Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISA MAKANAN DAN MINUMAN


PENETAPAN KADAR VITAMIN C DALAM MINUMAN

Hari/Tanggal Jumat/15 Mei 2015

Materi Penetapan kadar vitamin C dalam minuman bermerek

Tujuan Untuk mengetahui kadar vitamin C dalam minuman

Metode Iodimetri

Prinsip Asam askarbat dalam contoh larutan dioksidasi oleh


larutan iodium membentuk dehidro asam askorbat,
menggunakan indikator amilum tanda akhir titrasi ditandai
dengan timbulnya warna biru

Dasar Teori

Vitamin C atau asam askorbat merupakan vitamin yang larut dalam air.
Vitamin C bekerja sebagai suatu koenzim dan pada keadaan tertentu merupakan
reduktor dan antioksidan. Vitamin ini dapat secara langsung atau tidak langsung
memberikan elektron ke enzim yang membutuhkan ion-ion logam tereduksi dan
bekerja sebagai kofaktor untuk prolil dan lisil hidroksilase dalam biosintesis
kolagen. Zat ini berbentuk kristal dan bubuk putih kekuningan, stabil pada
keadaan kering.

Vitamin ini dapat ditemukan di buah citrus, tomat, sayuran berwarna


hijau, dan kentang. vitamin ini digunakan dalam metabolisme karbohidrat dan
sintesis protein, lipid, dan kolagen. Vitamin C juga dibutuhkan oleh endotel
kapiler dan perbaikan jaringan. vitamin C bermanfaat dalam absorpsi zat besi
dan metabolisme asam folat. Tidak seperti vitamin yang larut lemak, vitamin C
tidak disimpan dalam tubuh dan diekskresikan di urine. Namun, serum level
vitamin C yang tinggi merupakan hasil dari dosis yang berlebihan dan
diekskresi tanpa mengubah apapun.

Kebutuhan vitamin C berdasarkan U.S. RDA antara lain untuk pria dan
wanita sebanyak 60 mg/hari, bayi sebanyak 35 mg/hari, ibu hamil sebanyak 70
mg/hari, dan ibu menyusui sebanyak 95 mg/hari. Kebutuhan vitamin C
meningkat 300-500% pada penyakit infeksi, TB, tukak peptik, penyakit
neoplasma, pasca bedah atau trauma, hipertiroid, kehamilan, dan laktasi.

Alat  Pipet Volume  Buret


 Erlenmeyer  Beaker Glass
 Gelas Ukur

Pereaksi  HCL  Na.tiosulfat 0,01/0,1N


 Kristal KI  Kalium Bromat 0,01/0,1N
 Amilum 0,5%  H2SO4 4N
 Iodium 0,01/0,001N  Larutan KI 10%

Sampel  Nutrisari Jeruk

Cara Kerja

A. Standarisasi larutan Na.tiosulfat dengan larutan Kalium bromat


1. Memipet 10,0 ml larutan kalium bromat ke dalam erlenmeyer
2. Menambahkan ± 100 ml aquades
3. Menambahkan 5 ml H2SO4 4N dan 10 ml KI 10%, menutup
4. Menitrasi dengan larutan Na.tiosulfat sampai kuning jerami
5. Menambah 1 ml amilum 1%
6. Menitrasi kembali hingga warna biru menghilang
B. Standarisasi larutan iodium dengan larutan Na.tiosulfat
1. Memipet larutan Na.tiosulfat (Normalitas sudah diketahui) sebanyak
10,0 ml ke dalam erlenmeyer
2. Menambahkan ± 100 ml aquades dan 1 ml HCL
3. Menambahkan 1 ml indikator amilum 0,5%
4. Menitrasi dengan menggunakan larutan baku iodium sampai
terbentuk warna biru
C. Penetapan Kadar
1. Menimbang 10 gr sampel dengan teliti, memasukkan ke dalam
erlenmeyer
2. Mengencerkan dengan 75 ml aquades
3. Menambahkan 1 ml amilum 0,5%
4. Menitrasi dengan iodium 0,1/0,01N hingga terbentuk warna biru

Data  Baku Primer  Baku Sekunder  Sampel Garam


Pengamatan (KBrO3) (Na2SO3) B = 10,02 gr
B = 0,0870 gr V.titrasi= 9,3 ml V.titrasi= 108,9 ml
BE = 27,8 gr/ek V.dipipet= 10,0 ml BE = 88,06 gr/ek
V = 0,25 L
V.dipipet = 5,0 ml  Baku Tersier
(Iodium)
V.titrasi= 10,3 ml

Perhitungan

 Standarisasi Na2S2O3 dengan KBrO3


0,0870 gr
B . KBrO 3
N.KBrO3 = = gr = 0,0125 N (
BE . KBrO 3 x V . KBrO 3 27,8 x 0.25 L
ek

ek
)
L

( N x V ) Na2SO3 = ( N x V ) KBrO3
N.Na2SO3 x 9,3mL = 0,0125N x 5,0mL
N.Na2SO3 = 0,0067N

 Standarisasi iodium dengan Na2S2O3


( N x V ) Iodium = ( N x V ) Na2S2O3
N.Iodium x 10,3mL = 0,0067N x 5,0mL
N.Iodium = 0,0065N

 Penetapan kadar
( V x N ) Iodium x BE .Vitammin C x 1000
Kadar Vit. C =
B. sampel

= (108,9 mL x 0,0065 mek


mL )
x 88,06
mg
mek
x 100 %
= 0,622%
10020 mg

Hasil

 Kadar vitamin C pada sampel Nutrisari = 0,622%

Pembahasan

Vitamin C berperan sebagai kofaktor dalam sejumlah reaksi hidroksilasi


dan amidasi dengan memindahkan elektron ke enzim yang ion logamnya harus
berada dalam keadaan tereduksi; dan dalam keadaan tertentu bersifat sebagai
antioksidan. Vitamin C dibutuhkan untuk mempercepat perubahan residu prolin
dan lisin pada prokolagen menjadi hidroksiprolin dan hidroksilisin pada sintesis
kolagen. Perubahan asam folat menjadi asam folinat, metabolisme obat oleh
mikrosom dan hidroksilasi dopamine menjadi norepinefrin juga membutuhkan
vitamin C. Asam askorbat meningkatkkan aktivitas enzim amidase yang
berperan dalam pembentukan hormon oksitosin dan hormon diuretik. Vitamin
C juga meningkatkan absorpsi besi dengan mereduksi ion feri menjadi fero di
lambung.Peran vitamin C juga didapatkan dalam pembentukan steroid adrenal
(Kamiensky, Keogh 2006; Dewoto 2007).
Fungsi utama vitamin C pada jaringan adalah dalam sintesis kolagen,
proteoglikan zat organik matriks antar sel lain misalnya pada tulang, gigi, dan
endotel kapiler. Peran vitamin C dalam sintesis kolagen selain pada hidroksilasi
prolin juga berperan pada stimulasi langsung sintesis peptide kolagen.
Gangguan sintesis kolagen terjadi pada pasien skorbut. Hal ini tampak pada
kesulitan dalam penyembuhan luka, gangguan pembentukan gigi, dan pecahnya
kapiler yang mengakibatkan petechiae dan echimosis. Perdarahan tersebut
disebabkan oleh kebocoran kapiler akibat adhesi sel-sel endotel yang kurang
baik dan mungkin juga karena gangguan pada jaringan ikat perikapiler sehingga
kapiler mudah pecah oleh penekanan (Kamiensky, Keogh 2006; Dewoto 2007).
Pemberian vitamin C pada keadaan normal tidak menunjukkan efek
farmakodinamik yang jelas. Namun pada keadaan defisiensi, pemberian vitamin
C akan menghilangkan gejala penyakit dengan cepat.

Vitamin C mudah diabsorpsi melalui saluran cerna.pada keadaan normal


tampak kenaikan kadar vitamin C dalam darah setelah diabsorpsi. Kadar dalam
lekosit dan trombosit lebih besar daripada dalam plasma dan eritrosit.
Distribusinya luas ke seluruh tubuh dengan kadar tertinggi dalam kelenjar dan
terendah dalam otot dan jaringan lemak. Ekskresi melalui urin dalam bentuk
utuh dan bentuk garam sulfatnya terjadi jika kadar dalam darah melewati
ambang rangsang ginjal yaitu 1,4 mg% (Dewoto 2007).
Beberapa obat diduga dapat mempercepat ekskresi vitamin C misalnya
tetrasiklin, fenobarbital, dan salisilat Vitamin C dosis besar dapat memberikan
hasil false negatif pada uji glikosuria (enzymedip test) dan uji adanya darah
pada feses pasien karsinoma kolon. Hasil false positive dapat terjadi pada
clinitest dan tes glikosuria dengan larutan Benedict.
Indikasi :
Vitamin C diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan skorbut.
Selain itu, vitamin C juga digunakan untuk berbagai penyakit yang tidak ada
hubungannya dengan defisiensi vitamin C dan seringkali digunakan dengan
dosis besar. Namun, efektivitasnya belum terbukti. Vitamin C yang mempunyai
sifat reduktor digunakan untuk mengatasi methemoglobinemia idiopatik
meskipun kurang efektif dibandingakan dengan metilen blue. Vitamin C tidak
mengurangi insidens common cold tetapi dapat mengurangi berat sakit dan
lama masa sakit (Dewoto 2007).
Posologi :
Vitamin C terdapat dalam berbagai preparat baik dalam bentuk tablet
yang mengandung 50-1500 mg maupun dalam bentuk larutan. Kebanyakan
sediaan multi vitamin mengandung vitamin C. Sediaan suntik mengandung
vitamin C sebanyak 100-500 mg dalam larutan. Air jeruk mengandung vitamin
C yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk terapi menggantikan sediaan
vitamin C (Kamiensky, Keogh 2006; Dewoto 2007).
Kalsium askorbat dan natrium askorbat didapatkan dalam bentuk tablet
dan bubuk unutk penggunaan per oral.
Dosis Terapi untuk Kekurangan Vitamin C :
Dewasa: per hari 50-100 mg. defisiensi berat, PO:IM:IV: 150-500
mg/hari dalam 1-2 dosis terbagi. 500-6000 mg/hari untuk terapi ISPA, kanker,
atau hiperkolesterolemia. Maintenance : 45-60 mg/hari
Efek samping
Nyeri kepala, fatigue, drowsiness, mual, dada terbakar, muntah, diare.
Vitamin C dengan aspirin atau sulfonamide dapat menyebabkan pembentukan
Kristal di urin (Crystalluria); dapat memberikan hasil false negative adanya
darah pada uji feses dan false positive glikosuria jika diperiksa dengan Clinitest.
Reaksi Berlebihan :
Batu ginjal, crystalluria, hiperurecemia; dosis massif dapat menyebabkan
diare dan rasa tidak enak di perut (GI upset)
Kontra indikasi :
Dosis besar dapat menurunkan efek antikoagulasi oral, kontrasepsi oral
dapat menurunkan kadar vitamin C dalam tubuh; merokok menurunkan kadar
serum vitamin C, digunakan dengan perhatian pada renal calculi (batu ginjal);
gout, anemia, sel sickle, seideroblastik, thalassemia.
Interaksi obat
Menurunkan uptake asam askorbat jika digunakan dengan salisilat; dapat
menurunkan efek antikoagulan oral; dapat menurunkan eliminasi aspirin
(Kamiensky, Keogh 2006)

Kesimpulan

Dari hasil praktikum Penetapan kadar vitamin C pada Nutrisari Jeruk


dengan metode iodimetri didapat kadar sebesar 0,622%

Daftar Pustaka

Dewoto HR 2007. Vitamin dan Mineral. dalam Farmakologi dan Terapi edisi
kelima.Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Percetakan Gaya Baru, Jakarta.p.769-92.
Dewoto HR dan Wardhini S 2007. Antianemia Defisiensi dan Eritropoietin
Dalam Farmakologi dan Terapi edisi kelima.Departemen Farmakologi
dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Percetakan
Gaya Baru, Jakarta.p.800-2.
Kamiensky M, Keogh J 2006. Vitamins and Minerals.In: Pharmacology
Demystified.Mc.GrawHill Companies Inc.,USA.p.137-54.

Anda mungkin juga menyukai