Anda di halaman 1dari 10

SAP PLAINING SIROSIS HEPATIS

DI SUSUN
OLEH:

KELOMPOK 3

1. ADEL PUNA

2. MUHAMMAD NAFIS

3. ICHA NOVITASARI

4. INTAN FAJRIA

5. ROSMITA

6. RAUZATUL JANNAH

7. NOVI ANGGRAINI

8. MAULIA FITRI

9. NURUL SAFIRA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MUHAMMADIYAH LHOKSEUMAWE
TAHUN 2019

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN (PENDKES)

SIROSIS HEPATIS

A. LATAR BELAKANG
Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan
adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses
peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi
nodul.Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang difus, ditandai
dengan adanya pembentukan jaringan disertai nodul. Dimulai dengan proses peradangan,
nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul.

Dinegara maju,hepatis C kronis dan konsumsi alcohol yang berlebihan merupakan


penyebab umum dari sirosis. Sirosis ditandai dengan fibrosis jaringan dan konfersi hati yang
normal menjadi modul structural yang abnormal. Akibatnya, bentuk hati yang normal akan
berubah disertai terjadinya penekanan pada pembuluh darah dan terganggunya aliran darah
vena porta yang bakhirnya menyebabkan hipertensi portal. Di Indonesia penyakit sirosis
hepatis diakibatkan oleh hepatitis B dan C.

B. TUJUAN
1. Umum :
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan diharapkan masyarakat dapat mengetahui
tentang sirosis hepatis.
2. Khusus :
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang kanker leher rahim masyarakat akan
dapat:
 Mengerti dan memhami tentang definisi sirosis hepatis.
 Memahami klasifikasi sirosis hepatis.
 Memahami tentang etiologi sirosis hepatis.
 Memahami tentang gejala dan tanda klinis sirosis hepatis.
 Memahami komplikasi sirosis hepatis.
 Memahami penatalaksanaan medis sirosis hepatis.

1
C. POKOK BAHASAN
Sirosis Hepatis

D. SUB POKOK BAHASAN


1. Definisi sirosis hepatis.
2. Etiologi sirosis hepatis.
3. Gejala dan tanda klinis sirosis hepatis.
4. Komplikasi sirosis hepatis.
5. Penatalaksanaan sirosis hepatis.

E. SASARAN
Masyarakat Desa krueng geukuh.

F. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi

G. WAKTU DAN TANGGAL PENYULUHAN


Hari/tanggal : 26 juli 2019
Waktu : 15 menit
Tempat : kontor keusyik

H. MEDIA DAN ALAT


1. leaflat

I. PENYAJI
1. Rauzatul jannah
2. Novi anggraini
3. Nurul safira

2
J. KEGIATAN PENYULUHAN

Tahap Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Media Waktu

Pendahuluan  Memberi salam dan  Menjawab salam 2 menit


membuka kegiatan
penyuluhan.
 Mendengarkan
 Memperkenalkan diri.
 Menjelaskan TIU dan
 Mendengarkan
TIK.

 Mendengarkan
Penyajian  Menjelaskan pengertian  Mendengarkan leaflat 10 menit
sirosis hepatis.
 Menjelaskan etiologi
 Mendengarkan
sirosis hepatis.
 Menjelaskan gejala dan
tanda klinis sirosis
hepatis.
 Mendengarkan
 Menjelaskan
komplikasi sirosis
hepatis.
 Menjelaskan
 Mendengarkan
penatalaksanaan sirosis
hepatis.
 Memberi kesempatan
kepada peserta
 Mengajukan
penyuluhan untuk
pertanyaan
bertanya.
 Menjawab pertanyaan.

 Mendengarkan

3
Penutup  Mengevaluasi  Menjawab 3 menit
pengetahuan peserta pertanyaan.
tentang materi yang di
sampaikan dengan
memberikan
pertanyaan mengenai  Mendengarkan dan
sirosis hepatis. memperhatikan.
 Membuat kesimpulan.  Menjawab salam.
 Memberi salam dan
menutup pertemuan.

K. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. kesiapan peserta mengikuti penyuluhan.
b. media memadai.
c. tempat sesuai dengan kegiatan.
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan pre plaining sesuai alokasi waktu.
b. Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dengan efektif dan kooperatif.
c. Peserta menanyakan hal-hal yang kurang jelas.
d. Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan.
3. Evaluasi Hasil
a. 80% masyarakat mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh penyuluh.

4
Materi

SIROSIS HEPATIS

A. Definisi sirosis hepatis


Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati kronis yang tidak diketahui
penyebabnya dengan pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium
terakhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya pengerasan dari hati (Kuncara H, 2002).
Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai
dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan
adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan
usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi
mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul
tersebut (Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001).
Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang difus, ditandai
dengan adanya pembentukan jaringan disertai nodul. Dimulai dengan proses peradangan,
nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. (Iin
Inayah, 2004).

B. Etiologi sirosis hepatis


Penyebab Chirrosis Hepatis :
Secara morfologis, penyebab sirosis hepatis tidak dapat dipastikan. Tapi ada  dua
penyebab yang dianggap paling sering menyebabkan Chirrosis hepatis adalah:
1.  Hepatitis virus
Hepatitis virus terutama tipe B sering disebut sebagai salah satu penyebab chirrosis
hati, apalagi setelah penemuan Australian Antigen oleh Blumberg pada tahun 1965
dalam darah penderita dengan penyakit hati kronis , maka diduga mempunyai peranan
yang besar untuk terjadinya nekrosa sel hati sehingga terjadi chirrosisi. Secara klinik
telah dikenal bahwa hepatitis virus B lebih banyak mempunyai kecenderungan untuk
lebih menetap dan memberi gejala sisa serta menunjukan perjalanan yang kronis, bila
dibandingkan dengan hepatitis virus A
2.  Zat hepatotoksik atau Alkoholisme.
Beberapa obat-obatan dan bahan kimia dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada
sel hati secara akut dan kronis. Kerusakan hati akut akan berakibat nekrosis atau
degenerasi lemak, sedangkan kerusakan kronis akan berupa sirosis hati. Zat

5
hepatotoksik yang sering disebut-sebut ialah alcohol. Sirosis hepatis oleh karena
alkoholisme sangat jarang, namun peminum yang  bertahun-tahun mungkin dapat
mengarah pada kerusakan parenkim hati.
3. Hemokromatosis
Bentuk chirrosis yang terjadi biasanya tipe portal. Ada dua kemungkinan timbulnya
hemokromatosis, yaitu:
a.  Sejak dilahirkan si penderita menghalami kenaikan absorpsi dari Fe.
b. Kemungkinan didapat setelah lahir (acquisita), misalnya dijumpai pada penderita
dengan penyakit hati alkoholik. Bertambahnya absorpsi dari Fe, kemungkinan
menyebabkan timbulnya sirosis hati.

C. Gejala dan tanda klinis


1. Gejala
Gejala chirrosis hati mirip dengan hepatitis, karena terjadi sama-sama di liver
yang mulai rusak fungsinya, yaitu: kelelahan, hilang nafsu makan, mual-mual, badan
lemah, kehilangan berat badan, nyeri lambung dan munculnya jaringan darah mirip
laba-laba di kulit (spider angiomas). Pada chirrosis terjadi kerusakan hati yang terus
menerus dan terjadi regenerasi noduler serta ploriferasi jaringan ikat yang difus.

2. Tanda Klinis
Tanda-tanda klinik yang dapat terjadi yaitu:

a.  Adanya ikterus (penguningan) pada penderita chrirosis.

Timbulnya ikterus (penguningan ) pada seseorang merupakan tanda bahwa ia


sedang menderita penyakit hati. Penguningan pada kulit dan mata terjadi ketika
liver sakit dan tidak bisa menyerap bilirubin. Ikterus dapat menjadi penunjuk
beratnya kerusakan sel hati. Ikterus terjadi sedikitnya pada 60 % penderita selama
perjalanan penyakit.

b. Timbulnya asites dan edema pada penderita chirrosis

Ketika liver kehilangan kemampuannya membuat protein albumin, air


menumpuk pada kaki (edema) dan abdomen (ascites). Faktor utama asites adalah
peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler usus . Edema umumnya timbul setelah
timbulnya asites sebagai akibat dari hipoalbuminemia dan resistensi garam dan air.
6
c.  Hati yang membesar

Pembesaran hati dapat ke atas mendesak diafragma dan ke bawah. Hati


membesar sekitar 2-3 cm, dengan konsistensi lembek dan menimbulkan rasa nyeri
bila ditekan.

d. Hipertensi portal

Hipertensi portal adalah peningkatan tekanan darah vena portal yang memetap di
atas nilai normal. Penyebab hipertensi portal adalah peningkatan resistensi terhadap
aliran darah melalui hati.

D. Komplikasi sirosis hepatis


Komplikasi chirrosis hati yang dapat terjadi antara lain:

1.  Perdarahan
Penyebab perdarahan saluran cerna yang paling sering dan berbahaya pada
chirrosis hati adalah perdarahan akibat pecahnya varises esofagus. Sifat perdarahan
yang ditimbulkan ialah muntah darah atau hematemesis, biasanya mendadak tanpa
didahului rasa nyeri. Darah yang keluar berwarna kehitam-hitaman dan tidak akan
membeku karena sudah bercampur dengan asam lambung. Penyebab lain adalah
tukak lambung dan tukak duodeni.

2.  Koma hepatikum
Timbulnya koma hepatikum akibat dari faal hati yang sudah sangat rusak,
sehingga hati tidak dapat melakukan fungsinya sama sekali. Koma hepatikum
mempunyai gejala karakteristik yaitu hilangnya kesadaran penderita. Koma
hepatikum dibagi menjadi dua, yaitu: Pertama koma hepatikum primer, yaitu
disebabkan oleh nekrosis hati yang meluas dan fungsi vital terganggu seluruhnya,
maka metabolism tidak dapat berjalan dengan sempurna. Kedua koma hepatikum
sekunder, yaitu koma hepatikum yang timbul bukan karena kerusakan hati secara
langsung, tetapi oleh sebab lain, antara lain karena perdarahan, akibat terapi terhadap
asites, karena obat-obatan dan pengaruh substansia nitrogen.

3.  Ulkus Peptikum

7
Timbulnya ulkus peptikum pada penderita Sirosis Hepatis lebih besar bila
dibandingkan dengan penderita normal. Beberapa kemungkinan disebutkan
diantaranya ialah timbulnya hiperemi pada mukosa gaster dan duodenum, resistensi
yang menurun pada mukosa, dan kemungkinan lain ialah timbulnya defisiensi
makanan.

4. Karsinoma Hepatoselular
Kemungkinan timbulnya karsinoma pada Sirosis Hepatis terutama pada bentuk
postnekrotik ialah karena adanya hiperplasi noduler yang akan berubah menjadi
adenomata multiple kemudian berubah menjadi karsinoma yang multiple

5.  Infeksi
Setiap  penurunan kondisi badan akan mudah kena infeksi, termasuk juga
penderita sirosis, kondisi badannya menurun. Infeksi yang sering timbul pada
penderita sirosis, diantaranya adalah : peritonitis, bronchopneumonia, pneumonia,
tbc paru-paru, glomeluronefritis kronik, pielonefritis, sistitis, perikarditis,
endokarditis, erysipelas maupun septikemi.

E. Penatalaksanaan Medis

Istirahat di tempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, asites, dan demam.Diet
rendah protein (diet hati III protein 1gr/kg BB, 55 gr protein, 2.000 kalori). Bila ada asites
diberikan diet rendah garam II (600-800 mg) atau III (1.000-2000 mg). Bila proses tidak
aktif diperlukan diet tinggi kalori (2.000-3000 kalori) dan tinggi protein (80-125 gr/hari).
Bila ada tanda-tanda prekoma atau koma hepatikum, jumlah protein dalam makanan
dihentikan (diet hati II) untuk kemudian diberikan kembali sedikit demi sedikit sesuai
toleransi dan kebutuhan tubuh. Pemberian protein yang melebihi kemampuan pasien atau
meningginya hasil metabolisme protein, dalam darah viseral dapat mengakibatkan
timbulnya koma hepatikum. Diet yang baik dengan protein yang cukup perlu
diperhatikan.

Mengatasi infeksi dengan antibiotik diusahakan memakai obat-obatan yang jelas


tidak hepatotoksik.Mempebaiki keadaan gizi bila perlu dengan pemberian asam amino
esensial berantai cabang dengan glukosa, Roboransia. Vitamin B compleks. Dilarang
makan dan minum bahan yang mengandung alkohol.

8
DAFTAR PUSTAKA

Joane C. Mc. Closkey, Gloria M. Bulechek, 2006, Nursing Interventions Classification


(NIC), Mosby Year-Book: St. Louis.

Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &


Suddarth, EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai