UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2021
ABSTRAK
masyarakat Suku Baduy baik dari aspek geografis, kehidupan sosial, serta
Indonesia.
2
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5
C. Metode Kepenulisan ............................................................................................... 5
D. Tujuan Kepenulisan ................................................................................................ 5
BAB II................................................................................................................................. 6
KAJIAN PUSTAKA ........................................................................................................... 6
A. Pengertian Kearifan Lingkungan ................................................................................ 6
B. Hubungan Masyarakat Adat & Kearifan Lingkungan ................................................ 6
BAB III ............................................................................................................................... 8
HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................... 8
A. Paradigma Pembangunan dan Kearifan masyarakat ............................................... 8
B. Realita dan Masalah Kearifan Masyarakat Baduy .................................................. 9
1. Lokasi dan Keadaan Alam .................................................................................. 9
2. Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan Budaya ......................................................... 10
3. Struktur Pemerintahan Adat .............................................................................. 13
4. Potensi Sumberdaya Hukum dan Kelembagaan Adat ...................................... 15
5. Konflik Penguasaan dan Pengelolaan Hutan Adat............................................ 17
BAB III ............................................................................................................................. 20
PENUTUP ........................................................................................................................ 20
KESIMPULAN ............................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 22
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi pada saat ini nampaknya sudah menjadi
kepercayaan animisme dan ini menjadi salah satu cara masyarakat untuk
4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana paradigma pembangunan dan kearifan masyarakat baduy?
C. Metode Kepenulisan
Metode kepenulisan yang digunakan untuk menyusun makalah ini
dari referensi utama yaitu, buku yang membahas masyarakat Suku Baduy,
jurnal ilmiah edisi online, dan artikel ilimiah yang bersumber dar internet.
pendakatan deskriptif.
D. Tujuan Kepenulisan
Tujuan kepenulisan makalah ini sekiranya dapat memberikan
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
pengalaman, dan akal budi sementara lingkungan adalah segala sesuatu yang ada
sekitar manusia dan terletak di dalam suatu ruang yang berkaitan dengan
atas dua komponen yakni lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. Dua
lingkungan yang tersusun dari unsur-unsur yang hidup seperti tanaman, hewan,
manusia lalu lingkungan abiotik merupakan lingkungan yang tersusun dari unsur-
unsur yang tidak hidup seperti air,sinar matahari, tanah dan lain-lain. Hematnya
aktivitas, berpikir, serta bertindak sesuai dengan akal dan budi untuk mengolah,
dan yang berwujud ataupun tidak berwujud yang mana para masing-masing
anggota kesatuan mengalami kehidupan dalam masyarakat sebagai hal yang wajar
menurut kodrat alam dan tidak ada pikiran untuk keluar dari ikatannya. Mereka
6
memiliki hukum adat sendiri yang mengatur tentang hak dan kewajiban pada
barang barang materiil dan immateriil. Keberadaan masyarakat adat saat ini juga
masih diakui dalam Pasal 18b ayat 2 UUD 1945. Dalam hal ini dapat ditarik
perhatian yang lebih dari negara meskipun lambat laun nilai-nilai dan pelaku
masyarakat adat dan kearifan lingkungan karena masyarakat adat sendiri menjaga
cara menjaga hutan adat dan sekitarnya dengan turun-temurun, serta yang paling
penting tidak sembarang menebang pohon. Hampir tidak ada masyarakat adat
yang terlibat illegal logging, sebab mereka menjaga nilai-nilai filosofis dan
budaya untuk tetap eksis di lingkungannya. Namun, dilain sisi masyarakat adat
juga rentan akan proses hegemoni yang kerap mengisi dan menguasai kehidupan
yang dilakukan orang asing, contoh nyata yang terjadi adalah program
7
BAB III
terhambatnya kelompok masyarakat adat yang kehilangan dalam hal akses atau
sumber daya alam hal ini disebabkan karena dalam pengambilan keputusan
terkait Proses perencanaan dan peruntukan tanah, hutan, pesisir, dan lautan oleh
pemerintah, masyarakat adat tidak dilibatkan didalamnya. Saat ini terkait dengan
paradigma dari ilmu pengetahuan modern yang menganggap bahwa suatu tradisi
kesukuan mereka yang pertama Suku Baduy dalam (Tangtu) atau masyarakat
Baduy asli yang memegang hukum adat serta kukuh pengkuh dalam
yang diberikan kelonggaran dalam melaksanakan adat tetapi ada batas batas
tertentu. Sehingga dari kearifan masyarakat Suku Baduy diatas dapat diambil
dianggap sebagai kewajiban, Jika kewajiban itu tidak dipatuhi, mereka akan
dicap melanggar petuah leluhur dan juga ajaran Sunda Wiwitan. Kedua yakni
8
yang hampir tidak terpisahkan oleh kegiatan Bekerjasama sehingga masyarakat
Hukum, apabila melanggar mereka akan hidup dalam kenestapaan dan mendapat
memberdayakan sesuatu yang ‘di dalam’. Kelima yakni sifat demokratis seperti
dua komunitas yaitu Suku Baduy dalam dan Suku Baduy luar.
untuk memenuhi kebutuhan sehari hari seperti para perempuan yang beraktifitas
menenun dengan menggunakan alat sementara para laki laki membuatn gula
aren, berladang. Ketujuh adalah kejujuran, menurut mereka, orang yang tidak
jujur tidak ada harga dirinya sehingga kejujuran ini semacam penuntun dan
pedoman hidup bagi mereka sehingga tercermin dalam sehari hari sejak nenek
Desa Kanekes yang disinggahi oleh masyarakat adat Baduy terletak di antara 6º
27' 27" -6º 30' 0" Lintang Selatan dan 108º 3' 9" - 106º 4' 55" Bujur Timur,
9
wilayah Desa Kanekes adalah 5.101 km². Wilayah Desa Kanekes merupakan
tanah ulyat yang dijaga dan dilindungi oleh hukum adat Baduy.
bagian selatan. Jenis tanahnya berupa latosol coklat, alluvial coklat, dan
hektar yang terbagi menjadi dua bagian; ± 3.000 hektar berupa hutan lindung
(luweng titipan) dan hutan tutupan (luweng tutupan), selebihnya merupakan tanah
wilayah Baduy Dalam merupakan kawasan hutan yang sama sekali tidak boleh
dimasuki, dijamah, atau di jelajah oleh siapapun kecuali puun (kepala adat) pada
upacara ziarah (muja) setiap tahun sekali, karena kawasan hutan itu terdapat arca
domas (sasaka domas) yang disucikan dan disakralkan oleh orang Baduy.
keadaan dari Desa kinekes, yang secara langsung dipimpin oleh Jaro
pemerintahan atau sering disebut sebagai kepala pemerintahan. Sisi spiritual pada
Desa ini masih cukup tinggi dimana ditekankan pada suatu kampung permukiman
10
di daerah Baduy, pada hakekatnya lebih ditekankan mengenai asal usul dari desa
tersebut dan apa saja yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.
kinekes sendiri, mampu mengandalkan suatu hasil dari lahan yang ada yaitu lahan
pertanian untuk dibuat sebagai mata pencaharian atau ladang, mereka percaya
bahwa hanya dengan menggarap ladang maka serangkaian hal tersebut bisa
menanam padi dengan sistem perladangan gilir balik. Pemahaman dari orang
baduy pada hakekatnya lebih percaya akan serangkaian tatanan yang turun-
Namun di dalamnya sendiri juga ada serta-merta dari larangan yang tidak
boleh dilanggar dari suatu desa kenekes tersebut, dimana wilayah Baduy yang ada
menyimpang dari ajaran atau pemahaman masyarakat Baduy. Suatu kesakralan ini
masyarakat Baduy, yang diajarkan kepada anak cucu sejak dini di mana pada
suatu pemahaman dari kesenian seperti kesenian yang disebut sebagai gambang
khitanan yang dilaksanakan pada Sasih kelima atau Juli atau Agustus.
wiwitan ini lebih memiliki makna yang lebih mendalam. Atas pemahaman dari
11
arti kata Wiwitan pada hakekatnya lebih ditekankan kepada suatu awal atau proses
dengan perintah agama bahkan aturan yang ada pada masyarakat Baduy tersebut
di mana pangkal, pokok dan dasar agama menjadi utama karena didalamnya
terdapat berbagai agama seperti Islam agama Hindu agama Katolik agama Budha
hingga Kristen. Dengan demikian selain masyarakat Baduy pada hakikatnya nya
orang Baduy di sendiri juga percaya akan serangkaian nenek moyang atau leluhur
yang ada yang sudah ada, didalam memberikan serangkaian peninggalan atau
ajaran-ajaran pada masa terdahulu maka dalam hal ini sering disebut sebagai
Kuruhun.
Lebih dari itu pemahaman dari wilayah tanah titipan tadi maka ditekankan
bahkan tidak bisa hal-hal yang dilakukan secara pamali. Pada hakikatnya nya
seorang baduy atau masyarakat Baduy, percaya juga tentang pemahaman tentang
dengan tugas yang sesuai, dengan keturunan untuk selalu bisa melakukan
pertapaan yang sering dianggap mensucikan diri atau untuk mencari jawaban yang
yang lebih luas tentang serangkaian tantangan atau larangan yang tidak boleh
dilanggar nya salah satu contohnya seperti tentang kawin dengan orang luar
Baduy akan mengakibatkan keturunan yang tidak asli atau tidak sesuai dan
12
giat upacara penting yang harus wajib dilakukan selama setahun sekali seperti,
upacara saren tabun, upacara kawula, upacara seba, dan upacara muja dan ziarah.
berada dalam struktur (kangkurungan) tangtu tilu jaro (tiga jaro Baduy Dalam dan
tujuh jaro Baduy Luar) yakni sebagai satu kesatuan yang tak terpisah satu sama
lain dalam sistem pemerintahan adat yang telah diturunkan oleh karuhun. Struktur
negara.
Desa Kanekes saat ini terdiri dari 56 kampung, yang terbagi menjadi tiga
kelompok, yaitu kelompok desa tangtu (Baduy Dalam), panamping, dan dangka.
Komunitas Masyarakat Baduy Dalam dipimpin oleh Pu’un (kepala adat) yang
terdiri atas tiga orang (Puun Tangtu Tilu) dan bertempat tinggal di Wilayah Baduy
berdasarkan petunjuk gaib melalui dukun sebagai perantara yang ada di masing –
masing kampung Baduy Dalam. Pu’un didampingi oleh dewan penasihat yang
13
disebut dengan baresan salapan. Masing – masing pu’un dibantu oleh seorang jaro
tangtu (wakil kepala adat) dan seorang girang Seurat (juru siar). Pu’un sebagai
Pu’un berasal dari kekuatan alam yang diperoleh dari masyarakat Baduy dan
kekuatan magis yang diyakini secara turun temurun. Dalam kehidupan sehari-hari,
dikenal sebagai Kanekes Luar (Baduy Luar), yang tinggal tersebar mengelilingi
Cisagu, dan lain sebagainya. Kanekes Dangka tinggal di luar wilayah Kanekes
dan pada saat ini tinggal 2 kampung yang tersisa, yaitu Padawaras (Cibengkung)
semacam buffer zone atas pengaruh dari luar Komunitas Masyarakat Baduy Luar
jaro, yang dibagi ke dalam empat jabatan, yaitu jaro tangtu memiliki tugas
mengenai pelaksaanan hukum adat, jaro dangka mengenai tanah titipan leluhur,
pemerintah nasional dan jaro pamarentah. Jaro dangka berjumlah 9 orang dan
apabila ditambah dengan 3 orang jaro tangtu disebut sebagai jaro duabelas. Segala
sehari – hari ditangani oleh jaro tangtu, karena Pu’un sebagai kepala adat
14
dipandang sebagai orang suci yang menjalankan tugas atau (lelakon)
membertapa-kan jagad raya atau alam semesta. Jadi dalam kehidupan orang
Baduy, pu’un tidak bisa ditemui atau diajak berkomunikasi langsung secara
sembarangan oleh siapapun, termasuk oleh warga adat Baduy sendiri. Segala
urusan yang ada kaitannya dengan pu’un harus dilakukan melalui jaro tangtu
yang akan menyampaikan kepada pu’un. Sedangkan, girang Seurat sebagai juru
siar pesan, nasihat atau pu’un yang harus dilaksanakan penduduk di kampung –
kampung tempat tinggal orang Baduy melalui kekolot lembur (kepala kampung).
Pemilu yaitu dengan melakukan doa bersama agar mendapat pemimpin yang baik
dan amanah dan mengutus Jaro Indah ke Pemerintah Provinsi atau melalui Bupati
budaya dasar yang diyakininya dan menganut sistem kepercayaan animisme yakni
adat yang mutlak atau biasa disebut dengan pikukuh karuhan (peraturan adat).
Pikukuh karuhan merupakan suatu sumber etika dan moral yang melandasi
komunikasi, relasi, serta interaksi warga masyarakat adat Baduy dengan karuhan
(leluhur), antar sesamanya, dan juga interaksi diantara orang Baduy dengan desa
disekitarnya, bahkan juga dengan lingkungan alam Desa Kanekes yang menjadi
15
dasar kehidupan mereka. Pikukuh karuhan memberikan suatu landasan yakni
mengenai etika dan moral orang Baduy sebagai penerus dari karuhan dalam hal
sekitar wilayah adat Desa Kanekes. Berikut ini adalah beberapa ketentuan-
ketentuan hukum adat orang Baduy yang tercermin didalam pikukuh karuhan:
micarek)
g. Berbicara harus diukur atau dibatasi agar tidak berlebihan (Nyaur kudu di
ukur)
tetap terpelihara, maka harus dilaksanakan aturan mengenai larangan yang disebut
sebagai buyut yang harus ditaati. Ketentuan-ketentuan adat diatas mengatur suatu
16
larangan (buyut). Larangan ini mencakup berbagai hal seperti memasuki kawasan
hutan titipan (leuweng titipan) karuhan dan menebangnya, larangan menuba ikan
di sungai atau di anak sungai, larangan memburu hewan ataupun memetik buah,
menanam tanaman dan hewan ternak yang bukan berasal dari wilayah baduy.
adat disidangkan oleh jaro tangtu dan jaro tanggungan sebagai seorang petugas
penjaga keteraturan atau ketertiban sosial dan menegakkan hukum adat dalam
karuhun. Karuhun disini memiliki makna yang berarti leluhur atau nenek moyang.
satu sisi dan penggunaan sistem perlandangan gilir balik (shift-ing caltivation)
yang sistematis, teratur, dan akrab lingkungan di sisi lain, maka sampai sekarang
Kawasan hutan adat Desa Kanekes tetap lestari dan terlindungi serta terjaga
17
karuhun. Namun demikian, sejak tahun 1950-an ketenangan dan ketentraman
hidup orang Baduy mulai terusik dan terganggu karena terjadi kasus-kasus
pencurian kayu dan penyerobotan tanah hutan yang dilkukan oleh penduduk desa-
intensitasnya semakin tinggi sejak tahun 1968. Hal ini sebagai dampak kebijakan
Pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat yang menetapkan wilayah adat Desa
Kanekes seluas lebih dari 5000 hektar ditetapkan sebagai Kawasan hutan negara
Melalui SK Gubernur ini juga ditetapkan bahwa Kawasan hutan titipan (leuweng
adat Baduy untuk menangkal dan mencegah pengaruh-pengaruh budaya luar yang
tanah adat serta pelestarian dan perlindungan Kawasan hutan titipan karuhun dari
18
penjarahan, perusakan, dan pengokupasian oleh penduduk desa-desa sekitar
(1) masyarakat Baduy telah dikenal di dalam maupun di luar negeri sebagai
komunitas adat yang memiliki kearifan dalam meneguhkan buadya dan kearifan
dalam mengelola lingungan hidup titipan karuhun, (2) keteguhan adat dan
sumberdaya hutan, (3) pada dua dekade terakhir ini intensitas perusakan hutan dan
terus semakin meningkat. Untuk itu perlu segera ada Tindakan nyata dari
19
BAB III
PENUTUP
Corak dari politik Indonesia terutama pada otonomi daerah masih belum
daerah Indonesia masih bersifat sentralistik dan tidak mendukung pada hal - hal
yang berkaitan dengan kearifan lokal. Dampak dari penggunaan sistem politk
implikasi sosial dan budaya berupa dehumanisasi dan stigtitasi negatif terhadap
masyarakat adat lebih dari itu menimbulkan implikasi ideologi dalam bentuk
kerusakan - kerusakan sumber daya yang di miliki oleh para kaum adat.
Jika kita kaji dan pelajari lagi untuk mewujudkan optimalisasi otonomi
daerah yang berbasis masyarakat, kearifan lokal, dan hukum adat masih sanagt
susah di terapkan di Indonesia. Masih banyak tantangan yang harus kita hadapai
serta kaji untuk mewujudkan hal - hal ini secara selaras. Dampak atas hal tersebut
bisa membawa perubahan baik atau ancaman jangka panjang yang dibiarkan akan
membawa kehancuran. Jika mementingkan hanya perihal hukum adat dan perda
bisa menimbulkan kekacauan karena hanya kepentingan adat jangka pendek yang
dipikirkan. Selain itu, jika diwujudkan suatu pemerintahan yang sifatnya sepihak
bisa menimbulkan pemerintahan yang penuh masalah dan anarkis bukan malah
20
KESIMPULAN
pengalaman, dan akal budi. Kaitan antara lingkungan dan kearifan lokal sendiri
ada keterkaitan yang sangat kuat karena memang hal tersebut turunan dari nenek
adatnya yang masih kental dan cenderung kedaerahan yang bisa berdaampak
buruk. Atas perihal lingkungan adat baduy penjarahan sumberdaya hutan dan
penyerobotan tanah hutan Baduy intensitasnya semakin tinggi sejak tahun 1968.
Akhirnya upaya dilakukan oleh Kenekes dan masyarakat baduy. Dengan bantuan
dari LSM akhirnya masyarakat Baduy bisa didengar dan mendapat bantuan dari
pemerintah.
21
DAFTAR PUSTAKA
Rachmad, S., Nurjaya, I N, Koeswahyono, I., Susilo, E., Bahar, S. 2015. Relasi
Pena Gemilang.
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/refleksi/article/view/9577
Berkelanjutan
http://jurnal.unsyiah.ac.id/SKLJ/article/view/17634
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/gk/article/view/3580/1992
Kearifan Lokal”, Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 18, No.1, hal 10.
Retrieved from
https://journal.uny.ac.id/index.php/humaniora/article/view/3180
22
Senoaji, G. (2011). Perilaku masyarakat Baduy dalam mengelola hutan, lahan,
from https://jurnal.ugm.ac.id/jurnal-humaniora/article/view/1006
Kurnia, A. & Ahmad S. (2010). Saatnya Baduy Bicara. Jakarta: Bumi Aksara.
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/196801141992032-
WILODATI/jurnal_SISTEM_SOSBUD_BADUY.pdf.
Hidup.
https://m.antaranews.com/berita/392219/masyarakat-hukum-adat-
https://pa-probolinggo.go.id/Eksistensi-Hak-Ulayat-dalam-Era
Investasi#:~:text=Hak%20ulayat%20merupakan%20serangkain%20wewe
nang,bersama%20kepunyaan%20atas%20tanah%20tersebut%2C
23