Anda di halaman 1dari 18

KONSEP DAN PRINSIP KESELAMATAN PASIEN

Makalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Program Studi Profesi Ners Lanjutan Jurusan Keperawatan


Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado

Disusun oleh :

AUDRI MAATOKE
DERSI
FIRNAWATI MASPEKE
NUR EKA DJIHAN DINAH
NURMANTO AMIN
NURNANINGSI GAGU
SITI HARDIYANTI KIYAI MARDJO
WAHYUNI AMIR
WINDRA PAPEHASENG

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO
2021

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kami panjatkan Tuhan yang maha esa, karena telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya kepada kita semua sehingga kami dapat mengerjakan tugas Makalah  dari
mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam Keperawatan.
            Kami mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan
didalamnya. Karena kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna menyempurnakan laporan kami selanjutnya. Kami berharap laporan ini dapat
bermanfaat bagi kami umumnya dan khususnya kepada pembaca.

Penyusun

(Kelompok II)

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Patient Safety ..................................................................... 3


B. Tujuan Patient Safety............................................................................ 3
C. Lingkup Keamanan dan Keselamatan Pasien ...................................... 4
D. Langkah-langkah Patient Safety .......................................................... 4
E. Prespektif Keperawatan pada Patient Safety ....................................... 7
F. Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit .......................................... 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 12
B. Saran .................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan pasien merupakan prioritas utama yang harus dilaksanakan oleh


rumah sakit. Hal ini sangat erat kaitannya baik dengan citra rumah sakit maupun
keamanan pasien. Tujuan dari pelaksanaan keselamatan pasien di rumah sakit adalah
untuk melindungi pasien dari kejadian yang tidak diharapkan. Risiko kejadian ini berasal
dari proses pelayanan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan melalui program-program
yang telah ditetapkan oleh rumah sakit (Depkes RI, 2008).
Kasus tentang keselamatan pasien telah menjadi perhatian beberapa negara di dunia
dikarenakan masih tetap ada kejadian yang tidak diharapkan (KTD). Hal ini dapat dilihat
dari KTD yang terjadi di rumah sakit Utah dan Colorado yaitu sebesar 2,9 %, dimana 6,6
% diantaranya meninggal. Sedangkan di New York, KTD sebesar 3,7 % dengan angka
kematian 13,6 %. Angka kematian akibat KTD pada pasien rawat inap yang berjumlah
33,6 juta per tahun di seluruh Amerika berkisar 44.000-98.000 per tahun. World Health
Organization (WHO) pada tahun 2004 mengumpulkan data tentang KTD di rumah sakit
dari berbagai negara (Amerika, Inggris, Denmark, dan Australia) yang memiliki rentang
KTD sebesar 3,2-16,6 %. Data tersebut menjadi pemicu di berbagai negara untuk
melakukan penelitian dan pengembangan sistem keselamatan pasien (Depkes RI, 2008).
Kasus tersebut yang mendorong pemerintah Indonesia untuk lebih memberikan
perhatian khususnya terhadap masalah keselamatan pasien di rumah sakit. Hal ini
dibuktikan dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) Nomor 1691
Tahun 2011 tentang keselamatan pasien di rumah sakit. Peraturan tersebut menekankan
adanya enam Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) yang wajib diupayakan oleh setiap
rumah sakit yang meliputi: ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang
efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat-lokasi, tepat-
prosedur, tepat-pasien operasi, pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan,
dan pengurangan risiko pasien jatuh.
Sasaran keenam pada peraturan tersebut menunjukkan bahwa setiap rumah sakit
harus memperhatikan tentang risiko pasien jatuh. Hal ini terlihat dari berbagai kejadian
pasien jatuh yang masih cukup tinggi di berbagai negara. Contoh kejadian pasien jatuh di
rumah sakit Swiss yaitu sebanyak 30,1 % pasien mengalami cedera ringan dan 5,1 %
pasien mengalami cedera berat serta memperpanjang lama perawatan (Schwendimann et
al, 2008). Kejadian tersebut juga terjadi di rumah sakit Inggris yaitu sebanyak
250.000/tahun kejadian pasien jatuh dengan 1000 kasus lebih menyebabkan patah tulang
(Healthcare Quality Improvement Partnership, 2012). National Patient Safety Agency
(NPSA) Inggris sebelumnya juga melaporkan 200.000 lebih kejadian pasien jatuh yang
dirawat inap selama 12 bulan. Terdapat 26 kejadian yang berakibat pada kematian dan
sebagian besar kematian tersebut sebelumnya pasien mengalami cedera patah tulang
panggul (NPSA, 2011). Tingginya kejadian 3 pasien jatuh tersebut menyebabkan kerugian
bagi pihak rumah sakit dan pasien. Adapun dampak yang ditimbulkan adalah cedera

4
ringan bahkan bisa sampai kematian, serta dapat memperpanjang lama perawatan (Length
of Stay/LOS) di rumah sakit sehingga biaya perawatan menjadi lebih besar.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Konsep Keselamatan Pasien?

2. Apa itu Prinsip Keselamatan Pasien?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui konsep keselamatan pasien.

2. Mengetahui prinsip keselamatan pasien.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Patient Safety


Patient Safety adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien di rumah sakit
menjadi lebih aman. Menurut Kohn, Corrigan & Donaldson tahun 2000 patient safety
adalah tidak adanya kesalahan atau bebas dari cidera karena kecelakaan. Menurut
Supari, tahun 2005, patient safety adalah bebas dari cidera aksidental atau
menghindarkn cidera pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan.
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan
pengelolaan yang berhubungan dengan resiko pasien, laporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk
meminimalkan resiko.
Cooper et al (2000) dalam mendifinisikan bahwa “patient safety as the avoidance,
prefention and amelioration of adverse outcomes or injurys stemmink from the
processes of health care. “ Pengertian ini maksudnya bahwa pasien safety merupakan
penghindaran, pencegahan dan perbaikan dari kejadian yang tidak diharapkan atau
mengatasi cidera-cidera dari proses pelayanan kesehatan.
Pasien safety melibatkan system operasional dan system pelayanan yang
meminimalkan kemungkinan kejadian adverst event/ error dan memaksimalkan
langkah-langkah penanganan bila error telah terjadi. System ini mencegah terjadinya
cdera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil. (KKP-RS)

B. Tujuan Patient Safety

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.


2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya KTD ( kejadian tidak diinginkan) di rumah sakit.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
KTD.

6
C. Lingkup Keamanan dan Keselamatan Pasien
Dalam pencegahan infeksi, desain lingkungan perawatan pasien harus
memenuhi persyaratan aman perawatan berkualitas tinggi dengan
mempertimbangkan hal berikut (the comision on patient safety and quality
assurance of irlandia , 2008) :

1. Memaksimalkan kenyamanan dan martabat pasien.


2. Menjamin kemudahan pelaksanaan perawatan profesional.
3. Membuat ketentuan yang sesuai untuk anggota keluarga dan pengunjung.
4. Meminimalkan resiko infeksi.
5. Meminimalkan resiko efek samping lain sperti jatuh atau kesalahan
pengobatan.
6. Mengelola transportasi pasien.
7. Memungkinkan untuk fleksibilitas penggunaan dari waktu ke waktu dan
persyaratan perencanaan pelayanan selanjutnya.

D. Langkah-langkah Patient Safety


1. Sembilan Solusi Keselamatan Pasien di RS, yaitu:
a. Perhatikan nama obat , rupa dan ucapan mirip (look – alike, sound alike
medication names) Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM),
yang membingungkan staf pelaksana adalah salah satu penyebab paling
sering dalam kesalahan obat (medication error). Solusi :
1) NORUM ditekankan pada penggunaan protokol untuk pengurangan
resiko
2) Memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah yang
dicetak lebih dulu.
3) Pembuatan resep secara elektronik.
b. Pastikan identifikasi pasien.
Kegagalan mengidentifikasi pasien kesalahan pengobatan, tranfusi,
pemeriksaan, pelaksanaan prosedur yang keliru orang, penyerahan bayi
kepada bukan keluarganya, dsb. Rekomendasi :
1) Verifikasi terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien
dalam proses ini.

vii
2) Standarisasi dalam metode identifikasi disemua RS dalam suatu
sistem layanan kesehatan.
3) Partisipasikan pasien dalam konfirmasi ini.
4) Penggunaan protokol untuk membedakan identifikasi pasien dengan
nama yang sama.

c. Komunikasi secara benar saat serah terima pasien.


Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima / pengoperan pasien
antara unit-unit pelayanan, dan didalam serta antar tim pelayanan dan
terputusnya kesinambungan pelayanan, pengobatan yang tidak tepat, dan
potensial dapat mengakibatkan cidera terhadap pasien. Rekomendasi :
1) Memperbaiki pola serah terima pasien termasuk penggunaan
protocol untuk mengkomunikasikan informasi yang bersifat kritis.
2) Memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya dan
menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pada serah terima.
3) Melibatkan para pasien serta keluarga dalam proses serah terima.
d. Pastikan tndakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.
Penyimpangan pada hal ini pelaksanaan prosedur yang keliru atau
pembedaan sisi tubuh yang salah sebagian besar adalah akibat
misskomunikasi dan tidak adanya informasi atau informasi yang tidak
benar. Factor yang paling banyak kontribusinya terhadap kesalahan-
kesalahan macam ini adalah tidak ada atau kurangnya proses prabedah
yang distandarisasi. Rekomendasi :
1) Mencegah jenis-jenis kekeliruan yang tergantung pada pelaksaan
proses verifikasi pra pembedahan.
2) Pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang
akan melaksanakan prosedur.
3) Adanya tim yang terlibat dalam prosedur sesaat sebelum memulai
prosedur untuk mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan
sisi yang akan dibedah.
e. Kendalikan cairan elektrolit pekat.

viii
Sementara semua obat-obatan , biologis , vaksin dan media kontras
memiliki profil resiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk
injeksi khususnya adalah berbahaya. Rekomendasi :
1) Membuat standarisasi dari dosis, unit ukuran dan istilah.
2) Pencegahan atas campur aduk / bingung tentang cairan elektrolit
pekat yang spesifik.
f. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan.
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi /
pengalihan. Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu
proses yang didesain untuk mencegah salah obat (medication errors) pada
titik-titik transisi pasien. Rekomendasi :
1) Menciptakan suatu daftar yang paling lengkap dan akurat dan
seluruh medikasi yang sedang diterima pasien juga disebut sebagai
“home medication list” , sebagai perbandingan dengan daftar saat
admisi , penyerahan dan / atau perintah pemulangan bila mana
menuliskan perintah medikasi.
2) Komunikasikan daftar tersebut kepada petugas pelayanan yang
berikut dimana pasien akan ditransfer atau dilepaskan.
g. Hindari salah kateter dan salah sambung selang.
Selang, kateter, dan spuit (syringe)yang digunakan harrus didesain
sedemikian rupa agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD (kejadian
tidak diharapkan) yang bisa menyebabkan cidera atas pasien melalui
penyambungan spuit dan selang yang salah, serta memberikan medikasi
atau cairan melalui jalur yang keliru. Rekomendasi :
1) Menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi secara detail / rinci
bila sedang mengerjakan pemberian medikasi serta pemberian
makan (misalnya elarang yang benar), dan bila mana menyambung
alat-alat kepada pasien ( misalnya menggunakan sambungan dan
selang yang benar).
h. Gunakan alat injeksi sekali pakai.
Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebarah HIV , HBV,
dan HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang dari jarum suntik.
Rekomendasi :
1) Perlunya melarang pakai ulang jarum di fasilitas pelayanan

ix
kesehatan.
2) Pelatihan periodic para petugas di lembaga-lembaga pelayanan
kesehatan khususnya tentang prinsip-prinsip pengendalian infeksi ,
edukasi terhadap pasien dan keluarga mereka mengenai penularan
infeksi melalui darah.
3) Praktik jarum sekali pakai yang aman.
i. Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.
Diperkirakan bahwa setiap saat lebih dari 1,4 juta orang diseluruh dunia
menderita infeksi yang diperoleh di RS. Kebersihan tangan yang efektif
adalah ukuran preventif yang primer untuk menghindarkan masalah ini.
Rekomendasi :
1) Mendorong implementasi penggunaan cairan “alcohol based hand
robs” tersedia pada titik-titik pelayanan tersedianya sumber air pada
semua kran.
2) Pendidikan staf mengenai teknik kebersuhan tangan yang benar
mengingatkan penggunaan tangan bersih di tempat kerja.
3) Pengukuran kepatuhan penerapan kebersihan tangan melalui
pemantauan / observasi dan teknik-teknik yang lain.
2. Tujuh langkah menuju keselamatan pasien RS sebagai panduan bagi
staff RS (Depkes RI, 2006)
a. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien , ciptakan
kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
b. Pimpin dan dukung staf RS , bangunlah komitmen dan fokus yang kuat
dan jelas tentang keselamatan pasien di RS.
c. Integrasikan aktivitas pengelolaan resiko, kembangkan sistem dan proses
pengelolaan resiko, serta lakukan identifikasi dan penilaian hal yang
potensial bermasalah.
d. Kembangkan sistem pelaporan pastikan staf dapat dengan mudah
melaporkan kejadian atau insiden, serta RS mengatur pelaporan kepada
KKP-RS .
e. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien , kembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien.
f. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien , dorong staf
untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan
mengapa kejadian itu timbul.
g. Cegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien, gunakan

x
informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan
perubahan pada sistem pelayanan.
E. Perspektif Keperawatan pada Patient Safety
Patient Safety pada keperawatan merupakan upaya pencegahan injury pada
pasien disebabkan langsung oleh pemberi pelayanan kesehatan itu sendiri.
Lebih dari 10 tahun terakhir, patient safety menjadi prioritas utama dalam
system pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan termasuk perawat memiliki
tanggung jawab terhadap pengobatan dan perawatan pasien selama berada di
rumah sakit termasuk patient safety.
Tenaga kesehatan secara umum merupakan satu kesatuan tenaga yang
terdiri dari tenaga medis, tenaga perawatan, tenaga para medis non perawatan
dan tenaga non medis. Dari semua kategori tenaga kesehatan yang bekerja di
rumah sakit, tenaga perawatan merupakan tenaga terbanyak dan mereka
mempunya waktu kontrak dengan pasien lebih lama dibandingkan tenaga
kesehatan yang lain, sehingga mereka mempunyai peranan penting dalam
menentukan baik buruknya mutu pelayanan kesehatan dirumah sakit . Namun
demikian, harus diakui bahwa peran perawat dalam memberikan pelayanan
yang bermutu masih membutuhkan perhatian dari pihak manajemen. Salah satu
indicator tentang pelayanan kesehatan ini dilihat dari angka kematian pasien
baik dari meninggal kurang dari 48 jam maupun lebih dari 48 jam.
Aspek hokum terhadap pasien safety atau kesalamatan pasien sebagai
berikut : UU tentang kesehatan dan UU tentang rumah sakit .
1. Keselamatan pasien sebagai isu hukum
a. Pasal 55 (3) UU no 36/2009: “Pelaksanaan pelayanan kesehatan harus
mendahulukan keselamatan nyawa pasien.”
b. Pasal 32n UU no 44/2009: “Pasien berhak memperoleh keamanan dan
keselamatan dirinya selama dalam perawatan dirumah sakit.”
c. Pasal 58 UU no 36/2009:
1) “Setiap orang berhak menuntut G.R terhadap seseorang, tenaga
kesehatan, dan atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan
kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan
yang diterimana.”
2) “…..Tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan
penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam

xi
keadaan darurat.”
2. Tanggung jawab hokum rumah sakit
a. Pasal 29 B UU no 44/2009: “Memberikan pelayanan kesehatan yang
aman, bermutu, anti diskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan
kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.”
b. Pasal 46 UU no 44/2009: “Rumah sakit bertanggung jawab secara
hokum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang
dilakukan tenaga kesehatan di RS.”
c. Pasal 45 (2) UU no 44/2009: “Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam
melaksanakan tugas dalam rangka menyelamatkan nyawa manusia.”
3. Bukan tanggung jawab rumah sakit
Pasal 45 (1) UU no 44/2009 tentang RS: “Rumah sakit tidak bertanggung
jawab secara hokum apabila pasien dan atau keluarganya menolak atu
menghentikan pengobatan yang dapat berakibat kematian pasien setelah
adanya penjelasan medis yang komprehensif.”
4. Hak Pasien
a. Pasal 32 D UU no 44/2009: “Setiap pasien mempunyai hak
memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai standar profesi
dan standar prosedur operasional.”
b. Pasal 32E UU no 49/2009: “Setiap pasien mempunyai hak memperoleh
layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi.”
c. Pasal 32J UU no 44/2009: “Setiap pasien mempunyai hak tujuan
tindakan medis, alternative tindakan, resiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiran biaya pengobatan.”
d. Pasal 32Q UU no 44/2009: “Setiap pasien mempunyai hak menggugat
dan atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana.”
5. Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien
Pasal 43 UU no 44/2009

a. RS wajib menerapkan standar keselamatan pasien

xii
b. Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan
insiden, menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah
dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak
diharapkan.
c. RS melaporkan kegiatan keselamatan pasien kepada komite yang
membidangi keselamatan pasien yang ditetapkan oleh menteri.
d. Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat secara anonym dan
ditujukan untuk mengkoreksi system dalam rangka meningkatan
keselamatan pasien.
F. Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit (DepKes)
1. Hak pasien

Standar : Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk


mendapatkaninformasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk
kemungkinanterjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.

Kriteria: Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan,dokter


penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
,dokter jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas dan
benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan,
pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya
kejadian tidak diharapkan.

2. Mendidik pasien dan keluarga

Standar : RS harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajibandan


tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.

Kriteria : Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat


ditingkatkandengan keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam
proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada system dan mekanisme
mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab
pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien
dan keluarga dapat : Memberikan informasi yang benar,jelas lengkap dan
jujur ,mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan
keluarga,mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidakang rasa
dan memenuhi kewajibab financial yang disepakati.

xiii
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

Standar : RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjaminkoordinasi


antar tenaga dan antar unit pelayanan.

Kriteria : Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai darisaat


pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan,tindakan
pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari RS, terdapatkoordinasi
pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dankelayakan sumber
daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruhtahap pelayanan
transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik danlancar, terdapat
koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatankomunikasi untuk
memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanankeperawatan, pelayanan sosial,
konsultasi dan rujukan, pelayanankesehatan primer dan tindak lanjut lainnya,
terdapat komunikasi dan 15 transfer informasi antar profesi kesehatan
sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan
efektif.

4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukanevaluasi


dan program peningkatan keselamatan pasien

Standar : RS harus mendesain proses baru atau memperbaiki prosesyang


ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulandata,
menganalisis secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan, danmelakukan
perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.

Kriteria : Setiap RS harus melakukan proses perancangan (desain) yang


baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan RS, kebutuhan pasien, petugas
pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat,
danfaktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan
"Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien RS", setiap RS
harusmelakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain terkait dengan:
pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan,
keuangan, setiap RS harus melakukan evaluasi intensif terkaitdengan semua
Kejadian Tidak Diharapkan, dan secara proaktifmelakukan evaluasi satu
proses kasus risiko tinggi, setiap RS harus menggunakan semua data dan
informasi hasil analisis untuk menentukan perubahan sistem yang

xiv
diperlukan, agar kinerja dan keselamatan pasti terjamin.

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

Standar : Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program


keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organsasi melalui penerapan
“Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah sakit”, pimpinan
menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko
keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi kejadian tidak
diharapkan, pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan
oordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan
tentang keselamatan pasien, pimpinan mengalokas ikan sumber daya yang
adekuat untuk mengukur, mengkaji, dan menigkatkan kinerja rumah sakit
serta meningkatkan keselamatan pasien dan pimpinan mengukur dan
mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan kinerja rumah sakit
dan keselamatan pasien.

Kriteria : Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan


pasien, tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis- jenis kejadian yang
memerlukan perhatian, mulai dari “kejadian nyaris cedera (near miss)
sampai dengan “Kejadian Tidak Diharapkan” (adverse event), Tersedia
mekanisme kerja untuk menjmin bahwa semua komponen dari rumah sakit
terintregrasi dan berpatisipasi dalam program keselamatan pasien, tersedia
prosedur “cepat tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien
yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian
informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.

6. Mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas

Standar : rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang


berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta
mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.

Kriteria : Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan


dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai
dengan tugasnya masing- masing, setiap rumah sakit harus megintregasikan
topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan in- service training dan

xv
memberi pedoman yan jelas tentang pelaporan insiden dan setiap rumah
sakit harus menyelenggarkan pelatihan tentang kerjasama kelompok
(teamwork) guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam
rangka melayani pasien.

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien


Standar : Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen
informasi keelamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi 17
internal dan eksternal, transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan
akurat.

Kriteria : Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain


proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal
terkait dengan keselamatan pasien, tesedia mekanisme identifikasi masalah
dan kendala komunikasi untuk merevisi manajemen informasi yang ada.

Proses monitoring keselamatan pasien, yaitu :


a. Pembuatan sistem pelaporan secara formal
b. Pelaporan insiden/ kejadian (KTD/KNC)
c. Analisa insiden/ investigasi diduga ada kesalan prosedur
d. Tindakan perbaikan (action)

xvi
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Patient Safety adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien di rumah
sakit menjadi lebih aman. Menurut Kohn, Corrigan & Donaldson tahun 2000
patient safety adalah tidak adanya kesalahan atau bebas dari cidera karena
kecelakaan. Menurut Supari, tahun 2005, patient safety adalah bebas dari cidera
aksidental atau menghindarkn cidera pada pasien akibat perawatan medis dan
kesalahan pengobatan.
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi
pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan yang berhubungan dengan resiko
pasien, laporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut
dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko.

B. Saran

Pembaca sebaiknya tidak hanya membaca dari materi makalah ini saja
karena masih banyak referensi yang lebih lengkap yang membahas materi dari
makalah ini. Oleh karena itu, pembaca sebaiknya membaca dari referensi dan
literatur lain untuk menambah wawasan yang lebih luas tentang materi ini.

xvii
DAFTAR PUSTAKA

https://jdih.baliprov.go.id/uploads/produk-
hukum/peraturan/2017/PERMENKES/permenkes-11-2017.pdf di akses pada tanggal
23/7/2021, pukul 21.00

https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/5c73d18b3282a47bf1561050272e912b.
pdf diakses pada tanggal 24/7/2021, pukul 09. 00

xviii

Anda mungkin juga menyukai