Anda di halaman 1dari 2

TUGAS SILANG BUDAYA NUSANTARA

REVIEW CANDI KIDAL

Nama : Bagas Maulana


NIM : 210731610894
Prodi/Offering : Pendidikan Sejarah/D
Matkul : Silang Budaya Nusantara

Candi Kidal merupakan salah satu candi peninggalan kerajaan Singhasari. Candi ini
berlokasi di desa Rejokidal, kecamatan Tumpang, kabupaten Malang. Candi Kidal
diperkirakan sebagai candi pemujaan tertua di Jawa Timur.Perkiraan ini muncul lantaran
pemerintahan Airlangga (11-12 M) dan raja-raja Kediri (12-13 M) hanya meninggalkan
candi Belahan dan Jalatunda. Kedua candi ini merupakan candi petirtaan atau pemandian.

Candi Kidal dibangun sebagai bentuk penghormatan kepada Raja Anusapati. Candi ini
dibangun agar Sang Raja mendapat kemuliaan sebagai Syiwa. Candi Kidal dibangun pada
1248 M, setelah upacara pemakaman 'Cradha' untuk Anusapati.

Bangunan candi Kidal terbuat dari batu andesit dan berdimensi geometris vertikal. Halaman
candi dikelilingi oleh deretan batu yang berfungsi sebagai pagar. Tubuh candi berdiri di atas
kaki candi setinggi 2 meter. Alas candi yang lebih besar dibandingkan dengan tubuh candi,
membuat candi Kidal terlihat ramping. Keunikan bangunan candi Kidal terletak pada bentuk
anak tangga menuju selasar. Tepat di depan pintu candi terdapat sebuah tangga batu yang
terdiri dari anak tangga yang tipis. Hal ini membuat tangga ini tak terlihat seperti tangga
candi pada umumnya.

Tak seperti candi lainnya, tangga batu candi Kidal tidak dilengkapi pipi tangga berbentuk
ukel. Namun, candi Kidal memiliki sebuah badug atau tembok rendah pada anak tangga
candi. Badug ditemukan pada anak tangga pertama candi, dengan bentuk siku yang menutup
sisi samping dan sisi depan kaki tangga. Ambang atas pintu candi Kidal memiliki bilik
penampil berhiaskan kalamakara. Hiasan kalamakara ini terlihat menyeramkan dengan mata
melotot, dan mulut terbuka. Dua taring besar dan bengkok pada wajah kalamakara
merupakan ciri khas dari candi Jawa Timur. Kalamakara diyakini sebagai penolak bala atau
pengusir roh-roh jahat.
Sisi kiri dan kanan candi terdapat relung kecil yang berfungsi sebagai tempat arca. Masing-
masing relung dilengkapi dengan atap dan pada ambang atas terdapat hiasan kalamakara.
Atap candi berbentuk kotak bersusun tiga dengan ukuran yang semakin ke atas semakin
mengecil. Puncak candi tak berbentuk runcing, melainkan datar tanpa ratna maupun stupa.

Saat ini tak ada satu arca pun yang bisa ditemukan di candi Kidal. Tubuh candi pun berada
dalam kondisi kosong. Meskipun begitu, kekayaan estetika dan spiritual terpahat jelas dalam
tubuh candi Kidal.

Pada kaki candi Kidal terdapat pahatan relief Garudeya, sebuah mitos yang hidup pada
masyarakat Jawa Kuno yang menganut Hinduisme. Terdapat tiga relief Garudeya yang
terpahat pada candi. Relief pertama menggambarkan seekor garuda menggendong tiga ular
besar. Relief kedua melukiskan seekor garuda dengan kendi di atas kepalanya. Sedangkan,
relief ketiga melukiskan seekor garuda menggendong seorang wanita.

Garudeya sendiri merupakan sebuah mitos yang mengisahkan tentang seekor garuda yang
berhasil membebaskan ibunya dari perbudakan, dengan tebusan air suci Amerta atau air
kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai