksi
skistosomiastis dua kali lebih banyak daripada wanita dan mayoritas pasien
sirosis berusia 40 – 60 tahun.

II. TUJUAN
1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit tentang perawatan
sirosis hepatis, diharapkan pasien dan keluarga pasienmemahami tentang
sirosis hepatis.
2. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga
pasien mampu :
1. Menjelaskan kembali pengertian Sirosis Hepatis.
2. Menjelaskan kembali Penyebab Sirosis Hepatis.
3. Menjelaskan kembali tanda dan gejala penyakit Sirosis Hepatis.
4. Menjelaskan kembali komplikasi dari penyakit Sirosis Hepatis.
5. Menjelaskan kembali prinsip diet yang harus dilakukan penderita
Sirosis Hepatis.
6. Menjelaskan kembali bagaimana cara pencegahan dengan pola hidup
yang baik untuk pendirita sirosis hepatis

III. METODE
1. Ceramah
2. diskusi / tanya jawab.

IV. MEDIA
Leaflet

V. LANDASAN TEORI
Terlampir

VI. RENCANA PELAKSANAAN

No KEGIATAN RESPON WAKTU


. KELUARGA
1. Pendahuluan
- Menyampaikan salam - Membalas salam 3 menit
- Menjelaskan tujuan - Memperhatikan
2. Penyampaian materi 20 menit
a. Menjelaskan dan - Memperhatikan
menguraikan materi penjelasan dan
tentang : demonstrasi dengan
1. Pengertian penyakit cermat.
Sirosis Hepatis
2. Penyebab Sirosis
Hepatis
3. Tanda dan gejala
Sirosis Hepatis
4. Komplikasi sirosis
hepatis
5. Prinsip diet yang
harus dilakukan
penderita Sirosis
Hepatis.
6. Cara Pencegahan cara
pencegahan dengan
pola hidup yang baik
untuk pendirita sirosis
hepatis
b. Memberikan - Menanyakan hal
kesempatan pada peserta yang belum jelas.
penyuluhan untuk
bertanya.
c. Menjawab pertanyaan - Memperhatikan
peserta penyuluhan yang jawaban penyuluh
berkaitan dengan materi
yang belum jelas.
3. Penutup
- Tanya jawab (Evaluasi) - Menanyakan hasil
a. Menyimpulkan hasil yang belum jelas
materi dan menjawab
b. Memotivasi klien pertanyaan.
7 menit
untuk melakukan apa
yang telah di jelaskan
didalam penyululuhan
- Mengakhiri kegiatan - Menjawab salam
(Salam) penutup.
VII. EVALUASI
1. Struktur :
a. Persiapan media
Media yang digunakan dalam penyuluhan semuanya lengkap
b. Materi disiapkan dalam bentuk lampiran materi dan disajikan
menggunkan leaflet agar lebih mudah saat penyampaian kepada
Mahasiswa.
2. Proses penyuluhan :
a. Penyuluhan kesehatan tentang pencegahan penyakit sirosis hepatis
berjalan dengan lancar, Tn. A dan keluarga cukup antusias untuk
mendengarkan pemaparan materi dan mengerti tentang penyuluhan yang
diberikan.
b. Di dalam proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antar penyuluh
dengan Tn. A maupun keluarga Tn. A sebagai penerima penyuluhan.
3. Hasil penyuluhan
Tn. A dan keluarga mengetahui dan mengerti dari apa yang
disampaikan dengan kriteria mampu menjelaskan kembali penjelasan yang
akan diberikan oleh penyuluh.
a. Mampu menjelaskan kembali pengertian Sirosis Hepatis.
c. Mampu menjelaskan kembali Penyebab Sirosis Hepatis.
d. Mampu menjelaskan kembali tanda dan gejala penyakit Sirosis Hepatis.
e. Mampu menjelaskan kembali komplikasi dari sirosis hepatis
f. Mampu menjelaskan kembali prinsip diet yang harus dilakukan penderita
Sirosis Hepatis.
g. Mampu menjelaskan kembali bagaimana cara pencegahan dengan pola
hidup yang baik untuk pendirita sirosis hepatis

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C, dkk. (2001). Keperawatan Medikal Bedah 2. Edisi 8.
Jakarta.
Doenges, Marilynn E, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.
Jakarta.
Tjokonegoro, dkk. (1996). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. FKUI. Jakarta.
Price, Sylvia A, dkk. (1994). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
EGC. Jakarta.
Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. FKUI. Jakarta.

lampiran
MATERI PENYULUHAN KESEHATAN
SIROSIS HEPATIS

A. Definisi
Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati kronis yang tidak
diketahui penyebabnya dengan pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini
merupakan stadium terakhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya
pengerasan dari hati (Sujono H, 2002).
Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang difus
ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya
dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas,
pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati
akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak
teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut (Suzanne C.
Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001).
Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang difus,
ditandai dengan adanya pembentukan jaringan disertai nodul. Dimulai dengan
proses peradangan, nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan
usaha regenerasi nodul. (Iin Inayah, 2004).

B. Klasifikasi
1. Secara klinis chirrosis hati dibagi menjadi:
 Chirrosis hati kompensata, yang berarti belum adanya gejala klinis yang
nyata
 Chirrosis hati dekompensata yang ditandai gejala-gejala dan tanda
klinik yang jelas. Chirrosis hati dekompensata merupakan kelanjutan
dari proses hepatitis kronik dan pada satu tingkat tidak terlihat
perbedaanya secara klinis, hanya dapat dibedakan melalui biopsi hati.
2. Secara morfologi Sherrlock membagi Chirrosis hati bedasarkan besar
kecilnya nodul, yaitu:
 Makronoduler (Ireguler, multilobuler)
 Mikronoduler (reguler, monolobuler)
 Kombinasi antara bentuk makronoduler dan mikronoduler.
3. Menurut Gall seorang ahli penyakit hati, membagi penyakit chirrosis hati
atas:
 Chirrosis Postnekrotik, atau sesuai dengan bentuk sirosis makronoduler
atau sirosis toksik atau subcute yellow, atrophy chirrosis yang terbentuk
karena banyak terjadi jaringan nekrose.
 Nutrisional chirrosis , atau sesuai dengan bentuk sirosis mikronoduler,
chirrosis alkoholik, Laennec´s cirrhosis atau fatty cirrhosis. Chirrosis
terjadi sebagai akibat kekurangan gizi, terutama faktor lipotropik.
 Chirrosis Post hepatic, chirrosis yang terbentuk sebagai akibat setelah
menderita hepatitis.
4. Shiff dan Tumen secara morfologi membagi atas:
 Chirrosis portal laennec (alkoholik nutrisional), dimana jaringan parut
secara khas mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan oleh
alkoholis kronis
 Chirrosis pascanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar
sebagai akibat lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
 Chirrosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati
di sekitar saluran empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis
dan infeksi (kolangitis). Bagian hati yang terlibat terdiri atas ruang
portal dan periportal tempat kanalikulus biliaris dari masing-masing
lobulus hati bergabung untuk membentuk saluran empedu baru. Dengan
demikian akan terjadi pertumbuhan jaringan yang berlebihan terutama
terdiri atas saluran empedu yang baru dan tidak berhubungan yang
dikelilingi oleh jaringan parut.

C. Etiologi
Secara morfologis, penyebab sirosis hepatis tidak dapat dipastikan. Tapi
ada  dua penyebab yang dianggap paling sering menyebabkan Chirrosis
hepatis adalah:
1. Hepatitis virus
Hepatitis virus terutama tipe B sering disebut sebagai salah satu
penyebab chirrosis hati, apalagi setelah penemuan Australian Antigen oleh
Blumberg pada tahun 1965 dalam darah penderita dengan penyakit hati
kronis , maka diduga mempunyai peranan yang besar untuk terjadinya
nekrosa sel hati sehingga terjadi chirrosisi. Secara klinik telah dikenal
bahwa hepatitis virus B lebih banyak mempunyai kecenderungan untuk
lebih menetap dan memberi gejala sisa serta menunjukan perjalanan yang
kronis, bila dibandingkan dengan hepatitis virus A
2. Zat hepatotoksik atau Alkoholisme.
Beberapa obat-obatan dan bahan kimia dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan pada sel hati secara akut dan kronis. Kerusakan hati akut akan
berakibat nekrosis atau degenerasi lemak, sedangkan kerusakan kronis
akan berupa sirosis hati. Zat hepatotoksik yang sering disebut-sebut ialah
alcohol. Sirosis hepatis oleh karena alkoholisme sangat jarang, namun
peminum yang  bertahun-tahun mungkin dapat mengarah pada kerusakan
parenkim hati.
3. Hemokromatosis
Bentuk chirrosis yang terjadi biasanya tipe portal. Ada dua
kemungkinan timbulnya hemokromatosis, yaitu:
 Sejak dilahirkan si penderita menghalami kenaikan absorpsi dari Fe.
 Kemungkinan didapat setelah lahir (acquisita), misalnya dijumpai pada
penderita dengan penyakit hati alkoholik. Bertambahnya absorpsi dari
Fe, kemungkinan menyebabkan timbulnya sirosis hati.

D. Gejala dan tanda klinis


1. Gejala
Gejala chirrosis hati mirip dengan hepatitis, karena terjadi sama-sama
di liver yang mulai rusak fungsinya, yaitu: kelelahan, hilang nafsu makan,
mual-mual, badan lemah, kehilangan berat badan, nyeri lambung dan
munculnya jaringan darah mirip laba-laba di kulit (spider angiomas). Pada
chirrosis terjadi kerusakan hati yang terus menerus dan terjadi regenerasi
noduler serta ploriferasi jaringan ikat yang difusi
2. Tanda klinis
Tanda-tanda klinik yang dapat terjadi yaitu:
a. Adanya ikterus (penguningan) pada penderita chrirosis.
Timbulnya ikterus (penguningan ) pada seseorang merupakan tanda
bahwa ia sedang menderita penyakit hati. Penguningan pada kulit dan
mata terjadi ketika liver sakit dan tidak bisa menyerap bilirubin. Ikterus
dapat menjadi penunjuk beratnya kerusakan sel hati. Ikterus terjadi
sedikitnya pada 60 % penderita selama perjalanan penyakit
b. Timbulnya asites dan edema pada penderita chirrosis
Ketika liver kehilangan kemampuannya membuat protein albumin,
air menumpuk pada kaki (edema) dan abdomen (ascites). Faktor utama
asites adalah peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler usus . Edema
umumnya timbul setelah timbulnya asites sebagai akibat dari
hipoalbuminemia dan resistensi garam dan air.
c. Hati yang membesar
Pembesaran hati dapat ke atas mendesak diafragma dan ke bawah.
Hati membesar sekitar 2-3 ccm, dengan konsistensi lembek dan
menimbulkan rasa nyeri bila ditekan.
d. Hipertensi portal
Hipertensi portal adalah peningkatan tekanan darah vena portal
yang memetap di atas nilai normal. Penyebab hipertensi portal adalah
peningkatan resistensi terhadap aliran darah melalui hati.

E. Komplikasi
Komplikasi chirrosis hati yang dapat terjadi antara lain:
1. Perdarahan
Penyebab perdarahan saluran cerna yang paling sering dan berbahaya
pada chirrosis hati adalah perdarahan akibat pecahnya varises esofagus.
Sifat perdarahan yang ditimbulkan ialah muntah darah atau hematemesis,
biasanya mendadak tanpa didahului rasa nyeri. Darah yang keluar
berwarna kehitam-hitaman dan tidak akan membeku karena sudah
bercampur dengan asam lambung. Penyebab lain adalah tukak lambung
dan tukak duodeni.
2. Koma hepatikum
Timbulnya koma hepatikum akibat dari faal hati yang sudah sangat
rusak, sehingga hati tidak dapat melakukan fungsinya sama sekali. Koma
hepatikum mempunyai gejala karakteristik yaitu hilangnya kesadaran
penderita. Koma hepatikum dibagi menjadi dua, yaitu: Pertama koma
hepatikum primer, yaitu disebabkan oleh nekrosis hati yang meluas dan
fungsi vital terganggu seluruhnya, maka metabolism tidak dapat berjalan
dengan sempurna. Kedua koma hepatikum sekunder, yaitu koma
hepatikum yang timbul bukan karena kerusakan hati secara langsung,
tetapi oleh sebab lain, antara lain karena perdarahan, akibat terapi terhadap
asites, karena obat-obatan dan pengaruh substansia nitrogen.
3. Ulkus Peptikum
Timbulnya ulkus peptikum pada penderita Sirosis Hepatis lebih besar
bila dibandingkan dengan penderita normal. Beberapa kemungkinan
disebutkan diantaranya ialah timbulnya hiperemi pada mukosa gaster dan
duodenum, resistensi yang menurun pada mukosa, dan kemungkinan lain
ialah timbulnya defisiensi makanan
4. Karsinoma Hepatoselular
Kemungkinan timbulnya karsinoma pada Sirosis Hepatis terutama
pada bentuk postnekrotik ialah karena adanya hiperplasi noduler yang
akan berubah menjadi adenomata multiple kemudian berubah menjadi
karsinoma yang multiple
5. Infeksi
Setiap  penurunan kondisi badan akan mudah kena infeksi, termasuk
juga penderita sirosis, kondisi badannya menurun. Infeksi yang sering
timbul pada penderita sirosis, diantaranya adalah : peritonitis,
bronchopneumonia, pneumonia, tbc paru-paru, glomeluronefritis kronik,
pielonefritis, sistitis, perikarditis, endokarditis, erysipelas maupun
septikemi

F. Prinsip diet yang harus dilakukan penderita Sirosis Hepatis.


Sirosis adalah tahap akhir jaringan parut (fibrosis) hati yang disebabkan
oleh berbagai bentuk penyakit dan kondisi hati, seperti hepatitis dan
alkoholisme kronis. Sirosis bisa mengakibatkan terbentuknya jaringan parut.
Bila jaringan parut semakin banyak seiring perkembangan penyakit, hal itu
bisa menyebabkan hati menjadi rusak dan kehilangan fungsinya. 
Organ hati yang rusak berpotensi menghambat penyerapan nutrisi di
dalam tubuh. Oleh karena itu bagi penderita sirosis, sangat penting untuk
untuk memerhatikan makanan dan minuman yang kamu konsumsi sehari-
hari. Terutama yang mengandung protein, garam, dan gula, karena bisa
membuat hati yang dalam keadaan kurang baik bekerja lebih keras. Namun
dengan menerapkan pola makan sehat, dapat meningkatkan kualitas hidup
seorang penderita sirosis hepatis
Pola makan sehat penting bagi pengidap sirosis. Selain bisa membantu
memberikan nutrisi yang cukup, pola makan sehat juga membantu
meringankan kerja hati, sehingga kondisi organ tersebut tidak semakin buruk.
Pengidap sirosis dianjurkan untuk membatasi asupan garam, lemak,
menghindari alkohol, menjauhi daging dan seafood yang tidak matang, serta
memenuhi asupan kalori dan protein.
Oleh karena itu, prinsip diet yang diberikan untuk seseorang yang
menderita penyakit sirosis hepatis adalah diet rendah lemak namun tinggi
akan karbohidrat tetapi karbohidrat yang dimaksd disini adalah karbohidrat
yang kompleks.

G. Pola hidup sehat untuk pendirita sirosis hepatis


1. Istirahat yang cukup
2. Memperbanyak karbohidrat kompleks, seperti serat
Ada pun beberapa makanan tinggi serat yang baik untuk kesehatan
hati antara lain:
 roti atau pasta gandum utuh,
 quinoa,
 nasi merah,
 oatmeal, dan
 buah dan sayuran.
3. Mencukupi kebutuhan protein harian
sumber protein yang sehat dan tidak mengandung banyak lemak,
seperti:
 ikan,
 polong-polongan, kacang-kacangan, dan biji-bijian,
 yogurt,
 keju rendah garam,
 minyak nabati, seperti zaitun, bunga matahari, dan canola, serta
 susu dan produk olahannya.
4. Membatasi asupan lemak
Sebenarnya tidak ada salahnya untuk mengonsumsi makanan yang
berlemak. Bahkan, lemak sehat pada diet penyakit hati dianjurkan untuk
membantu mencegah pemecahan protein di hati. Namun, jika terlalu
banyak lemak yang tidak sehat, maka tidak baik juga bagi fungsi hati,
terutama ketika sudah mengalami kerusakan.
Oleh karena itu, diperlukan pemilihan makanan yang mengandung
lemak baik untukmenjaga kesehatan hari, meliputi:
 ikan berminyak, seperti salmon, tuna, dan herring,
 minyak sayur,
 kacang-kacangan, termasuk walnut dan almond,
 buah zaitun,
 sayuran berdaun hijau gelap, seperti bayam dan brokoli,
 alpukat, dan
 susu.
5. Memperbanyak konsumsi buah dan sayur
Buah dan sayur banyak mengandung serat dan antioksidan yang
tinggi, keduanya tentu baik untuk organ hati. Sebagai contoh, buah sitrus
seperti lemon dan jeruk nipis kaya akan asam sitrat, kalium, dan vitamin
C.
Zat gizi ini dapat membantu meningkatkan energi, detoksifikasi hati,
dan mengurangi peradangan. Bahkan, flavonoid pada buah sitrus dapat
membantu melindungi hati dari kerusakan.
Selain buah sitrus, jenis buah dan sayuran lainnya yang bisa
dimanfaatkan dalam menjalani diet penyakit hati meliputi:
 jeruk bali,
 kubis brussel,
 brokoli,
 kembang kol,
 kangkung,
 sawi, dan
 buah beri, seperti blueberry dan cranberry.
6. Menghindari garam terlalu banyak
Bila mengalami seseorang menderita penyakit hati, maka sangat
diperlukan untuk mengurangi asupan garam secara berkala, yaitu kurang
dari 1500 miligram per hari. Hal ini bertujuan agar tubuh tidak menahan
cairan terlalu banyak karena fungsi hati berjalan tidak normal. Hal ini
dikarenakan penumpukan cairan di tubuh dapat memicu pembengkakan.
Contoh makanan yang mengandung garam tinggi dan harus dibatasi
dalam pengonsumsiannya, seperti:
 garam dapur,
 daging asap, sosis, dan kornet,
 makanan kaleng dan kaldu sayuran siap saji,
 makanan beku dan makanan ringan kemasan,
 kecap asin dan saus olahan, dan
 sup kemasan.
7. Berhenti minum alcohol
Liver merupakan organ pencernaan yang mampu meregenerasi
secara mandiri. Namun, dalam penyaringan alkohol akan menyebabakan
beberapa sel hati akan mati.
Walaupun liver dapat mengembangkan sel baru, penyalahgunaan
alkohol secara terus menerus dapat mengurangi kemampuannya untuk
beregenerasi. Hal ini tentu dapat menyebabkan kerusakan hati yang
serius dan permanen.
8. Minum suplemen vitamin D
Penderita penyakit liver biasanya mengalami kekurangan vitamin D.
Guna mencegah komplikasi penyakit hati lebih lanjut, maka dianjurkan
bagi penderita untuk minum suplemen vitamin D.
Selain itu, pemenuhan kebutuhan vitamin D dapat dilakukan dengan
dengan berjemur dan mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin D,
seperti:
 ikan berlemak,
 minyak ikan,
 kuning telur,
 hati sapi, dan
 jamur.

Anda mungkin juga menyukai