Anda di halaman 1dari 21

faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Peserta Didik

1.     Faktor Internal

Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi
psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri. Hal ini juga bisa terjadi karena faktor
genetika(hereditas).

Faktor internal bisa dibagi menjadi 2 macam yaitu :

a.     Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktorini
dibedakan menjadi dua macam, yaitu keadaan tonus jasmani dan keadaan fungsi jasmani.

Keadaan tonus jasmani maksudnya dalam hal perbedaan porsi tubuh. Seperti tinggi kurus, tinggi gemuk,
pendek kurus, pndk gemuk, dll. Hal ini sangat berpengaruh pada fisiologis siswa itu sendiri. Terutama untuk
siswa yang kurang lengkap anggota badannya (cacat).

Keadaan fungsi jasmani maksudnya dalam hal penyakit. Siswa yang terkena penyakit dalam yang parah
dengan siswa yang terkena penyakit ringan akan berpengaruh pada fisiologis siswa tersebut.

b.           Faktor Psikologis

Dalam hal kejiwaan, kapasitas Mental, Emosi, dan Intelegensi setiap orang itu berbeda. Kemampuan
berpikir mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak
yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan
intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan
keberhasilan dan kecerdasan dalam perkembangan sosial  anak.

Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam
kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi,
berbeda dengan anak yang mempunyai daya intelektual kurang, mereka selalu tampak murung, pendiam, mudah
tersinggung karenanya suka menyendiri, tingkat kecerdasan yang lambat dan temperamen.

Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah :

       Kecerdasan/inteligensi siswa

       Motivasi

       Minat

       Sikap

       Bakat

2.         Faktor Eksternal

Yaitu hal – hal yang datang atau ada diluar diri siswa/peserta didik yang meliputi lingkungan (khususnya
pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan lingkungan
Macam-macam faktor eksternal yaitu :

a.         Faktor Biologis

Bisa diartikan, biologis dalam konteks ini adalah faktor yang berkaitan dengan keperluan primer seorang
anak pada awal kehidupanya: Faktor ini wujudnya berupa pengaruh yang datang pertama kali dari pihak ibu dan
ayah.

b.         Faktor Physis

Maksudnya adalah pengaruh yang datang dari lingkungan geografis, seperti iklim keadaan alam, tingkat
kesuburan tanah, jalur komunikasi dengan daerah lain, dsb.

c.         Faktor Ekonomis/Status Sosial Ekonomi

Dalam proses perkembanganya, betapapun ukuranya bervariasi, seorang anak pasti memerlukan biaya.
Biaya untuk makan dan minum dirumah, tetapi juga untuk mebeli peralatan sekolah yang dibutuhkan oleh
siswa. Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam
lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi
akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung
dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam
keluarganya. Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah
ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga”
status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu
mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih
jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit
dengan normanya sendiri.

d.         Faktor Cultural

Di Indonesia ini, jika dihitung ada berpuluh bahkan beratus kelompok masyarakat yang masing – masing
mempunyai kultur, budaya, adat istiadat, dan tradisi tersendiri, dan hal ini jelas berpengaruh terhadap
perkembangan anak – anak.

e.         Faktor Edukatif

Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang mempunyai pengaruh terhadap perkembangan anak
manusia terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, yang memberikan
warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan
dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat,
dan kelembagaan.

f.          Faktor Religious

Sebagai contoh seorang anak kyai, sudah pasti ia akan berebeda dengan anak lain yang tidak menjadi
kyai, yang sekedar terhitung orang beragama, lebih – lebih yang memang tidak beragama sama sekali, ini adalah
persoalan perkembangan pula, menyangkut proses terbentunya prilaku seorang anak dengan agama sebagai
faktor penting yang mempengaruhinya karena pondasi agama merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh dan berperan penting sebagai media kontrol dalam perkembangan peserta didik
A.  Latar Belakang

  Perkembangan merupakan suatu proses yang terjadi selama manusia hidup.

Perkembangan individu merupakan pola gerakan atau perubahan yang secara dinamis dimulai

dari pembuahan atau konsepsi dan terus berlanjut sepanjang siklus kehidupan manusia yang

terjadi akibat dari kematangan dan pengalaman (Hurlock, 1991; Rice, 2002). Studi mengenai

perkembangan seseorang tidak lagi seperti dahulu yang berhenti pada waktu seseorang

mencapai kedewasaannya, melainkan berlangsung terus menerus dan mulai konsepsi hingga

orang itu mati. Pembentukan pada masa dini ini akan bersifat tetap dan mempengaruhi sifat

penyesuaian fisik, psikologis dan sosial pada masa-masa yang kemudian. Hal ini pula

menyebabkan mengapa perlakuan terhadap anak pada masa dini ini harus sedemikian rupa

sehingga dapat mengarah kepada penyesuaian sosial dan penyesuaian pribadi yang baik pada

masa yang akan datang. Dalam proses ini banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu

yaitu, pendidikan, pergaulan, lingkungan, keluarga dan lainnya. Misalnya kita setiap hari

banyak menemui orang-orang, yang satu baik dan aktif, yang satu terbilang nakal. Oleh

karena itu perlu kita ketahui faktor–faktor apa saja yang dominan pengaruhnya dalam

perkembangan peserta didik.

B.  Rumusan masalah

1.    Faktor – faktor apa sajakah yang mempengaruhi perkembangan peserta didik?

2.    Aliran apa saja yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

peserta didik?

C.  Tujuan Pembahasan

1.    Mengetahui faktor – faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan peserta didik
2.    Mengetahui aliran yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan peserta didik

BAB II

PEMBAHASAN

Dalam pengkajian Perkembangan Individu ini ada dua istilah yang sering muncul,

pertama perkembangan (development) dan kedua adalah pertumbuhan (growth). Istilah

perkembangan dititikberatkan pada aspek-aspek yang bersifat psikis (kualitatif), sedangkan

pertumbuhan dipakai untuk perubahan-perubahan yang bersifat fisik (kuantitatif). Antara

fisik dan psikis ini saling berkaitan dalam menelaah kehidupan manusia (Desmita,2012).

Pertumbuhan dan perkembangan kadang-kadang masih kabur pengertiannya dan sukar

dibedakan. Biasanya istilah-istilah itu digunakan untuk menjelaskan adanya perubahan yang

bersifat progresif namun sifatnya berbeda.

Secara rinci, perbedaan antara pertumbuhan dan perkembangan adalah:

a.    Pertumbuhan (Growth): cenderung lebih bersifat kuantitatif dan berkaitan dengan aspek

fisik.

Contoh: ukuran berat dan tinggi badan , ukuran dimensi sel tubuh, umur tulang yang bisa

diukur

b.    Perkembangan (Development: cenderung lebih bersifat kualitatif, berkaitan dengan

pematangan fungsi organ individu

Contoh:

1.    Bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola

yang teratur, misalnya dalam perkembangan bahasa, emosi, intelektual, perilaku


2.    Perkembangan periode bayi sampai anak. Kita melihat bahwa bayi dan anak berbeda sebagai

hasil dari pertumbuhan, tetapi disini juga terdapat perubahan struktur dan bentuk. Jadi,

bentuk bayi tidak sama dengan bentuk anak (bentuknya bukan bentuk bayi dalam ukuran

besar). Untuk perubahan strukturnya yaitu secara berproses melalui kematangan dan belajar,

tangan anak sudah bisa digunakan untuk makan sendiri.

A.      Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Peserta Didik

Kajian medik dan psikologi perkembangan menunjukkan bahwa disamping dipengaruhi

oleh faktor bawaan, kualitas individu juga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor lain,

seperti faktor lingkungan yang tidak lepas dari pengaruh faktor psikososial. Baik faktor

bawaan atau sering juga disebut faktor keturunan dan faktor lingkungan. Kedua faktor ini

berbeda-beda antara individu yang satu dengan yang lain, sehingga menyebabkan perbedaan

yang disebut dengan istilah individual differences. Berdasarkan hal ini, masing-masing

individu memiliki keunikan atau kekhasan sendiri baik dalam setiap gejala jiwa yang meliputi

aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang terlihat dalam kemampuan berfikir, merasakan

sesuatu, serta sikap dan perilakunya sehari-hari. Dalam melihat dan menyikapi perbedaan

tersebut, hendaknya pendidik menyadari bahwa tidak semua individu dapat diperlakukan

dengan cara yang selalu sama. Masing-masing individu memiliki kekhasan sendiri, sehingga

pendekatan yang sifatnya personal maupun institusional tentu berbeda.

Untuk lebih jelasnya, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan individu

adalah sebagai berikut:

1.    Faktor Internal

a.    Faktor Genetika (hereditas)

Gen adalaah substansi/materi pembawa sifat yang diturunkan dari induk. Gen

mempengaruhi ciri dan sifat mahluk hidup, misalnya bentuk tubuh, tingga tubuh, warna kulit,
dan sebagainya. Gen juga menentukan kemampuan metabolisme mahluk hidup, sehingga

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya.

Hereditas merupakan “totalitas karakeristik individu yang diwariskan orang tua kepada

anak, atau segala potensi baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi

sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen.

Meskipun peranan gen sangat penting, factor genetis bukan satu-satunya factor yang

menentukan pola pertumbuhan dan perkembangan karena juga dipengaruhi oleh factor

lainnya.

b.   Faktor Fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik

individu. Factor fisiologis yang mempengaruhi perkembangan peserta didik diantaranya

adalah:

1)   Tubuh dan warna kulit.

Tubuh merupakan bagian dari pertumbuhan dan perkembangan seseorang yang tidak

bisa disamakan dengan yang lainnya, begitupun dengan warna kulit seseorang. Hal ini akan

sangat berpengaruh terhadap perkembangan seseorang sesuai dengan tahap

perkembangannya.

2)   Faktor Gizi atau Asupan Makanan

Kesehatan individu sangat tergantung pada pemberian gizi yang baik dan berimbang.

Hal ini merupakan faktor yang sangat penting dalam merangsang tumbuh kembang individu

dan merangsang perkembangan otak dan sistem syarafnya yang merupakan bagian paling

penting dalam menentukan tumbuh dan kembang individu.

3)   Cacat dan penyakit

Kondisi individu yang cacat atau mempunyai penyakit tertentu, tentu saja akan

berpengaruh terhadap perkembangan anak. Pengaruh yang diberikan tidak hanya pengaruh
pada fisik saja, melainkan juga secara psikologis. Cacat atau penyakit banyak disebabkan

oleh beberapa hal yaitu :

a)    Pengaruh genetik

b)   Ibu yang kurang gizi pada saat mengandung.

c)    Obat-obatan dan alkohol.

d)   Radiasi

e)    Penyakit yang diderita Ibu selama kehamilan

f)    Keadaan Emosi pada Ibu saat hamil.

c.    Faktor Psikologis.

Kondisi fisik dan psikis individu sangat berkaitan. Kondisi fisik yang tidak sempurna

atau cacat juga berkaitan dengan persepsi individu terhadap kemampuan dirinya. Begitupun

dengan ketidakmampuan intelektual yang diulas sebelumnya dapat disebabkan karena

kerusakan sistem syaraf , kerusakan otak atau mengalami retardasi mental.

Dalam hal kejiwaan, kapasitas Mental, Emosi, dan Intelegensi setiap orang itu berbeda.

Kemampuan berpikir mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan

masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan

berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa

baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dan

kecerdasan dalam perkembangan sosial  anak.

Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses perkembangan siswa,

hormone, intelegensi, motivasi, sikap, dan bakat.

1)   Hormon

Hormon merupakan zat yang berfungsi mengendalikan berbagai fungsi di dalam tubuh.

Meskipun kadarnya sedikit, hormone memberikan pengaruh yang nyata dalam pengaturan
berbagai proses dalam tubuh. Hormone akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

pada mahluk hidup beragam jenisnya.

2)   Kecerdasan/inteligensi siswa

Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksi

rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan

demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-

organ tubuh yang lain. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan

organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sendiri sebagai

pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia.

Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orangtua dan guru atau

pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga

dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior,

superior, ratarata, atau mungkin lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang

merupakan hal yang sangat berharga untuk memprediksi kemampuan belajar seseorang. -

Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan

merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.

3)   Seks

Perbedaan perkembangan antara kedua jenis seks tidak tampak jelas yang nyata kelihatan

adalah kecepatan dalam pertumbuhan jasmaniyah. Pada waktu lahir anak laki-lakilebih besar

dari perempuan, tetapi anak perempuan lebih cepat perkembangannya dan lebih cepat pula

dalam mencapai kedewasaannya dari pada anak laki-laki. Anak perempuan pada umumnya

lebih cepat mencapai kematangan seksnya kira-kira satu atau dua tahun lebih awal dan

pisiknya juga tampak lebih cepat besar dari pada anak lakilaki. Hal ini jelas pada anak umur 9

sampai 12 tahun
4)   Motivasi

Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.

Motivasilah yang mendorong siswa inginn melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi

mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong,

memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat. Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh

kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. Seperti

seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca,

karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah

menjadi kebutuhannya.

5)   Sikap

Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya.

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi

atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan

sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Sutirna, 2003). Sikap siswa dalam belajar

dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran,

atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam

belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung

jawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru akan berusaha

memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengembangkan kepribadian sebagai

seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan

pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat

mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkan siswa bahwa bidang

srudi yang dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.

6)   Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses perkembangan adalah bakat. Secara umum,

bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk

mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Sutirna, 2013). Berkaitan dengan

belajar, Slavin (Sutirna,2013) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki

seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorangyang

menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat

seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung

proses belajarnya sehingga kernungkinan besar ia akan berhasil.

Pada dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar

sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai

kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya

pendidikan dan latihan. Individu yang telah memiliki bakat tertentu, akan lebih mudah

menyerap segala informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya. Misalnya,

siswa yang berbakat di bidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa lain

selain bahasanya sendiri.

2.    Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan hal – hal yang datang atau ada di luar diri siswa/peserta

didik yang meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa

tersebut dengan lingkungan. faktor eksternal yang memengaruhi perkembangan dapat

digolongkan menjadi 7 macam yaitu: faktor biologis, physis, ekonomis, cultural, edukatif,

religious dan lingkungan.

a.    Faktor Biologis

Bisa diartikan, biologis dalam konteks ini adalah faktor yang berkaitan dengan keperluan

primer seorang anak pada awal kehidupanya: Faktor ini wujudnya berupa pengaruh yang

datang pertama kali dari pihak ibu dan ayah.


b.    Faktor Physis

Faktor ini mencakup kondisi keamanan, cuaca, keadaan geografis, sanitasi atau kebersihan

lingkungan, serta keadaan rumah yang meliputi ventilasi, cahaya, dan kepadatan hunian

(Soetjiningsih, 1998). Semua kondisi di atas sangat mempengaruhi bagaimana individu dapat

menjalankan proses kehidupannya. Sebagai contoh, kondisi daerah yang tidak aman karena

adanya pertikaian dapat menyebabkan tekanan tersendiri bagi individu dan proses imitasi

atau peniruan perilaku kekerasan yang dapat berpengaruh dalam pola perilaku individu.

Sementara itu kondisi yang jelek pada faktor cuaca, kurangnya sanitasi atau kebersihan

lingkungan, keadaan rumah yang tidak menunjang hidup sehat, serta keadaan geografis yang

sulit, misalnya karena di daerah terpencil yang jauh dari informasi, sulit dijangkau, serta

rawan akan bencana alam, selain dapat mempengaruhi tekanan psikis juga mempengaruhi

faktor kesehatan karena pengobatan yang sulit didapatkan.

Semua ini jelas membawa dampak masing–masing terhadap perkembangan anak–anak yang

lahir dan dibesarkan disana. Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk

mampu mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain,

memerlukan kematangan intelektual dan emosional.

c.    Faktor Ekonomis/Status Sosial Ekonomi

Dalam proses perkembanganya, betapapun ukuranya bervariasi, seorang anak pasti

memerlukan biaya. Biaya untuk makan dan minum dirumah, tetapi juga untuk membeli

peralatan sekolah yang dibutuhkan oleh siswa. Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh

kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan

memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam

konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam

pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang

berlaku di dalam keluarganya. Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak
memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan

dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan

ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu

mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat

berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka

akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.

d.   Faktor Cultural

Di Indonesia ini, jika dihitung ada berpuluh bahkan beratus kelompok masyarakat yang

masing–masing mempunyai kultur, budaya, adat istiadat, dan tradisi tersendiri, dan hal ini

jelas berpengaruh terhadap perkembangan anak–anak.

e.    Faktor Edukatif

Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang mempunyai pengaruh terhadap

perkembangan anak manusia terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu

yang normatif, yang memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan

kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan

bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan

kelembagaan.

Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepadapeserta didik yang

belajar di kelembagaan pendidikan (sekolah).

Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi

dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa(nasional) dan norma kehidupan antarbangsa.

Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Faktor

pendidikan ini relatif paling besar pengaruhnya dibandingkan dengan faktor yang lain.
f.     Faktor Religious

Sebagai contoh seorang anak yang hidup dilingkungan yang kental dengan suasana religius,

sudah pasti ia akan berebeda dengan anak lain yang tidak berada dalam lingkungan religi

yang kental, yang sekedar terhitung orang beragama, lebih–lebih yang memang tidak

beragama sama sekali, ini adalah persoalan perkembangan pula, menyangkut proses

terbentunya prilaku seorang anak dengan agama sebagai faktor penting yang

mempengaruhinya karena pondasi agama merupakan salah satu faktor yang sangat

berpengaruh dan berperan penting sebagai media kontrol dalam perkembangan peserta didik.

g.    Faktor Lingkungan

1)   Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan

memengaruhi perkembangan anak. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran

dan anak telantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa

kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang

kebetulan belum dimilikinya.

2)   Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan perkembangan

belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah),

pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa.

Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan

membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

3)   Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat

memengaruhi proses perkembangan belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara

ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. maka para

pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimiliki oleh
anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan

tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.

B.       Beberapa aliran yang berhubungan dengan  faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan siswa

1.     Aliran Nativisme

Nativisme (nativisme) adalah sebuah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap aliran

psikologis . Tokoh utama aliran ini bernama arthur Schopenhoeur (1788-1860) seorangg

filosofis Jerman, Aliran filosofis nativisme ini dijuluki sebagai aliran pesimistis yang

memandang segala sesuatu dengan kacamata hitam, karena para ahli penganut ini

berkeyakinan bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan

pengalaman dan pendidikan tidak ada pengaruhnya. Dalam ilmu pendidikan pandangan ini

disebut pesimisme pedagogis.

2.    Aliran Empirisisme

Aliran empirisisme (empiricism) tokoh utamanya adalah John Locke (1632-1704). Nama asli

aliran ini adalah “ The School of British Empiricism” (aliran empirisisme inggris). Doktrin

aliran empirisisme yang amat mashur ialah “tabula Rasa” yang berarti lembaran kosong.

Doktrin tabula rasa menekankan arti pentingnya pengalaman, lingkungan dan pendidikan

dalam arti perkembangan manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan dan

pengalaman pendidiknya sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada

pengaruhnya.

3.    Aliran Konvegerensi

Aliran kovergensi merupakan gabungan antara aliran empirisisme dengan aliran nativisme.

Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai
faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Tokoh utama aliran ini

bernama Louis William Stern, seorang filosof dan psycholog Jerman.

PERKEMBANGAN KOGNITIF PESERTA DIDIK

Kognitif merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan peserta didik yag
berkaitan menentukan keberhasilan mereka disekolah. Guru sebagai tenaga kependidikan
yang bertangung jawab melaksanakan interaksi edukasi didalam kelas, perlu memiliki
pemahaman yang mendalam tentang perkembangan kognitif peserta didik. Dengan bkal
pemahaman tersebut, guru akan dapat memberikan. Layanan pendidikan atau melaksanakan
proses pembelajaran yan sesuai dengan kemampuan kognitif peserta didik yang dihadapinya.
Perkembangan pikirannya dapat dibedakan dengan dua bentuk yaitu :
a.       perkembangan formal
yaitu perkembangan fungsi-fungsi fikir atau alat-alat fikir anak untuk dapat menyerap,
menimbang, memutuskan, menguraikan, dan lain-lain. Contoh, perkembangan sistematika
berfikir, teknik pengambilan keputusan dan lain-lain.
b.      perkembangan material
yaitu perkembangan jumlah pengetahuan pikir (knowledge) oleh seseorang untuk dapat
memiliki dan dikuasainya contoh, penguasaan tentang angka-angka, pendapat-pendapat,
teori-teori dan sebagainya.
Secara keseluruhan perkembangan pikiran dapat diartikan sejalan dengan proses
perkembangan pengamatan dan tangapan anak, maka perkembangan pikiranpun dapat
dikotegorikan dengan dua tahap :
1.      Berpikir dengan kongkret ( dengan objek realis ) sehingga proses berpikir anak harus
dirangsang atau di tuntun dengan benda peraga.
2.      Berepikir secara simbolis atau sistematis yaitu anak berpikir dengan mengunakan simbol-
simbol ( tanda-tanda) maka di sini sudah kenal huruf, angka, skema, simbol-simbol tertentu,
dan sebagainya.

Pengertian Perkembangan Kognitif


Secara sederhana, kemampuan kognitif dapat dialami sebagai kemampuan anak untuk
berfikir lebih kompleks secara kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah.
Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini akan memudahkan anak menguasai
pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu menjalankan fungsinya dengan
wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan lingkungan sehari-hari.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah salah satu
aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu
semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan
memikirkan lingkungannya.
Psikologi pembelajaran kognitif mengatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan
oleh stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya
sendiri. Faktor-faktor internal itu berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk
mengenal dunia luar, dan dengan pengenalan itu manusia mampu memberikan respon
terhadap stimulus. Berdasarkan pada pandangan itu teori psikoloig kognitif memandang
beljar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi terutama pikiran, untuk dapat
mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan kata lain, aktivitas belajar
manusia ditentukan pada proses internal dalam berpikir yakni pengolahan informasi.
Intisari dari teori belajar konstruktivisme adalah bahwa belajar merupakan proses
penemuan (discovery) dan transformasi informasi kompleks yang berlangsung pada diri
seseorang. Individu yang sedang belajar dipandang sebagai orang yang secara konstan
memberikan informasi baru untuk dikonfirmasikan dengan prinsip yang telah dimiliki,
kemudian merevisi prinsip tersebut apabila sudah tidak sesuai dengan informasi yang baru
diperoleh.Agar siswa mampu melakukan kegiatan belajar, maka ia harus melibatkan diri
secara aktif

1. Teori Perkembangan Piaget


Ada empat tahap yang mengiringi perkembangan kognitif menurut Piaget yaitu:
1)      Sensori motor (usia 0 - 2 tahun)
2)      Pra operasional (usia 2 – 7 tahun)
3)      Operasional kongkrit (usia 7 – 11 tahun)
4)      Operasi formal (usia 11 tahun hingga dewasa),
Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk
melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman
sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan
rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif,
mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :


1.      Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengaja
dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2.      Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru
harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3.      Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4.      Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5.      Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi
dengan teman-temanya.

Piaget membagi tahap perkembangan kognitif seseorang menjadi empat tahap yaitu :
a. Tahap Sensorimotor (umur 0-2 tahun)
Ciri-ciri

 Pertumbuhan kemampuan anak dilihat dari kegiatan motorik dan persepsinya.


 Dilakukan langkah demi langkah
 Melihat dirinya berbeda dari orang di sekitarnya
 Lebih banyak memakai indra pendengaran dan penglihatan
 Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya

b.Tahap Praoperasional (umur 2-7 tahun)


Ciri-ciri :

 Telah mampu menggunakan penglihatannya dengan baik ditandai dengan


mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok.
 Tidak mampu memusatkan perhatian pada objek-objek yang berbeda namun mampu
mengurutkan barang sesuai dengan kriteria.
 Mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks.
 Memperoleh prinsip-prinsip secara benar
c. Tahap Operasional Konkret (umur 7 -11 tahun)
Ciri-Ciri :

 Sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya
reversible dan kekekalan.
 Telah memiliki kecakapan berfikir logis namun hanya benda-benda yang bersifat
konkret.
 Mampu melakukan pengklasifikasian namun masih tetap berfikir abstrak.

d. Tahap Operasional Formal (umur 11 hingga dewasa )


Ciri-ciri :

 Mampu berfikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola piker “kemungkinan”.
 Bekerja secara sistematis dan efektif.
 Menganalisis secara kombinasi

2. Teori Belajar Menurut Bruner


Dalam teori belajarnya Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan
berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan
tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga tahap itu adalah:
1.      tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru,
2.      tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru
serta ditransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain,
3.      evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau
tidak.
Bruner mempermasalahkan seberapa banyak informasi itu diperlukan agar dapat
ditransformasikan . Perlu diketahui, tidak hanya itu saja namun juga ada empat tema
pendidikan yaitu:
1.      mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan,
2.      kesiapan (readiness) siswa untuk belajar,
3.      nilai intuisi dalam proses pendidikan dengan intuisi,
4.      motivasi atau keinginan untuk belajar.siswa, dan curu untuk memotivasinya.
Dengan demikian Bruner menegaskan bahwa mata pelajaran apapun dapat diajarkan
secara efektif dengan kejujuran intelektual kepada anak, bahkan dalam tahap perkembangan
manapun. Bruner beranggapan bahwa anak kecilpun akan dapat mengatasi permasalahannya,
asalkan dalam kurikulum berisi tema-tema hidup, yang dikonseptualisasikan untuk menjawab
tiga pertanyaan, yaitu:
Berdasarkan uraian di atas teori belajar Bruner, dapat disimpulkan bahwa dalam proses
belajar terdapat tiga tahap, yaitu informasi, trasformasi, dan evaluasi. Lama tidaknya masing-
masing tahap dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain banyak informasi, motivasi, dan
minat siswa.
3. Teori Bermakna Ausubel
David Ausubel merupakan salah satu tokoh ahli psikologi kognitif yang berpendapat
bahwa keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan oleh kebermaknaan bahan ajar yang
dipelajari. Hudoyo, H (1990:54) menyatakan bahwa Ausubel menggunakan istilah “pengatur
lanjut” (advance organizers) dalam penyajian informasi yang dipelajari peserta didik agar
belajar menjadi bermakna. Selanjutnya dikatakan bahwa “pengatur lanjut” itu terdiri dari
bahan verbal di satu pihak, sebagian lagi merupakan sesuatu yang sudah diketahui peserta
didik di pihak lain.
Dengan demikian kunci keberhasilan belajar terletak pada kebermaknaan bahan ajar
yang diterima atau yang dipelajari oleh siswa.. Ausubel tidak setuju dengan pendapat bahwa
kegiatan belajar penemuan lebih bermakna dari pada kegiatan belajar. Dengan ceramahpun
asalkan informasinya bermakna bagi peserta didik, apalagi penyajiannya sistimatis akan
diperoleh hasil belajar yang baik pula.
Ausubel mengidentifikasikan empat kemungkinan tipe belajar, yaitu
1.      belajar dengan penemuan yang bermakna,
2.      belajar dengan ceramah yang bermakna,
3.      Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna,
4.      belajar dengan ceramah yang tidak bermakna. Dia berpendapat bahwa menghafal berlawanan
dengan mermakna, karena belajar dengan menghafal peserta didik tidak dapat mengaitkan
informasi yang diperoleh itu dengan pengetahuan yang telah dimilikinya.
Dengan demikian bahwa belajar itu akan lebih berhasil jika materi yang dipelajari
bermakna. Dalam kegiatan belajar terdapat empat kemungkinan tipe belajar, yaitu

1. belajar dengan penemuan yang bermakna,


2. belajar dengan ceramah yang bermakna,
3. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna,
4. belajar dengan ceramah yang tidak bermakna

Perkembangan Kognitif dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.


Secara ringkas, Piaget berteori bahwa selama perkembangannya, manusia mengalami
perubahan-perubahan dalam struktur berfikir, yaitu semakin terorganisasi, dan suatu struktur
berpikir yang dicapai selalu dibangun pada struktur dari tahap sebelumnya. Perkembangan
yang terjadi melalui tahap-tahap tersebut disebabkan oleh empat faktor: kematangan fisik,
pengalaman dengan objek-objek fisik, pengalaman sosial, dan ekuilibrasi.
Pengalaman membawa kemajuan kognitif melalui proses asimilasi dan akomodasi.
Proses asimilasi dan amomodasi membantu anak-anak beradaptasi terhadap lingkungannya
karena melalui proses-proses tersebut pemahaman mereka mengenai dunia semakin dalam
dan luas. Dengan demikian, jelas bahwa Piaget memandang anak-anak sebagai organisme
aktif dan self-regulating yang berubah melalui interaksi antara pembawaan lahir (innate)
dengan faktor-faktor lingkungan (Hetherington & Parke, 1986; Seifert & Hoffnung, 1987;
Papalia & Olds, 1988; Miller, 1993).

Anda mungkin juga menyukai