Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL

LITERATUR REVIEW

INOVASI BERBASIS EBP DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS

1. AMANDA NOVITA NIRMALA


2. DINDA PINATUL K
3. NOVIKA AYU PRATAMA
4. RIKA WIDYANINGRUM
5. SYERLY NUR K
6. YOLITA ARGA MEILDA
7. YULIATIN

PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Telenursing berarti pemberian perawatan secara berkelajutan untuk
klien dan biasanya pada mereka dalam kondisi kronik (Hardin, 2001).
Telenursing meliputi pengumpulan data klinik pasien dan penggunaan
video-imaging untuk memberikan perawatan berkelanjutan dan edukasi
pada klien.
Sistem ini memungkinkan perawat memberikan informasi dan
waktu secara akurat dan dukungan secara online. Perawatan yang
berkelanjutan dapat ditingkatkan dengan memberikan harapan melalui
kontak dengan frekuensi yang sering antara pemberi asuhan perawatan
dengan klien.
Telenursing merupakan alat yang digunakan untuk memberikan
asuhan keperawatan jarak jauh terutama pada pada penangan masalah
psikologis pasca bencana alam. Penggunaan telenursing terbukti
bermanfaat baik dalam hal jangkauan wilayah, efektifitas waktu, efisiensi
biaya, dan penyelesaian masalah keterbatasan tenaga pemberi pelayanan.
Praktik telenursing tidak lepas dari isu seputar legal aspek, yang harus
disikapi secara bijaksana dengan melibatkan peranserta pemerintah
sebagai pembuat kebijakan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengantar telenursing ?
2. Bagaimana sertifikasi informatika keperawatan ?
3. Bagaimana pemanfaatan aplikasi informasi keperawatan ?
4. Bagaimana masa depan informatika keperawatan ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengantar telenursing
2. Memahami sertifikasi informatika keperawatan
3. Memahami aplikasi informasi keperawatan
Memahami masa depan informatika keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengantar Telenursing
1. Pengertian Telenursing
Telenursing adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam
memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan
kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan
pasien, atau antara beberapa perawat. Menurut National Council of
State Boards of Nursing, telenursing is defined as the practice of
nursing over distance using telecommunications technology.
Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk
memberikan informasi dan pelayanan keperawatan jarak-jauh.
Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi satelit untuk
menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua
negara dan memakai peralatan video conference. Telenursing bagian
integral dari telemedicine atau telehealth.

2. Penerapan telenursing
Telenursing merupakan sistem yang berbasis internet yang
didesain untuk membantu pasien belajar cara mengelola kondisi
mereka. Kontruksi sistemnya dapat dilihat pada gambar 1, dimana
Database server yang berlokasi di sebuat pusat pelayanan perawatan
kesehatan yang berfungsi untuk mengumpulkan dan meneruskan serta
memenuhi sinyal dari pasien, perawat, dan dokter, dengan melihat
informasi pada website. Pada gambar 2 terlihat dipusat kesehatan
dengan staffnya adalah seorang perawat professional yang
mengetahui tentang teknik telekomunikasi. Perawat ini secara regular
mengunjungi pasien yang terdaftar dan juga memberikan perawatan
berkelanjutan melalui sistem telenursing.
Terdapat tiga jenis informasi yang akan terolah pada sistem ini
antara lain:
a. email dari pasien yang melaporkan status kesehatan
b. Data vital sign: monitoring tekanan darah secara regular, nadi
dan temperature
c. video-mail, yang berfungsi untuk meningkatkan evaluasi pasien.
Pasien mengakses informasi kesehatan pada website. Informasi
yang terkumpul dipusat pelayanan kesehatan dan perawatan
akan memutuskan apakah memberikan perawatan melalui
instruksi telenursing atau mengunjungi pasien.

3. Aplikasi telenursing
Aplikasi telenursing dapat diterapkan di rumah, rumah sakit
melalui pusat telenursing dan melalui unit mobil. Telepon triase dan
home care berkembang sangat pesat dalam aplikasi telenursing. Di
dalam home care perawat menggunakan system memonitor parameter
fisiologi seperti tekanan darah, glukosa darah, respirasi dan berat
badan melalui internet. Melalui system interaktif video, pasien
contact on-call perawat setiap waktu untuk menyusun video
konsultasi ke alamat sesuai dengan masalah, sebagai contoh
bagaimana mengganti baju, memberikan injeksi insulin atau diskusi
tentang sesak nafas. Secara khusus sangat membantu untuk anak kecil
dan dewasa dengan penyakit kronik dan kelemahan khususnya
dengan penyakit kardiopulmoner. Telenursing membantu pasien dan
keluarga untuk berpartisipasi aktif di dalam perawatan, khususnya
dalam management penyakit kronis. Hal ini juga mendorong perawat
menyiapkan informasi yang akurat dan memberikan dukungan secara
online. Kontinuitas perawatan dapat ditingkatkan dengan
menganjurkan sering kontak antara pemberi pelayanan kesehatan
maupun keperawatan dengan individu pasien dan keluarganya.
Untuk dapat diaplikasikan maka ada beberapa hal yang perlu
menjadi perhatian :

a. Faktor legalitas
Dapat didefinisikan sebagai otononi profesi keperawatan atau
institusi keperawatan yang mempunyai tanggung jawab dalam
pelaksanaan telenursing.

b. Faktor financial

Pelaksanaan telenursing membutuhkan biaya yang cukup besar


karena sarana dan prasaranya sangat banyak. Perlu dukungan dari
pemerintah dan organisasi profesi dalam penyediaan aspek
financial dalam pelaksanaan telenursing.

c. Faktor Skill

Ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu pengetahuan dan skill
tentang telenursing. Perawat dan klien perlu dilakukan pelatihan
tentang aplikasi telenursing. Terlaksananya telenursing sangat
tergantung dari aspek pengetahuan dan skill antara klien dan
perawat. Pengetahuan tentang telenursing harus didasari oleh
pengetahuan tehnologi informasi.

d. Faktor Motivasi

Motivasi perawat dan pasien menjadi prioritas utama dalam


pelaksanaan telenursing. Tanpa ada motivasi dari perawat dan
pasien, telenursing tidak akan bisa berjalan dengan baik.

Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya


mempertahankan privasi dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik
keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu ini, yang secara
fundamental mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam
bidang kesehatan dalam merawat pasien adalah:
a. Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi
kesehatan yang diberikan harus tetap terjaga
b. Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus
diinformasikan potensial resiko (seperti keterbatasan jaminan
kerahasiaan informasi, melalui internet atau telepon) dan
keuntungannya
c. Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara,
gambar) dapat dikontrol dengan membuat informed consent
(pernyataan persetujuan) lewat email
d. Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan
peraturan dan penyalah gunaan informasi dapat dikenakan
hukuman/legal aspek

4. Fungsi Telenursing

Telenursing dapat melakukan fungsi-fungsi berikut:


a. Pemantauan pasien yang menderita penyakit kronis.
b. Koordinasi perawatan untuk pasien dengan penyakit atau
kondisi yang rumit, atau banyak co-morbiditas.
c. Pendidikan pasien untuk mengelola gejala penyakit mereka
Menurut Britton et all (1999), ada beberapa keuntungan telenursing
yaitu :
a. Efektif dan efisien dari sisi biaya kesehatan, pasien dan
keluarga dapat mengurangi kunjungan ke pelayanan
kesehatan ( dokter praktek,ruang gawat darurat, rumah sakit
dan nursing
home).
b. Dengan sumber daya yang minimal dapat meningkatkan
cakupan dan jangkauan pelayanan keperawatan tanpa batas
geografis.
c. Telenursing dapat menurunkan kebutuhan atau
menurunkan waktu tinggal di rumah sakit
d. Pasien dewasa dengan kondisi penyakit kronis
memerlukan pengkajian dan monitoring yang sering sehingga
membutuhkan biaya yang banyak. Telenursing dapat
meningkatkan pelayanan untuk pasien kronis tanpa
memerlukan biaya dan meningkatkan pemanfaatan teknologi
6

8
e. berhasil dalam menurunkan total biaya perawatan
kesehatan dan meningkatkan akses untuk perawatan
kesehatan
tanpa banyak memerlukan sumber
Selain manfaat di atas telenursing dapat dimanfaatkan dalam
bidang pendidikan keperawatan ( model distance learning) dan
perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan.
Telenursing dapat juga digunakan dikampus dengan video
conference, pembelajaran on line dan Multimedia Distance Learning

B. Sertifikasi Informatika Keperawatan


Telenursing akan berkaitan dengan isu aspek legal, peraturan, etik
dan kerahasiaan pasien sama seperti telehealth secara keseluruhan.
Dibanyak negara, dan di beberapa negara bagian di Amerika Serikat
khususnya praktek telenursing dilarang (perawat yang online sebagai
koordinator harus memiliki lisensi di setiap resindesi negara bagian dan
pasien yang menerima telecare harus bersifat lokal) guna menghindari
malpraktek perawat antar negara bagian. Isu legal aspek seperti
akontabilitas dan malprakatek, dsb dalam kaitan telenursing masih dalam
perdebatan dan sulit pemecahannya.
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka
diperlukan kebijakan umum kesehatan (terintegrasi) yang mengatur
praktek, SOP/standar operasi prosedur, etik dan profesionalisme,
keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang diberikan.
Kegiatan telenursing mesti terintegrasi dengan startegi dan kebijakan
pengembangan praktek keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan
keperawatan, dan sistem pendidikan dan pelatihan keperawatan yang
menggunakan model informasi kesehatan/berbasis internet.
Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya
mempertahankan privasi dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik
keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu ini, yang secara
fundamental mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam bidang
kesehatan dalam merawat pasien adalah :

7
1. Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan
yang diberikan harus tetap terjaga
2. Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus
diinformasikan potensial resiko (seperti keterbatasan jaminan
kerahasiaan informasi, melalui internet atau telepon) dan
keuntungannya
3. Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar)
dapat dikontrol dengan membuat informed consent (pernyataan
persetujuan) lewat email.
4. Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan
peraturan dan penyalah gunaan informasi dapat dikenakan
hukuman/legal aspek.

Di Amerika Serikat khususnya telah ada 29 negara bagian yang


membuat UU tentang ketentuan, etik dan peraturan telehealth termasuk
telenursing yang terlingkup dalam telehealth legislation 1997 yang
berdasar The Telecommunications Reform Act of 1996 charged, dan ada
53 UU yang sedang dibahas di Amerika ditahun tersebut.
Dengan melihat potensi dan perkembangan pelayanan
keperawatan, sistem informasi kesehatan dan penggunaan internet di
Indonesia, bukan tidak mungkin hal ini mendasari telenursing
berkembang di Indonesia (dalam berbagai bentuk aplikasi tehnik
komunikasi) dan beragam tujuan. Hal ini tidak lain agar pelayanan
asuhan keperawatan dan perkembangan ilmu, riset dan pendidikan
keperawatan di Indonesia dapat sejajar minimal dengan perkembangan
tehnologi kesehatan, dan kedokteran di Indonesia.

C. Pemanfaatan Aplikasi Sistem Informasi Keperawatan


Sistem Informasi Keperawatan yang ditawarkan dapat
dimanfaatkan oleh unit kerja sebagai berikut:

1. Bagian Front Office , yang meliputi:


a) Unit pendaftaran pasien rawat inap
b) Unit pendaftaran pasien rawat darurat
c) Unit pendaftaran pasien di ruangan.
2. Bagian Pelayanan meliputi :
a) Unit pelayanan rawat jalan
b) Unit pelayanan rawat darurat
c) Unit pelayanan rawat inap
d) Unit pelayanan Bedah Sentral
e) Unitperawatan intensif
f) Unit Hemodialisis

Disamping menggunakan Teknologi Three Tier, dalam


pembangunan aplikasi SI Keperawatan ini juga dipakai user interaction
analysis. Disadari bahwa interaksi user merupakan hal yang sangat
diperlukan untuk mewujudkan aplikasi yang mudah digunakan dan tepat
guna. Keunggulan user interaction analysis diantaranya :

1. Cara Akses
Salah satu hal yang mendapatkan perhatian untuk membuat aplikasi
yang mudah digunakan oleh user adalah rancangan user interface.
Rancangan ini dibuat dengan meminimalkan cara akses user ke menu-
menu yang disediakan.
2. Bahasa
Bahasa yang digunakan adalah bahasa standar yang baku dan dipakai
sebagai standar untuk semua bagian.
3. Rancangan Grafis
Rancangan grafis dibuat seragam sesuai standar yang berlaku dan
disesuaikan perpaduannya untuk tetap menjaga kemudahan
penggunaan aplikasi oleh user.

4. Pedoman Aplikasi
Pedoman aplikasi dibuat untuk setiap form aplikasi yang berisi cara
menggunakan fungsi-fungsi yang terdapat pada form untuk
memberikan panduan penggunaan kepada user. Cara ini akan sangat
membantu user untuk mengoperasikan tiap form dalam aplikasi.

D. Masa Depan Informasi Keperawatan

1. Teknologi informasi dalam pelayanan kesehatan


Teknologi informasi kesehatan didefinisikan sebagai
penggunaan teknologi untuk mengatur dan menyebarkan informasi
medis bagi konsumen, tenaga medis, dan pihak-pihak lain yang
terlibat dalam pelayanan kesehatan (Blumenthal dan Glaser, 2007).
Kajian Ebell dan Frame (2001) menyatakan bahwa TI berperan
dalam fungsi rekam medik, komunikasi, pendukung pengambilan
keputusan klinis, dan proses pembelajaran.
Rekam medik elektronik merupakan salah satu contoh
keberhasilan TI dalam menunjang praktek klinik. Rekam medik
elektronik secara lambat namun pasti mulai diadopsi oleh berbagai
pusat pelayanan kesehatan baik didunia maupun Indonesia.
Dalam tugasnya sehari-hari para praktisi kesehatan seringkali
dihadapkan pada berbagai masalah dan ketidakpastian.
Perkembangan ilmu kedokteran yang sedemikian maju telah
membuktikan bahwa banyak upaya-upaya medik mulai diagnostik
hingga terapetik yang dulu dianggap benar, saat ini telah mulai
ditinggalkan karena terbukti do more harm than good.
Para petugas kesehatan seringkali dihadapkan pada setumpuk
data klinis yang harus disimpulkan untuk dapat mengambil keputusan
klinik yang baik. Sistem pendukung keputusan klinis dipergunakan
sebagai salah satu perangkat untuk mengatasi berbagai masalah
tersebut. Sistem pendukung keputusan klinis akan memberikan
informasi, penilaian, dan rekomendasi yang digunakan untuk
pengambilan keputusan pada pasien individual.
Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan efektivitas
penggunaan sistem komputer untuk memperbaiki praktek peresepan
(Bates dan Gawande, 2003). Kajian yang lebih baru oleh Chaudhry,
dkk (2006) menyimpulkan bahwa penggunaan teknologi informasi
dapat bermanfaat untuk meningkatkan kepatuhan terhadap standar
pelayanan medik, dan mengurangi risiko kesalahan pengobatan.
Kajian sistematis Kawanoto, dkk (2005) pada 70 penelitian
terdahulu menunjukkan bahwa sistem pendukung keputusan klinis
terbukti meningkatkan pelayanan klinik pada 68% studi.
Analisis lebih lanjut menunjukkan 4 ciri yang signifikan untuk
sebuah sistem dapat meningkatkan mutu pelayanan yaitu:
a. Sebagai bagian yang otomatis dalam alur kerja klinisi
b. Sistem memberikan rekomendasi tertentu dan bukan hanya
assessment
c. Sistem ada di tempat dan pada waktu pengambilan
keputusan diperlukan
d. Sistem yang berbasis komputer

Keunggulan penggunaan sistem pendukung keputusan klinis adalah :


a. Meningkatkan keamanan pasien, dengan mengurangi
medication error, dan kejadian efek samping yang tidak
perlu, serta mengurangi kealahan tes yang tidak perlu
b. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, meningkatkan
pelaksanaan clinical pathway dan evidence-based clinical
practice guideline, dan menfasilitasi penggunaan bukti-
bukti ilmiah pendukung yang terbaik dalam pelayanan
kepada
pasien
c. Meningkatkan efisiensi dalam pelayanan kesehatan,
dengan mengurangi biaya yang tidak perlu, mengurangi
duplikasi tes, mengurangi variasi dan pemborosan
peresepan.

2. Teknologi informasi dan proses pembelajaran kedokteran


Saat ini di dunia kesehatan global berkembang konsep Evidence
Based Medicine. Konsep Evidence Based Medicine (EBM) merupakan
integrasi dari bukti-bukti penelitian yang terbaik dengan kemampuan
klinik dan nilai-nilai yang dimiliki pasien. Bukti-bukti penelitian yang
terbaik biasanya berasal dari penelitian-penelitian klinik yang relevan.
Kemampuan klinik merupakan komponen yang penting dalam
penerapan konsep EBM, Nilai-nilai yang dimiliki pasien merupakan
harapan dan keiinginan yang dimiliki pasien pada saat berobat, dan
harus pula diintegrasikan dalam pengamblan keputusan klinik pada
saat melayani pasien tersebut (Sacket, 2000). Ketiga elemen dasar
tersebut harus diintegrasikan, sehingga dapat dicapai hasil
penatalaksanaan yang optimal dan peningkatan kualitas hidup.
Pertanyaan kritis yang muncul adalah ”bagaimana seorang petugas
pelayanan kesehatan atau mahasiswa kedokteran dapat terus menerus
memperoleh bukti-bukti ilmiah yang terkini dan terbaik?”
Pada 2 dekade yang lalu pembelajaran lebih banyak didasarkan
pada buku teks. Seseorang yang ingin mendapat ilmu pengetahuan
yang baru harus pergi ke perpustakaan dan mencari secara manual di
dalam buku teks. Hal ini akan sangat menyita waktu dan tenaga.
Salah satu peran teknologi informasi dalam praktek EBM adalah
tersedianya sumber referensi dan bukti ilmiah yang dapat diakses
secara online. Berbagai bukti ilmiah yang tersebar di seluruh dunia
dikompilasi dalam sebuah database di dalam www.pubmed.com.
Pelacakan manual mungkin sekali akan melewatkan berbagai
artikel yang valid dan penting. Berbagai jurnal biomedik dan
Kedokteran dapat diakses secara gratis dalam bentuk full text secara
online. Hal yang mungkin masih menjadi angan-angan dalam waktu 20
tahun yang lalu.

3. Hambatan dalam adoppsi TI bagi dunia kesehatan


Bates dan Gawande (2003) mengidentifikasi 3 faktor penghambat
utama dalam penerapan teknologi informasi pada praktek klinik sehari-
hari, yaitu:
a. Hambatan finansial, pengembangan sistem pendukung keputusan
klinis memerlukan biaya tersendiri, dan perlu biaya tambahan
untuk mengevaluasi secara berkala hasil guna sistem tersebut.
b. Belum adanya standar, belum ada standar data-data apa saja yang
direkomendasikan oleh organisasi profesi tertentu untuk
dimasukkan dalam sistem pendukung keputusan klinis, saat ini
sistem yang ada masih sangat bervariasi
c. Hambatan kultural, penggunaan teknologi informasi belum
dipandang sebagai suatu hal yang penting bagi para dokter dan
manajer kesehatan.

Pada situasi di negara berkembang seperti Indonesia, menurut


pandangan penulis hambatan yang lain adalah penguasan teknologi
informasi oleh para praktisi pelayan kesehatan. Di waktu mendatang,
ada haapan yang besar akan peran teknologi informasi medis untuk
meningkatkan mutu layanan medik dan keselamatan pasien.

4. Bagaimana masa depan TI dalam dunia kesehatan?


Perubahan adalah sesuatu hal yang selelu terjadi, baik disukai
maupun tidak. Adopsi teknologi informasi dalam dunia kesehatan
merupakan fenomena global yang juga akan terjadi di tempat kita.
Keridakmampuan suatu organisasi pelayanan kesehatan untuk
beradaptasi dengan nilai-nilai global akan menjadikan organisasi
tersebut ketinggalam jaman.
Kajian yang dilakukan oleh Bodenheimer dan Grunbach (2003)
menunjukkan bahwa secara perlahan namun pasti TI mulai mengambil
banyak peran dalam dunia kesehatan. Blumenthal dan Glaser (2007)
menunjukkan bahwa rekam medik elektronik telah diadopsi oleh 50%
kelompok dokter di Amerika Serikat. Beberpa kritik tajam muncul
dalam penggunaan TI.

Kritik tersebut antara lain:


a) TI menuntut waktu ekstra dan sumber daya manusia yang
khusus
b) Pengembangan TI terlalu mahal, dan
c) Belum ada standar software yang baku untuk suatu organisasi
pelayanan kesehatan.
Dalam pertemuan baru-baru ini Prof Antonio Marques dari
Portugal menyatakan bahwa resep sukses suatu teknologi informasi
untuk dapat meningkatkan mutu layanan kesehatan adalah dukungan
kultural dan kesiapan semua pihak dalam organisasi pelayanan
kesehatan untuk berubah.
Resep sukses yang lain adalah TI yang digunakan harus mudah
dipahami, efektif, dan tersedia onsite dalam pelayanan. Sebuah aturan
baku untuk menilai efektivitas suatu software juga harus
dikembangkan. Sebuah software yang dikembangkan tidak sesuai
dengan kaidah-kaidah ilmu kesehatan yang baik dan mutakhir dapat
membuat pelayanan kesehatan yang misleading atau tidak efektif.
Salah satu konsep yang harus dipahami oleh semua pihak
adalah bahwa adopsi TI bagi dunia kesehatan harus tetap
berprinsip pada peningkatan keselamatan pasien dan mutu
layanan kesehatan.
Teknologi informasi harus memberikan kontribusi untuk
”do more good than harm” dalam pelayanan kesehatan. Hal ini
membuat suatu program evaluasi yang kontinyu dan sistem
monitoring yang baik menjadi bagian yang harus selalu ada
dalam adopsi TI bagi dunia medis.
BAB III

METODE

3.1 Strategi Pencarian Literature

3.1.1 Framework yang digunakan

Strategi yang digunakan dalam mencari artikel dengan menggunakan

PICOS framework :

1) Population/ problem, suatu masalah atau populasi yang akan diatasi.

2) Intervention, suatu tindakan dalam mengimplementasikan terhadap

kasus dalam perorangan atau masyarakat serta pemaparan tentang

penatalaksanaan.

3) Comparation, penatalaksanaan lain yang digunakan sebagai

perbandingan.

4) Outcome, luaran atau hasil yang diperoleh dalam sebuah penelitian.

5) Study Design, desain penelitian yang digunakan dalam sebuah jurnal

yang akan di review.

3.1.2 Kata kunci

Dalam pencarian artikel atau jurnal menggunakan keyword dan bolean

operator (AND, OR NOT or AND NOT) yang digunakan untuk memperluas atau

menspesifikkan dalam peencarian, sehingga mempermudah dalam pencarian atau

penentuan artikel dan jurnal yang digunakan. Kata kunci yang digunakan dalam

penelitian yaitu, “Counseling” AND “Type 2 diabetes mellitus”.


3.1.3 Database atau Search engine

Penelitian ini data yang digunakan ialah, dengan menggunakan data

sekunder melainkan tidak diperoleh dari observasi secara langsung, dan hasil

penelitian diperoleh melalui dari peneliti yang sebelumnya. Sumber data sekunder

yang diperoleh berupa artikel atau jurnal yang relevan dengan topik tersebut

menggunakan database melalui PubMed Central, Google Scholar,

3.2 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Tabel 3.1 kriteria inklusi dan ekslusi dengan format PICOS

Kriteria Inklusi Ekslusi


Population/ Jurnal international dan nasional
Jurnal international dan nasional yang
problem yang berhubungan dengan
tidak ada hubungan dan pengaruhnya
sebuah topik penelitian yaituterhadap dengan topik yang akan
telenursing mengluarkan atau menghilangkan
subjek yang sudah memenuhi ktiteria
inklusi
Intervantion Adanya faktor pada penerapan selain dari faktor penerapan
telenursing dalam pelayanan telenursing, pelayanan langsung .
kesehatan
Comparatio Tidak ada faktor pembanding Tidak ada faktor pembanding
n
Outcome Adanya suatu hubungan atau Tidak adanya suatu hubungan atau
pengaruh terhadap penerapan pengaruh terhadap penerapan
telenursing dalam pelayanan telenursing dalam pelayanan kesehatan
kesehatan
Study One group Pre-post test Design, Observational study, Book chapters,
Design Cross-Sectional, Quasi Conference abstrac
eksperimental, mix methods
study,analisa korelasi, komparasi
dan studi kualitatif, Systematic/
Literature Review

Tahun Artikel atau jurnal yang terbit Artikel atau jurnal yang terbit
terbit setelah Tahun 2015 sebelum Tahun 2015
Bahasa Bahasa Inggris dan Bahasa Selain dari Bahasa Inggris dan Bahasa
Indonesia Indonesia
3.3 Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas

3.3.1 Hasil pencarian dan seleksi studi

Berdasarkan hasil pencarian dari literature review melalui Publikasi,

PubMed Central dan Google Scholar. Peneliti menggunakan kata kunci

“telenursing ” AND “Health Services” untuk menemukan 1.226 jurnal yang

cocok dengan kata kunci ini. Kemudian, 356 jurnal diekslusi karena diterbitkan

pada tahun 2015 ke bawah dan menggunakan bahasa selain bahasa Inggris dan

Indonesia, dan jurnal penelitian di Assesment lalu jurnal yang di duplikasi dan

jurnal yang tidak sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi, sehingga didapatkan

5 jurnal yang telah dilakukan review.


Pencarian menggunakan keyword
melalui database PubMed Central,
Google Scholar

N = 1.226 Excluded (n = 356)


Problem/Populasi :
 Tidak sesuai dengan topik (n = 209)
Seleksi jurnal 5tahun terakhir, dan Intervention :
menggunakan bahasa Inggris dan
bahasa Indonesia  Selain penerapan telenursing (n = 47)

N = 416 Outcome :
 Tidak ada hubungan dengan penerapan
telenursing (n = 58)
Seleksi judul dan duplikat Study Design :
N = 381  Observational study (n = 9)
 Book chapters (n = 22)
 Conference abstrac (n = 11)

Identifikasi abstrak
N = 25
Excluded (n = 14 )
 Hasil penelitian tidak
menyebutkan mengenal adanya
Jurnal akhir yang dapat dianalisa penerapan telenursing dalam
sesuai rumusan masalah dan pelayanan kesehatan (n = 10 )
tujuan  Tujuan penelitian tidak sesuai
(n = 2)
N = 11
 Metode penelitian tidak
dijelaskan secara rinci (n = 2)
3.3.2 Daftar artikel hasil pencarian

Literature review ini disintesis menggunakan metode deskriptif, dengan

cara mengklasifikasikan data serupa dengan diekstraksi sesuai dengan hasil yang

diukur dan menjawab sesuai target. Kemudian mengumpulkan jurnal penelitian

yang memenuhi kriteria penelitian dan setelah itu membuat ringkasan jurnal yang

memuat nama peneliti, tahun terbit, judul, metode, serta hasil penelitian dan

database.
No. Author Tahun Volume, Judul Metode (Desain, sampel, Hasil Penelitian
Angka Variabel, Instrumen,
Analisa)
1. Marwa M. 2019 Vol : 8 Telenursing D : Study deskriptif siswa cukup memiliki
Abdel- No : 4 Perception among pengetahuan tentang
AleemMeg Nursing Students At S : non probability telenursing. 53,9% dari
ahed Portsaid University sampling technique mereka berharap
memasukkan layanan
V : telenursing perawatan ke dalam sistem
perawatan kesehatan nasio
I : kuesioner dan 75,8% menghargai
penambahan
A : SPSS 20.0 (deskriptif telenursing kelas ke
statistic) kurikulum. Selain itu, 53,9
siswa yang dipelajari
menyadari kebutuhan akan
pendidikan nasional
penerapan telenursing dan
suka menggunakannya dal
pekerjaan masa depan mer
(79,6%) yang mencermink
sikap positif terhadap
telenursing.

2. Najmeh 2020 Vol : 16 Effect of Telenursing D : pre and post-test quasy Hasil analisis menunjukka
Keshavara No : 2 on the Self-efficacy experimental bahwa tidak ada perbedaan
z of Patients with yang signifikan secara
Myocardial S : convenient sampling statistik antara kedua
Mahin Infarction: A Quasi- method kelompok dalam hal
Naderifar experimental Study demografis
V : telenursing variabel dan karakteristik
Mohamma penyakit. Skor rata-rata
dreza I : kuesioner efikasi diri sebelum dan
Firouzkohi sesudah
A : SPSS 25 (Shapiro-wilk intervensi pada kelompok
Abdolghan test, chi square, kontrol adalah 22,90 ± 3,9
i independent t-test) dan 33,35 ± 8,36, masing-
Abdollahi masing,
mohamma dan pada kelompok
d intervensi, masing-masing
adalah 25,60 ± 6,90 dan 47
Majid ± 5,60. Sana
Reza adalah perbedaan yang
Akbarizad signifikan secara statistik
eh antara kedua kelompok
setelah intervensi
(p <0,001).

3. Susi 2020 Vol : 5 Pengaruh Telenursing D : penelitian kualitatif Hasil penelitian menunjuk
Widiawati No : 2 Terhadap dengan quasy experiment perbedaan nilai mean pre-
Pengetahuan Ibu one group pre-test and 4,55 dan post-test 7,35dan
Mefri Tentang Perawatan post-test nilai p-value 0,000 < α (0,
Puspita Nifas Penelitian ini dapat
S : purpose samplng disimpukan bahwa Ada
Rita Dewi pengaruh telenursing terha
Lestari V : telenursing pengetahuan ibu tentang
perawatan masa nifas.
I : kuesioner Disarankan kepada tenaga
kesehatan menggunakan
A : analisis univariat, telenursing agar
analisis bivariat mempermudah ibu
menggunakan uji T memperoleh pengetahuan
tentang perawatan masa ni
4. Mahdiye 2020 Telenursing: A step D : Kualitatif Telenursing dalam perawa
Nejadshafi for care management kritis dan suportif adalah
ee in disaster and S : non probability tema utama yang
emergencies sampling diidentifikasi dari data
Kambiz analisis. Tema ini mencak
Bahaadinb VI : telenursing enam kategori utama: (1)
eigy VD : care mangement manajemen trauma, (2)
keterampilan teknis, (3)
Majid I : literature review perawatan dan pengambila
Kazemi keputusan dalam situasi st
A : qualitative content (4) manajemen pasien den
Mahmood anality kebutuhan khusus, (5)
Nekoei- intervensi penyelamatan
Moghadam hidup, dan (6) dukungan
psikologis dan emosional.

5. Zahra 2019 Vol : 10 Effect of Telenursing D : kualitatif Peningkatan rata-rata


Alsadat No : 1 on Attachment and lampiran skor total satu
Jafarzadeh Stress in Mothers of S : convenrent sampling minggu setelah pemulanga
Preterm Infants secara signifikan lebih ting
Jahangir V I: telenursing di
Maghsoudi VD : attachement and kelompok intervensi,
stress dibandingkan dengan
Behzad kelompok kontrol (P <0,05
Barekatain I : kuesioner Apalagi rata-rata penuruna
stres total
Maryam A : uji chi-squere,fibher’s skor kelompok intervensi
Marofi exact test, mannwhitney U pada saat pemulangan
test, independent t-test dibandingkan dengan pra-
intervensi secara signifika
lebih tinggi daripada
bahwa dari kelompok kon
(P <0,05).
BAB 4

HASIL DAN ANALISI PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Karakteristik Umum Literatur

Tabel 4.1 Karakteristik umum dalam penyelesaian studi

No Kategori f %

A.Tahun Publikasi

1. 2019 2 40%

2. 2020 3 60%

Jumlah 5 100%

B. Desain Penelitian

1. Studi Deskriptif 1 20%

2. Studi Kualitatif 2 40%

3. Quasy Eksperiment 2 40%

Jumlah 5 100%

C. Sampling Penelitian

1. Convinient Sampling 2 40%

2. Nonprobability Sampling 2 40%

3. Purposive Sampling 1 20%

Jumlah 5 100%

D. Instrumen Peneltian

1. Kuesioner 4 80%
2. Interview 1 20%

Jumlah 5 100%

E. Analisis Statistik Penelitian

1. Qualitative Content 1 20%

2. Chi Square, Shapiro Wilk Test 1 20%

Dan Independent T Test

3. Deskriptif Statistik 1 20%

4. Uji T Test 1 20%

5. Mann Whitney U test, Chi Square

Fisher’s ex act test, 1 20%

Jumlah 5 100%

Penelitian yang di lakukan menggunakan literature review menyatakan bahwa

sebagian besar (60%) di publikasikan tahun 2020, dengan desain hampir separuhnya

Quasy Eksperiment dan Studi Kualitatif. Hampir separuhnya sampling penelitian

menggunakan Nonprobability Sampling dan Convinient Sampling, sebagian besar

instrumenya menggunakan Kuesioner dan analisis statistik dalam penelitian

menggunakan T Test, Chi Square, Shapiro Wilk Test, Mann Whitney U test, Qualitative

Content dan Deskriptif Statistik sebagian kecil (20%).

4.2 Telenursing terhadap pelayanan kesehatan

Tabel 4.2 Telenursing terhadap pelayanan kesehatan.

No Telenursing Sumber empiris utama


1. Telenursing (Najmeh et al 2020);

(Susi & Mefri & Rita 2020);

(Marwa & Abdel 2019); (Mahdiye et

al 2020); (Zahra et al 2020).

Penelitian yang di lakukan oleh (Najmeh et al 2020) tentang Effect of

Telenursing on the Self-efficacy of Patients with Myocardial Infarction. Pada pelayanan

kesehatan. Berdasarkan uji SPSS 25 (Shapiro-wilk test, chi square, menunjukkan bahwa

tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara kedua kelompok dalam hal

demografis variabel dan karakteristik penyakit. Skor rata-rata efikasi diri sebelum dan

sesudah intervensi pada kelompok kontrol adalah 22,90 ± 3,93 dan 33,35 ± 8,36, masing-

masing, dan pada kelompok intervensi, masing-masing adalah 25,60 ± 6,90 dan 47,45 ±

5,60. Sana adalah perbedaan yang signifikan secara statistik antara kedua kelompok

setelah intervensi (p <0,001).

Penelitian yang di lakukan oleh (Susi & Mefri & Rita 2020) tentang Pengaruh

Telenursing Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Nifas pada pelayanan

kesehatan. Berdasarkan analisis univariat, analisis bivariat menggunakan uji T Hasil

penelitian menunjukkan perbedaan nilai mean pre-test 4,55 dan post-test 7,35dan nilai p-

value 0,000 < α (0,05) menunjukan Ada pengaruh telenursing terhadap pengetahuan ibu

tentang perawatan masa nifas. Disarankan kepada tenaga kesehatan menggunakan

telenursing agar mempermudah ibu memperoleh pengetahuan tentang perawatan masa

nifas.

Penelitian yang di lakukan oleh (Marwa & Abdel 2019) tentangTelenursing

Perception among Nursing Students At Portsaid University. Bedasarkan uji SPSS 20.0

(deskriptif statistic) menunjukan siswa cukup memiliki pengetahuan tentang telenursing.


53,9% dari mereka berharap memasukkan layanan perawatan ke dalam sistem perawatan

kesehatan nasional, dan 75,8% menghargai penambahan telenursing kelas ke kurikulum.

Selain itu, 53,9% siswa yang dipelajari menyadari kebutuhan akan pendidikan nasional

penerapan telenursing dan suka menggunakannya dalam pekerjaan masa depan mereka

(79,6%) yang mencerminkan sikap positif terhadap telenursing.

Penelitian yang di lakukan oleh (Mahdiye et al 2020) tentang Telenursing: A

step for care management in disaster and emergencies. Berdasarkan uji qualitative

content anality menunujukan bahwa Telenursing dalam perawatan kritis dan suportif

adalah tema utama yang diidentifikasi dari data analisis. Tema ini mencakup enam

kategori utama: (1) manajemen trauma, (2) keterampilan teknis, (3) perawatan dan

pengambilan keputusan dalam situasi stres, (4) manajemen pasien dengan kebutuhan

khusus, (5) intervensi penyelamatan hidup, dan (6) dukungan psikologis dan emosional.

Penelitian yang di lakukan oleh (Zahra et al 2020) tentang Effect of

Telenursing on Attachment and Stress in Mothers of Preterm Infants. Berdasarkan uji chi-

squere,fibher’s exact test, mannwhitney U test, independent t-test menujukan adanya

Peningkatan rata-rata lampiran skor total satu minggu setelah pemulangan secara

signifikan lebih tinggi dikelompok intervensi, dibandingkan dengan kelompok kontrol (P

<0,05). Apalagi rata-rata penurunan stres total skor kelompok intervensi pada saat

pemulangan dibandingkan dengan pra-intervensi secara signifikan lebih tinggi daripada

bahwa dari kelompok kontrol (P <0,05).


BAB 5
PEMBAHASAN

5.1 Hasil dan Analisis Penelitian


Bagian ini memuat literature yang relevan dengan tujuan penelitian.
Penyajian hasil literature dalam penulisan tugas akhir memuat rangkuman hasil
masing-masing artikel yang terpilih yang kemudian dijelaskan beserta trennya
dalam bentuk paragraph.
Menurut Abdel-aleemmegahed (2019) dalam penelitiannya yang berjudul
Telenursing perception among nursing students at Portsaid University
menunjukkan bahwa sebagian siswa memiliki pengetahuan yang cukup tentang
telenursing. Sebanyak 53.9% dari mereka berharap memasukkan layanan
perawatan ke dalam system perawatan kesehatan nasional, dan 75,8% menyetujui
penambahan kelas telenursing ke kurikulum. Selain itu, 53.9% siswa menyadari
kebutuhan akan pendidikan nasional penerapan telenursing dan suka
menggunakannya dalam pekerjaan masa depan mereka, sebanyak 79.6% yang
mencerminkan sikap positif terhadap telenursing.
Menurut Keshavaraz et al (2020) dalam penelitiannya yang berjudul Effect
of telenursing on the self-efficacy of patients with myocardial infarction : A
quasi-experimental study, menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan secara statistic antara kedua kelompok (kelompok intervensi dan
kontrol) dalam hal demografis, variabel dan karakteristik penyakit. Skor rata-rata
efikasi diri sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok kontrol masing-
masing adalah 22,90±3,93 dan 33,35±8,36, dan pada kelompok intervensi
masing-masing adalah 25,60±6,90 dan 47,45±5,60. Hasil tersebut adalah
perbedaan yang signifikan secara statistic antara kedua kelompok setelah
intervensi (p <0,001).
Menurut Widiawati (2020) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh
Telenursing terhadap pengetahuan ibu tentang perawatan nifas, menunjukkan
bahwa perbedaan nilai mean pre-test 4,55 dan post-test 7,35 dan nilai p-value
0,000<α (0,05). Penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh
telenursing terhadap pengetahuan ibu tentang perawatan masa nifas. Disarankan
kepada tenaga kesehatan untuk menggunakan telenursing agar mempermudah ibu
memperoleh pengetahuan tentang perawatan masa nifas.
Menurut Mohebi (2018) dalam penelitiannya yang berjudul Telenursing :
A step for care management in disaster and emergences, menunjukkan bahwa
telenursing dalam perawatan kritis dan suportif adalah tema utama yang
diidentifikasi dari data analisis. Mencakup enam kategori utama yaitu : (1)
manajemen trauma, (2) keterampilan teknis, (3) perawatan dan pengambilan
keputusan dalam situasi stress, (4) manajemen pasien dengan kebutuhan khusus,
(5) intervensi penyelamatan hidup, dan (6) dukungan psikologis dan emosional.
Telenursing dengan komunikasi yang aman dan khusus insiden teknologi dalam
perawatan kritis dan suportif seperti manajemen korban trauma, keterampilan
teknis, perawatan dan pengambilan keputusan dalam situasi stres, manajemen
pasien dengan kebutuhan khusus, intervensi penyelamatan jiwa, dan dukungan
psikologis dan emosional dapat dilakukan. Menurut kekurangan perawat khusus
di daerah bencana, telenursing adalah langkah yang berharga guna megurangi
kerusakan fisik, mental dan spiritual komunitas yang terkena dampak.
Sedangkan menurut Jafarzadeh (2019) dalam penelitiannya yang berjudul Effect of
Telenursing on attachment and stress in mothers of preterm infants, menunjukkan bahwa
peningkatan rata-rata lampiran skor total satu minggu setelah pemulangan secara
signifikan lebih tinggi di kelompok intervensi, dibandingkan dengan kelompok kontrol
(p<0,05). Apalagi rata-rata penurunan stress total skor kelompok intervensi pada saat
pemulangan dibandingkan dengan pra-intervensi secara signifikan lebih tinggi daripada
kelompok kontrol (p<0,05). Studi ini juga mengungkapkan bahwa telepon meningkatkan
pemberian ASI, kepuasan ibu, ibu dan bayi keterikatan, dan mengurangi stress ibu.
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari materi di atas dapat disimpulkan bahwa:
Telenursing merupakan alat yang digunakan untuk memberikan
asuhan keperawatan jarak jauh terutama pada penanganan masalah
psikologis pasca bencana alam. Penggunaan telenursing terbukti
bermanfaat baik dalam hal jangkauan wilayah, efektifitas waktu, efisiensi
biaya, dan penyelesaian masalah keterbatasan tenaga pemberi pelayanan.
Praktik telenursing tidak lepas dari isu seputar legal aspek, yang harus
disikapi secara bijaksana dengan melibatkan peran serta pemerintah
sebagai pembuat kebijakan. Telenursining pemberian perawatan secara
berkelajutan untuk klien dan biasanya pada mereka dalam kondisi kronik
(Hardin, 2001). Telenursing meliputi pengumpulan data klinik pasien dan
penggunaan video-imaging untuk memberikan perawatan berkelanjutan
dan edukasi pada klien.

A. SARAN
Dengan adanya telenursing ini di harapkan dapat membantu pasien
belajar cara mengelola kondisi mereka. Dimana Database server yang
berlokasi di sebuat pusat pelayanan perawatan kesehatan yang berfungsi
untuk mengumpulkan dan meneruskan serta memenuhi sinyal dari pasien,
perawat, dan dokter, dengan melihat informasi pada website. Dipusat
kesehatan dengan staffnya adalah seorang perawat professional yang
mengetahui tentang teknik telekomunikasi. Perawat ini secara regular
mengunjungi pasien yang terdaftar dan juga memberikan perawatan
berkelanjutan melalui sistem telenursing.
Daftar Pustaka

RizaldyPinzon, Rizaldy. 2007. “Masa Depan Teknologi Informasi Kesehatan” (online),


(http://www.jurnalnet.com, diunduh tanggal 3 Oktober 2014)

Wikipedia.2007.“Telenursing” (online), (http://en.wikipedia.org/wiki/telenursing)

(http://en.wikipedia.org/wiki/telenursing, diunduh tanggal 3 Oktober 2014)

Haqee. 2011. “Makalah Sistem Teknologi Informasi Keperawatan” (online),


(http://haqee44.wordpress.com, diunduh tanggal 3 Oktober 2014)

Anda mungkin juga menyukai