Proposal Penelitian Ikm
Proposal Penelitian Ikm
PROPOSAL PENELITIAN
DISUSUN OLEH:
PEMBIMBING:
“Proposal Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan dalam
mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu Kesehatan
Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Komunitas/ Ilmu Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara”
Oleh:
LEMBAR PENGESAHAN
DISUSUN OLEH:
Pembimbing
NIP: 196906091999032001
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkah dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan telaah sistematis ini dengan judul “Hubungan Komunikasi
Dokter Dan Pasien Dengan Kepuasan Pasien Pada Pelayanan Kesehatan Primer Di Masa Pandemi”.
Penulisan telaah sistematis ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan
Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter Di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing Prof. Dr. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes yang telah meluangkan waktunya
dan memberikan banyak masukan dalam penyusunan telaah sistematis ini sehingga dapat selesai tepat
pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan telaah sistematis ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai
masukan dalam penulisan makalah selanjutnya. Semoga telaah sistematis ini bermanfaat. Akhir kata,
penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan……………………………………………. i
Kata Pengantar………………………………………………… ii
Daftar Isi……………………………………………………….. iii
BAB I Pendahuluan…………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang…………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………… 2
1.3 Tujuan Penelitian ………………………………….. 2
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………. 3
BAB II Tinjauan Pustaka……………………………………… 4
2.1 Pandemi Covid-19……………………………......... 4
2.2 Puskesmas……………………………..................... 6
2.2.1 Definisi………………………………………. 6
2.2.2 Fungsi dan Tugas Puskesmas………………... 6
2.2.3 Klasifikasi Puskesmas……………………….. 7
2.3 Komunikasi………………………………………... 9
2.3.1 Definisi………………………………………. 9
2.3.2 Komponen Komunikasi……………………… 9
2.3.3 Macam-macam Komunikasi………………… 10
2.3.4 Komunikasi Interpersonal…………………… 11
2.4 Dokter……………………………………………… 12
2.4.1 Pengertian Dokter……………………………. 12
2.4.2 Karakteristik Dokter…………………………. 13
2.4.3 Kompetensi Dokter………………………….. 15
2.5 Kepuasan Pasien…………………………………… 16
2.5.1 Definisi Kepuasan Pasien……………………. 16
2.5.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan
Pasien………………………………………... 16
2.5.3 Aspek Penilaian Kepuasan Pasien…………… 18
2.5.4 Indikator Kepuasan Pasien…………………... 18
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Komunikasi yang baik antar dokter-pasien sangat penting dilakukan baik secara verbal
maupun nonverbal untuk menciptakan hubungan yang erat antar individu sehingga dapat
memberi dampak puas kepada pasien saat mendapatkan pelayanan kesehatan. Hubungan yang
efektif antar dokter-pasien memiliki tujuan utama untuk memberikan informasi atau penjelasan
kepada pasien mengenai keadaan kesehatannya, sehingga dokter akan mencari alternatif
pemecah masalah tersebut berdasarkan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).1
Komunikasi merupakan salah satu upaya individu dalam menjaga dan mempertahankan
individu untuk tetap berinteraksi dengan orang lain, juga merupakan suatu proses yang
melibatkan perilaku dan interaksi antar individu dalam berhubungan dengan yang lain.2
Komunikasi yang efektif antara dokter dengan pasien sangat penting untuk dilakukan
karena hal ini merupakan pondasi pertama dalam area kompetensi dokter Indonesia yang
tertuang dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia yang dihasilkan dari Konsil Kedokteran
Indonesia, komunikasi yang efektif dokter terbagi atas berkomunikasi dengan pasien dan
keluarga, berkomunikasi dengan mitra kerja, dan berkomunikasi dengan masyarakat. 3
Kajian tentang komunikasi dokter-pasien masih menunjukkan ketidakpuasan pada pasien,
bahkan ketika dokter tersebut merasa dirinya sudah cukup bagus dalam komunikasi dengan
pasien. Pihak yang tidak puas, terutama pasien yang merasa dokter tidak mendengarkannya.
Dokter kerap menganggap kemampuan komunikasinya bagus.4
Berbagai masalah komunikasi dokter-pasien, diperkuat dengan fakta terkait pengaduan
masalah malpraktik dari kesalahan komunikasi dokter di Indonesia. Majelis Kehormatan
Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) menerima 50% pengaduan selama tahun 2006
sampai tahun 2017, mengenai masalah komunikasi dokter. Banyak masyarakat Indonesia yang
berobat ke negeri Singapura, setiap tahunnya masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri
mencapai 300.000 pasien. Setiap rumah sakit kedatangan 150-190 pasien asing yang 20%
adalah masyarakat Indonesia.5
Penelitian mengenai hubungan antara komunikasi dokter-pasien dengan tingkat kepuasan
pasien rawat inap di RSUP Prof. DR. R.D.Kandou Manado, menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara komunikasi verbal dan nonverbal dokter-pasien dengan tingkat kepuasan
pasien dalam penelitian ini juga menyimpulkan untuk memprioritaskan dan meningkatkan
2
kemampuan berkomunikasi dokter dengan pasien untuk meminimalisir tuntutan medis atau
keluhan yang diajukan pasien dan keluarga.6
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas menurut Peraturan
Menteri Kesehatan No 75 Tahun 2014 adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.7
Puskesmas memiliki tugas dan fungsinya sebagaimana yang diatur oleh Peraturan Menteri
Kesehatan No.75 tahun 2014 salah satunya adalah melaksanakan komunikasi, informasi,
edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan
komunikasi dokter dengan pasien yang baik. Hubungan dokter dengan pasien merupakan
hubungan antara profesional (dokter) dengan klien (pasien) yang melandasi semua aspek
kedokteran, baik dalam usahanya menetapkan diagnosis, maupun pengelolaan pasien.
Hubungan dokter dan pasien didasari oleh komunikasi yang efektif serta sesuai dengan tingkat
pengetahuan serta sosial ekonomi pasien. Hal ini memengaruhi tingkat kepuasan pasien selama
melakukan perawatan serta mendapatkan pelayanan di tingkat fasilitas kesehatan primer.7
Bagaimana hubungan komunikasi dokter dan pasien dengan kepuasan pada pelayanan
kesehatan primer Puskesmas X Medan selama masa pandemi.
Tujuan umum. Penenilitan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan komunikasi dokter
dan pasien dengan kepuasan pada pelayanan kesehatan primer Puskesmas X Medan selama
masa pandemi.
3. Untuk mengetahui hubungan komunikasi dokter dan pasien dengan kepuasan pada
pelayanan kesehatan primer puskesmas X Medan selama masa pandemi
Bagi keilmuan. Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan acuan referensi untuk semua
bidang kesehatan dan dapat meningkatkan pengetahuan serta bagi mahasiswa terkait dengan
judul penelitian yang berhubungan.
Bagi peniliti selanjutnya. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan masukan
serta dapat digunakan sebagai data dasar penelitian selanjutnya.
Bagi puskesmas X Medan. Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan masukan bagi
manajemen pelayanan Puskesmas X Medan tentang hubungan komunikasi dokter dan pasien
dengan kepuasan pasien pada pelayanan kesehatan primer selama masa pandemi.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). SARS-CoV-2 merupakan
coronavirus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Ada
setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat
menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS).8 Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain
gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dada sesak napas. Masa inkubasi rata-
rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat
menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. 9
Pada tanggal 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus
pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada
tanggal 7 Januari 2020, China mengidentifikasi kasus tersebut sebagai jenis baru coronavirus.10
Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO menetapkan kejadian tersebut sebagai Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD)/Public Health Emergency of
International Concern (PHEIC) dan pada tanggal 11 Maret 2020, WHO sudah menetapkan
COVID-19 sebagai pandemi.11
ke berbagai negara dengan risiko penyebaran ke Indonesia terkait dengan mobilitas penduduk,
memerlukan upaya penanggulangan terhadap penyakit tersebut. 14
Peningkatan jumlah kasus berlangsung cukup cepat, dan menyebar ke berbagai negara
dalam waktu singkat. Sampai dengan tanggal 9 Juli 2020, WHO melaporkan 11.84.226 kasus
konfirmasi dengan 545.481 kematian di seluruh dunia (Case Fatality Rate/CFR 4,6%).15
Indonesia melaporkan kasus pertama pada tanggal 2 Maret 2020. Kasus meningkat dan
menyebar dengan cepat di seluruh wilayah Indonesia. Sampai dengan tanggal 9 Juli 2020
Kementerian Kesehatan melaporkan 70.736 kasus konfirmasi COVID-19 dengan 3.417 kasus
meninggal (CFR 4,8%).16
Dilihat dari situasi penyebaran COVID-19 yang sudah hampir menjangkau seluruh wilayah
provinsi di Indonesia dengan jumlah kasus dan/atau jumlah kematian semakin meningkat dan
berdampak pada aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, serta
kesejahteraan masyarakat di Indonesia, Pemerintah Indonesia telah menetapkan Keputusan
Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19).17 Keputusan Presiden tersebut menetapkan COVID-19
sebagai jenis penyakit yang menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (KKM) dan
menetapkan KKM COVID-19 di Indonesia yang wajib dilakukan upaya penanggulangan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.18 Selain itu, atas pertimbangan penyebaran
COVID-19 berdampak pada meningkatnya jumlah korban dan kerugian harta benda,
meluasnya cakupan wilayah terdampak, serta menimbulkan implikasi pada aspek sosial
ekonomi yang luas di Indonesia, telah dikeluarkan juga Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun
2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19) Sebagai Bencana Nasional.19
6
2.2 PUSKESMAS
2.2.1 Definisi
Puskesmas Perkotaan
Wilayah kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 dari 4 kriteria kawasan
perkotaan sebagai berikut:
1. aktivitas lebih dari 50% penduduknya pada sektor non agraris, terutama industri,
perdagangan dan jasa
2. memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah radius 2,5 km, pasar radius 2 km,
memiliki rumah sakit radius kurang dari 5 km, bioskop, atau hotel
3. lebih dari 90% rumah tangga memiliki listrik
4. terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju fasilitas perkotaan
Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil merupakan Puskesmas yang wilayah
kerjanya meliputi kawasan dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Berada di wilayah yang sulit dijangkau atau rawan bencana, pulau kecil, gugus pulau,
atau pesisir
2. Akses transportasi umum rutin 1 kali dalam 1 minggu, jarak tempuh pulang pergi dari
ibukota kabupaten memerlukan waktu lebih dari 6 jam, dan transportasi yang ada
sewaktu-waktu dapat terhalang iklim atau cuaca
3. Kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi keamanan yang tidak stabil.
2.3 KOMUNIKASI
2.3.1 Definisi
Komunikasi berasal dari bahasa latin cum yaitu kata depan yang berarti dengan,
bersama dengan, dan unus yaitu kata bilangan yang berarti satu. Dari kedua kata- kata itu
terbentuk kata benda cummunio yang dalam bahasa Inggris menjadi cummunion yang berarti
kebersamaan, persatuan,persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan. Diperlukan usaha dan
kerja dalam ber- communio, dari kata itu dibuat kata kerja communicare yang berarti membagi
sesuatu dengan seseorang, memberikan sebagian kepada seseorang, memberitahukan sesuatu
kepada seseorang, bercakap- cakap, bertukar pikiran, berhubungan, berteman. Kata kerja
communicare itu pada akhirnya dijadikan kata kerja benda communicatio, atau yang dalam
bahasa Inggris adalah communication, dan dalam bahasa Indonesia diserap menjadi
komunikasi.21
Menurut ahli komunikasi, Effendy O.U (2017), komponen komunikasi dapat dijelaskan
sebagai berikut :
3. Pesan adalah segala sesuatu yang akan disampaikan dapat berupa ide, pendapat,
pikiran, dan saran. Pesan merupakan rangsangan yang disampaikan.eh sumber kepada
sasaran. Pesan tersebut pada dasarnya adalah hasil pemikiran atau pendapat sumber
yang ingin disampaikan kepada orang lain. Penyampaian pesan banyak macamnya,
dapat dalam bentuk verbal ataupun non verbal seperti gerakan tubuh, gerakan tangan,
ekspresi wajah, dan gambar.
4. Media adalah segala sarana yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan
pesan kepada pihak lain. Dengan demikian saluran komunikasi dapat berupa panca
indera manusia maupun alat buatan manusia. Media disebut juga alat pengirim pesan
atau saluran pesan merupakan alat atau saluran yang dipilih oleh sumber untuk
menyampaikan pesan kepada sasaran.
5. Efek atau akibat (dampak) adalah hasil dari komunikasi. Hasilnya adalah terjadi
perubahan pada diri sasaran. 22
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara
verbal atau non verbal. Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang hanya dilakukan
oleh dua orang, seperti suami isteri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru dengan murid, dan
sebagainya. Seringkali pertemuan interpersonal diawali dengan pembicaraan pada masalah-
masalah yang bersifat umum, seperti: umur, tempat tinggal, pendidikan, asal daerah dan
sebagainya, pada akhirnya pembicaraan tersebut berkembang pada masalahmasalah yang lebih
spesifik, seperti kebiasaan dan kesukaan, situasi tersebut menunjukkan adanya komunikasi
interpersonal.24
1) Pihak-pihak yang melakukan komunikasi berada dalam jarak yang dekat. Pihak yang dapat
dikatakan melakukan komunikasi interpersonal harus tidak berada dalam jarak jauh
melainkan saling berdekatan/ face to face. Apabila salah satu lawan bicara menggunakan
media dalam penyampaian pesan karena perbedaan jarak, itu tidak dapat dikatakan sebagai
komunikasi interpersonal.
12
2) Pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara spontan baik
secara verbal maupun non verbal. Di dalam komunikasi interpersonal timbal balik yang
diberikan oleh komunikan biasanya secara spontan begitu juga dengan tanggapan dari
komunikator. Dengan respon yang diberikan secara spontan dapat mengurangi
kebohongan salah satu lawan bicara dengan cara melihat gerak-gerik ketika sedang
berkomunikasi.
3) Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung jawab para perserta komunikasi. Saling
mengerti akan diperoleh dalam komunikasi interpersonal ini, apabila diantara kedua belah
pihak dapat menjalankan dan menerapkan komunikasi ini dengan melihat syarat-syarat
yang berlaku seperti, mengetahui waktu, tempat dan lawan bicara.
4) Kedekatan hubungan pihak-pihak komunikasi akan tercermin pada jenis-jenis pesan atau
respon nonverbal mereka, seperti sentuhan, tatapan mata yang ekspresif, dan jarak fisik
yang dekat. Kita dapat membedakan seberapa dekat hubungan seseorang dengan lawan
bicaranya, hal ini dapat dilihat dari respon yang diberikan. Misalnya kedekatan dalam
berkomunikasi antara sepasang kekasih dengan sepasang persahabatan, melalui respon
nonverbal kita dapat melihat mereka sepasang kekasih atau hanya teman biasa (BUku
komunikasi).26
2.4 DOKTER
Dokter merupakan ilmuwan yang telah dididik secara profesional untuk memberikan
pertolongan dan pelayanan medis kepada orang-orang yang membutuhkannya. Pendidikan
kedokteran telah membekali para peserta didiknya dengan pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skill), dan perilaku professional (professional attitude) agar mereka menjadi
dokter yang berkompeten dan profesional, senantiasa memberikan pertolongan kepada
sesamanya. 28
baik di kota maupun pedesaan tidak boleh dilupakan. Dengan mengetahui faktor penentu
kesehatan di lingkungan sosial dengan mengamati dan mengapresiasi setiap keadaan sosial
kesehatan disana, “five-star doctors” tidak akan mudah untuk merawat individu yang seek help
tapi juga akan mengambil langkah positif di pergerakan kesehatan komunitas yang akan
menguntungkan setiap individu dengan jumlah besar.
5. Manager ( Pengelola Manajemen ) Agar pekerjaan dan pelayaan dokter tersusun
secara rapi maka keterampilan manajemen harus diterapkan. Ini akan memungkinkan mereka
untuk melakukan pertukaran informasi untuk membuat keputusan yang lebih baik, dan bekerja
dalam tim multidisiplin yang terkait erat dengan mitra lain untuk pembangunan kesehatan dan
sosial. Both old and new methods of dispensing care will have to be integrated with the totality
of health and social services, whether destined for the individual or for the community. Metode
pemberian layanan lama maupun baru harus diintegrasikan dengan keseluruhan layanan
kesehatan dan sosial, baik yang ditujukan untuk individu atau masyarakat.
6. Researcher Ilmu kedokteran selalu berkembang dan up to date karena virus, bakteri,
penyakit akan berkembang pula seiring waktu mengikuti pola hidup manusia yang berkembang
pula. Seperti contoh, pada awalnya Antibiotik banyak dianggap orang bisa menyembuhkan
banyak penyakit, terutama infeksi, bakteri, maupun virus. Namun tidak dengan sekarang lagi,
banyak dijumpai antibiotik yang mengalami resistensi terhadap suatu penyakit. Bakteri, virus,
parasit sudah mampu melawan antibiotik sehingga diperlukan penemuan obat baru lagi yang
lebih efektif dan efisien. Maka dari itu, penelitian yang dilakukan dokter amat penting dalam
mengatasi kesehatan yang terkini.
7. Iman dan Taqwa Kita harus selalu ingat bahwa dokter bukan Tuhan atau dewa yang
mampu menghidupkan, mematikan, memperpanjang ataupun memperpendek umur manusia.
Dapat diyakini bahwa dokter hanyalah perantara dari Allah SWT. untuk membantu orang-
orang yang mengalami beragam kesulitan, penyakit dan minta pertolongan untuk kembali
disehatkan agar hidupnya dapat dijalani dengan baik. Adanya Iman dan Taqwa dalam jiwa
seorang dokter akan membuat kerendahan hati terhadap manusia lain, serta dapat bersemangat
membantu banyak orang dalam penyembuhan. Dan pekerjaan mereka tersebut tidak serta merta
berpatok dengan sebuah uang.
15
Ketujuh area kompetensi itu sebenarnya adalah “kemampuan dasar” seorang “dokter”
yang menurut WFME (World Federation for Medical Education) disebut “basic medical
doctor”. 32
Penyelenggaraan praktik kedokteran yang merupakan inti dari berbagai kegiatan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh dokter dan dokter gigi yang memiliki
etik dan moral yang tinggi, keahlian dan kewenangan yang secara terus-menerus harus
ditingkatkan mutunya melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, sertifikasi, registrasi,
lisensi, serta pembinaan, pengawasan, dan pemantauan agar penyelenggaraan praktik
kedokteran sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pasal 35 Permenkes
RI Nomor 75 Tahun 2014 menyebutkan bahwa Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat tingkat pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, serta
dilaksanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan. 16 Dengan demikian diperlukan
kompetensi dokter yang dapat mendukung upaya dan kewenangan Puskesmas dalam
menyelenggarakan Upaya kesehatan perseorangan (UKP) tingkat pertama dan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) Tingkat Pertama seperti yang dijabarkan di dalam perundangan
dan peraturan di atas. 33
16
keadaan gawat darurat. Sejauh mana pasien mengerti bagaimana sistem layanan kesehatan itu
bekerja, keuntungan dan tersedianya layanan kesehatan.
b. Kepuasan terhadap mutu layanan kesehatan
Hal ini akan dinyatakan oleh sikap terhadap kompetensi teknik dokter dan/atau profesi
layanan kesehatan lain yang berhubungan dengan pasien, keluaran dari penyakit atau
bagaimana perubahan yang dirasakan oleh pasien sebagai hasil dari layanan kesehatan.
c. Kepuasan terhadap proses layanan kesehatan, termasuk hubungan antar manusia
Kegiatan ini akan ditentukan dengan melakukan pengukuran sejauh mana ketersediaan
layanan rumah sakit menurut penilaian pasien, persepsi tentang perhatian dan kepedulian
dokter dan profesi layanan kesehatan lain, tingkat kepercayaan dan keyakinan terhadap dokter,
tingkat pengertian tentang kondisi atau diagnosis serta sejauh mana tingkat kesulitan untuk
dapat mengerti nasihat dokter dan rencana pengobatan.
d. Kepuasan terhadap sistem layanan kesehatan
Kepuasan terhadap sistem layanan dapat ditentukan oleh sikap terhadap fasilitas fisik
dan lingkungan layanan kesehatan, sistem perjanjian termasuk menunggu giliran, waktu
tunggu, pemanfaatan waktu selama menunggu, sikap mau menolong atau kepedulian personel,
mekanisme pemecahan masalah dan keluhan yang timbul. Lingkup dan sifat keuntungan serta
layanan kesehatan yang ditawarkan.
Oleh sebab itu, etika berhubungan erat dengan profesionalisme. Profesionalisme berarti
seorang berperilaku sesuai dengan standar profesi yang ada dan terlihat hubungan yang
mendukung masyarakat menjadi percaya kepada dokter. Perilaku professional terdiri atas
elemen-elemen altruism, honesty, responsibility, respect, accountability, leadership, caring and
compassion, excellence dan scholarship. 38
Etika kedokteran berkaitan erat dengan bioetika (etika biomedis) tetapi kedua hal ini
tidaklah sama. etika kedokteran membahas permasalahan yang dapat timbul saat praktik
kedokteran sedangkan bioetika membahas permasalahan moral yang ada dalam perkembangan
ilmu pengetahuan biologis secara umum. 38
Kaedah dasar bioetika dapat disebut juga sebagai kaedah dasar moral (moral principle
atau principle-based ethics atau ethical guidelines) merupakan acuan tertinggi moralitas
manusia atau acuan generalisasi etik yang menuntun suatu tindakan kemanusiaan. Kaedah ini
berfungsi sebagai kerangka analisis yang mengekspresikan nilai dan aturan secara moral dan
dapat digunakan sebagai penuntun etika professional. Terdapat empat kaedah yang
menjalankan fungsi tersebut yaitu autonomy, beneficience, non-maleficence dan justice.
Bioetika diartikan juga sebagai studi interdisipliner tentang masalah yang ditumpulkan oleh
perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik pada skala mikro maupun makro
dan dampaknya terhadap masyarakat luas serta sistem nilainya kini dan masa mendatang. 38
Beauchamp dan Childress (2001) menguraikan mengenai empat kaedah dasar (basic
moral principle) dan beberapa rules di bawahnya. Keempat kaedah dasar tersebut adalah:
lain. beuchamp dan childress merumuskan hal ini sebagai kata “tindakan otonomi tidak
hanya ditujukan untuk mengontrol pembatasan oleh orang lain”.
Respect for autonomy merupakan sesuatu yang hanya diwajibkan bila ia tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip kaedah bioetika yang utama lainnya. Contohnya:
jika sebuah tindakan otonomi akan membahayakan manusia lain, maka prinsip respect
for autonomy akan bertentangan dengan prinsip non-maleficence, maka harus
diputuskan prinsip yang ditetapkan.
2. Beneficence (berbuat baik)
Menurut teori Beuchamp dan Childress, prinsip atau kaedah ini tidak hanya menuntut
manusia memperlakukan sesamanya sebagai makhluk yang otonom dan tidak
menyakiti mereka tetapi juga dituntut agar manusia tersebut dapat menilai kebaikan
orang lain selanjutnya. Tindakan tersebut diatur dalam dasar-dasar beneficence.
Bagaimanapun, seperti yang telah disebutkan, dasar-dasar dari beneficence menuntut
lebih banyak agent dibanding dengan dasar-dasar non-maleficence. Beuchamp dan
Childress menulis: “dalam bentuk yang umum, dasar beneficence mempunyai tujuan
untuk membantu orang lain melebihi kepentingan dan minat mereka”. Dasar dari
beneficence mengandung dua elemen yaitu keharusan secara aktif untuk kebaikan
berikutnya dan tuntutan untuk melihat berapa banyak aksi kebaikan berikutnya dan
berapa banyak kekerasan yang terlibat.
3. Non-maleficince (tidak merugikan orang lain)
Tujuan prinsip ini adalah untuk melindungi seseorang yang tidak mampu (cacat) atau
orang yang non-autonomi. Seperti yang telah dijelaskan, orang ini juga dilindungi oleh
prinsip berbuat baik (beneficence). Jawaban etik yang benar adalah dengan melihat
kebaikan lebih lanjut dari diri seseorang, tidak diperbolehkan untuk menyakiti orang
lain. Prinsip ini mengemukakan bahwa keharusan untuk tidak melukai orang lain lebih
kuat dibandingkan keharusan untuk berbuat baik.
4. Justice (keadilan)
Kesamaan merupakan inti dari justice, tetapi Aristoteles mengemukakan bahwa justice
lebih daripada kesamaan karena seseorang dapat merasa tidak diperlakukan secara
semestinya walaupun telah diperlakukan sama satu dengan yang lain.
Teori filosofi mengenai keadilan biasanya menyangkut keutuhan hidup seseorang atau
berlaku sepanjang umur, tidak berlaku sementara saja. Beuchamp dan Childress
menyatakan bahwa teori ini sangat erat kaitannya dengan sikap adil seseorang pada
orang lain seperti memutuskan siapa yang membutuhkan pertolongan kesehatan
22
Pada praktiknya, beberapa prinsip yang ada dapat dibersamakan. Tetapi pada saat
kondisi tertentu, satu prinsip menjadi lebih penting dan sah digunakan dengan mengorbankan
prinsip yang lain. Keadaan tersebut disebut dengan prima facie. Dalam konteks beneficence,
prinsip prima facienya adalah sesuatu yang (berubah menjadi atau dalam keadaan) umum.
Artinya ketika kondisi pasien merupakan kondisi yang wajar dan berlaku pada banyak pasien
lainnya, dokter akan melakukan yang terbaik untuk kepentingan pasien. Juga dalam hal ini
dokter telah melakukan kalkulasi dimana kebaikan yang akan dialami pasiennya akan lebih
banyak dibandingkan dengan kerugiannya. Dalam konteks non-maleficence, prinsip prima
facie adalah ketika pasien (berubah menjadi atau dalam keadaan) gawat darurat dimana
diperlukan suatu intervensi medik dalam rangka penyelamatan nyawanya. Dapat pula dalam
konteks ketika menghadapi pasien yang rentan, mudah dimarjinalisasikan dan berasal dari
kelompok anakanak atau orang uzur ataupun juga kelompok perempuan. Dalam konteks
autonomy, prima facie tampak muncul (berubah menjadi atau dalam keadaan) pada sosok
pasien yang berpendidikan, pencari nafkah, dewasa dan berkepribadian matang. Sementara
justice tampak prima facienya pada (berubah menjadi atau dalam keadaan) konteks membahas
hak orang lain selain diri pasien itu sendiri. Hak orang lain ini khususnya mereka yang sama
atau setara dalam mengalami gangguan kesehatan. di luar diri pasien, serta membahas hak-hak
sosial masyarakat atau komunitas sekitar pasien. 38
23
BAB III
METODE PENELITIAN
Besarnya populasi dalam penelitian ini tidak diketahui dengan pasti maka rumus
pengamblian besar sampel yang akan diteliti diambil menggunakan rumus Lemesshow
dengan nilai n (populasi) tidak diketahui. Dalam penelitian besar sampel dihitung
dengan rumus Lemeshow dalam Sastoadmoro (2014), yaitu:
24
n = jumlah sampel
Zα= nilai z berdasarkan tingkat kemaknaan α. Tingkat
kemaknaan yang dipilih adalah 0,5
P = proporsi keadaan yang akan dicari. Proporsi yang digunakan
adalah 0,5.
Q = (1-P), didapatkan hasil 0,5.
d = tingkat ketepatan absolut yang ditetapkan yaitu 10%
penelitian ini menggunakan taraf signifikan 95%, maka untuk sampel 20 orang yang di uji nilai
rtabel-nya adalah sebesar 0,576. Instrumen yang reliabel adalah istrumen yang apabila
digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama
pula. Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode Cronbach’ Alpha yaitu suatu metode
pengujian untuk instrumen yang memiliki jawaban benar lebih dari 1. Analisa reliabilitas alat
ukur dari satu kali pengukuran dengan ketentuan jika rhitung > rtabel maka dinyatakan reliabel.
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada 30 orang pasien Puskesmas X Medan.
LAMPIRAN
1 2 3 4 5
Dokter
1. Memberi salam dengan hangat; menyapa dengan nama yang baik; ramah,
tidak kasar.
1 2 3 4 5
2. Memperlakukan Anda sebagai orang dengan tingkat yang sama; tidak merendahkan
Anda.
1 2 3 4 5
4. Memberitahukan Anda semua tentang penyakit Anda; jujur dan berterus terang; tidak
menyembunyikan hal yang seharusnya anda ketahui.
1 2 3 4 5
5. Memberitahukan apa yang akan dokter lakukan sebelum pemeriksaan fisik serta
memberitahukan alasannya; memberitahukan Anda apa yang ditemukan.
1 2 3 4 5
6. Mendorong Anda untuk bertanya; menjawab dengan jelas; tidak menghindari
pertanyaan anda.
1 2 3 4 5
7. Menjelaskan apa yang Anda harus ketahui tentang masalah Anda, bagaimana dan
kenapa masalah itu terjadi, dan apa yang akan terjadi.
1 2 3 4 5
8. Menjelaskan penggunaan obat, kegunaan obat dan efek samping obat
1 2 3 4 5
9. Menggunakan kata-kata yang Anda mengerti ketika menjelaskan istilah medis dengan
bahasa awam.
1 2 3 4 5
29
DAFTAR PUSTAKA
12. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2020. Symptom and
diagnosis.https://www.cdc.gov/coronavirus/about/symptoms.html.
13. Cascella M, Rajnik M, Cuomo A, Dulebohn SC, Napoli. RD. 2020. Features,
Evaluation and Treatment Coronavirus (COVID-19). https://www.ncbi.nlm.nih.gov
/books/NBK554776/?report=classic
14. CDC.2020. Human virus types. https://www.cdc.gov/coronavirus/types.html
15. Du Z, Xu X, Wu Y, Wang L, Cowling BJ, Meyers LA. Serial interval of COVID-19
among publicly reported confirmed cases. Emerging infectious diseases. 2020;26(6).
16. Doremalen N, Bushmaker T, Morris DH, Holbrook MG, Gamble A, Williamson BN,
et al. 2020. Aerosol and Surface Stability of SARS-CoV-2 as Compared with SARS-
CoV-1. NEngl J Med. 2020 Apr 16;382(16):1564-1567. doi: 10.1056/NEJMc2004973.
17. ECDC. 2020. Contact tracing: Public health management of persons, including
healthcare workers, having had contact with COVID-19 cases in the European Union –
first update. Tersedia pada:
https://www.ecdc.europa.eu/sites/default/files/documents/Public-healthmanagement
persons-contact-novel-coronavirus-cases-2020-03-31.pdf
18. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Peraturan menteri kesehatan
Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman PPI. Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI).
19. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Peraturan menteri kesehatan
Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2019 Tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan.
20. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan No 75 Tahun
2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. 2014.
21. Paramitha D. Fenomena Perilaku Remaja Broken Home di SMA BPI Kota Bandung.
Bandung: Universitas Pasundan; 2016.
22. Effendy, Uchjana O. Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya;
2017.
23. Cangara H. Pengantar Ilmu Komunikasi. Edisi Kedu. Jakarta: Rajawali Pers; 2016.
24. Mulyana D. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Cetakan ke. Bandung: Remaja
Rosdakarya; 2014.
25. Adhani R. Etika Dan Komunikasi Dokter-Pasien-Mahasiswa. Kalimantan Selatan:
Grafika Wangi Kalimantan; 2014.
26. MRL A, Jaya IMM, Mahendra D. Buku Ajar Promosi Kesehatan. Jakarta: Universitas
Kristen Indonesia; 2019.
31
27. Universitas Sumatera utara. Definisi Dokter. [Online] [Dikutip: Jumat 05 2021.]
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/49553/Chapter%20II.pdf?sequ
ence=4&isAllowed=y.
28. Astuti, Kusuma. Aspek Hukum Hubungan Antara Dokter dan Pasien. Semarang : Dexa
Media, 2004.
30. Dr. dr. Fahmi Idris, M.Kes. Masa Depan Lulusan Dokter di Indonesia. Palembang :
Universitas Sriwijaya, 2016.
31. Boelen, Dr. Charles. The Five-Stars Doctor: An asset to health care reform. Geneva :
World Health Organization.
32. Djamali, R Abdoel dan Tedjapermana. Tanggung Jawab Hukum Seorang Dokter
Dalam Menangani Pasien. Jakarta : CV Abardin, 1988.
33. Indonesia, Konsil Kedokteran. Standar Nasional Pendidikan Profesi Dokter Indonesia.
s.l. : Konsil Kedokteran Indonesia, 2019.
34. Yuwono. Faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya karies dentis di SMA Negeri 15
Semarang. Jakarta : EGC, 2003.
35. Nursalam. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta :
Salemba Media, 2011.
36. Pohan, Imbolo. Pengaruh Persepsi Kualitas Jasa Pelayanan Terhadap Kepuasan dan
Loyalitas Pelanggan di RSU Saras Husada Purworejo. Surakarta : Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2008.
37. Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : Kencana Prenada Media
Group, 2002.
38. Firdaus N. Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Komunikasi Dokter dan Pasien di
Poliklinik Rawat Jalan Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan. Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara. 2019. p. 13-14
39. Afandi D. Kaedah Dasar Bioetika Dalam Pengambilan Keputusan Yang Etis. Majalah
Kedokteran Andalas. 2017 September; 40 (2): 111-121